Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM

“KODE ETIK PROFESI KEDOKTERAN”

Disusun oleh :
Kelompok I

COGITATIONIS POENAM NEMO PATITUR

1. Michelle Puteri Andries 202021544 8. Muhammad Abdul Gani Sahupala 202021575


2. Ririn Sandria Nanariain 202021550 9. Anggriyani Badalo. 202021585
3. Sri Wulan Wali 202021556 10. Franszisco Alvaro Lesbatta 202021587
4. Rizky Kelian 202021561 11. Chairani Melay 202021610
5. Brian Lekatompessy 202021564 12. Rosmala Hehaitu 202021618
6. Firman A.S Rumbaru 202021566 13. Rasyid Mardyono Hatuluayo 202021619
7. Ulfa Soilisa. 202021573
UNIVERSITAS PATTIMURA

FAKULTAS HUKUM

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Kelompok satu (1) sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai yang memaparkan materi tentang kode etik kedokteran merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Ambon,Maluku Tengah, 23 Desember  2021

BAB 1

LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah hak asasi manusia karena itu masyarakat berhak mendapatkan pelayanan yang
bermutu (UUD 1945) dan juga Negara berkewajiban melindungi masyarakat dari pelayanan
Kesehatan yang tidak profesional.

Kita harus melayani pasien dengan standard profesi, standard Prosedur operasional serta
kebutuhan medis pasien sehingga tidak terjadinya hal-hal yang di semua orang tidak inginkan.
Untuk mencapai hal tersebut perlu diciptakan berbagai upaya kesehatan kepada seluruh
masyarakat.

Dokter sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai
peran yang sangat penting dan terkait secara langsung dengan proses pelayanan kesehatan dan
mutu pelayanan yang diberikan. Ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sebagai
kompetensi yang didapat selama pendidikan akan merupakan landasan utama bagi dokter untuk
dapat melakukan tindakan kedokteran dalam upaya pelayanan kesehatan.

Pendidikan kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan bagi seluruh
masyarakat. Sehingga kami sebagai pemateri/penyusun yang mendapat bagian dalam hal kode
etik kedokteran akan mencoba memaparkan hasil kerja kelompok kami dalam bentuk makalah
yang dapat di persentasikan pada teman-teman pada hari ini
BAB II

PEMBAHASAN

A. APA ITU DOKTER ?

Dokter adalah pihak yang mempunyai keahlian di bidang kedokteran. Pada Kedududukan

Ini, dokter adalah orang yang dianggap pakar dalam bidang kedokteran. Dokter adalah orang

Yang memiliki kewenangan dan izin sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan

Kesehatan, khususnya memeriksa dan mengobati penyakit dan dilakukan menurut hukum dalam

 Pelayanan kesehatan.

B. APA ITU KEDOKTERAN ?

Kedokteran (Inggris: medicine) adalah suatu ilmu dan seni yang mempelajari tentang
 Penyakit dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu kedokteran adalah cabang ilmu kesehatan yang

Mempelajari tentang cara mempertahankan kesehatan manusia dan mengembalikan manusia

 Pada keadaan sehat dengan memberikan pengobatan pada penyakit dan cedera. Ilmu ini meliputi

 Pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta pengobatannya, dan penerapan

Dari pengetahuan tersebut.

C. PENJELASAN KODE ETIK

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) merupakan kumpulan norma untuk menuntun dokter
di Indonesia selaku kelompok profesi berpraktik di masyarakat. Kasus kelalaian medik atau
malpraktek sejak tahun 2006-2012 tercatat ada 182 kasus yang terbukti dilakukan dokter di
seluruh Indonesia.

D. TUJUAN KODE ETIK KEDOKTERAN

Tujuan dari etika profesi dokter adalah untuk mengantisipasi atau mencegah terjadinya
perkembangan yang buruk terhadap profesi dokter dan mencegah agar dokter dalam
menjalani Profesinya dapat bersikap professional maka perlu kiranya membentuk kode etik
profesi Kedokteran untuk mengawal sang dokter dalam menjalankan profesinya tersebut agar
sesuai dengan tuntutan ideal. Tuntunan tersebut kita kenal dengan kode etik profesi dokter.

E. FUNGSI KODE ETIK KEDOKTERAN


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan

F. KODE ETIK KEDOTERAN INDONESIA

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1

Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji
dokter.

Pasal 2

Seorang  dokter wajib   selalu  melakukan  pengambilan  keputusan profesional secara 


independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi.

Pasal 3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu
yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4

Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri .

Pasal 5

Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan  psikis maupun  sik,
wajib memperoleh  persetujuan  pasien/ keluarganya dan  hanya diberikan untuk kepentingan dan
kebaikan pasien tersebut.

Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap
penemuan teknik atau  pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan  terhadap hal-hal
yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7

Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.

