BAB IV
SISTEM PERENCANAAN DAN
KONSEP PENGEMBANGAN OXBOW
4.1 UMUM
Pelaksanaan pekerjaan akan mengacu pada tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dari
kegiatan ini serta produk yang harus diserahkan. Oleh karena itu proses pelaksanaan akan
menyangkut berbagai aspek yang perlu ditelaah dan dipahami secara menyeluruh agar
produk yang dihasilkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
masyarakat. Dengan demikian untuk mengetahui karakteristik pengelolaan kawasan danau
oxbow, potensi kawasan yang akan dihasilkan harus dapat mengakomodasi 5 Pilar
Pengelolaan Sumber Daya Air, yang mencakup (1) Konservasi Sumber Daya Air, (2)
Pendayagunaan Sumber Daya Air, (3) Pengendalian Daya Rusak Air, (4) Sistem Informasi
Sumber Daya Air (SISDA), dan (5) Peran Serta Masyarakat.
Pendekatan teknik mencakup tinjauan beberapa regulasi dan konsep perencanaan danau
oxbow, yang digunakan sebagai pola pikir dam landasan awal penetapan metoda yang akan
digunakan. Sedangkan metode pelaksanaan, merupakan tata cara pelaksanaan kegiatan
yang terbagi dalam tahapan pelaksanaan pekerjaan, mulai dari tahap persiapan, survei dan
investigasi lapangan, analisis data dan system planning, hingga detail desain revitalisasi
oxbow.
4-1
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
pengertian danau disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dan bersifat umum sehingga
memberikan kemudahan bagi para pengelola danau dan masyarakat pengguna danau untuk
penafsiran peraturan perundangan dan berbagai pedoman pelaksanaannya. Pengertian
danau dan ekosistem danau pada pedoman adalah sebagai berikut.
1) Pengertian danau pada Konvensi Ramsar:
Danau adalah badan air alami, berumur tua, dalam ,bertepian terjal, kolam
air,berstratifikasi ,fluktuasi muka air kecil dengan dominasi plankton ( Steep,
sloped,deep, old natural water body with stratified water coloum, small yearly water level
fluktuation, dominated by plankton).
4-2
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
karena limbah dan sampah kota, terjadi eutrofikasi karena peningkatan unsur fosfor dan
nitrogen dari sisa-sisa pupuk pertanian serta pendangkalan karena sedimentasi. Di samping
itu, danau-danau di dekat perkotaan umumnya juga mengalami penyerobotan lahan karena
kebutuhan lahan yang tinggi untuk permukiman dan pengembangan kota.
Selain permasalahan di atas, perlu diketahui bahwa faktor utama pembawa semua aliran ke
danau adalah air hujan. Air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah membawa semua
tanah hasil erosi (sedimen) dan zat-zat kimia, baik berupa unsur hara maupun bahan
pencemar lainnya (polutan) dan terkumpul di danau. Yang dimaksud dengan unsur hara
adalah unsur kimia, terutama unsur nitrogen, phosphor, dan sulfur yang diperlukan untuk
hidup dan berkembangnya tumbuh-tumbuhan.
Secara khusus perlu diperhatikan terjadinya kondisi yang saling merugikan (loose-loose
condition), yaitu kejadian erosi di daerah tangkapan air dan sedimentasi di danau. Erosi
lahan mengakibatkan terkikisnya humus (top soil) sehingga lahan menjadi miskin unsur hara
dan kehilangan kesuburannya sehingga lahan menjadi gersang. Sementara itu, sedimentasi
di dasar danau mengakibatkan pendangkalan dan pencemaran danau. Tidak ada yang
diuntungkan dalam hubungan ini karena kondisi saling merugikan ini berlangsung secara
terakumulasi dan terus menerus menjadikan kondisi danau dan lahan sekelilingnya semakin
buruk.
Masalah-masalah danau di atas terjadi, antara lain, karena belum dipahami secara baik hal-
hal yang harus dilakukan untuk menjaga keberlanjutan fungsi danau. Umumnya danau
hanya dimanfaatkan keberadaannya tanpa diimbangi upaya konservasi yang memadai
sehingga pemanfaatan danau memberikan hasil yang kurang optimum justru cenderung
menurun seiring dengan meningkatnya masalah-masalah danau di atas. Keadaan itu juga
disebabkan belum jelasnya wewenang dan tanggung jawab antar instansi serta kurangnya
koordinasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Keadaan tersebut mendorong setiap
instansi bekerja secara sektoral dengan penanganan secara adhoc dan symptomatic, belum
menangani akar penyebab masalah. Di samping itu, sedikitnya pemahaman mengenai
pengaruh kegiatan di daerah tangkapan air, serta sangat terbatasnya data dan informasi
mengenai danau, semakin memperburuk kondisi danau di atas.
