Anda di halaman 1dari 21

Tinjauan Kritis Kesesuaian Pengembangan Desa Wisata Bedono

I.

Pendahuluan
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara daratan dan lautan. Untuk
daratan masih dipengaruhi oleh sifatsifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
airnya pun asin tidak berbeda dengan air laut, sedangkan lautan meliputi bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alam yang terjadi di daratan, yaitu
sedimentasi dan aliran air tawar yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang
bermukim di daratan seperti pencemaran lingkungan (Soegiarto, 1976: Dahuri et
al,2001).Wilayah Pesisir sangat cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu
destinasi wisata dengan daya tarik wisata berupa keindahan alamnya dan karakteristik
masyarakat lokalnya. Pengembangan wisata di pesisir salah satunya adalah dengan
pengembangan desa wisata. pengembangan desa wisata dilakukan dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki desa wisata pesisir. Pengembangan desa
wisata dilakukan sesuai dengan syarat dan tujuan desa wisata menurut peraturan
pemerintah yakni dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dengan mengembangkan potensi yang ada tanpa melupakan budaya lokal yang
telah ada secara turun temurun.
Pengembangan desa wisata menjadi terobosan baru bagi kehidupan pesisir di
bidang pariwisata. Wisata kawasan pesisir yang pada mulanya hanya berupa wisata ke
pantai saat ini dikembangkan dengan wisata untuk melihat budaya dan aktivitas
masyarakat pesisir. Budaya dan aktivitas masyarakat pesisir yang berkerja dengan
mengantungkan mata pencaharaiannya dengan melaut. Salah satu pengembangan
desa wisata di pesisir denagn abrasi dan rob yang tinggi dilakukan juga dengan
adanya konservasi terhadap kawasan pesisir itu sendiri. Konservasi mangrove pada
dasarnya dilakukan sebagai penanganan terhadap abrasi dan rob yang cukup tinggi.
Konservasi mangrove semakin lama menjadi budaya masyarakat untuk menjaga
lingkungan pesisir dan menjadi salah satu daya tarik wisata yang diminati pengujung
untuk ikut melakukan konservasi. Pengunjung dapat belajar dan menikmati cara
konservasi pesisir dengan penanaman mangrove yang tidak terdapat didaerah lain
selain di daerah pesisir. Pengunjung juga dapat melakukan perjalanan mengelilingi
kawasan hutan mangrove yang dijadikan sebagai lokasi konservasi.
Pengembangan desa wisata harus didukung oleh sarana dan prasarana dasar
lingkungan yang layak. Keberadaan sarana dan prasarana lingkungan yang layak
dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata, semakin baik sarana
dan prasarana yang tersedia di desa wisata maka akan semakin banyak juga
wisatawan yang mengujungi desa wisata. Keberadaan sarana dan prasrana yang
layak dapat mendorong aktivitas sehari-hari masyarakat dalam mencukupi kebutuhan
hidup masyarakat. Prasarana jalan yang baik akan meningkatkan aksesibilitas
masyarakat terhadap daerah tujuan aktivitas dan lokasi wisata menjadi semakin cepat
dan mudah. Pengembangan sarana dan prasarana wisata Desa Bedono merupakan
salah satu bagian dari perencanaan pembangunan sarana dan prasarana fisik
lingkungan kawasan perumahan dan permukiman berdasarkan Masterplan Perumahan
dan Permukiman Kabupaten Demak tahun 2015-2025 yang dikerjakan oleh PT Karsa
Harya Mulia.
Pengembangan desa wisata merupakan salah satu alternatif terhadap pendapatan
masyarakat. Pendapatan masyarakat pesisir yang bergantung pada lingkungan,musim
dan hasil tangkapan laut. Pengembangan desa wisata dapat memberikan kontribusi
sebagai penghasilan tambahan atau sebagai penghasilan utama masyarakat desa.
Masyarakat dapat berperan aktif dalam pengelolaan dan pelaksanaan desa wisata
dengan melakukan aktivitas ekonomi. Masyarakat menjadi penyedia jasa dengan
menyewakan kapal untuk berkeliling dan menyebrang ke hutan mangrove di tengah

laut. Masyarakat juga dapat menyediakan kebutuhan makanan dan minuman untuk
pengujung dengan berjualan di warung-warung atau restoran yang menyediakan hasil
olahan laut nelayan desa tersebut. Masyarakat juga dapat menjadi penyedia jasa
berupa penginapan sekaligus obyek wisata tentang kehidupan sehari-harinya sebagai
nelayan. Penjabaran menganai desa wisata tersebut maka perlu dilakukan tinjauan
kritis terhadap Kesuaian Pengembangan Desa Wisata Bedono sesuai syarat dan
tujuan serta manfaat bagi masyarakat sebagai penjabaran dari Rencana Strategis
Kawasan Bappeda Kabupaten Demak tahun 2011-2016 dimana salah satu fungsi
Kecamatan Sayung yang berada di Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) 1 yang
merupakan pusat pariwisata dibandingkan dengan berbagai teori dan peraturan
mengenai desa wisata.
II.

Tinjauan Singkat Proyek


Kabupaten Demak merupakan salah satu Kabupaten pesisir di Jawa Tengah. Pada
perkembanganya Kabupaten Demak menjadi salah satu kabupaten yang memiliki
tingkat kekumuhan di beberapa daerah yang tinggi. Kekumuhan terjadi akibat tingginya
land subsidence dan banjir rob di kaswasan tersebut. Aktivitas dan kesadaran
masyarakat dalam kebersihan lingkungan yang masih rendah menjadi salah satu faktor
penambah lingkungan yang makin kumuh. Kekumuhun paling sering terjadi di pesisir
dan pusat Kota Demak di sekitar Pasar Demak yang padat penduduk..
Penyusunan Masterplan Perumahan dan Permukiman di Kabupaten Demak
Periode 2015-2025 dengan fokus perencanaan pada penanganan kawasan kumuh di
pesisir dan perkotaan. Penyusunan Masterplan perumahan dan permukiman di
Kabupaten Demak ini merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk untuk membuat
dokumen tengah tahun perencanaan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang 20
tahun dari tahun 2005-2025. Tujuan dari penyusunan Masterplan ini adalah untuk
mengidentifikasi kawasan kumuh pesisir dan perkotaan yang mencakup kualitas fisik
bangunan perumahan dan kualitas fisik bangunan sarana dan prasarana pendukung
perumahan permukiman berdasarkan standar penanganan kawasan kumuh
perumahan permukiman.
Penyusunan masterplan ini dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Demak yang
dikerjakan oleh PT Karsa Harya Mulia dengan jadwal pelaksanaan selama 3 bulan
yakni mulai bulan Juni-Oktober 2015. Adapun pelaksanaan pengerjaan penyusunan di
PT Karsa Harya Mulia dilakukan secara tim yang terdiri dari 8 orang dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing mulai dari pengumpulan data, analisis data hingga
penentuan strategi penanganan. 2 diantara 8 anggota tim merupakan mahasiswa yang
sedang melaksanakan tugas kerja praktik (KP) salah satunya saya, sebagai penulis
yang bertugas membantu pengumpulan data,analisis dan strategi terhadap aspek
peningkatan sarana prasarana di Kecamatan Wedung, Kecamatan Bonang,
Kecamatan Karangtengah dan Beberapa desa di Kecamatan Sayung. Lingkup
bahasan
yang
dilakukan
pada
pengerjaan
masterplan
pada
tahap
pengumpulan,analisis dan penentuan strategi berdasarkan tentang gambaran umum
wilayah secara kependudukan, ekonomi dan kondisi fisik perumahan serta
permukiman masyarakat ditambah dengan kondisi sarana prasarana yang ada pada
kawasan tersebut
Ruang lingkup penyusunan proyek masterplan perumahan dan permukiman di
Kabupaten Demak dilakukan pada 5 kecamatan. Kecamatan Sayung, Kecamatan
Bonang, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Wedung sebagai kawasan pesisir dan
kecamatan Demak sebagai kawasan Pusat Kota. Proses skoring digunakan untuk
menentukan wilayah yang menjadi prioritas penanganan permukiman kumuh
berdasarkan kependudukan,fisik bangunan dan sarana prasarana yang ada pada
setiap daerah. Prioritas penanganan digunakan untuk menentukan penanganan yang
dilakukan terlebih dahulu dan seberapa banyak penanganan yang dilakukan.
2

