Latar Belakang
Kota adalah konsentrasi kebudayaan manusia dan telah mencatat berbagai puncak kebudayaan dari satu
bangsa. Urbanisasi oleh karena itu sering disebut sebagai usaha atau proses modernisasi (friedman,
1971; santos, 1975; potter, 1998). Kawasan Industri Terboyo dengan luas lahan 300 hektare, merupakan
salah satu kawasan industri terbesar yang ada di Kota Semarang. Kawasan tersebut memiliki
perkembangan industri yang tinggi, dan tentunya akan berakibat juga makin bertambahnya pekerja dari
tiap industri
Perkembangan Industri yang tinggi ini tentunya akan berakibat juga semakin bertambahnya
karyawan dari tiap industri. Karyawan-karyawan ini tidak hanya berasal dari lingkup kota Semarang saja
tetapi juga daerah sekeliling kota Semarang yang mempunyai jarak relative dekat dengan Semarang.
Para pekerja ini rata-rata menempuh jarak yang cukup jauh untuk mencapai lokasi industri yang ada
dikarenakan penempatan lokasi industri yang umumnya diletakkan di daeah pinggir kota agar polusinya
tidak berdampak langsung pada kota, terutama daerah tempat tinggal. Sedangkan jam kerja yang mereka
jalani cukup tinggi sehingga wktu untuk beristirahat pun berkurang apalagi ditambah dengan waktu
perjalanan yang cukup jauh. Jauhnya lokasi ini juga berakibat bertambahnya biaya yang dikeluarkan pihak
industri untuk menyediakan dana transport, baik itu yang berupa gaji mapun alat transportasi untuk antar
jemput. Banyaknya pekerja pabrik ini juga berakibat munculnya kemacetan-kemacetan pada saat jam-jam
mulai kerja maupun pulang kerja. Dengan adanya permasalahan-permasalahan diatas maka akan berefek
negative terhapat perkembangan permukiman kota, karena banyaknya para pekerja dari kota-kota sekitar
yang umumnya berpenghasilan rendah menari permukiman yang dekat dengan lokasi pekerjaan dengan
biaya yang semurah mungkin. Hal ini memungkinkan munculnya daerah kumuh pada kota
Seiring bertambahnya jumlah pekerja industri, kebutuhan akan tempat tinggal masyarakat
menjadi hal yang sangat penting
kelangsungan hidup masyarakat dan akan kesulitan dalam menjalankan kehidupan dan aktivitas
kesehariannya. Visi penyelenggaraan perumahan dan permukiman diarahkan untuk mengusahakan dan
mendorong terwujudnya kondisi setiap orang atau keluarga di Indonesia mampu bertanggung jawab
dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan permukiman
(Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa Pola Unit Pelaksana Teknis (UPT)
2004).
Peningkatan permintaan kebutuhan perumahan menghadapi persoalan yaitu dengan minimnya
ketersediaan lahan yang dibutuhkan bagi pengembang di wilayah perkotaan. Kondisi keterbatasan lahan
perkotaan sangat dirasakan saat penyediaan lahan perumahan untuk masyarakat golongan
PROPOSAL TEKNIS
Perumusan Masalah
Masalah yang ada di wilayah studi yaitu Kelurahan Sumbungharjo dapat dilihat pada sekma
PROPOSAL TEKNIS
Keterangan
Akses Kep
Sebab
Akibat
Dampak Luas
Banyaknya
permukiman yang tidak terenc
Banyaknya migrasi
pendatang
Gambar 1.1
Pohon Masalah
Kawasan permukiman industri Terboyo tidak terencana dengan baik, sehingga terintegrasi
dengan industri di Kecamatan Genuk, dimana masyarakatnya bekerja sebagai buruh industri. Disamping
itu, permasalahan permukiman yang diperuntukan bagi buruh industri dihadapkan oleh dua permasalahan
inti yaitu penyediaan rumah yag kini cenderung tidak pro pada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
seperti buruh, mengingat penghasilan buruh yang tidak memungkinkan untuk mencicil rumah dengan
harga cukup tinggi dan banyaknya migrasi yang datang membuat terbatasnya lahan perkotaan.
Permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan sebagian besar buruh industri di Kawasan
PROPOSAL TEKNIS
1.3.1
Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk menyusun konsep
pembangunan dan strategi kemitraan pemerintah, dunia usaha dan organisasi non pemerintah dalam
upaya pengadaan dan pembangunan perumahan yang layak dan terjangkau (affordable adequate
housing) bagi buruh industri di Kawasan Industri Terboyo secara terpadu.
1.3.2
Sasaran
Sasaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan peneitian di atas diantaranya sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan karakteristrik Kawasan Industri Terboyo;
2. Mengidentifikasi ketersediaan perumahan yang memiliki harga terjangkau di dekat kawasan
Industri Terboyo;
3. Mengidentifikasi dan merumuskan karakteristik sosial ekonomi dan karakteristik fisik rumah
tinggal buruh industri sebagai penerima manfaat perencanaan yang akan di susun.
4. Menganalisis kebutuhan hunian dan fasilitas penunjang sesuai karakteristik sosial ekonomi
buruh Kawasan Industri Terboyo;
5. Mengidentifikasi dan menentukan lokasi rencana pembangunan rumah yang sesuai dengan
harapan kelompok sasaran yang nantinya akan menerima manfaat;
6. Merencanakan desain tapak dan memperkirakan biaya konstruksi pembangunan hunian
yang sesuai dengan harapan kelompok sasaran yang nantinya akan menerima manfaat;
7. Mengidentifikasi potensi dan peluang kemitraan dengan berbagai stakeholders terkait
pengadaan lahan, pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan perumahan bagi kelompok
sasaran sebagai penerima manfaat; dan
8. Merumuskan konsep dan strategi kemitraan baik untuk pengadaan lahan, pembiayaan dan
pelaksanaan pembangunan perumahan bagi kelompok sasaran sebagai penerima manfaat.
1.4
Ruang Lingkup
Pembahasan pada ruang lingkup terdiri dari dua bagian, yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang
lingkup materi. Ruang lingkup wilayah mencakup batas wilayah studi yang berupa batas administratif.
Sedangkan ruang lingkup materi merupakan batasan pembahasan substansi studi.
1.4.1
rendah. Penyediaan rusun ini untuk menampung 500 Kepala Keluarga (500 unit rumah) kaum buruh
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 1.2
Peta Administrasi Kecamatan Genuk
Secara administrasi, Kecamatan Genuk terbagi menjadi 10 kelurahan. Berikut adalah batasbatas wilayah dari Kecamatan Genuk :
Utara
Timur
: Kecamatan Gayamsari
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 1.3
Peta Administrasi Kelurahan Sembungharjo
Timur
1.5
Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan bagan yang menjelaskan alur berpikir sekaligus proses dalam hal ini
PROPOSAL TEKNIS
PROPOSAL TEKNIS
BAB II
GAMBARAN AWAL WILAYAH STUDI
2.1 Profil Wilayah Studi Makro Kecamatan
2.1.1 Kondisi Fisik Kecamatan Genuk
Kondisi fisik Kecamatan Genuk terdiri dari letak administratif, topografi, litologi, tata guna lahan
kesesuaian lahan dan RTRW, serta sarana prasarana Kecamatan Genuk.