Kecenderungan di atas harus dihentikan dan diperbaiki agar tidak terus berlanjut yang
mengancam keberlanjutan fungsi danau dan keberadaan ekosistem perairan danau yang
pada akhirnya juga merugikan dan mengancam kehidupan manusia, sehingga perlu upaya
penyelamatan atau restorasi danau. Upaya restorasi danau memerlukan jenis penanganan
yang lengkap berupa kegiatan yang menghilangkan penyebab (systemic causes) dan
bersifat menerus (continuing-long term) dan bukan kegiatan yang bersifat reaktif
menghilangkan gejala. Penyebab memburuknya kondisi danau banyak tersebar di daerah
tangkapan air, sempadan danau, dan di badan danau. Dalam kenyataannya upaya
penyelamatan danau juga memerlukan pendekatan yang lebih makro yaitu dengan kebijakan
(ekonomi) yang membuat terhubungnya penerima manfaat upaya restorasi danau dengan
pembuat penyebab memburuknya kondisi danau.
4-3
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Danau.
Konservasi sumber daya air sangat diperlukan sebagai upaya yang menjamin ketersediaan
kuantitas dan kualitas air memenuhi keperluan makhluk hidup (manusia,flora dan fauna)
secara berkesinambungan, serta upaya pengendalian bencana alam yang terjadi atau
diakibatkan sumber daya air tersebut. Konservasi sumber daya air dilakukan untuk menjaga
kelangsungan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber daya air tersebut, antara lain
dengan cara pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemarannya. Penyelenggaraan
kegiatan tersebut oleh Pemerintah dan Pemerintah daerah perlu dilakukan sinkronisasi yang
terkoordinasi dengan baik.
Pengelolaan sumber daya air termasuk danau, bersifat multidimensi tergantung pada
keberadaannya dan kepentingannya, yaitu :
a. Berada pada tanggung jawab sektoral dan lintas sektoral;
b. Berada pada wilayah atau beberapa wilayah administrasi pemerintahan, yaitu pusat,
provinsi, kabupaten/kota.;
c. Berada pada wilayah tata pengairan, yaitu wilayah sungai
d. Berada pada wilayah ekosistem sumber daya air, baik ekosistem akuatik( pada danau)
maupun ekosistem terestrial ( pada daerah tangkapan air danau);
e. Kepentingan dan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya air dan
bertanggung jawab konservasinya.
Danau adalah unsur lingkungan hidup yang diatur pengelolaannya dalam Undang-undang
Nomor : 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kelestarian ekosistem danau sangat diperlakukan untuk kesinambungan fungsi lingkungan
hidup danau, yaitu sebagai habitat mahluk hidup pada perairannya serta manfaat sumber
daya airnya bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan danau sebagai sumber daya alam dan
sumber energi terbarukan perlu seimbang dan tidak mengganggu ekosistemnya.
Danau memiliki ukuran dan keterbatasan daya dukungnya bagi makhluk hidup, sehingga
tidak boleh menampung beban pencemaran lingkungan, yang melebihi daya tampungnya
yang merupakan karakteristik dari danau tersebut. Setiap pemanfaatan dan kegiatan pada
perairan danau atau menggunakan sumber daya air danau perlu memperhatikan
karakteristik danau tersebut, agar tidak terjadi kerusakan lingkungan.
Beban lingkungan berasal dari daerah tangkapan air danau, dan dari atas perairan danau,
serta dari hilir danau yang menambil air yang mengganggu keseimbangannya.Oleh karena
itu tanggung jawab menjaga kelestarian danau perlu dipikul bersama oleh semua
stakeholder yang berkepentingan dan berkaitan dengan danau, yaitu Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, Pengusaha dan Masyarakat.
Danau yang berada dalam kawasan hutan konservasi diatur pengelolaannya dalam Undang-
undang Nomor : 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Kelestarian danau dalam kawasan konservasi bertujuan untuk perlindungan
ekosistem akuatik dan lanskap.Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan
timbal balik antara unsur alam, baik hayati maupun non hayati yang saling ketergantungan
dan pengaruh mempengaruhi.Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan
sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
4-4
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4-5
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4-6
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Perairan ini bermanfaat sebagai sumber bahan baku air minum, air keperluan pemukiman,
pertanian,industri,pembangkit listrik tenaga air, sarana tranportasi,, usaha perikanan,
maupun pariwisata termasuk didalamnya kegiatan olah raga air. Selain nilai
ekonomi,perairan danau juga memiliki nilai estetika,religi dan tradisi.
4-7
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4-8
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
c) Tumbuhan air dan alga yang mati akan membusuk dan terurai dalam air yang
menyebabakan pencemaran.
Program pengendalian pencemaran allochthonous dilaksanakan pada DAS dan DTA
serta daerah sempadan danau, melalui proses pembinaan dan pelatihan tentang
penertiban, perizinan dan pengawasan.