Tabel II.1
Penilaian Kawasan Permukiman Kumuh Nelayan
di Kabupaten Demak
Kondisi Kondisi
Sarana
Total
No Kecamatan Fisik
kepadatan
Prasarana Skor
bangunan Penduduk
1 Sayung
1750
Bedono
970
20
760
1110
Timbulsloko 380
20
710
570
Surodadi
120
20
430
770
Sriwulan
570
20
180
370
Sidogemah
190
20
160
370
Purwosari
180
20
170
2 Bonang
330
Betahwalang 140
20
170

140
150

20
20

170
170

330
340

540
280

20
20

170
130

Berahan kulon 130

20

170

730
430
320

Kedungmutih 160

20

170

Kedungkarang 160

20

200

Purworejo
Morodemak
Wedung
Babalan
Wedung

350
380

Sumber: PT. Karsa Harya Mulia, 2015


Keterangan:
: Kawasan yang menjadi Prioritas Penanganan (Skor Tertinggi)
Tabel Skoring kawasan kumuh diatas menunjukan bahwa Desa Bedono di
Kecamatan Sayung memiliki tingkat penanganan prioritas tertinggi di wilayah pesisir
dalam penyusunan Masterplan Perumahan dan Permukiman Kabupaten Demak Tahun
2015-2025. Strategi penanganan yang dilakukan sesuai dengan masterplan adalah
dengan perbaikan fisik perumahan, sarana prasarana lingkungan untuk meningkatkan
aktivitas wisata di Desa Bedono. Karateristik masyrakat yang bekerja sebagai nelayan
yang religius dan agamis dan peran masyarakat dalam konservasi mangrove
menjadikan Desa Bedono menjadi desa wisata yang menarik minat wisatawan untuk
mengujungi Desa Wisata Bedono. Adanya obyek dan daya tarik wisata yang khas
serta sarana prasarana wisata pesisir yang memiliki ciri khas Desa Bedono menjadi
salah daya tarik wisatawan. Pengembangan Desa Wisata Bedono yang memberikan
manfaat positif terhadap masyarakat Desa Bedono secara ekonomi,sosial dan
lingkungan menjadikan Tinjauan terhadap Kesesuaian Pengembangan Desa Bedono
perlu dilakukan untuk keberlanjutan desa wisata dan mengoptimalkan manfaat desa
wisata. Penyediaan sarana prasarana lingkungan juga dapat menigkatakan sosialisasi
dan interaksi masyarakat di ruang bersama. Lebih lanjut Penyediaan dan pemanfataan
ruang Publik Dalam mendukung Aktivitas Nelayan Desa Bedono lebih lanjut dibahas
dalam tinjauan kritis yang ditulis Ita Puspita Sari selaku rekan rekan Kerja Praktik (KP).

Peta Desa Bedono

Sumber : Analisis Penulis, 2016


Gambar 1. 1
Peta Desa Bedono

III.

Literatur Tinjauan Kesesuain Pengembangan Desa Wisata Bedono


Pengembangan pariwisata desa tidak dapat dipisahkan dari pengertian wisata itu
sendiri. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi,pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka sementara. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang
dimaksud dengan desa wisata adalah desa yang dijadikan tujuan wisata.
a. Desa Wisata
Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai obyek
sekaligus juga sebagai subyek dari kepariwisataan. Sebagai suatu obyek
maksudnya adalah bahwa kehidupan pedesaan merupakan tujuan bagi
kegiatan wisata,sedangkan sebagai subyek adalah bahwa desa dengan segala
aktivitas sosial budayanya merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai
aktifitas kepariwisataan, dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan
dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Peran aktif dari masyarakat
sangat menentukan dalam kelangsungan kegiatan pariwisata perdesaan.
Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR),yang dimaksud dengan Desa
Wisata adalah : Suatu kawasan perdesaan yang menawarkan keseluruhan
suasana yang mencerminkan keaslian perdesaan baik dari kehidupan sosial
ekonomi,sosial budaya,adat istiadat,keseharian,memiliki arsitektur bangunan
dan struktur tata ruang desa yang khas,atau kegiatan perekonomian yang unik
dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai
komponen kepariwisataan. Pengembangan desa wisata sangat bergantung
pada 2 komponen penting pengembangan desa wisata, yakni :
1. Akomodasi merupakan sebagian tempat tinggal para penduduk
setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat
tinggal penduduk.
2. Atraksi merupakan seluruh kehidupan keseharian penduduk
setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan
berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus
tari,bahasa,membatik dan lain sebagainya.
Pengembangan suatu desa menjadi desa wisata harus memenuhi
beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut ditujukan untuk meningkatkan
kualitas wisata itu sendiri dan kenyamanan wisatawan yang mengunjungi desa
wisata. Adapun syarat-syarat desa wisata (Wiendu,1993) adalah sebagai
berikut :
1. Aksesbilitasnya baik, sehingga memudahkan dikunjungi wisatawan
dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi.
2. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda,
makanan local, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek
wisata.
3. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan
dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan
yang datang ke desanya.
4. Keamanan di desa tersebut terjamin.
5. Tersedia akomodasi,telekomunikasi dan tenaga kerja yang
memadai.
6. Beriklim sejuk dan dingin.
7. Berhubungan dengan obyek wisata lainnya yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas
Pengembangan desa wisata pada dasarnya merupakan suatu bentuk
pengembangan masyarakat sesuai dengan potensi desa yang bisa
5

dikembangkan menjadi obyek wisata. Lebih lanjut Pengembangan desa wisata


bertujuan (Hadiwijoyo,2012) untuk :
1. Mendukung
program
pemerintah
dalam
pembangunan
kepariwisataan dengan menyediakan obyek wisata alternatif.
2. Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar
desa wisata.
3. Memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk
desa, sehingga bisa meningkatakan kesejahteraan dan kualitas
hidup masyarakat desa. Dengan demikian akan terjadi pemerataan
pembangunan ekonomi desa.
4. Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik,
agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (Ruralisasi).
5. Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal
di desanya, hal ini diharapkan mampu mengurangi urbanisasi.
6. Mempercepat pembauran antara orang-orang non pribumu dengan
penduduk asli.
7. Memperkokoh persatuan bangsa dan mampu mengatasi
disintegrasi.
Definisi desa wisata diatas menegasakan bahwa syarat dan tujuan
pengembangan desa wisata merupakan hal yang harus dipenuhi dan
disediakan oleh desa dengan kerjasama berbagai stakeholders. Pelibatan
masyarakat dalam pengembangan desa wisata menjadi hal yang sangat
penting karena tujuan utama desa wisata adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan adanya aktivitas wisata di desa.
b. Konsep Desa Wisata
Pengembangan pariwisata pedesaan perlu didasarkan pada konsep
yang komprehensif yang dapat mengakomodasi semua aspek yang
mendukung ke arah pengoptimalan sumber daya yang dimiliki oleh kawasan
pedesaan.