Pasal 8

Seorang dokter wajib, dalam  setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan  secara   kompeten 
dengan  kebebasan  teknis  dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 9

Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan
berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.

Pasal 10

Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan
lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 11

Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya  melindungi hidup makhluk insani.

Pasal 12

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib  memperhatikan keseluruhan  aspek


pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik sik maupun psiko-
sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13

Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral  di bidang  kesehatan,  
bidang  lainnya  dan  masyarakat, wajib  saling menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 14

Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan  dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.

Pasal 15

Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi 
dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk  dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah
pribadi lainnya.

Pasal 16

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 17

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 19

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan
keduanya  atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 20

Setiap dokter wajib  selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat

Bekerja dengan baik.

Pasal 21

Setiap  dokter  wajib  senantiasa  mengikuti  perkembangan  ilmu

Pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.

G. APA SAJA BENTUK PELANGGARAN KODE ETIK EDOKTERAN

1. Melakukan pelecehan seksual


2. Tindakan intimidasi
3. Atau tindakan kekerasan terhadap pasien dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
4. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
5. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk, meminta, pemeriksaan, atau memberikan
resep obat atau alat kesehatan.
H. CONTOH KASUS YANG MELANGGAR KODE ETIK

Contoh kasus malpraktik yang pernah terjadi ialah kasus Sita Dewati Darmoko, dia istri mantan
Direktur Utama PT aneka tambang, Darmoko. Yang menderita tumor ovarium, Sita dioperasi
disalah satu rumah sakit yang berada Jakarta. Keluar dari kamar bedah, sita malah tambah parah
dari sebelumnya. Dia akhirnya meninggal dan.rumah sakit menjanjikan ganti rugi senilai Rp. 1
miliar, namun ganti rugi tersebut tidak didapatkan oleh keluarga. Akhirnya Keluarga almarhumah
menggugat perdata rumah sakit tersebut.

Majelis mengabulkan gugatan tersebut dan Rumah Sakit harus membayar sekitar Rp. 2 miliar
kepada keluarga malang itu. Hakim menyebut bahwa dokter yang menangani kasus Sita tidak
teliti dalam menjalankan tugasnya.

Dari contoh kasus di atas, dokter tersebut jelas melanggar kode etik kedokteran, kerena Dokter
tersebut menyimpang dari Standar Profesi Medik. Dokter tersebut terkena pasal pasal 359,

360, dan 361 KUHP karena lalai sehingga mengakibatkan kematian orang lain. Dan terkena
Hukum perdata karena Kelalaian yang mengakibatkan kerugian (pasal 1366 KUHPerdata).

 Kasus tersebut merupakan salah satu kasus malpraktik yang bisa terungkap dan dapat
penyelesaian secara tuntas. Tetapi masih banyak kasus malpraktik yang sudah mencuat kemuka
publik tetapi tidak mendapat penyelesaian secara tuntas, tidak hanya itu, kasus malpraktik yang
tidak dilaporkan pun banyak, keluarga korban malpraktik hanya bisa pasrah menghadapi
kenyataan. Berikut ini contoh kasus malpraktik yang pelakunya (dokter) tidak
mendapatkanganjaran yang seharusnya diterima oleh dokter tersebut.

 Malpraktik sangat trekenal adalah kasus di Wedariyaksa, Pati, Jawa Tengah, pada 1981 seorang
wanita, Rukimini Kartono, meninggal setelah ditangani oleh Setianingrum, selaku
dokter puskesmas. Pengadilan Negeri memvonis dokter yang menanganinya bersalah, dia
dihukum tiga bulan penjara.

Namun, dia selamat dari hukuman, setelah kasasi ke Mahkamah Agung.


Dokter tersebut jelas melanggar kode etik kedokteran, kerena dokter tersebut menyimpang dari
Standar Profesi Medik. Dokter tersebut terkena pasal pasal 359, 360, dan 361 KUHP karena lalai
sehingga mengakibatkan kematian orang lain. Dan terkena hukum perdata Karena Kelalaian yang
mengakibatkan kerugian (pasal 1366 KUHPerdata).

 Melihat kasus-kasus malpraktik yang semakin meningkat, tentu pemerintah tidak bisa tinggal
diam. Kemudian, landasan utama eksistensi dan legitimasi dari organisasi profesi yang disebut
IDI ialah Kode Etik Kedokteran dan Sumpah dokter. Tujuan dan fungsi utama organisasi ini ialah
menjaga martabat luhur profesi kedokteran, yakni dengan Melaksanakan dan mengamalkan
KODEKI tersebut secara konsisten dan konsekuen. Itulah yang sebenarnya hakikat dan “khittah”
dari IDI.