2.1.1.1 Letak Administratif
Kecamatan Genuk merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di sebelah timur laut Kota
Semarang dengan luas wilayah 770,30 Ha atau 7,33% terhadap luas Kota Semarang. Berdasarkan
administrasinya Kecamatan Genuk terbagi menjadi 13 Kelurahan meliputi Kelurahan Muktiharjo Lor,
Gerbangsari, Genuksari, Bangetayu Kulon, Bangetayu Wetan, Sembungharjo, Penggaron Lor, Kudu,
Karangroto, Banjardowo, Trimulyo, Terboyowetan, dan Terboyo Kulon.
PROPOSAL TEKNIS
2.1.1.2 Topografi
Dilihat dari topografinya Kecamatan Genuk hanya memiliki satu jenis topgrafi sebesar 0-2% atau
tergolong datar dengan jarak antar kontur yang relatif jauh. Melihat topografinya yang datar maka
kecamatan ini memiliki potensi yang besar untuk dibuat menjadi suatu kawasan terbangun. Selain itu,
Kecamatan Genuk berbatasan langsung dengan Laut Jawa dengan ketinggian 8mdpl.
Gambar 2.2
Peta Topografi Kecamatan Genuk
2.1.1.3 Litologi
Kecamatan Genuk memiliki 3 jenis tanah, diantaranya adalah jenis tanah Aluvial, Asosiasi Aluvial
Kelabu, dan Grumusol.
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.3
Peta Litologi Kecamatan Genuk
Berdasarkan peta jenis di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar Kecamatan Genuk terdiri dari jenis
tanah asosiasi aluvial kelabu di bagian selatan dan barat sedangkan proporsi jenis tanah grumusol dan
jenis tanah aluvial cukup seimbang dengan dominasi jenis tanah aluvial dibagian utara dan jenis tanah
grumusol di bagian timur.
2.1.1.4 Tata Guna Lahan
Dalam RTRW Kota Semarang, Kecamatan Genuk termasuk dalam BWK IV yang memiliki fungsi
daerah sebagai kawasan Industri, Sub Pelayanan Kota, Pusat Lingkungan, dan Sistem Transportasi. Tata
guna lahan di Kecamatan Genuk beragam seperti fasilitas kesehatan, permukiman, perdagangan dan
jasa, dan lain-lain. Pemanfaatan yang ada di Kecamatan Genuk ini sudah sesuai dengan RTRW Kota
Semarang. Berikut tata guna lahan Kecamatan Genuk.
10
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.4
Peta Tata Guna Lahan Kecamatan Genuk
11
PROPOSAL TEKNIS
No
Kelurahan
Muktiharjo Lor
Gebangsari
Genuksari
Bangetayu Kulon
Bangetayu Wetan
Sembungharjo
Penggaron Lor
Kudu
Karangroto
Banjardowo
Trimulyo
Terboyo Wetan
Terboyo Kulon
10.
11.
12.
13.
Tabel II.1
Sarana Pendidikan Kecamatan Genuk Tahun 2011
TK
SD
SMP
SMA
MI
2
6
5
1
6
2
2
2
5
2
1
2
0
3
5
6
1
4
3
0
2
5
2
2
1
0
0
1
0
0
2
1
0
1
2
1
0
1
1
0
1
1
2
1
0
0
0
2
1
0
0
1
0
1
2
0
0
2
2
0
1
1
1
0
0
MTS
0
0
0
0
2
0
1
0
1
0
0
0
0
MA
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
Perguruan
Tinggi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
Persebaran sarana pendidikan hierarki rendah sudah dirasa merata pada Kecamatan Genuk,
akan tetapi pada beberapa Kelurahan tidak mempunyai sarana pendidikan hierarki rendah
seperti pada kelurahan Terboyo Kulon dan Penggaron Lor. Persebaran sarana pendidikan hieraki
tinggi berada di Kelurahan Gebangsari, Terboyo Kulon, Banget Ayu Wetan, dan Karangroto. Ini
mengindikasikan persebaran sarana pendidikan hierarki tinggi yang tidak tersentral akan tetapi
disebar secara merata di 4 kelurahan yang mempunyai jangkauan yang sama ke seluruh
kelurahan lain di Kecamatan Genuk.
2) Sarana Kesehatan
Rumah sakit yag ada di kecamatan Genuk yaitu Rumah Sakit Sultan Agung yang terdapat di
Kelurahan Terboyo Kulon. Sarana kesehatan yang masih minim terdapat pada kelurahan
Penggaron Lor yang sama sekali tidak mempunyai sarana kesehatan serta kelurahan Kudu dan
Terboyo Wetan yang hanya mempunyai satu sarana kesehatan. Sedangkan kelurahan yang
mempunyai sarana kesehatan yang banyak yaitu kelurahan Gebangsari dengan jumlah sarana
kesehatan sebanyak 11 buah kemudian Kelurahan genuksari yang notabene Ibukota Kecamatan
dengan 10 sarana kesehatan.
No
Kelurahan
Tabel II.2
Sarana Kesehatan Kecamatan Genuk Tahun 2011
Rumah
R.S
Poliklinik
Puskesmas
Dokter
Sakit
Bersalin
Praktek
12
Bidan
Praktek
PROPOSAL TEKNIS
Muktiharjo Lor
Gebangsari
Genuksari
Bangetayu Kulon
Bangetayu Wetan
Sembungharjo
Penggaron Lor
Kudu
Karangroto
Banjardowo
Trimulyo
Terboyo Wetan
Terboyo Kulon
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
5
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
2
0
0
0
0
0
8
3
4
4
3
0
1
0
6
4
1
0
2
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
3) Sarana Peribadatan
Keberadaan sarana masjid dan surau tersebar di seluruh kelurahan yang berada di
Kecamatan Genuk sedangkan untuk gereja hanya terdapat di beberapa kelurahan saja dan
terbanyak di Kelurahan gebangsari. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Kecamatan
Genuk beragama islam sehingga untuk sarana masjid dan surau tersebar di seluruh kelurahan.
adapun kelurahan yang mempunyai jumlah masjid terbanyak yaitu kelurahan Bangetayu Kulon.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Tabel II.3
Sarana Peribadatan Kecamatan Genuk Tahun 2011
Kelurahan
Masjid Surau
Gereja
Vihara
Muktiharjo Lor
2
5
0
0
Gebangsari
5
2
3
0
Genuksari
5
28
1
0
Bangetayu Kulon
11
28
0
0
Bangetayu Wetan
4
41
1
0
Sembungharjo
7
25
0
0
Penggaron Lor
1
22
0
0
Kudu
4
25
0
0
Karangroto
9
12
0
0
Banjardowo
1
30
1
0
Trimulyo
1
10
0
0
Terboyo Wetan
3
3
0
0
Terboyo Kulon
1
9
0
0
b. Prasarana
Prasarana di wilayah studi berupa jaringan yang saling terhubung dan mendukung
keberlangsungan aktivitas masyarakat Kecamatan Genuk.