Keanekaragaman Hayati
Danau merupakan habitat bagi sejumlah besar organisme akuatis dan mendukung
keanekaragaman hayati pada wilayah perairan dan daratan di sekelilingnya, termasuk
sejumlah spesies burung. Keanekaragaman hayati ini banyak diantaranya yang menjadi
penopang kehidupan masyarakat setempat penghuni daerah tangkapan air danau
terutama nelayan.
Sistem penangkapan ikan dengan cara cara yang merusk ( misalnya penggunaan racun
ikan dan bahan peledak), serta penangkapan ikan secara berlebihan dalam
menyebabkan menurunnya populasi anak ikan yang masih muda sehingga berakibat
pada penurunan keanekaragaman ikan danau.Perubahan fungsi lahan di daerah
tangkapan air dan pembangunan jalan di tepian danau dapat berakibat pada rusaknya
keanekaragaman hayati danau.Demikian juga pembersihan tanaman air dan reklamasi
lahan dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati perairan danau.
Perlu program pendataan dan evaluasi species endemik danau, pemetaan jenis dan
wilayah perkembangbiakan species-species terpenting.Hasil pemetaan tersebut dapat
digunakan untuk penetapan kawasan prioritas perlindungan khusus. Konservasi yang
benar dan pemanfaatan yang bijak atas keanekaragaman hayati danau dapat menjamin
berfungsinya ekosistem secara efektif yang pada akhirnya mampu memberikan bebagai
manfaat bagi manusia.
Gulma Air
Pertumbuhan gulma air berkembang dengan cepat apabila terpicu oleh kesuburan air
danau, yaitu kadar Nitrogen dan Phosphor. Tumbuhan ini berfungsi melindungi biota air
danau termasuk ikan dan sebagai habitat pertumbuhannya. Namun demikian apabila
tumbuhan tanpa kendali tumbuhan ini menjadi gulma dan mempengaruhi kuantitas dan
kualitas air. Gulma air dapat dikendalikan secara mekanis, biologis dan kimiawi.
Pengendalian secara kimia tidak disarankan karena dapat menimbulkan pencemaran air
danau.
Erosi dan Pendangkalan
Sedimentasi yang berasal dari erosi lahan DAS dan DTA serta lahan sempadan danau
yang terakumulasi mengendap pada perairan danau. Sedimentasi tersebut
menyebabkan menurunnya kualitas air dan daya dukung kehidupan biota akuatik.
Dampak penting lainnya adalah pendangkalan danau, khususnya padatipe danau
dangkal dan tipe danau paparan banjir. Program pengerukan sedimen sangatlah mahal,
sehingga lebih baik pengendaliannya pada sumber erosi yaitu konservasi lahan.
Program Pengelolaan Ekosistem Perairan Danau
Danau merupakan sumber daya alam yang memiliki berbagai fungsi sehingga dapat
saling tumpang tindih bahkan dapat saling merugikan.
Keterpaduan program pengelolaan ekosistem perairan danau diperlukan agar tidak
terjadi tumpang tindih kepentingan. Program pengelolaan ekosistem danau tersebut
mencakup berbagai kegiatan , antara lain sebagai berikut :
a. Studi inventarisasi dan pengukuran danau;
4-9
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
b. Penyusunan tata ruang atau zonasi lahan sempadan dan perairan danau;
c. Penyusunan tata guna air danau;
d. Penentuan status trofik;
e. Penentuan baku mutu air;
f. Penentuan daya tampung beban pencemaran air;
g. Konservasi sumber daya dan keanekaragaman hayati;
h. Penertiban budi daya perikanan Keramba Jaring Apung (KJA);
i. Penertiban penangkapan ikan endemik;
j. Penertiban introduksi jenis dan asal benih ikan dari luar danau;
k. Pengembangan program pembinaan dan percontohan perikanan ramah lingkungan;
l. Pengendalian tumbuhan air;
m. Penentuan luas, zona dan jenis tumbuhan air pada danau prioritas;
n. Pemanfaatan tumbuhan air untuk bahan baku kerajinan dan produksi, pembuatan
biogas dan kompos;
o. Penertiban transportasi air untuk pencegahan tumpahan dan buangan bahan bakar
minyak;
p. Sistem perizinan kegiatan pada danau atau yang berkaitan dengan danau.
4 - 10
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 11
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 12
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 13
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 14
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan lain. Hal ini dapat diupayakan melalui
pembentukan kelompok-kelompok masyarakat peduli danau, memfasilitasi kerjasama
(jejaring) antar kelompok masyarakat, dan memfasilitasi kerjasama antar kelompok
masyarakat dengan pemerintah daerah terkait.