Country Side

Rural Heritage
Mountain
Lakes
River

Architecture
Industrial
Heritage

The rural tourism comunity


Crafts
Local Event
Food

Riding
Cycling
Fishing

Rural life

Rural Activities

Sumber : Sugiarti (2008)


Gambar 2.1
Konsep Pariwisata Pedesaan

Konsep Desa wisata yang ada di pada masing-masing desa disesuaikan


dengan kosep dan atraksi wisata yang ada di desa tersebut. Konsep desa
wisata pada kawasan pesisir disesuaikan dengan kondisi pesisir seperti
melakukan konservasi mangrove,melihat burung-burung di alam dan habitanya
dan mengujungi laut.
c. Tipologi Desa Wisata
Tipologi desa wisata berdasarakan pola, proses dan tipe pengelolaannya desa
wisata di Indonesia terbagi menjadi 2 bentuk, yaitu :
1) Tipe terstruktur
Tipe desa wisata terstruktur memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrasturuktur yang
spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan
dalam citra yang ditumbuhkan sehingga mampu menembus
pasar internasional.
2. Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk
lokal, sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan
akan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang
ditimbulkan akan terdeteksi sejak dini.
3. Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat kemampuan
perencanaan yang integratif dan terkoordinir, sehingga
diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk
mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama
untuk menangkap servis dari hotel bintang lima.
2) Tipe terbuka
Tipe desa wisata terbuka merupakan tipe desa wisata yang ditandai
dengan karakter yang tumbuh dan berkembang yang menyatukan
kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola dengan
masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan
dapat langsung dinikmati oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak
negatifnya cepat menjalar menjadi satu dalam penduduk lokal dan sulit
dikendalikan.
Tipologi desa wisata yang terdapat di Desa Bedono merupakan tipologi
Desa wisata tipe terbuka. Desa wisata berkembang dan membaur dengan
kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai nelayan. Distribusi pendapatan
yang didapatkan juga merupakan distribusi yang langsung dirasakan oleh
masayarakat denagn adanya aktivitas wisata yang dilakukan pengujung.
Penduduk lokal juga cepat belajar dalam hal konservasi mangrove yang pada
mulanya dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan perguruan tinggi
dan pengujung wisata. Tipe Desa Wisata Bedono yang terbuka juga didukung
oleh obyek dan daya tarik wisata yang ada di desa yang mendukung tipe
terbuka.
d. Obyek dan daya tarik wisata
Obyek dan daya tarik wisata merupakan suatu bentukan dan fasilitas yang
berhubungan. Obyek dan daya tarik wisata ditujukan untuk menarik minat
wisatawan atau pengujung untuk datang ke desa wisata. Daya tarik wisata
merupakan daya tarik yang sudah dikembangkan dari sumber daya potensial
wisata di desa tersebut. Daya tarik wisata merupakan komponen dasar dalam
desa wisata. Obyek dan daya tarik wisata dibedakan menjadi 7 jenis
(Nyoman,1995) yaitu :
a) Objek wisata budaya
Perjalanan ke objek wisata ini dilakukan atas dasar keinginan
untuk memperluas pandangan hidup seseorang, dengan jalan
mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tampat lain, untuk
7

mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat, cara hidup


dan seni mereka.
b) Objek wisata kesehatan
Perjalanan seorang wisatawan ke objek wisata ini dilakukan
dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tepat sehari-hari
dimana ia tinggal demi kepentingan kesehatannya dan untuk
beristirahat.
c) Objek wisata olahraga
Wistawan yang melakukan perjalanan ke objek wisata ini
mempunyai tujuan untuk berolahraga atau memang sengaja bermaksud
mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau
negara tertentu.
d) Objek wisata komersial
Perjalanan yang dilakukan objek wisata ini dengna tujuan untuk
mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat
komersial.
e) Objek wisata politik
Perjalanan ke objek wisata ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan
politik.
f) Objek wisata pilgrim
Perjalanan wisata ke tempat ini sering dihubungkan dengna
agama, sejarah, adat-istiadat, dan kepercayaan wisatawan, dan
bisasanya mempunyai tujuan yang dihubungkan dengan niat atau
hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin,
keteguhan iman, dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah
dan kekayaan melimpah.
g) Objek wisata bahari
Perjalanan ke objek wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatna
olehraga di air. Seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar,
atau berkeliling melihat taman dengan pemandangan indah di bawah
permukaan air
Obyek wisata selain yang disebutkan diatas juga terdapat obyek wisata alam
(Hadiwijoyo,2012), yang merupakan sumberdaya yang berpotensi serta
memiliki daya tarik bagi pengujung baik dalam keadaan alami maupun setelah
adanya usaha budi daya. Obyek wisata yang terdapat di Desa Wisata Bedono
merupakan obyek wisata alam dan obyek wisata agama dan religius. Obyek
wisata dan daya tarik wisata yang dimiliki Desa Bedono diharapkan mampu
menarik minat berbagai jenis wisatawan baik domestik maupun mancanegara
e. Jenis Wisatawan Yang Mengunjungi Desa Wisata
Bentuk desa wisata yang khas sesuai dengan karakter yang dimiliki desa
menjadikan desa perlu sasaran segmen pasar tersendiri. Berkaitan dengan hal
tersebut, terdapat beberapa tipe wisatawan yang akan mengunjungi desa
wisata (Hadiwijoyo,2012) yaitu :
1. Wisatawan Domestik
Wistawan domestik merupakan wisatawan yang berasal dari dalam
negeri. Terdapat 3 jenis pengujung domestik, yaitu :
a. Wisatawan atau pengujung rutin yang tinggal di daerah dekat
atau sekitar
desa tersebut yang masih masuk dalam
administrasi satu kota/kabupaten.
b. Wisatawan dari luar daerah (luar kota/kabupaten bahkan luar
provinsi), yang transit atau lewat dengan motivasi sekedar

f.

menikmati tempat wisata atau bahkan membeli kerajinan


khas setempat.
c. Wisatawan domestik yang secara khusus mengadakan
perjalanan wisata ke daerah tertentu, dengan motivasi
mengunjungi daerah perdesaan untuk meilahat budaya dan
ciri khas masyarakat desa serta proses pembuatan kerajinan
yang ada di desa tersebut.
2. Wisatawan Mancanegara
Wisatawan mancanegara merupakan wisatawan yang berasal dari
luar negeri atau sering disebut Bule oleh masyarakat Indonesia.
Terdapat 3 jenis wisatawan mancanegara yang mengujungi desa
wisata, yakni :
a. Wisatawan yang suka berpetualang dan berminat khusus
pada kehidupan dan kebudayaan di pedesaan. Umumnya
wisatawan ini tidak ingin bertemu wisatawan lainnya dan
berusaha mengunjungi kampung atau desa dimana tidak
begitu banyak wisatawan asing lainnya.
b.
Wisatawan yang pergi dengan group. Pada umumnya
mereka tidak tinggal lama di dalam kampung atau desa
wisata dan hanya tertarik pada wisata dan kerajinan yang
ada di desa tersebut.
c. Wisatawan yang tertarik untuk mengujungi dan hidup dalam
kampung atau desa wisata dengan motivasi merasakan
kehidupan di luar komunitas yang biasa dihadainya.
Wisatawan merupakan komponen penting dalam keberlanjutan
pengembangan desa wisata. keberadaan wisatawan menandakan adanya
minat masayarakat terhadap wisata yang ada di desa tersebut. wisatawan
menjadi sasaran pemasaran desa wisata baik wisatawan domestik maupun
wisatwan mancanegara. Semakin banyak wisatawan mengunjungi desa wisata
makan dapat menjadi indikator semakin baiknya desa wisata tersebut.
Pengembangan desa wisata menjadi lebih baik perlu dukungan adanya sarana
prasarana wisata yang memadai.
Sarana Prasarana Wisata
Sarana maupun prasarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan tourist
supply yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila kita hendak
mengembangkan pariwisata. Sarana kepariwisataan adalah perusahaanperusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara
langsung maupun tidak langsung serta kehidupannya banyak tergantung pada
kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan dapat dibagi menjadi 3 bagian
(Yoeti,1996) mengatakan :
1. Sarana pokok kepariwisataan ( Main Tourism Superstructure )
Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan
sangat tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan
wisata. Sarana pokok kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas
pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan.
Perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Perusahaan yang kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan
perjalanan wisatawan atau disebut dengan receiptive tourist plan
yaitu perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan
penyelenggaraan tour-tour bagi wisatawan seperti Travel Agent,
Tour Operator, dan lain-lain.
b. Perusahaan yang member pelayanan di daerah tujuan kemana itu
pergi, atau bisa disebut residential tourism plan yaitu perusahaan
9