1) Prasarana Transportasi
Kecamatan Genuk merupakan perbatasan Kota Semarang bagian timur dengan Kabupaten
Demak. Hal itu merupakan potensi kecamatan Genu untuk mengembangkan sistem transportasi
untuk menjangkau dari pusat kota menuju hinterand maupun ke Kabupaten Demak dan
sekitarnya. Hal itu memberikan kemudahan akses bagi para industri di Kawasan Industri Genuk
agar memudahkan mobilitas aliran barang dan jasa. Dalam rangka memperlancar lalu lintas
hubungan darat menuju daerah kabupaten dan kota lainnya jalan-jalan dalam kota dilengkapi
13
PROPOSAL TEKNIS
Pada Kecamatan Genuk terdapat 3 kelas jalan yaitu arteri, kolektor, dan lokal. Adapun jalan
yang memiliki persentase paling baik adalah jalan arteri primer. Hal ini dikarenakan jalan arteri
primer ini pada beberapa tahun terakhir telah mendapatkan perhatian khusus oleh karena
adanya banjir di Kecamatan Genuk dan kondisi jalan sebagian besar sudah dibeton. Adapun
jalan yang mempunyai persentase kerusakan paling itnggi adalah jalan arteri sekunder dan
kolektor sekunder. Hal ini dikarenakan jalan ini perkerasannnya berupa aspal serta dilalui oleh
beban kendaraan yang sangat besar serta terdapat banjir yang menggenang karena saluran
drainase yang buruk.
2) Jaringan Drainase
Kecamatan Genuk memiiki 3 jenis drainase berdasarkan status pengaliranny yaitu drainase
primer, sekunder dan tersier. Drainase primer di kecamatan genuk berada pada aliran sungaisungai utama. Drainase primer melewati ini melewati Kelurahan penggaron Lor, Kudu,
Karangroto, Banjardowo, dan Trimulyo. Drainase sekunder sebagai wadah pengaliran dari
drainase tersier sebelum ke drainase primer. Drainase sekunder tersebut dapat berupa anakanak sungai dari drainase primer pada Kecamatan Genuk terdapat pada hampir seluruh jalan
arteri primer serta pada kelurahan Genuksari, Gebangsari, Bangetayu Kulon, Terboyo Kulon, dan
Terboyo Wetan. Drainase tersier terdapat pada saluran pembuangan limbah rumah tangga yang
berada di lingkungan permukiman maupun perkotaan. Drainase ini terletak hampir di seluruh
Kelurahan di Kecamatan Genuk.
3) Jaringan Air Bersih
Penyediaan air bersih di Kecamatan Genuk dilakukan secara komunal oleh PDAM Tirta
Modal. Berikut peta jaringan air bersih di Kecamatn Genuk.
14
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.5
Peta Jaringan Air Bersih Kecamatan Genuk
Penyediaan air minum di Kecamatan Genuk dilakukan secara komunal oleh PDAM Tirta
Moedal. Pada Kecamatan Genuk terdapat satu reservoir di Kelurahan Banjardowo dan satu
water treatment di Kelurahan Kudu. Reservoir ini berguna untuk mengalirkan air ke tempat yang
mempunyai ketinggian lebih tinggi atau dengan sistem pompa. Adapun water treatmen plan
berfungsi untuk membersihkan air yang dialirkan sehingga layak digunakan ataupun dikonsumsi.
Namun, penyediaan air oleh PDAM pada tahun 2011 masih sangat minim sehingga sebagian
besar di tiap kelurahan masih didominasi oleh penyediaan air dengan menggunakan sumur.
4) Jaringan Persampahan
Sumber sampah di Kecamatan Genuk 96% didominasi oleh sampah yang bersumber dari
residential, industri dan komersial. Berikut peta jaringan persampahan Kecamatan Genuk.
15
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.6
Peta Jaringan Persampahan Kecamatan Genuk
Contoh sampah yang berasal dari residential yaitu sampah yang berasal dari rumah tangga
seperti sampah makanan. Sedangkan contoh sampah yang berasal dari komersial adalah
sampah yang berasal dari pasar yang terdapat di Kelurahan Genuksari, pertokoan di sepanjang
jalan Kolektor, serta fasilitas kesehatan. Adapun limbah industri berasal dari industri yang berupa
limbah padat maupun limbah cair yang berada di Kelurahan Terboyo Kulon.
Sampah-sampah yang telah terkumpul di kecamatan Genuk dilakukan penngelolaan
sampah dengan cara diangkut dan di bakar. Bebapa kelurahan melkukan pengangkutan sampah
lalu diteruskan ke TPA yang terdapat di Kecamatan Ngaliyan, kelurahan tersebut adalah adalah
Kelurahan Muktiharjo, Gebangsari, Genuksari, Bangetayu Kulon, Karangroto, Terboyo Kulon, dan
Terboyo Wetan. Adapun kelurahan sisanya pengelolaannya dengan cara dibakar ataupun
ditimbun sesuai dengan kebijakan individu.
5) Jaringan Sanitasi
Permasalahan sanitasi di Kecamatan Genuk berupa limbah cari dan limbah padat dari
kegiatan masyarakat masih terdapat beberapa yang tercampur dengan sistem drainase.
Sedangkan limbah padat (tinja) di Kecamatan Genuk masih menggunakan sanitasi setempat (on
site sanitation). Permasalahan diatas akan menibulkan kendala dimasa yang akan datang
16
PROPOSAL TEKNIS
2.1.2
aspek perekonomian.
2.1.2.1 Kependudukan
Kependudukan merupakan ilmu yang mempelajari dinamika penduduk atau manusia meliputi
ukuran, struktur, dan persebarannya yang dipengaruhi oleh mortalitas, natalitas, dan migrasi. Jumlah
penduduk Kecamatan Genuk sebanyak 88.967 jiwa pada tahun 2011 yang terdiri dari 44.638 jiwa
penduduk laki-laki dan 44.329 jiwa penduduk perempuan denganjumlah rumah tangga sebanyak 22.903
KK.