4.2.4.9 Pendanaan
Kelemahan dalam pengelolaan perairan danau adalah kurangnya dukungan dana untuk
kegiatan pengelolaannya. Meski dimaklumi bahwa perairan danau memiliki nilai ekonomi
yang tinggi,instansi pemerinth pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat pengguna
danau belum mengalokasikan dana pengelolaannyang memadai. Pengelolaan perairan
danau secara arif dan didukung dengan ketersediaan dana akan dapat memberi keuntungan
dalam jangka panjang sebanding dana investasinya.
Untuk meningkatkan kepedulian mengenai alokasi dana pengelolaan ini perlu melakukan
sosialisasi pelestarian perairan danau kepada para pemangku kepentingan.
APBN : meningkatkan perhatian pemerintah pusat dalam pengalokasian dana untuk
kegiatan pengelolaan ekosistem danau yang dapat dimulai dengan alokasi dana untuk
membiayai perumusan pengelolaan ekosistem beberapa danau yang menjadi prioritas
penanganan. Evaluasi dan monitoring dalam pelaksanaannya akan menjadi bahan
umpan balik yang berharga dalam menentukan alokasi dana selanjutnya.
APBD: meningkatkan perhatian pemerintah daerah dalam pengalokasian dana untuk
kegiatan pengelolaan ekosistem danau. Undang-undang otonomi daerah dapat menjadi
instrumen bagi daerah untuk memacu target pencapaian pemasukanndaerah dengan
memanfaatkan sumberdaya danau yang berwawasan ekosistem.
Swadaya Masyarakat: membebankan pembiayaan pengelolaan ekosistem danau pada
masyarakat pengguna jasa-jasa ekosistem danau (user pay principal) yang sudah
diterapkan pada beberapa danau dapat lebih dikembangkan. Demikian pula dengan
prinsip pencemar membayar (polluters pay principal) dapat dijajagi penerapannya.
Sumber-sumber dana lain yang tidak mengikat baik dalam negeri maupun internasional:
meningkatkan keterlibatan pihak non pemerintah dalam pengelolaan ekosistem danau
melalui peningkatan pemahaman para pemangku kepentingan mengenai peluang dan
prosedur dalam mengakses dana dari pihak non pemerintah.
4 - 15
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 16
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 17
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Kehilangan tanah
No. Kelas TBE Keterangan
(ton/ha/th)
1. I < 15 Sangat ringan
2. II 16-60 Ringan
3. III 60-180 Sedang
4. IV 180-480 Berat
5. V > 480 Sangat berat
4 - 18
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Pencegahan erosi akibat tanah terbuka oleh penebangan hutan dilakukan dengan
jalan restorasi hutan berupa reboisasi
Pembuatan zona penyangga yang terdiri dari satu atau lebih jenis vegetasi alami
(atau tanaman rumput yang padat) yang harus disisakan disepanjang perairan
wilayah sungai serta seluruh anak-anak sungai. Zona ini berfungsi untuk menjebak
(trap) sedimen dan melindungi kualitas masa air.
2. Kegiatan Pertanian
Untuk meningkatkan produksi pangan dilakukan pembukaan lahan pertanian di wilayah
sungai sehingga dapat menimbulkan masalah-masalah lingkungan seperti menurunnya
produktivitas perikanan, pencemaran perairan, perubahan siklus aliran air, dan
meningkatnya laju sedimentasi.
Penurunan kualitas air sebagian besar disebabkan oleh masuknya bahan-bahan
beracun seperti pestisida, insektisida dan fungisida. Selain itu dapat juga disebabkan
oleh masuknya unsur hara yang berlebihan kedalam perairan bersama-sama bahan-
bahan tererosi.
Pendekatan teknologi untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan pertanian
adalah :
Menyediakan daerah penyangga (buffer zone) antara daerah pertanian dan tepi perairan
sungai. Zona ini harus cukup luas agar tanah serta tanaman pada zona tersebut masih
dapat secara alami mencuci dan menyaring zat-zat pencemar dari daerah pertanian.
Selain itu, zona ini juga mempunyai peranan penting dalam pengendalian erosi tanah
permukaan. Zona ini dapat berupa vegetasi alami atau tanaman rumput yang padat,
yang tidak memerlukan pupuk dan pestisida.
Lebar zona penyangga tergantung dari beberapa faktor seperti sifat-sifat tanah,
kemiringan, iklim, waktu untuk panen, luas tanah yang dibajak dan jenis tanaman yang
tumbuh pada zona ini. Selain itu, keadaan pengikisan (erosi) tanah permukaan juga
sangat menentukan lebar zona penyangga (lihat Tabel 4.2.).