yang memberikan layanan penginapan, menyediakan makanan dan


minuman di daerah tujuan wisata, misalnya : hotel, hostel homestay,
cottage, pension, dan sebagainya.
2. Sarana
Pelengkap
Kepariwisataan
(Supplementing
Tourism
Suprastructure ).
Merupakan perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas
rekreasi yang fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan
membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan
wisata yang dikunjunginya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini
adalah sarana/fasilitas olah raga dan sarana lainnya.
3. Sarana Penunjang Kepariwisataan
Merupakan perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan
sarana pokok. Fungsinya tidak hanya membuat wisatawan lebih lama
tinggal di suatu daerah tujuan wisata, tetapi mempunyai fungsi yang
lebih penting, yaitu agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan
uangnya di tempat yang dikunjunginya. Yang termasuk ke dalam
kelompok ini adalah : Night Club, Steam Baths, Casinos dan lain-lain.
Prasarana (infrastruktur) adalah semua fasilitas yang memungkinkan suatu
proses dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat
memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu
sebelum seseorang wisatawan melakukan perjalanan wisata terlebih dahulu ia
ingin mengetahui tentang prasarana pendukung wisata yakni :
Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ke daerah
tujuan wisata yang ingin dikunjunginya.
Fasilitas akomodasi, yang merupakan tempat tinggal sementara di
tempat atau di daerah tujuan yang akan dikunjkunginya.
Fasilitas catering service, yang dapat memberi pelayanan mengenai
makan dan minuman sesuai dengan selera masing-masing.
Objek dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan yang akan
dikunjunginya.
Aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan
dikunjungi tersebut.
Fasilitas perbelanjaan, dimana ia dapat membeli barang-barang
pada umumnya dan souvenir atau cindera mata pada khususnya.
Sarana prasarana wisata harus dipenuhi dalam mendukung kegiatan
pengembangan desa wisata. Keberadaan sarana prasarana dengan kondisi
yang layak akan menarik minat wisatawan untuk berwisata ke desa. Minat
wisatawan yang meningkat akan menghasilkan manfaat yang terhadap
perekonomian masyarakat desa. Kondisi sarana dan prasarana yang baik juga
dapat berdampak positif terhadap fisik lingkungan.
g. Manfaat Desa Wisata
Pengembangan desa wisata dinilai sangat efektif dalam rangka mengenalkan
serta memberikan peluang sebesar-besarnya pada masyarakat desa wisata.
Masyarakat perdesaan akan memahami esensi dunia pariwisata serta
menikmati hasil dari kepariwisataan tersebut. Bagi daerah yang memiliki
karakteristik dan keunikan terutama di obyek wisata dan keseharian
masyarakat desa, maka pengembangan desa wisata sangat direkomendasikan.
Berkaitan dengan hal tersebut terdapat 3 manfaat mengimplementasikan desa
wisata (hadiwijoyo,2012) yakni :
1. Keberadaan desa wisata menjadikan masyarakat dan pengelola
harus menggali dan mempertahankan nilai-nilai adat serta budaya
yang telah berlangsung selama puluhan bahkan ratusan tahun di

10

desa tersebut. Lestarinya nilai-nilai budaya merupakan suatu daya


tarik utama bagi wisatawan. Suatu desa wisata tidak akan memiliki
daya tarik apabila tidak memiliki budaya, adat istiadat yang unik
serta way of living yang eksotis
2. Desa wisata menjadikan masyarakat secara otomatis yang
notabene memiliki kemampuan ekonomi yang kurang, dapat
berperan aktif dalam kelangsungan wisata. Desa wisata akan
menimbulkan peluang kerja baru yang berpotensi bagi
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa setempat.
Salah satu tujuan desa wisata adalah terdapat peningkatanan taraf
hidup,perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
3. Masyarakat di desa wisata ditutut untuk lebih bersahabat dengan
alam sekitar. Lingkungan yang asri, pohon-pohon yang rindang serta
terawat yang merupakan salah satu komponen daya tarik wisata.
Manfaat pengembangan desa wisata paling utama adalah meningkatkan
kesejahteraan masyrakat di desa wisata dan tetap menjaga adat-istiadat.
manfaat pengembangan desa wisata akan semakin optimal jika terdapat
kerjasama antar stakeholders yang kuat. Kerjasama dalam pengembangan
desa wisata perlu melibatkan peran masyarakat yang sangat besar karena
masyarkat menjadi penikmat utama manfaat dari pengembangan desa wisata
tersebut.
h. Dampak Desa Wisata
Desa wisata selain memberikan manfaat terhadap pengembangan desa dan
masyarakat desa juga memiliki dampak negatif terhadap keberlangsungan
desa wisata itu sendiri apabila pengembangan desa wisata tidak dikelola dan
diawasi dengan baik. Dampak tersebut dapat berupa dampak terhadap
lingkungan masyarakat yakni dengan adanya pengujung dapat merusak sarana
prasarana yang ada di desa tersebut. Pengembangan desa wisata juga dapat
berdampak negatif terhadap sosial budaya masyarakat desa itu sendiri yakni
dengan adanya budaya pengujung yang tidak dapat disaring oleh masyarakat
yang menjadikan masyarakat terbawa sistem sosial pengujung dan melupakan
sistem sosial budaya masyarakat setempat.
IV. Analisis Tinjauan Kritis Kesesuaian Pengembangan Desa Wisata Bedono
Pengembangan Desa Wisata Bedono merupakan salah satu pengembangan yang
dilakukan dari Rencana Strategis Kawasan Bappeda Kabupaten Demak tahun 20112016 dimana salah satu fungsi Kecamatan Sayung yang berada di Satuan Wilayah
Pembangunan (SWP) 1 merupakan pusat pariwisata. Kesesuaian pengembangan
desa wisata Bedono dapat dilihat dari berbagai aspek pelaksanaan pengimpletasiaan
syarat dan tujuan desa wisata yang ada di Desa Bedono dibandingakan dengan syarat
dan tujuan desa wisata pada umumnya serta manfaat yang didapatkan oleh
masayarakat Desa Bedono dengan adanya wisata. Pengembangan desa wisata
Bedono apakah sudah sesuai dengan syarat dan ketentuan-ketentuan yang ada di
dalam pengembangan desa wisata.
a. Obyek dan daya tarik wisata Desa Bedono
Obyek wisata dan daya tarik wisata yang ada di Desa Bedono merupakan
obyek wisata yang berhubungan dengan pesisir. Jenis obyek wisata yang ada
di Desa Bedono terdiri menjadi dua jenis obyek. Obyek tersebut merupakan
obyek wisata pilgrim atau sejarah dan religius serta obyek wisata alam pesisir
yang didomonasi adanya mangrove.
1. Obyek Wisata Agama dan religius
Obyek wisata yang terdapat di Desa Bedono salah satunya
merupakan obyek wisata agama dan religius. Terdapat makam Syeikh
11