17
PROPOSAL TEKNIS
Perempuan
Gambar 2.7
Piramida Penduduk Kecamatan Genuk Tahun 2011
Komposisi penduduk jenis kelamin laki-laki dan perempuan cukup seimbang, dengan usia produktif
jauh lebih banyak dibandingkan usia non produktif. Struktur kependudukan di atas juga menunjukan
bahwa telah terjadi bonus demografi di Kecamatan Genuk yaitu 58,85% dari total jumlah penduduk
Kecamatan Genuk.
b. Kepadatan Penduduk
Kecamatan Genuk memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar 108,74 jiwa/ha pada tahun
2011. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kelurahan Bangetayu Kulon, sedangkan kepadatan
penduduk terendah terletak di Kelurahan Terboyo Kulon.
18
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.8
Peta Kepadatan Penduduk Kecamatan Genuk Tahun 2011
34%
21%
SD
SMP
18%
8%
SMA
Perguruan Tinggi
19%
Tidak Tamat
Gambar 2.9
Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Kecamatan Genuk Tahun 2010
19
PROPOSAL TEKNIS
6%
1%
5%
21%
2%
11%
0%
53%
Petani
Nelayan
Pengusah
a
Buruh
Pedagan
g
Angkutan
PNS/Abri
Pensiuna
n
Jasa/Lain
nya
Gambar 2.10
Persentase Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Kecamatan Genuk Tahun 2010
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Kecamatan Genuk
berprofesi sebagai buruh industri dan petani yaitu sebesar 53% dan 21% sedangkan sebagian kecil
masyarakat merupakan pensiunan dan pengusaha yaitu sebesar 1% dan 2%. Hal ini
menggambarkan bahwa mayoritas daya beli masayarakat Kecamatan Genuk kecil, karena
pendapatan sebagai buruh industri dan petani cukup kecil. Berdasarkan hal tersebut, daya beli
masyarakat yang paling dominan adalah untuk kebutuhan primer seperti pangan dan tempat tinggal.
Namun, dengan pendapatan yang kecil tidak sebanding dengan harga tempat tinggal yang terus
mengalami kenaikan harga, ditambah lagi harga-harga kebutuhan pokok yang semakin melonjak
naik. Kejadian ini menyebabkan sedikitnya buruh industri yang merupakan mata pencaharian
mayoritas masyarakat memiliki rumah atau tempat tinggal miliki sendiri dengan kondisi yang layak
huni. Berdasarkan hal tersebut mendorong adanya penyediaan rumah yang terjangkau dan layak
huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah
2.1.2.2 Sosial dan Budaya
Kondisi masyakat di Kecamatan Genuk secara sosial dapat dikatakan baik dari segi pendidikan,
karena sudah lengkapnya sarana pendidikan di Kecamatan Genuk dan terdistribusi secara merata.
Namun bila dilihat dari tingkat pendidikan yang dilewati oleh masyarakat Kecamatan Genuk dapat
20
PROPOSAL TEKNIS
Alamat
PT.
Nagasaki
Furnindo
CV. Rkafurindo
Bonanza
(LTD) PT
Harumi
Megah
Kategori
Manufaktur
100 orang
Manufaktur
50 orang
Indonesia
Manufaktur
50 orang
Indonesia
Peralatan
Rumah Tangga
100 orang
21
Jumlah
PROPOSAL TEKNIS
adanya kawasan industri Terboyo, Universita Sultan Agung dan Rumah Sakit Sultan Agung. Hal tersebut
semakin menjadi potensi tarikan masyarakat untuk melakukan pegerakan akitifitas ke Kecamatan Genuk.
Salah satu fokus yaitu pada Kawasan Industri Terboyo. Kawasan Industri ini memiliki luas sekitar 300
Hektar dengan berbagai macam industri yang beraktivitas setiap hari dengan pegawaopegawai buruhburuh industri yang berasal dari berbagai tempat. Pengembanga hunian disekitar Kawasn Industri Terboyo
saat ini semakin dikembangkan berupa rumah deret, rumah susun dan sebagainya yang ditawarkan untuk
para pegawai yang bekerja di kawasan tersebut.
Wilayah studi yang nantinya akan digunakan sebagai lokasi pembangunan perumahan dan
permukiman buruh industri berada di kelurahan Sembuharjo dan Kelurahan Karangroto. Seiring
berjalannya waktu pemenuhan lahan kosong sebagai dasar untuk tempat tinggal dan membangun hunian
dirasakan semakin sulit. Kurang efisien dan mengeluarkan banyak sumberdaya, jika melakukan relokasi
atau pemindahan lahan sementara. Kelurahan tersebut dipilih karena masih cukup banyak terdapat lahan
kosong yang masih dapat digunakan untuk membangun sebuah komplek rusun untuk buruh. Rusun akan
digunakan untuk mengakomodasi 300 hunian yang difokuskan kepada buruh.
Selain lahan kosong, di kelurahan tersebut memiliki permasalahan fisik yang tidak cukup parah.
Permasalahan fisik di Kecamatan Genuk yaitu banjir rob dan amblesan tanah yang cukup tinggi di bagian
utara kecamatan. Kelurahan Sembuharjo dan Kelurahan Karangroto berada pada bagian tenggara
Kecamatan Genuk cukup jauh dari bahaya amblesan dan banjir.
Di kelurahan tersebut didukung dengan fasilitas yang cukup memadai seperti fasilitas pendidikan
saranaa kesehatan hingga sarana peribadatan. Prasarana di kelurahan tersebut jga cukuo memadahi
untuk sebuah hunian sebagai syarat permukiman layak huni.
22
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2. 10
Peta Deliniasi wilayah studi
2.2.2
topografi, TGL, kesesuaian lahan dan RTRW serta sarana dan prasarana..
2.2.2.1 Letak Administratif
Lokasi perencanaan pembangunan rumah susun bagi buruh industri dengan penghasilan rendah
terletak di Kelurahan Sembungharjo. Kelurahan ini memiliki luas wilayah sebesar 208.904 km 2. Berikut
peta admin Kelurahan Sembungharjo.
23
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2. 11
Peta Administrasi Kelurahan Sembungharjo
Secara umum topografi di Kelurahan Sembungharjo sama dengan topografi di kelurahan lain di
kecamatan Genuk. Topografi kelurahan ini relatif datar, yaitu sebesar 0-2% dengan ketinggian berkisar
antara 6-12 meter dari permukaan laut. Daerah dengan topografi yang datar sangat menunjang untuk
pengembangan kawasan, khususnya untuk kawasan terbangun (kawasan permukiman) dengan jumlah
yang besar. Di Kelurahan ini sendiri sebagian besar wilayahnya digunakan untuk kawasan permukiman,
walaupun demikian masih terdapat cukup banyak lahan kosong yang berfungsi sebagai perkebunan dan
tegalan yang dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk ditanami komoditi tertentu untuk
kemudian dijual. Berikut peta topografi Keluraahn Sembungharjo.