Tabel 4.2
Lebar Minimum Zona Penyangga yang Harus Disisakan Sepanjang Sungai dan Perairan Pantai
4 - 19
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
3. Perikanan Budidaya
Sebagian besar kegiatan budidaya perikanan di wilayah oxbow adalah perikanan
tambak, baik tambak udang, bandeng, maupun campuran keduanya. Selain itu terdapat
pula beberapa jenis kegiatan budidaya perikanan yang lain seperti budidaya rumput laut,
tiram dan budidaya ikan dalam keramba. Karena air merupakan media utama dalam
kegiatan budidaya perikanan maka pengelolaan terhadap sumber-sumber air alami
maupun non alami (tambak, kolam, dan lain-lain) harus menjadi perhatian utama dalam
pengelolaan wilayah oxbow.
Pendekatan teknologi yang dapat dilakukan adalah :
Perlu dibangun sistem irigasi khusus bagi tambak untuk menekan sekecil mungkin
pengaruh lingkungan terhadap volume dan kualitas air tambak.
Agar sedimen hasil erosi daratan tidak masuk dalam sistem irigasi tambak, perlu
dibangun struktur pencegah masuknya sedimen kedalam sistem irigasi.
Pengendalian proses sedimentasi juga penting ditangani melalui sistem pengelolaan
lahan yang tepat dan baik di wilayah hulu.
Pengaruh abrasi perlu diperkecil dengan cara menyediakan suatu zona penyangga
antara garis pantai dan wilayah pertambakan, misalnya berupa hutan mangrove.
4 - 20
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 21
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Peraturan Pemerintah ini menjabarkan ketentuan yang ada didalam pasal 15 Undang
Undang RI Nomor 23 1997 tersebut di atas yang menyatakan bahwa setiap rencana
usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup (AMDAL).
Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 1999 Tentang AMDAL memuat Ketentuan
Umum, komisi penilai AMDAL, tata laksana (kerangka acuan, analisis dampak
lingkungan ANDAL, rencana pengelolaan lingkungan RKL, rencana pemantauan
lingkungan RPL, dan kadaluarsa serta batalnya keputusan hasil ANDAL, RKL dan RPL),
pembinaan, pengawasan, keterbukaan informasi dan peran masyarakat, serta
pembiayaan pelaksanaan kegiatan komisi penilai dan tim teknis AMDAL.
4 - 22
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Pidana
Denda
Penjara
Jenis Pelanggaran dan
(Paling (Paling
Lama) Banyak)
Melawan Hukum/Perundangan
A. Pencemaran dan/atau Perusahan
Lingkungan Hidup
1. Dengan Sengaja
Belum ada korban 10 tahun + Rp 500 juta
Mengakibatkan orang mati atau luka 15 tahun + Rp 750 juta
berat
2. Kealpaan
Belum ada korban 3 tahun + Rp 100 juta
Mengakibatkan orang mati atau luka 5 tahun + Rp 150 juta
berat
B. Pelanggaran
1. Dengan Sengaja
Melakukan impor, ekspor, 6 tahun + Rp 300 juta
memperdagangkan, mengangkut,
menyimpan bahan berbahaya dan
beracun, menjalankan instalasi
berbahaya padahal mengetahui atau
sangat beralasan untuk menduga
bahwa perbuatan tersebut dapat
menimbulkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan umum atau
nyawa orang lain
Mengakibatkan orang mati atau luka 9 tahun + Rp 450 juta
berat
2. Kealpaan melakukan hal tersebut di atas 3 tahun + Rp 100 juta
Mengakibatkan orang mati atau luka 5 tahun + Rp 150 juta
berat
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan pemerintah ini diterbitkan dengan pertimbangan bahwa air merupakan salah
4 - 23
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan
perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga
merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Selain daripada itu air
merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup dan
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Peraturan pemerintah ini mengatur mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air. Pengaturan pengelolaan kualitas air mencakup substansi mengenai
wewenang pengelolaan, pendayagunaan air, klasifikasi dan kriteria mutu air, baku mutu
air, pemantauan kualitas air, dan status mutu air. Pengaturan pengendalian pencemaran
air mencakup substansi mengenai wewenang pengendalian, retribusi pembuangan air
limbah, penanggulangan darurat, pelaporan, hak dan kewajiban, persyaratan
pemanfaatan dan pembuangan air limbah, pembinaan dan pengawasan, dan sanksi
baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana.
Catatan :
Untuk lahan basah yang tidak bergambut dan kedalaman pirit > 100 cm, ketentuan
kedalaman air tanah dan nilai redoks tidak berlaku
Ketentuan-ketentuan subsidensi gambut dan kedalaman lapisan berpirit tidak berlaku jika
lahan belum termasuk/masih dalam kondisi asli/alami/hutan alami
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu
Air Laut
Baku mutu air laut ditetapkan sebagai salah satu sarana pengendalian pencemaran dan
atau perusakan lingkungan laut serta untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan laut.