Abdullah Mudzakir yang berada di sisi utara Desa Bedono atau berada
di Laut Jawa. Syeikh Abdullah Mudzakir merupakan seorang ulama
besar yang menyebarkan agama islam di pesisir Kabupaten Demak.
Atas jasa beliau menyebarkan agama islam di pesisir utara Kabupaten
Demak maka ketika beliau wafat beliau dimakamkan di Desa Bedono.
Atas jasa beliau ini maka sampai saat ini makam beliau masih banyak
dikunjungi oleh penduduk sekitar Desa Bedono bahkan dari luar
Kabupaten Demak untuk melakukan ziarah. Makam Syeikh Abdullah
Mudzakir pada tahun 1990an masih menyatu dengan daratan Dusun
Tambaksari Desa Bedono namun seiring semakin besarnya abrasi
pantai di pesisir utara Pulau Jawa mengakibatkan semenajungsemenanjung Pulau Jawa Tenggelam. Keunikan Makam ini yang
menjadi daya tarik bagi para pengujung adalah selain merupakan
makam ulama besar juga karena abrsi pantai yang mengakibatkan
daerah sekitarnya tenggelam namun makam ini tidak tenggelam sama
sekali. Untuk menuju makam saat ini pengujung harus menyebrang dari
Desa Bedono menggunakan kapal nelayan menuju makam.
Penyebrangan menggunakan kapal tersebut menjadikan motivasi baru
bagi pengujung untuk berziarah sambil menikmati pemandangan laut
dan menyebrangi laut.
2. Obyek Wisata alam
Obyek wisata alama yang terdapat di Desa Bedono terbagi menjadi
3 bagian yakni 2 obyek wisata yang dikelola masyarakat dan 1 obyek
wisata yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Demak melalui
Perusahan daerah.
a. Obyek wisata Hutan Mangrove
Obyek wisata yang terdapat di Desa Bedono yang paling
terkenal merupakan obyek wisata alam berupa mangrove.
Wisata mangrove mrupakan wisat menyusuri hutan mangrove
yang berada di pesisir Desa Bedono. Hutan mangrove pada
awalnya merupakan bentuk penanggulangan terhadap abrasi
pantai yang semakin besar tiap tahunnya. Pada mulanya
penanaman mangrove diprakrasai oleh kerja sama pemerintah
Kabupaten Demak dan perguruan tinggi di sekitar Demak dalam
mencari solusi penangganan abrasi pantai. Saat ini hutan
mangrove berkembang menjadi salah satu obyek wisata.
Letak wisata alam hutan magrove di Desa Bedono yang
berada di tengah laut harus ditempuh dengan menggunakan
kapal. Kapal yang digunakan untuk menyebrang dari Desa
Bedono menuju hutan mangrove yang berada ditengah laut.
Letak hutan mangrove juga merupakan bagian dari hutan yang
mengelilingi makam Syeikh Abdullah Mudzakir. Kondisi hutan
mangrove saat ini mengalami perubahan yang lebih baik dan
lebih terjaga setelah ditetapkannya Desa Bedono menjadi salah
satu desa wisata di Kabupaten Demak. Kesadaran masyarakat
yang semakin meningkat untuk menjaga dan melstarikan hutan
mangrove sebagai konservasi menjadi faktor utama peningkatan
kualitas dan kuantitas hutan mangrove. faktor pendukung
kualitas hutan mangrove yang semakin baik adalah adanya
tambahan jalan diatas laut yang berada diantara tanaman
mangrove yang digunakan pengujung untuk mengelilingi hutan
mangrove tersebut.
b. Obyek wisata Pulau Burung
12

Obyek wisata pulau burung merupakan obyek wisata yang


terdapat pada depan hutan mangrove sebelum mencapai lokasi
makam Syeikh Abdullah Mudzakir. Kawasan konservasi burung
yang didominasi oleh burung Avicennia ini atau sering disebut
sebagai pulau burung. Daya tarik pulau burung terdapat pada
kawanan burung yang hinggap di antara pohon mangrove dan
patok-patok bambu yang ada dilaut. Daya tarik yang tidak
terdapat pada wisata pesisir lainya di Kabupaten Demak.
Kondisi
Pulau Burung saat ini lebih secara kualitas
mengalami peningkatan yang sangat baik. Pulau Burung selain
sebagai obyek wisata juga berperan sebagai kawasan
konservasi burung. Keberadaan burung yang semakin banyak
menjadi salah satu indikator bahwa habitatnya di Pulau Burung
yang baik. Untuk mencapai Pulau Burung pengujung harus
menyebrang menggunakan kapal menuju ke hutan mangrove.
c. Pantai Morosari
Pantai Morosari merupakan salah satu pantai di Kabupaten
Demak yang dikembangkan menjadi kawasan wisata. Hal ini
tertuang dalam Perda Kabupaten Demak nomor 6 tahun 2011
pasal 65 yang menyatakan bahwa Pantai Morosari di Desa
Bedono ditetapkan sebagai lokasi rencana pengembangan
kawasan peruntukkan pariwisata alam. Pengembangan Pantai
Morosari dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Demak melalui
Perusahaan daerah Aneka Wira Usaha Demak yang dalam
pengelolaan dan pelaksanaannya bekerja sama dengan
masyarakat Desa Bedono. Pelibatan masyarakat dalam
pengelolaan dan pelaksanaan wisata di Pantai Morosari terdapat
dalam semua bidang. Pengelolaaan tiketing dan parkir yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Bedono yang diserahkan
kepada Perusda Aneka Wira Usaha Demak dengan sistem gaji.
Salah satu daya tarik Pantai Morosari adalah adanya restoran
ikan bakar apung yang dikelola oleh masyarakat dengan sistem
sewa tempat kepada perusda. Terdapat juga warung-warung
yang menjual aneka jajanan khas Desa Bedono seperti olahan
mangrove,gorengan dan minuman hangat khas pedesaan,
penjual di warung-warung Pantai Morosari merupakan warga
Desa Bedono. Penggunaan warung oleh masyarakat adalah
dengan sistem sewa atau dengan membayar penggunaan air
dan listrik sebesar Rp 350.000,- per tahunnya yang dibayarkan
kepada Perusda Aneka Wira Usaha Demak. Terdapat juga kapal
yang dijalankan oleh nelayan Desa Bedono untuk rekreasi
keliling pantai dan menyebrang ke hutan mangrove.
Kondisi Pantai Morosari saat ini mengalami penurunan
kualiatas. Kondisi sarana bermain seperti speed boot, kapal
yang mengalami kerusakan karena tidak terawat. Kondisi jalan di
Pantai Morosari juga mengalami kerusakan yang cukup parah
akibat tingginya abrasi pantai yang merendam jalan menuju
warung apung. Abrasi pantai yang terjadi di Pantai Morosari juga
merendam gazebo-gazebo yang ada di Pantai Morosari, hal ini
mengakibatkan ketidaknyaman pengujung untuk menikmati
suasana pantai.
b. Sarana dan prasarana wisata Desa bedono