24
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2. 12
Peta Topografii Kelurahan Sembungharjo
2.2.2.3 Litologi
Kelurahan Sembungharjo memiliki karakteristik tanah Asosiasi Aluvial Kelabu, dengan struktur
geologi Endapan Permukaan Aluvial. Asosiasi Aluvial Kelabu sendiri merupakan tanah yang berasal dari
bahan induk alluvium dan memiliki beberapa ciri, yaitu teksturnya beraneka ragam, belum terbentuk
struktur, konsistensi basah-lekat, pH bermacam-macam, dan kesuburan sedang-tinggi. Jenis tanah
tersebut cocok untuk dibangun permukiman, dikarenakan sifat dari tanah Asosiasi Aluvial Kelabu yang
tidak mudah tererosi sehingga mudah untuk didirikan bangunan dan untuk pengembangan ruang terbuka
hijau. Pada lokasi perencanaan, jenis tanah yang ada mendukung berkembangnya permukiman di wilayah
tersebut.
25
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.13
Peta Litologi Kelurahan Sembungharjo
26
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.14
PetaTata Guna Lahan Kelurahan Sembungharjo
27
PROPOSAL TEKNIS
(b)
Gambar 2.15
(a) Sarana Pendidikan SMP (b) Sarana Pendidikan SD
Ketersedian sarana pendidikan terbilang tidak sesuai dengan Standar Pelanyanan Minimum. Hal
ini terlihat pada jumlah penduduk <1000 diharuskan memiliki TK, SD, SLTP dan SMU. Namun pada
keyataan ini, jumlah TK, SD, SMP dan SMA tidak sesuai dengan SPM yang ada. Sehingga dapat
dikatakan tidak sesuai standar.
Tabel II.7
Sarana Pendidikan Kelurahan Sembungharjo Tahun 2011
Sarana Pendidikan
Jumlah
TK
2
SD
3
SMP
1
SMA
0
Madrasah Ibtidaiyah
2
Madrasah Tsanawiyah
0
Madrasah Aliyah
0
Sumber: Kecamatan Genuk Dalam Angka, 2011
2) Sarana Kesehatan
Kondisi Sarana Kesehatan pada Kelurahan Sembungharjo terbagi hanya pada 2 jenis saja.
Pertama ialah Sarana Kesehatan yang berjenis Praktek Dokter yang berjumlah 3 unit saja.
Sedangkan yang kedua ialah ketersediaan dukun bayi yang berjumlah 4 bayi yang dapat dalam
proses kehamilan. Apabila dilihat secara kondisi dan ketersediaan sarana Kesehatan juga dapat
dikatakan tidak sesuai dengan SPM. Hal ini terlihat apabila jumlah penduduk yang ada ialah 9500,
28
PROPOSAL TEKNIS
3) Sarana Perekonomian
Kondisi Sarana Perekonomian pada Kelurahan Sembungharjo terbagi menjai 3 jenis yaitu
took/kios kecil, warung makan, pedagang kaki lima. toko dan kios merupakan jenis sarana
perekonomian yang paling banyak dan paling sering ditemukan pada kelurahan ini, yaitu berjumlah
160 unit.
Gambar 2.16
Sarana Perdagangan Warung
Kelurahan Sembungharjo tidak memiliki pasar yang berfungsi untuk melakukan transaksi barang
atau jasa. Sehingga masyarakat yang menginginkan untuk berbelanja diharuskan pergi ke kelurahan
lain untuk memenuhi kebutuhannya. Berikut jenis dan jumlah sarana perdaganagn di Kelurahan
Sembungharjo.
Tabel II.9
Sarana Perekonomian Kelurahan Sembungharjo Tahun 2011
29
PROPOSAL TEKNIS
Jumlah
0
160
31
103
b. Prasarana
Prasarana berupa jaringan yang saling integrasi. Sama halnya dengan sarana, prasarana
merupakan pendukung yang sangat penting dalam keberlangsungan aktivitas masyarakat.
1) Jaringan Jalan
Tingkat aksesibilitas suatu wilayah umumnya dapat diukur berdasarkan beberapa variabel yaitu
ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat transportasi, panjang dan lebar jalan, serta kualitas jalan.
Aksesibilitas di lokasi perencanaan tergolong sedang. Hal tersebut dilihat berdasarkan kondisi dan
kualitas jalan serta ketersediaan sarana transportasi yang ada. Sebagian besar perkerasan jalan di
lokasi perencanaan sudah diaspal dan di-paving, namun tidak sedikit juga ruas jalan yang belum dipaving bahkan mengalami kerusakan. Kerusakan jalan juga beragam, ada yang berupa amblesan
pada jalan paving, jalan berlubang pada jalan aspal dan sebagainya. Jalan yang belum diaspal
ataupun di-paving), khususnya di gang-gang kecil, masih berupa tanah sehingga akan sangat kotor
dan berlumpur saat turun hujan.
Gambar 2.17
Jaringan Jalan
Sebagian besar jalan di lokasi perencanaan merupakan jalan lokal dan jalan lingkungan,
sedangkan Jalan Kudu Banjardowo, Widoro Raya, Sedayu Tugu dan Perbal I merupakan jalan
kolektor sekunder. Kondisi tersebut mengacu pada RTRW Kota Semarang tahun 2011-2031. Selain itu
menurut RDTRKKota Semarang, Kelurahan Sembungharjo yang termasuk dalam blok 2.2 dengan
luas jaringan jalan dan utilitasnya mencapai 199.769 Ha.
2) Jaringan Air Bersih
Penduduk Kelurahan Sembungharjo menggunakan sumur dan PDAM sebagai sumber air bersih
yang digunakan setiap harinya. Walaupun, hampir seluruh warga memiliki kedua sumber air bersih
30
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.18
Jaringan Listrik
4) Jaringan Telekomunikasi
Penduduk Kelurahan Sembungharjo, melakukan komunikasi dengan menggunakan telepon.
Sedikit dari penduduk tersebut yang menggunakan atau berlangganan telepon rumah.Namun, saat ini
hampir seluruh penduduk memiliki telepon gengam atau handphone sebagai media komunikasi.Hal ini
disebabkan karena telepon genggam dinilai sebagai media komunikasi yang mudah, murah, memiliki
31
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.19
Selokan/Saluran Drainase
Sedangkan pada ruas jalan yang masih berupa tanah atau di sisi kanan kiri jalan yang berupa
kebun, tegalan, pakarangan atau sawah, tidak terdapat jaringan drainase. Hal itu karena air hujan
dapat meresap langsung ke dalam tanah tanpa menyebabkan genangan air. Berdasarkan RDTRK
Kota Semarang, drainase yang ada di lokasi perencanaan merupakan saluran drainase tersier yang
ada di tiap-tiap lingkungan permukiman.
32
PROPOSAL TEKNIS
mempengaruhi penyediaan rumah susun di kawasan idnustri meliputi aspek kependudukan, aspek sosial
dan budaya, dan aspek perekonomian.