Baku mutu air laut dibagi menjadi 3 katagori yaitu baku mutu air laut untuk perairan
pelabuhan, baku mutu air laut untuk wisata bahari, dan baku mutu air laut untuk biota
laut.
4 - 24
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 25
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
1 Subsidensi gambut di > 35 cm/5 tahun untuk Pengukuran langsung Patok Subsidensi
atas pasir kuarsa ketebalan gambut ≥ 3 cm
atau 10%/5 tahun untuk
ketebalan gambut < 3 cm
2 Kedalaman lapisan < 25 cm dengan pH ≤ 2,5 Reaksi oksidan dan Cepuk plastik, H2O2,
berpirit dari permukaan pengukuran langsung pH, stick skala 0,5
tanah satuan, meteran
3 Kedalaman air tanah > 25 cm Pengukuran langsung meteran
dangkal
4 Redoks untuk tanah > 100 mV Tegangan listrik pH meter, electroda
berpirit platina
5 Redoks untuk gambut > 200 mV Tegangan listrik pH meter, electroda
platina
6 pH (H2O) 1 : 2,5 < 4,0; > 7,0 Potensiometrik pH meter; pH stick
skala 0,5 satuan
7 Daya hantar listrik > 4,0 mS/cm Tahanan listrik EC meter
(DHL)
8 Jumlah mikroba < 102 cfu/g tanah Plating technique Cawan petri colony
counter
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria
Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove
Mangrove merupakan sumberdaya alam yang mempunyai berbagai fungsi sebagai
habitat tempat berkembang biak dan berlindung bagi sumberdaya hayati laut.
Keputusan Menteri ini dikeluarkan atas pertimbangan semakin meningkatnya kegiatan
pembangunan yang dapat menimbulkan dampak terhadap kerusakan mangrove
sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian yaitu dengan mengetahui adanya tingkat
kerusakan berdasarkan kriteria baku kerusakannya. Menurut keputusan ini kriteria baku
kerusakan mangrove ditetapkan berdasarkan prosentase luas tutupan dan kerapatan
mangrove yang hidup seperti terlihat pada tabel berikut.
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2001 Tentang Kriteria
Baku Kerusakan Terumbu Karang
4 - 26
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Buruk 0 – 24,9
Rusak
Prosentase Luas Tutupan Sedang 25 – 49,9
Terumbu Karang yang Hidup Baik 50 – 74,9
Baik
Baik Sekali 75 – 100
9. Dan lain-lain Perundangan Lingkupan Hidup skala nasional, provinsi serta kabupaten/
kota.
4 - 27
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
sumber daya air, yang mengacu pada 5 Pilar Pengelolaan Sumber Daya Air, yaitu:
1. Konservasi Sumber Daya Air,
2. Pendayagunaan Sumber Daya Air,
3. Pengendalian Daya Rusak Air,
4. Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA), serta
5. Peran Serta Masyarakat.
Sejalan dengan potensi yang dimiliki oleh kawasan oxbow di Kabupaten Kapuas Hulu,
pendekatan 5 Pilar Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA), menjadi acuan penting dalam
rangka mendukung pengelolaan oxbow secara komprehensif dan berkelanjutan, serta
penjembatani pemenuhan kebutuhan air untuk mendukung pengembangan wilayah.
Beberapa aspek yang ditinjau dalam pendekatan ini, adalah terkait dengan hal-hal sebagai
berikut.
1. Pemanfaatan
Lingkup arahan pemanfaatan oxbow, dikaitkan dengan 5 Pilar Pengelolaan Sumber
Daya Air, yang memungkinkan untuk dikembangkan.
2. Fungsi
Merupakan fungsi pemanfaatan oxbow dihubungkan dengan masing-masing lingkup 5
Pilar Pengelolaan SDA, dalam rangka memberi nilai tambah dalam rangka revitalisasi
yang akan dilakukan.
3. Kondisi/ Permasalahan Saat Ini
Menyangkut kondisi saat ini, serta permasalahan yang ada di masing-masing lokasi
oxbow, baik secara umum maupun spesifik.
4. Usulan dan Aspirasi
Merupakan usulan yang dapat dikembangkan pada masing-masing oxbow, dalam
rangka penanganan permasalahan yang terjadi.
5. Langkah Tindak Pelaksanaan
Merupakan upaya nyata pelaksanaan penanganan terkait pengelolaan oxbow, dalam
rangka mengoptimalkan fungsi revitalisasi, yang diklsifikasikan menjadi:
a. Struktural
Upaya pembangunan prasarana dan sarana dalam rangka pemanfaatan fungsi
revitalisasi oxbow secara optimal.
b. Non Struktural.
Kebijakan pendukung dalam rangka pemantapan fungsi revitalisasi oxbow secara
komprehensif, dengan melibatkan instansi di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/
kota.