13

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Bedono untuk mendukung


kegiatan pariwisata terdiri dari berbagai macam sarana dan prasarana. sarana
dan prasarana menjadi salah satu syarat berdirinya pengembangan desa
wisata menurut (Wiendu,1993) yakni tersedianya akomodasi, telekomunikasi
dan aksesibilitas yang baik. Pengembangan desa wisata di Desa Bedono
memiliki kondisi sarana prasarana sebagai berikut :
1. Sarana
Sarana wisata merupakan perusahaan yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan secara langsung maupun secara tidak langsung.
Sarana yang terdapat di Desa Bedono saat ini hanya berupa sarana
pelengkap kepariwisataan yakni sarana fasilitas rekreasi. Sarana
rekreasi di Desa Bedono adalah sarana rekreasi yang terdapat di Pantai
Morosari. Tidak adanya sarana pokok dan penunjang kepariwisataan di
Desa Bedono terjaid karena jenis wisatawan yang mengujungi Desa
Bedono masih merupakan jenis wisatawan domestik dengan
karakteristik wisatawan dari daerah sekitar dan luar Kabupaten Demak
yang memiliki tujuan khusus untuk berziarah ke makam Syeikh Abdullah
Mudzakir, Pantai Morosari dan hutan mangrove serta wisatawan yang
hanya mampir atau transit dengan motivasi menikamati pemandangan
pantai.
2. Prasarana
Prasarana merupakan infrastruktur yang mendukung pengembangan
pariwisata. Salah satu pertimbangan wisatawan saat mengujungi
daerah wisata adalah kondisi prasarana yang ada di desa tersebut.
Adapun kondisi prasarana di Desa Bedono adalah sebagai berikut :
a. Prasarana transportasi untuk mendukung wisata di Desa Bedono
dibagi menjadi dua yakni moda transportasi dan jalan untuk
transportasi. Moda transportasi di Desa Bedono saat ini untuk
mencapai lokasi wisat di darta tidak terdapat fasilitas transportasi
umum. Fasilitas transportasi di Desa Bedono untuk menuju
tempat-tempat wisata menggunakan kendaraan pribadi melalui
jalan darat. Transportasi laut menggunakan kapal-kapal nelayan
yang disewak untuk mengujungi tempat wisata di pulau seberang
atau di tempat wisata yang harus menyebrang untuk sampai
disana. Kapal-kapal ini dapat disewa pengujung dengan harga
Rp 15.000,- per orang dan melakukan perjalanan mengelilingi
hutan mangrove selama 30 menit dan berhenti di hutan
mangrove selama 30 menit
Aksesilibiltas menuju lokasi wisata di Desa Bedono saat ini
masih kurang memenuhi kualitas standar nasional Indonesia.
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan
lingkungan perumahan di perkotaan menyatakan bahwa jalan
lokal terdiri dari bahu jalan dan pedestrian. Jalan lokal di Desa
Bedono memiliki lebar 3 meter yang hanya bisa dilalui
kendaraan jenis mobil yang berjalan searah dan 1 sepada motor
pada arah berlawanan. Jenis perkerasanyang di pakai di jalan
lokal Desa Bedono merupakan jenis beton yang memiliki
panjang hanya setengah desa. Jalan lokal lainnya dan jalan
lingkungan yang ada di Desa Bedono merupakan jalan dengan
perkerasan tanah dan berlubang dibeberapa bagian. Jalan di
Desa Bedono sebelumnya merupakan jalan yang memiliki jenis
perkerasan aspal. Abrasi pantai dan rob mengakibatkan jalan
dengan perkerasan aspal terendam dan rusak dan
14

membutuhkan perbaikan dengan meninggikan jalan. Perbaikan


jalan dengan meniggikan jalan dilakukan masyarakat Desa
Bedono dengan menambah atau menumpuk jalan dengan
tanah.
Kondisi jalan yang sempit dan perkerasan jalan berupa
tanah dengan lubang dibeberapa tempat menjadikan
aksesibilitas transportasi di Desa Bedono kurang layak dan perlu
penambahan serta peningkatan kualitas untuk mendukung
pengembangan desa wisata seperti yang tertuang dalam
masterplan perumahan dan permukiman Kabupaten Demak
Tahun 2015-2025 yang salah satunya merencanakan perbaikan
dan peningkatan kualitas di Desa Bedono.
b. Prasarana Akomodasi
Prasarana akomodasi merupakan fasilitas untuk mewadahi
wisatawan yang memiliki tujuan untuk lebih dari satu hari berada
di tempat atau daerah wisata untuk menikmati wisata di daerah
tersebut. Fasilitas akomodasi tersebut merupakan tempat tinggal
untuk semantara. Fasilitas akomodasi di Desa Bedono saat
belum ada baik berupa homestay ataupun penginapan. Fasilitas
akomodasi di Desa Bedono tidak ada karena kondisi Desa
Bedono yang sering terjadi rob dan masuk kerumah warga.
Fasilitas penginapan di Desa Bedono tidak ada karena jenis
wisatawan yang mengujungi Desa Bedono masih merupakan
wisatawan domestik yang hanya memiliki motivasi berkunjung
untuk sementara atau tidak menginap dan tidak tertarik untuk
mempelajari kehidupan sehari-hari masyarakat di Desa Bedono.
c. Fasilitas Catering Service
Prasarana catering service merupakan prasarana yang
disediakan untuk melayani pengujung dalam hal makanan.
Prasarana ini di Desa Bedono berupa restoran apung yang
terdapat di Pantai Morosari. Restoran apung dikelola oleh
masyarakat Desa Bedono yang menjual aneka olahan hasil laut
dari nelayan Desa Bedono dengan ciri khas utama ikan bakar.
Prasarana ini selain berupa restoran apung juga merupakan
warung-warung masyarakat yang ada di jalan menuju Desa
bedono seprti warung yang menyediakan makan olahan udang
dan ikan hasil tangkapan nelayan Desa Bedono.
d. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi
Prasarana untuk mendukung aktivitas rekreasi di Desa Bedono
terdapat adalah fasilitas untuk rekreasi keluarga ataupun
individu. Fasilitas rekreasi adalah adanya aktivitas untuk
penanaman mangrove oleh kelompok atau rombongan, fasilitas
yang di sediakan untuk aktivitas ini berupa lahan untuk penanam
mangrove dan transportasi untuk menuju ke kawasan yang akan
di tanami mangrove. Fasilitas untuk aktivitas wisata berupa
ziarah kubur adalah berupa adanya kapal yang bisa ditumpangi
oleh 8-20 orang dewasa untuk menyebrang dari Desa Bedono
menuju makam. Fasilitas lainnya di makam adalah adanya
mushola untuk bermuhasabah diri.
Prasarana lainnya yang ada di Desa Bedono merupakan
prasarana berupa gazebo di Pantai Morosari yang dapat
digunakan untuk aktivitas rekreasi keluarga untuk melihat
keindahan Kota Semarang di malam hari melalui cahaya lampu
15