2.2.3.1 Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Semarang, pada tahun 2011 Kelurahan
Sembungharjo memiliki jumlah penduduk 9.475 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 4.845
jiwa dan penduduk perempuan 4.630 jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 208.904 km2, tingkat kepadatan
penduduk di kelurahan ini mencapai 3,775 jiwa/km2 dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sebanyak 4
orang. Jika dibandingkan dengan kelurahan lain, Kelurahan Sembungharjo berada pada tingkatan
kepadatan penduduk yang sedang.
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Laki-Laki
15
10
Perempuan
05
33
00
05
10
15
PROPOSAL TEKNIS
Gambar 2.20
Piramida Penduduk Kelurahan Sembungharjo Tahun 2011
Berdasarkan piramida penduduk diatas terlihat jumlah penduduk terbanyak berada pada usia 30
sampai dengan 34 tahun. Pertumbuhan penduduk di wilayah ini juga tidak terlepas dari berbagai faktor
yang mempengaruhinya seperti faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Pada piramida diatas juga dapat
terlihat tingkat kelahiran (usia 0-4 tahun) di Kelurahan Sembungharjo cukup tinggi. Jumlah kelahiran di
tahun 2011 yaitu sebesar 209 jiwa. Tingkat kelahiran di Kelurahan Sembungharjo ini merupakan ketiga
yang terbesar setelah kelurahan Genuksari dan Bangetayu Kulon. Sementara untuk tingkat kematian di
kelurahan ini tidak rendah juga tidak tinggi, hanya sebesar 36 jiwa di tahun 2011. Sedangkan untuk tingkat
migrasi yang meliputi jumlah penduduk yang datang dan pergi berjumlah 376 jiwa untuk penduduk yang
datang dan 172 jiwa untuk penduduk yang pergi (pindah).
2.2.3.2 Kondisi Sosial Budaya
Kelurahan Sembungharjo merupakan salah satu dari 13 kelurahan di Kecamatan Genuk yang
sebagian besar penduduknya beragama islam. Pada tahun 2011 jumlah penduduk yang beragama islam
di kelurahan ini sebanyak 8.849 jiwa atau sebesar 98% dari jumlah total penduduk di kelurahan ini. Hal ini
didukung dengan ketersediaan masjid dan surau/musholla yang tersebar di berbagai wilayah dengan
jumlah yang sudah mencukupi. Jumlah masjid sebanyak 7 unit, dan musholla sebesar 25 unit untuk
33.328 jiwa, berdasarkan SNI 03-1733-2004 musholla/masjid mampu melayani 2.500 jiwa. Disamping
agama islam agama protestan menduduki peringkat kedua sebagai agama yang dianut sebagian besar
penduduk di kelurahan ini, yaitu sebesar 116 jiwa.Dan yang terbesar ketiga adalah agama katolik dengan
jumlah penganut sebanyak 103 jiwa. Selain itu, kondisi sosial masyarakat juga dapat terlihat dari berbagai
kegiatan atau organisasi masyarakat baik di lingkup yang luas seperti RW maupun dalam lingkup sempit
seperti RT. Di Kelurahan Sembungharjo sendiri terdapat beragam kegiatan atau organisasi sosial
masyarakat seperti poskamling, PKK RW, PKK RT dan sebagainya. Selain itu, kegiatan sosial seperti
kegiatan gotong royong di lingkungan tempat tinggal juga menjadi kegiatan rutin yang diadakan oleh
warga, yang bertujuan selain memperbaiki prasarana di wilayah tempat tinggalnya juga untuk menjalin
keakraban antar warga.
2.2.3.3 Kondisi Perekonomian
Tingkat perekonomian di Kelurahan Sembungharjo dapat tercermin pada mata pencaharian
dominan penduduknya. Pada diagram dibawah dapat terlihat, sebagian besar penduduk di Kelurahan
Sembungharjo bermata pencaharian sebagai petani, baik petani sendiri maupun petani buruh. Jumlah
penduduk yang bekerja di sektor tersebut sebesar 1.459 jiwa atau sebesar 38% dari jumlah penduduk
total. Kondisi tersebut didukung oleh masih terdapatnya lahan pertanian dan tegalan yang cukup banyak.
Mata pencaharian dominan kedua di Kelurahan Sembungharjo adalah buruh, baik buruh industri maupun
buruh bangunan. Jumlah buruh yang ada di kelurahan tersebut adalah sebesar 1.695 jiwa atau sebesar
34
PROPOSAL TEKNIS
11% 0%
Jasa
38%
Pensiunan0%
35%
Gambar 2.21
Persentase Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Sembungharjo Tahun 2010
BAB III
KONSEP PERENCANAAN
3.1 Tujuan Perencanaan
Berkembangnya industri di kawasan perkotaan menjadi suatu magnet bagi masyarakat
perkotaan serta para migran. Tidak hanya bagi kaum berpendidikan tinggi bahkan hingga masyarakat
yang berpendidikan rendah. Proses pengkotaan yang terjadi cukup pesat mengakibatkan terjadinya
ketidak seimbangan antara ketersediaan lahan yang ada dengan kebutuhan lahan akan tempat tinggal.
Akibat minimnya lahan serta harga yang relatif tinggi tersebut, membuat munculnya permukiman kumuh
yang diciptakan oleh migran khususnya kaum buruh. Melihat fenomena ini, maka diperlukannya
35
PROPOSAL TEKNIS
2.
Menjamin bahwa rumah susun umum hanya dimiliki dan dihuni oleh masyarakat berpenghasilan
rendah
3.
4.
Melaksanakan berbagai kebijakan di bidang rumah susun umum dan rumah susun khusus
36
PROPOSAL TEKNIS
2.
3.
Melaksanakan peningkatan kualitas rumah susun umum dan rumah susun khusus
4.
Memfasilitasi penyediaan tanah untuk pembangunan rumah susun umum dan rumah susun
khusus
5.
Memfasilitasi penghunian, pengalihan, pemanfaatan, serta pengelolaan rumah susun umum dan
rumah susun khusus
6.
7.
Melakukan pengembangan hubungan kerja sama di bidang rumah susun dengan berbagai
instansi di dalam dan di luar negeri
Lebih lanjut mengenai penugasan dan pembentukan Badan Pelaksana berdasarkan Pasal 73 UU Rusun,
akan diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam pengelolaan rusun menjadi tanggungjawab dari pemerintah (Perumnas) dan swasta
dimana dalam setiap sektor tersebut memiliki unit-unit daalam pelaksanaan pembangunan dan
pengelolaan rusun.
3.3.2
dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal maupun vertikal, dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-bersama,
benda bersama dan tanah bersama. (SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan).