Disadari atau tidak, banyak kalangan dalam masyarakat yang berpendapat bahwa IDI tidak
pernah objektif dalam menangani kasus-kasus pelanggaran Etika yang diadukan. Buktinya selama
ini nyaris tidak ada pelanggaran KODEKI yang dikenakan sanksi oleh IDI, setidaknya yang
diketahui masyarakat luas. Kasus-kasus yang jelas dan “kasat mata” melanggar etika kedokteran
pun tidak pernah jelas penanganannya. Sebaliknya, dikalangan dokter sendiri berkembang suatu
mispersepsi yang sangat menyesatkan, berpegang pada diktum “Teman sejawat akan saya
perlakukan sebagai saudara kandung”

Yang merupakan Kewajiban Dokter terhadap teman sejawat sebagai bagian dari KODEKI.
dengan begitu, IDI telah dipersepsikan secara sempit sebagai organisasi yang fungsi utamanya
adalah membela para anggotanya yang disebut dokter, apa pun yang dilakukannya. Apalagi
dengan telah membayar iuran, beberapa kalangan dokter berpendapat IDI harus membela dokter,
melanggar atau tidak melanggar etika.

I. PERSELISIHAN HUKUM KEDOKTERAN

Diterjemahkan sebagai aturan hukum yang salah satu unsurnya adalah Asas Praduga Tak 
Bersalah. Asas ini menegaskan bahwa seorang tersangka harus dianggap tidak bersalah sampai
dapat dibuktikan kesalahannya, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 66 kitab undang-undang
Hukum Acara Pidana (KUHP) yang berbunyi “Tersangka atau terdakwa tidak dibebani
beban Pembuktian: Selanjutnya pasal 58 KUHP juga menegaskan “Hakim dilarang menunjukan
Sikap atau mengeluarkan pernyataan tentang keyakinanan mengenai masalah salah atau tidaknya
terdakwa.

” Bagaimana dengan perselisihan hukum yang terjadi diantara dokter dan pasien yang
Pengaturannya berada dalam lingkup hukum kedokteran? “

Pertama, harus diingat bahwa sesuai dengan status negara hukum Indonesia, maka setiap warga
tanpa kecuali harus taat dan tunduk kepada hukum. Dalam hal ini dokter pun harus Tunduk
kepada hukum dengan segenap asa-asanya.

Kedua, dalam perselisihan hukum apapun, selalu akan diawali dengan pertanyaa : apakah ada
bukti untuk perkara tersebut? Kemudian apakan bukti tersebut sudah meyakinkan?

Ketiga, hukum kedokteran termasuk dalam lingkup ilmu hukum yang berlaku asas-asas serta
prinsip-prinsip ilmu hukum dan sama sekali bukanlah asas atau prinsip ilmu kedokteran.

Keempat, perkara hukum kedokteran umumnya memiliki ciri khusus bahwa perkara hukum

Kedokteran yang merupakan delik aduan lebih menyoroti masalah proses timbulnya perkara,

Bukan pada hasil atau akibat perbuatan tersebut. Dengan demikian, dapat saja terjadi seorang

pasien meninggal ditangan seorang dokter tetapi dokter itu tidak dihukum karena semua proses

hukum telah dipenuhinya secara benar, yaitu pemenuhan SPM.


BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Kode Etik Kedokteran Indonesia disusun dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu : kewajiban dokter, antar
lain ; kewajiban umum, kewajiban kepada pasien, kewajiban kepada diri sendiri dan teman
sejawatnya. Keharusan mengamalkan kode etik disebutkan dalam lafal sumpah dokter yang
didasarkan pada PP No. 26 tahun 1960. Ini berarti terbuka kemungkinan memberikan sanksi
kepada mereka yang melanggar kode etik.
B.SARAN

Dengan penuh kesadaran dari kami selaku penyusun makalah ini, kami sangat mengharapkan dan
juga membutuhkan saran teman-teman peserta diskusi dan juga khususnya dari dosen pengampu
yang kami hormati guna untuk lebih mendalami apa yang belum tersampaikan pada makalah
kami saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, I. D. (2002). Kode etik kedokteran Indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik
kedokteran Indonesia. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia.

INDONESIA, Ikatan Dokter. Kode etik kedokteran Indonesia dan pedoman pelaksanaan kode
etik kedokteran Indonesia. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia, Ikatan Dokter
Indonesia, 2002.

Kode etik yang di berikan dari seorang dokter

Achadiat, C. M. (2007). Dinamika etika & hukum kedokteran dalam tantangan zaman. EGC.

Supriadi, Wila Chandrawila. Hukum kedokteran. Mandar Maju, 2001.


Supriadi, W. C. (2001). Hukum kedokteran. Mandar Maju.

SUPRIADI, Wila Chandrawila. Hukum kedokteran. Mandar Maju, 2001.

Dlll

Anda mungkin juga menyukai