yang dipancarkan. Fasilitas gazebo juga dapat dimanfaatkaan


untuk melihat matahari terbenam atau sunset di sore hari.
e. Fasilitas Perbelanjaan
Fasilitas perbelajaan di Desa Bedono saat ini masih berupa
warung kecil yang ada di sepanjang jalan menuju pesisir utara
Desa Bedono. Warung-warung tersebut menjual hasil tangkapan
nelayan Desa Bedono dan menyediakan makanan dan minuman
untuk pengujung khas masyarakat desa pesisir seperti udang
dan ikan. Fasilitas perbelajaan yang terstruktur dalam sebuah
cluster atau sentra belum terdapat di Desa Bedono. Pengujung
hanya dapat membeli barang-barang khas Desa Bedono hanya
berupa hasil tangkapan laut dan tambak nelayan yang bisa dibeli
dalam kondisi hidup ataupun mati.
c. Pengaruh Desa Wisata Bedono terhadap masyarakat Bedono
Pengembangan desa wisata di Desa Bedono yang merupakan desa pesisir
dengan karakter masyarakat pesisir. Mata pencaharian masyarakat pesisir
didominasi pada sektor nelayan dan tambak memiliki 2 pengaruh yang saling
bertolak belakang terhadap kehidupan masyarakat dan pengujung. Terdapat
manfaat positif dan dampak negatif dalam pengembangan Desa Wisata
Bedono yakni :
1. Manfaat Pengembangan Desa Wisata Bedono
Manfaat pengembangan Desa Wisata Bedono merupakan manfaat yang
dirasakan secara langsung dan maupun tidak langsung oleh penduduk
Desa Bedono dan pengujung Desa Wisata Bedono. Manfaat
pengembangan desa wisata terbagi menjadi 3 bagian yakni :
a) Manfaat Ekonomi
Manfata
ekonomi
pengembangan
desa
wisata
merupakan manfaat yang di peroleh masyarakat Desa Bedono
berupa penambahan pendapatan secara finansial yang
diperoleh dari adanya aktivitas wisata di Desa Bedono. Manfaat
ekonomi yang didapatkan masyarakat Desa Bedono merupakan
penambahan pendapat masyarakat yang bekerja sebagai
nelayan dengan menyewakan kapal untuk berlayar mengelilingi
laut disekitar hutan mangrove dan menyebrang ke ke Pulau
Burung dan makam. Penambahan pendapatan nelayan yang
menyewakan kapalnya untuk berlayar dan rata-rata setiap
bulannya bisa mencapai Rp 3.000.000,- dengan asumsi pemilik
kapal memperoleh wisatawan yang akan menyebrang dengan
menaiki kapalnya dan terisi penuh (7-8 orang) dalam satu hari.
Harga sewa kapal nelayan untuk berlayar dan menyebrang
adalah Rp 15.000,- per orang. Penyediaan kapal yang
disediakan oleh Perusda Aneka Wira Usaha Demak yang
terdapat di Pantai Morosari juga dijalankan oleh nelayan Desa
Bedono. Harga sewa kapal di Pantai ini sama dengan harga
sewa nelayan lainnya. Perbedaan kapal milik nelayan dan kapal
milik
Perusda
adalah
daya
muatnya
dan
sistem
pemabayarannya. Kapal milik perusda mampu menggankut
samapi 20 orang dewasa dengan pendapatan nelayan dipotong
3 ribu setiap penumpangnya oleh perusda untuk perawatan dan
bahan bakar kapal.
Manfaat ekonomi pengembangan Desa Wisata Bedono
juga dirasakan oleh ibu-ibu di kawasan pesisir. Karakteristik
masyarakat pesisir menurut (Syahrizal,2013) yang menyatakan
16

bahwa kaum perempuan ikut mencari nafkah denagn bekerja


sebagai pedangang ikan (pengecer) hasil tangkapan melaut.
Kaum perempuan memiliki pendapatan tambahan dari adanya
pengembangan desa wisata dengan menjadi penjual makanan
dan minuman untuk para pengujung desa tersebut. ibu-ibu juga
tetap menjual hasil tangkapan laut berupa udang segar dan
udang olahan di sepanjang jalan menuju lokasi wisata.
Keuntungan yang diperoleh ibu-ibu dalam menjual makanan dan
minuman untuk wisatawan dan penjual tangkapan laut di Desa
Bedono rata-rata lebih dari Rp 500.000,- . Keuntungan
pendapatan dari aktivitas berdagang tersebut akan meingkat
tajam saat musim liburan tiba karena pengujung banyak yang
melakukan kunjungan ke lokasi wisata di Desa Bedono.
Pengembangan Desa Wisata Bedono juga menambah
menjadi salah satu penyedia lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat Desa Bedono. Kaum laki-laki yang didominasi
bekerja sebagai nelayan yang bekerja pada malam hari dapat
bekerja pada siang hari dengan menjadi juru mudi kapal untuk
wisata. Kaum wanita yang mulanya bekerja hanya sebagai
pedangang ikan di pasar dapat menambah pekerjaan sebagai
pedangang makanan dan minuman bagi pengujung. Pemuda di
Desa Bedono juga dapat mendapat pekerjaan dengan menjadi
pengelola di lokasi wisata yang ada di Desa Bedono seperti
pengelola parkir, juru mudi kapal dan pengelola hutan mangrove.
b) Manfaat Sosial
Manfaat sosial merupakan sikap masyrakat yang berubah
menjadi lebih baik setelah adanya pengembangan Desa Wisata
Bedono. Manfaat tersebut adalah adanya peningkatan
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya mangrove untuk
menanggulangi abrasi yang tinggi di Desa Bedono yang berada
di kawasan pesisir Kabupaten Demak. Pengembangan desa
wisata menjadikan masyarakat teredukasi dalam penanaman
dan perawatan terhadap tanaman mangrove. Peran Masyarakat
dalam konservasi mangrove seiring dengan pengembangan
Desa Wisata Bedono juga semakin meningkat. Penanaman
mangrove yang pada awalnya hanya dilakukan oleh pengujung
dari rombongan universitas-universitas di sekitar Kabupaten
Demak kini masyarakat telah ikut menanam mangrove dan ikut
menjaga keberlangsungan hidup mangrove itu sendiri.
Manfaat sosial dari pengembangan Desa Wisata Bedono
adalah adanya capacity building desa wisata. Capacity building
merupakan peningkatan kapasitas kelembagaan agar memiliki
kemampuan untuk melaksanakan pembagunan pariwisata, baik
bagi pemegang keputusan, para perencana, pengelola,
pelaksana maupun stakeholders lainnya (Ismi Dwi, 2008). Pola
kelembagaan yang ada dalam pengembangan Desa Wisata
Bedono menurut (Syafii dan Suwandono, 2015) adalah sebagai
berikut :

17

Sumber : Syafii, 2015


Gambar 4.1
Bagan stakeholder pengembangan Desa Wisata Bedono

Pola kelembangaan yang terdapat di Desa Bedono dalam


pengembangan Desa Wisata adalah dengan adanya kerjasama
antar berbagai pihak. Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh
Badan Koordinasi Desa (BPD), Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM), Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga
(RW) berperan dalam mendukung pengembangan desa wisata
dalam bentuk perencaan desa wisata dan administratif lainnya
seperti pengeluaran surat ijin operasional lokasi wisata dan dana
untuk pengembangan. Mayarakat berperan sebagai aktor utama
dalam pengembangan desa wisata yakni dengan ikut
merencanakan Desa Wisata Bedono yang dibuat konservatif dan
tetap mempertahankan sisi religiusnya dengan makam sebagai
salah satu obyek wisata. Pengembangan Desa Wisata Bedono
dengan mengembangkan potensi wilayah sesuai dengan tujuan
pengembangan desa wisata menurut (Hadiwijoyo,2012) yakni
point pengambangan desa wisata harus mampu Menggali
potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa
wisata. Masyarakat Desa Bedono juga berperan dalam
pengelolaan dan pelaksanaan Desa Wisata Demak yang terdiri
terbagi
dalam
kelompok
masyarakat
sadar
wisata
(POKDARWIS) Mangrove Bahari yang bertugas untuk
pengelolaan dan perawatan di kawasan hutan mangrove dan
kelompok nelayan Morosari yang merupakan nelayan disekitar
Pantai Morosari yang bertugas mengelola Pantai Morosari.
Dukungan pemerintah dalam pengembangan desa wisata sesuai
dengan salah satu point syarat desa wisata (Wiendu,1993) yang
menyatakan bahwa dalam pengembang desa wisata masyarakat
dan aparat desa menerima dan mendukung terhadap desa
wisata dan wisatawan yang datang.
c) Manfaat Lingkungan
Manfaat lingkungan merupakan manfaat yang diperoleh
lingkungan kawasan Desa Wisata Bedono baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan adanya desa wisata tersebut.
Pengembangan Desa Wisata Bedono menjadikan Desa Bedono
menjadi salah satu prioritas penanganan kawasan di Kabupaten
Demak selain karena kekumuhannya menurut masterplan
perumahan dan permukiman Kabupaten Demak 2015-2025.