Menurut pasal 22 ayat (2) Undang-undang no.1 thn 2011 tentang perumahan dan kawasan
permukiman, rumah susun merupakan salah satu dari tiga jenis rumah berdasarkan jenis dan
bentuknya.Pada Pasal 34 ayat (1) disebutkan bahwa Pembangunan rumah susun dilaksanakan
berdasarkan perhitungan dan penetapan koefisien lantai bangunan dan koefisien dasar bangunan yang
disesuaikan dengan kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan yang mengacu pada rencana
tata ruang wilayah. Lalu pada pasal berikutnya, (2) Ketentuan mengenai koefisien lantai bangunan dan
koefisien dasar bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan dalam hal terdapat
37
PROPOSAL TEKNIS
Aspek Pembiayaan
Rencana anggaran biaya bangunan atau sering disingkat RAB adalah perhitungan biaya
bangunan berdasarkan gambar bangunan dan spesifikasi pekerjaan konstruksi yang akan di bangun,
sehingga dengan adanya RAB dapat dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan nantinya.
Untuk menghitung RAB diperlukan data data antara lain:
syarat syarat )
Volume masing masing pekerjaan yang akan di laksanakan.
Daftar harga bahan bangunan dan upah pekerja saat pekerjaan di laksanakan.
Analisa BOW atau harga satuan pekerjaan.
Metode kerja pelaksanaan
Ada beberapa cara dalam menghitung RAB tersebut adalah:
1. Biaya Bangun Rumah Sistem m2 Bangunan
Cara ini merupakan yang paling mudah dan paling cepat dilakukan, berikut adalah cara
menghitungnya:
a. Pertama harus diketahui ukuran rumah yang akan dibangun untuk mengetahui luas
bangunan dalam satuan m2.
b. Langkah selanjutnya adalah mencari tahu kira kira stadar harga per m2 bangunan
2.
pada daerah yang akan dibangun dan waktu pelaksanaan pembangunan berlangsung.
Sistem Analisis Harga Satuan Bangunan
Cara ini lebih rumit dan membutuhkan ketelitian karena harus menguraikan detail pekerjaan
yang ada, mencari harga masing-masing pekerjaan lalu membuat total keseluruhan dalam
bentuk rekapitulasi. Akan tetapi cara ini banyak digunakan kontraktor sebagai laporan atau
pengendalian biaya proyek. Cara ini dimulai dari menentukan bentuk bangunan,
menghitung volume pekerjaan lalu menghitung biaya bangun rumah. Kelebihan dari cara ini
yaitu kita dapat menghitung kebutuhan bahan dan tenaga, serta hasil perkiraan biayanya
3.
38
PROPOSAL TEKNIS
lahan adalah proses kegiatan memperoleh lahan sehingga lahan tersedia untuk sesuatu kegiatan diatas
lahan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Persyaratan lahan
ada 3 hal, diantaranya sebagai berikut:
1. Administrasi yaitu memiliki bukti otentik atas nama yang bersangkutan seperti girik/bukti
pembayaran pajak, akta jual beli, keterangan pejabat berwenang, pelepasan hak, dll.
2. Fisik, obyeknya jelas (letak dan batasnya), dikuasai, dijaga, dipelihara, digarap oleh
pemilik/penguasanya.
3. Hukum, yaitu mempunyai bukti yang kuat (sertifikat). Dengan hubungan hukum yang jelas (Jenis
Hak).
Adapun proses pengadaan lahan terbagi menjadi :
1. Pengadaan tanah/baru (Jual beli, Ganti rugi/Pembebasan, Hibah)
2. Optimalisasi pemanfaatan lahan yang telah diperuntukkan untuk Perumahan (sudah ada
Hak/Sertifikat).
3. Pemanfaatan lahan yang telah ada pemilik/penguasanya.
Proses penyiapan lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman memiliki
persyaratan :
1. Sesuai dengan Tata Ruang dan Tata Guna
Lokasi perumahan harus memenuhi kesesuaian dengan RTRW. Kepadatan dan tata letak
bangunan rusunami juga merupakan hal penting sehingga harus memperhatikan KLB, KDB,
KDH, ketinggian bangunan. Pemerintah menetapkan jumlah lantai rusunami maksimum adalah
20 lantai, namun pada realisasinya baru mencapai 15 lantai. Adapun untuk KLB maksimum
adalah 6 dengan KDB 40%.
2. Bebas dari rawan fisik (bencana alam, banjir, geologis, dll)
Keterbebasan dari rawan fisik antara lain bencana alam, banjir dan fenomena geologis menjadi
prasyarat utama dalam pemilihan lahan perumahan.
3. Bebas dari rawan sosial, yaitu mempunyai kepastian dan perlindungan hukum (bebas tuntutan
dari pihak lain)
Untuk rusunami yang sedang berjalan, pengadaan lahannya diantara lain berasal dari Pemda,
BUMN maupun swasta. Adapun jenis hak atas tanah untuk rumah susun adalah dalam bentuk
HGB atau Hak Milik atas Penghuni dengan Pertelaan. Sedangkan untuk sarusun, WNI memiliki
Hak Milik dan WNA hanya dikenakan Hak Pakai.
39
PROPOSAL TEKNIS
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan menjelaskan bahwa adanya panduang rancang bangunan suatu
lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengandalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan
dan lingkungan serta memuat meteri pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan; rencana umum
dan panduan rancangan; rencana investasi; ketentuan pengendalian rencana dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan melalui RTBL (Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan). RTBL sendiri mengatur suatu kawasan lingkungan/kawasan dengan luas 5-60 Ha, dengan
ketentuan:
1. Kota Metropolitan dengan luas 5 Ha;
2. Kota Besar/Sedang dengan luas 15-60 Ha;
3. Kota Kecil/Desa dengan luas 30-60 Ha.
Pentuan kawasan sendiri dibagi menjadi lima yaitu administratif; non administratif; kawasan yang memiliki
kesatuan karakter tematis; kawasan yang memiliki sifat campuran dan jenis kawasan.
Berdasarkan bagian Program dan Lingkungan dijabarkan lebih detil mengeain perencanaan dan
peruntukan lahan yang telah ditetapkan. Penyusunan program bangunan dan lingkungan dilakukan
dengan melalui analisis kawasan dan lingkungan perencanaan termasuk mengenai pengendalian dampak
lingkungan dan analisis pengembangan pembangunan berbasis peran masyarakat yang menghasilkan
dasar perancangan tata bagunan dan lingkungan. Komponen analisis yang harus ditanjau antara lain
perkembangan social-kependudukan; prospek pertumbuhan ekonomi; daya dukung fisik dan lingkungan;
aspek legal konsolidasi lahan perencanaan; daya dukung prasarana dan fasilitas lingkungan serta kajian
aspek signifikansi historis kawasan dengan menggunakan analisis SWOT.
Konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan muncul setelah adanya hasil dari
tahapan analisis. Konponen dasar perancangannya meliputi visi pembangunan; konsep perancangan
struktur tata bangunan dan lingkungan; konsep komponene perancangan kawasan serta blok-blok
pengembangan kawasan dan program penanganan. Komponen-komponen rancangan antara lain:
1. Struktur Peruntukan Lahan
Meliputi komponen peruntukan lahan makro dan peruntukan lahan mikro (peruntukan lanai dasar,
lantas atas maupun besmen; peruntukan lahan tertentu).