Pada Tabel 4.7 disajikan konsep pengembangan oxbow dengan pendekatan 5 Pilar
Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA), yang dapat diterapkan dalam rangka mendukung
rencana revitalisasi oxbow.
4 - 28
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Perencanaan ini adalah hasil akhir Kegiatan Studi yang dilanjutkan pada Perencanaan
Pendahuluan dan pada umumnya didasarkan pada informasi topografi yang ada.
Skala peta boleh dibuat 1 : 25.000 atau lebih besar lagi. Tidak dilakukan pengukuran
topografi untuk menunjang perencanaan garis besar ini. Yang dijadikan dasar adalah peta-
peta yang sudah ada.
4 - 29
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Tabel 4.7 - Konsep Pengembangan Oxbow dengan Pendekatan 5 Pilar Pengelolaan Sumber Daya AIr
Kondisi/ Permasalahan Langkah Tindak Pelaksanaan
No Pemanfaatan Fungsi Usulan dan Aspirasi
Saat Ini Struktural Non Struktural
1 Konservasi Sumber Pengawetan/ penyimpanan air Sedimentasi dan Pengerukan dan Pengerukan dan normalisasi alur Sosialisasi terkait konservasi
Daya Air Sungai Kapuas, dengan pendangkalan, serta normalisasi danau oxbow danau oxbow, untuk mendukung kawasan danau oxbow dan
menambah kapasitas tampung penyempitan oxbow tampungan sekitarnya, melalui konsep RTH
danau oxbow (ruang sempadan) dan kawasan
penyangga
Mempertahankan kawasan Budidaya pertanian Alternatif relokasi Penataan kawasan sempadan, Sosialisasi batas garis sempadan
sempadan untuk daerah resapan (kratum dll) serta kawasan budidaya yang dan relolasi lahan pertanian ke untuk fungsi RTH dan penyangga
perikanan (KJA) ada di alur danau oxbow lokasi di dalam kawasan daratan kawasan danau oxbow
atau sempadan, ke oxbow sebagai area pertanian
lokasi peruntukan
budidaya pertanian
sesuai Rencana Pola
RTRW Kabupaten
Kapuas Hulu
Penetapan jalur Deliniasi jalur sempadan danau Sosialisasi ke masyarakat terkait
sempadan danau oxbow oxbow, dan penetapan jalur sempadan danau oxbow dan
sesuai peraturan yang peruntukannya kawasan penyangga
berlaku
2 Pengendalian Daya Mereduksi Potensi Area Banjir Tahunan yang Pengerukan dan normalisasi alur
Rusak Air Genangan terjadi pada wilayah danau oxbow, serta bangunan
kajian. pelimpah (inlet dan outlet) untuk
mendukung tampungan
Penanganan Tebing Rawan Perkuatan dan penataan tebing
Longsor oxbow
3 Pendayagunaan Sumber Pemanfaat air Sungai Kapuas Intake dan Instalasi Pengolahan
Daya Air untuk mendukung pemenuhan Air (IPA)
kebutuhan air baku
Pemanfaatan tampungan oxbow
untuk budidaya ikan tebar/
pemancingan
Pemanfaatan tampungan dan Penataan kawasan pariwisata dan
kawasan oxbow untuk pariwisata
4 - 30
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 31
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
lebih dari satu kolam olak. Hal ini dimaksudkan agar energi terjunan dapat direduksi
dalam dua kolam olak sehingga kolam olak sebelah hilir tidak terlalu berat meredam
energi.
c. Keadaan demikian akan mengakibatkan lantai peredam dan dasar sungai dihilir koperan
(end sill) dapat lebih aman.
d. Lokasi kantong lumpur dan kemudahan pembilasan, bilamana perlu topografi pada
lokasi bendung yang diusulkan; lebar sungai
e. Kondisi geologi dari subbase untuk keperluan pondasi
f. Metode pelaksanaan (di luar sungai atau di sungai)
g. Angkutan sedimen oleh sungai
h. Panjang dan tinggi tanggul banjir
i. Mudah dicapai.
1. Tekanan Tanah
Tekanan tanah yang diperhitungkan adalah tekanan tanah horisontal yang diakibatkan
oleh tekanan tanah aktif dan pasif yang bekerja pada dinding penahan, misalnya pada
dinding penahan tanah, kolam olakan, dan lain-lain. Tekanan tanah pasif dalam hal ini
tidak diperhitungkan. Karena tanah di lokasi proyek umumnya tanah granular maka
besarnya tekanan tanah aktif dihitung dengan rumus berikut ini : Pa = 0,5. γ. H2. ka
dimana : Pa = tekanan tanah aktif (ton/m2) γ = berat isi tanah (ton/m3) H = beda tinggi
tanah yang dipertahankan (m) Ka = Sin 2 Sin 2.sin( α σ).(1 + ( α+φ) sin( φ+σ). sin( α β)
sin( α σ). sin( α+β) ka α = Koefisien tekanan tanah aktif. = sudut kemiringan bagian
belakang dinding. σ = sudut gesekan antara tanah dan dinding. untuk beton dan tanah
diambil = 2/3 = sudut geser dalam tanah.