18

Jalan-jalan khususnya yang menuju lokasi wisata dan jalan


lingkungan pada umumnya menjadi fokus utama perbaikan saat
ini. Penanganan abrasi di pesisir utara juga menjadi salah satu
prioritas utama penanganan di Kecamatan Sayung. Ketertarikan
masyarakat dalam penanganan lingkungan melalui konservasi
mangrove yang meningkat untuk mengatasi abrasi secara tidak
langsung memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
lingkungan. Konservasi mangrove yang dilakukan dapat
mengurangi abrasi dan rob yang terjadi di Desa Bedono yang
berpengaruh terhadap pembangunan fisik kawasan dapat
berjalan tanpa adanya gangguan abrasi dan rob. Salah satu
penyebab terbesar permukiman di pesisir utara Pulau Jawa
merupakan banjir dan rob yang sangat tinggi dan menghambat
pembangunan fisik lingkungan.
2. Dampak Pengembangan Desa Wisata Bedono
Pengembangan Desa Wisata Bedono selain memberikan manfaat positif
terhadap masyarakat Desa Bedono dan pengujung juga memiliki
pengaruh negatif yakni :
a) Pengaruh Ekonomi
Pengaruh Ekonomi yang terjadi dengan pengembangan Desa
Wisata Bedono adalah terjadinya inflasi lokal. Inflasi lokal terjadi
karena harga-harga yang naik dan lebih tinggi dari harga
seharusnya. Harga makanan dan minuman di lokasi wisata di
Desa Bedono menjadi sedikit lebih mahal dari harga pada
umumnya, meskipun terdengar hal yang lumrah untuk harga di
tempat wisata. Harga snack makanan yang di pasaran dijual Rp
5.000,- di Desa Bedono bisa dijual Rp 6.000,-. Kenaikan harga
tersebut terjadi karena jarak lokasi wisata dan pasar atau pusat
perbelanjaan yang jauh dan membutuhkan waktu.
b) Pengaruh Lingkungan
Pengaruh lingkungan yang terjadi dengan adanya pengembagan
Desa Wisata Bedono adalah penurunan kualitas lingkungan
akibat sampah yang dihasilkan pengujung. Desa Bedono
memiliki masalah persampahan yang diakibatkan adanya
sampah dari daerah lain dan dari laut yang terbawa oleh rob dan
abrasi. Pengembangan Desa Wisata Bedono menambah
masalah baru dalam hal persampahan yang diakibatkan oleh
pengujung yang membuang sampah sembarangan. Pengujung
yang membuang sampah sembarangan baik di jalan sepanjang
desa maupun di tempat wisata dan di laut mengakibatkan
terjadinya penumpukan sampah terutama sampah plastik.
Penanganan sampah menjadi lambat karena selain perilaku
pengunjung yang membuang sampah sembarang juga tidak
adanya sistem pengangkutan dan pengolahan sampah di Desa
Bedono.

19

V. Lesson learned
Perencanaan pembanganun daerah merupakan tahap awal pembangunan daerah yang
dilakukan dengan pembentukan dokumen perencanaan yang nantinya akan digunakan
sebagai pedoman pembangunan selanjutnya. Dokumen perencanaan pada beberapa
daerah tidak jarang hanya menjadi tumpukan dokumen yang tidak berati bagi perencanaan.
Tahapan Penyusunan masterplan perumahan dan permukiman Kabupaten Demak
merupakan tahapan yang dapat dijadikan pembelajaran
mahasiswa yang sedang
melakukan Kerja Praktik (KP).
Tahapan pengumpulan penyusunan perumahan dan permukiman Kabupaten Demak
dilakukan dengan data sekunder dan data primer melalui survey langsung. Pengumpulan
data primer melalui survey hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu. Data yang diambil
melalui survey merupakan data yang akan digunakan dalam analisis. Data tidak hanya
berupa data fisik kondisi perumahan dan permukiman serta sarana prasarana yang saja,
seperti yang terjadi pada pengumpulan data dalam penyusunan masterplan. Data sosial
budaya masayarakat juga perlu diambil sebagai data tambahan analisis data karena
masyarakat merupakan sasaran perencanaan yang akan dituju dan akan menerima
pembanganun dari perencanaan yang dilakukan.
Tahapan Analisis dan perumusan strategi dilakukan dengan menganalisis masalahmasalah dan solusinya berdasarakan pengumpulan data yang telah dilakukan. Pada tahap
ini kemampuan dalam merumuskan masalah yang terjadi dan pemecahannya dan
kerjasama tim sangat dibutuhkan. Tahapan analisis dilakukan secara menyeluruh terhadap
data yang ada, namun pada penyusunan masterplan terkesan mengabaikan potensi wilayah
yang ada selain aktivitas nelayan. Perencaaan disamaratakan dalam masalah kekumuhan
dan strategi penanganan pesisir tanpa melihat adanya potensi lain untuk menjadi kajian
pendukung perencanaan.
Tinjauan kritis Kesesuain Pengembangan Desa Wisata Bedono merupakan salah satu
Penjabaran dari penyusunan Masterpal Perumahan dan Permukiman Kabupaten Demak
tahun 2015-2025 yang berfokus pada pengembangan potensi dan penanganan kawasan
kumuh. Pengembangan Desa Wisata Bedono secara tidak langsung dapat menjadi salah
satu faktor sekaligus indikator keberhasilan penanganan kawasan kumuh pesisir dalam
perencanaan perumahan dan permukiman. Pengembangan desa wisata dapat menjadi
faktor pendukung perencanaan perumahan dan permukiman karena adanya desa wisata
konservatif dapat mengurangi abrasi dan rob yang terjadi di Bedono. Penurunan dampak
abrasi dan rob di permukiman warga dapat mengurangi kekumuhan dan mendukung
terbangunnya sarana prasarana fisik lingkungan. Adanya desa wisata juga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat yang sebagian digunakan untuk melakukan
perbaikan terhadap rumah mereka yang kurang layak. Desa wisata juga menjadi indikator
keberhasilan perencanaan perumahan dan permukiman dengan adanya sarana prasarana
wisata yang memadai dan menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Desa Bedono.

20

Daftar Pustaka
Dahuri, R. Rais, J, Ginting dan Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya pesisir dan lautan
secara terpadu. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Dokumen Masterplan Perumahan dan Permukiman Kabupaten Demak Tahun 2015-2025.
PT Karsa Harya Mulia
Hadiwijoyo, Suro. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat.
Yogyakarta : Graha ilmu
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya
Paramita
Perda Kabupaten Demak nomor 6 Tahun 2011 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Demak
Soegiarto. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Lembaga Oseanologi
Nasional, Jakarta
Syahrizal. 2009. Dalam skripsi "Peranan Pariwisata dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Hidup Masyarakat".
Syafii. Muhamamad dan Djoko. 2015. Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan
Konsep Comunnity Based Taourism (CBT) Di Desa Bedono Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak. Semarang : Jurnal Ruang Vol. 1 No. 2 April 2015
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Yoeti, Oka. 1996. Pengentar Ilmu Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa

21

Anda mungkin juga menyukai