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan
Meliputi komponen berupa KDB, KLB, KDH, KTB, system insentif-disentif pengembangan dan
TDR.
3. Tata Bangunan
40
PROPOSAL TEKNIS
41
PROPOSAL TEKNIS
42
PROPOSAL TEKNIS
membangun sekurang-
kurangnya 2 (dua) rumah menengah dan rumah sederhana 3 (tiga) kali jumlah rumah mewah
yang akan dibangun.
d. (Dalam hal hanya membangun rumah menengah, setiap orang wajib membangun rumah
sederhana sekurang-kurangnya 1 (satu setengah) kali jumlah rumah menengah yang akan
dibangun.
e. (Dalam hal Pengembang tidak dapat membangun rumah sederhana, Pengembang perumahan
dapat membangun Rumah Susun Umum yang jumlahnya senilai dengan harga kewajiban
membangun Rumah Sederhana dalam satu hamparan yang sama.
Selanjutnya dalam proses pembangunannya, pengembang atau pemilik lahan wajib memiliki Izin
Mendirikan Bangunan (IMB). IMB diberikan setelah pemohon memperoleh dokumen seperti SIPPT, surat
bukti kepemilikan tanah, Ketetapan Rencana Kota (KRK), dan penilaian TPAK, TPKB, dan TPIB untuk
jenis bangunan tertentu seperti rumah susun. IMB ini merupakan dasar dalam mendirikan bangunan
dalam pemanfaatan ruang.
Setelah bangunan perumahan tersebut terealisasi, maka perizinan tahap terakhir yang harus disiapkan
adalah permohonan sertifikat laik fungsi dan bukti kepemilikan bangunan. Kedua perizinan ini adalah
syarat yang wajib dimiliki pemilik lahan, agar bangunan yang dimiliki tidak dianggap sebagai bangunan
informal, yakni bangunan yang didirikan di atas tanah dengan kepemilikan yang jelas dan sah, namun
tidak ada bukti atas kepemilikan bangunan. Sementara untuk pengembangan rumah susun, tahap
perizinan yang terakhir adalah terkait akta pemisahan tanah. Akta ini merupakan tanda bukti pemisahan
rumah susun atas satuan-satuan rumah susun yang meliputi bagian bersama, benda bersama dan tanah
bersama yang didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempat yang nantinya akan disahkan oleh
Gubernur. Akta pemisahan ini diperlukan sebagai dasar dalam penerbitan sertifikat hak milik atas satuan
rumah susun.
3.3.7
lebih berperan dalam menyediakan dan memberikan kemudahan dan bantuan perumahan dan kawasan
permukiman bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang
berbasis kawasan serta keswadayaan masyarakat sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam
wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian
lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Salah satu aspek perlunya peningkatan perumahan dan permukiman adalah ditujukan untuk
masyarakat yang berpenghasilan rendah karena tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal
43
PROPOSAL TEKNIS
44
PROPOSAL TEKNIS
45
PROPOSAL TEKNIS
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN
4.1 Kebutuhan Data
Dalam penyusunan kebutuhan data
berisikan data-data terkait dengan kondisi wilayah studi yaitu Kelurahan Sembungharjo. Tentunya dalam
penyusunan kebutuhan data harus disesuaikan dengan permasalahan yang ingin dikaji dan metode
analisis yang akan digunakan sehingga antara data terkait dengan masalah yang ada dapat dijadikan
bukti untuk memperkuat permasalahan. Datadata angka seperti kependudukan time series, PDRB time
series, jumlah sarana prasarana adalah basis data untuk pengolahan data dengan menggunakan metode
kuantitatif. Dari data hasil analisis menggunakan metode kuantitaif kemudian dapat diolah kembali dengan
metode kualitatif. Berikut ini adalah bagan dalam pembuatan tabel kebutuhan data:
Informasi
Penentuan
Informasi
Kebutuhan Data
Sumber: Analisis Kelompok Perumahan dan Permukiman 7A, 2014
Gambar 4.1
Bagan Pembuatan Tabel Kebutuhan Data
46
PROPOSAL TEKNIS
Aspek
Fisik Alamiah
Fisik Alamiah
Fisik Alamiah
Fisik Alamiah
Infrastruktur &
Fasilitas
Infrastruktur
&Fasilitas
Kependudukan
Kependudukan
Ekonomi
Ekonomi
Sosial &
Budaya
Sosial &
Budaya
Tabel IV.1
Kebutuhan Data
Nama Data
Tahun
Luas Wilayah Administrasi
2011
Topografi
2013
Litologi
2013
Tata Guna Lahan
2013
Jumlah Sarana dan Prasaran
2011
Jenis
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Bentuk
Angka
Peta
Peta
Peta
Angka
Sumber
BPS
Bappeda
Bappeda
Bappeda
BPS
Teknik
Telaah Peta
Telaah Peta
Telaah Peta
Telaah Peta
Telaah Dokumen
2015
Primer
Gambar
Lapangan
Observas
Kepadatan Penduduk
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk berdasarkan
Mata Pencaharian
PDRB
Jumlah penduduk berdasarkan
Agama
Organisasi
2011
2011
2011
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Angka
Angka
Angka
BPS
BPS
BPS
Telaah Dokumen
Telaah Dokumen
Telaah Dokumen
2011
2011
Sekunder
Sekunder
Angka
Angka
BPS
BPS
Telaah Dokumen
Telaah Dokumen
2015
Primer
Deskripsi
Lapangan
Wawancara
47
PROPOSAL TEKNIS
4.2.3
:
a. Input dan kompilasi data hasil observasi
b. Input dan kompilasi data hasil kuisioner
c. Input dan kompilasi data kajian literatur
Analisis Data dan Pengenalan Masalah
Tahapan analisis data dapat diartikan sebagai proses yang terdiri dari beberapa komponen yang
saling berhubungan untuk menyajikan data lebih informative sehingga dibutuhkan beberapa
metode analisis seperti metode trendline penduduk.
48
PROPOSAL TEKNIS
DAFTAR PUSTAKA
Alif, Rtizal. 2009. Analisis Kepemilikan Hak atas Tanah Satuan Rumah Susun di dalam Kerangka Hukum
Benda. Bdung: CV Nuansa Aulia.
Anonim. Tanpa angka tahun. Rencana Anggaran Biaya Bangunan. Dalam http://www.ilmusipil.com.
Diunduh Sabtu, 12 Maret 2015.
Hazliansyah. 2014. Perumnas Luncurkan Proyek Tower Brown Sentra Timur Residance. Dalam
http://nasional.republika.co.id. Diunduh Sabtu, 12 Maret 2015.
Kecamatan Genuk Dalam Angka 2011.
Perda No 14 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Semarang.
Santosa, Urip. 2006. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah. Ed. 1. Cet.2. Jakarta: Kencana..
SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan.
UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
UU No 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
49