2. Tanggul (Embankment Levee)
Tanggul adalah salah satu infrastruktur persungaian yang dibuat untuk meng-cover debit
banjir sungai. Tanggul dalam hal ini dibuat dari material pasir dan tanah
setempat hasil pengerukan sungai di oxbow, dan merupakan bangunan hidraulik yang
selalu terkena gerusan atau infltrasi akibat aliran air.
3. Standar Bentuk Tanggul
Bentuk standar tanggul harus dibahas pertama-tama dari pandangan mekanika tanah,
rencana muka air tinggi (HWL), durasi hujan, kondisi topografi, mekanika tanah
pondasi, bahan timbunan, perkuatan permukaan dan sebagainya yang
merupakan hal-hal penting untuk dipelajari. Bahan-bahan timbunan diambil
4 - 32
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
dari bagian terdekat darii material dasar sungai dipakai untuk bahan
timbunan. Dalam perencanaan tanggul, permasalahan rembesan (seepage),
longsoran dan penurunan (settlement) akan dipelajari lebih cermat.
Tinggi Tanggul akan ditentukan berdasarkan rencana HWL dengan penambahan jagaan
yang diperlukan. Jagaan adalah tinggi tambahan dari rencana HWL dimana
air tidak diijinkan melimpah. Tabel di bawah ini memperlihatkan standar hubungan
antara besarnya debit banjir rencana dengan tinggi jagaan yang disarankan.
4 - 33
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63 Tahun 1993 Tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai
Tata cara Penetapan
Pasal 4
(1) Penetapan garis sempadan sungai dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk sungai-sungai yang menjadi kewenangan Menteri, batas garis sempadan
sungai ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan dan Direktur
Jenderal.
b. Untuk sungai-sungai yang dilimpahkan kewenangannya kepada Pemerintah
Daerah, batas garis sempadan sungai ditetapkan dengan Peraturan Daerah
berdasarkan usulan dari Dinas.
c. Untuk sungai-sungai yang dilimpah kewenangan pengelolaannya kepada Badan
Hukum tertentu, batas garis sempadan sungai ditetapkan dengan Peraturan
Menteri berdasarkan usulan dari Badan Hukum tertentu yang bersangkutan.
3. Bekas Sungai
Pasal 17
(1) Lahan bekas sungai merupakan inventaris kekayaan milik negara yang berada
dibawah pembinaan Direktur Jenderal atas nama Menteri.
(2) Pemanfaatan lahan bekas sungai diprioritaskan untuk:
a. Mengganti lahan yang terkena alur sungai baru.
b. Keperluan pembangunan prasarana pengairan
c. Keperluan pembangunan lainnya, dengan cara tukar bangun.
d. Keperluan budidaya, dengan syarat tertentu.
(3) Permohonan pemanfaatan lahan bekas sungai diajukan kepada Direktur Jenderal.
(4) Direktorat Jenderal melakukan inventarisasi lahan bekas sungai, dan mengadakan
pemutakhiran data inventarisasi sekurang-kurangnya 5(lima) tahun sekali.
4 - 34
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
pemanfaatannya;
j. area mitigasi/evakuasi bencana; dan
k. ruang penempatan pertandaan (signage) sesuai dengan peraturan perundangan dan
tidak mengganggu fungsi utama RTH tersebut.
4 - 35
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
deskriptif komparatif. Tolak ukur 100 m di kanan kiri sungai dan 50 m kanan kiri anak
sungai;
Menjaga kelestarian konservasi dan aktivitas perambahan, keanekaragaman
vegetasi terutama jenis unggulan lokal dan bernilai ekologi dipantau dengan metode
kuadrat dengan jalur masing-masing lokasi 2 km menggunakan analisis vegetasi
yang diarahkan pada jenis-jenis flora yang bernilai sebagai tumbuhan obat;
Memantau fluktuasi debit sungai maksimum;
Aktivitas memantau, menghalau, menjaga dan mengamankan harus diikuti dengan
aktivitas melaporkan pada instansi berwenang dan yang terkait sehingga pada
akhirnya kawasan sempadan sungai yang berfungsi sebagai RTH terpelihara dan
lestari selamanya.
4 - 36
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
4 - 37
Laporan Antara/ Interim Detail Desain Revitalisasi Oxbow
Kabupaten Kapuas Hulu
Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20–
30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan
pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan
persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah
setempat, yang disukai oleh burungburung, serta tingkat evapotranspirasi rendah
4 - 38