I.
Pendahuluan
Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara daratan dan lautan. Untuk
daratan masih dipengaruhi oleh sifatsifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
airnya pun asin tidak berbeda dengan air laut, sedangkan lautan meliputi bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alam yang terjadi di daratan, yaitu
sedimentasi dan aliran air tawar yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang
bermukim di daratan seperti pencemaran lingkungan (Soegiarto, 1976: Dahuri et
al,2001).Wilayah Pesisir sangat cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu
destinasi wisata dengan daya tarik wisata berupa keindahan alamnya dan karakteristik
masyarakat lokalnya. Pengembangan wisata di pesisir salah satunya adalah dengan
pengembangan desa wisata. pengembangan desa wisata dilakukan dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki desa wisata pesisir. Pengembangan desa
wisata dilakukan sesuai dengan syarat dan tujuan desa wisata menurut peraturan
pemerintah yakni dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dengan mengembangkan potensi yang ada tanpa melupakan budaya lokal yang
telah ada secara turun temurun.
Pengembangan desa wisata menjadi terobosan baru bagi kehidupan pesisir di
bidang pariwisata. Wisata kawasan pesisir yang pada mulanya hanya berupa wisata ke
pantai saat ini dikembangkan dengan wisata untuk melihat budaya dan aktivitas
masyarakat pesisir. Budaya dan aktivitas masyarakat pesisir yang berkerja dengan
mengantungkan mata pencaharaiannya dengan melaut. Salah satu pengembangan
desa wisata di pesisir denagn abrasi dan rob yang tinggi dilakukan juga dengan
adanya konservasi terhadap kawasan pesisir itu sendiri. Konservasi mangrove pada
dasarnya dilakukan sebagai penanganan terhadap abrasi dan rob yang cukup tinggi.
Konservasi mangrove semakin lama menjadi budaya masyarakat untuk menjaga
lingkungan pesisir dan menjadi salah satu daya tarik wisata yang diminati pengujung
untuk ikut melakukan konservasi. Pengunjung dapat belajar dan menikmati cara
konservasi pesisir dengan penanaman mangrove yang tidak terdapat didaerah lain
selain di daerah pesisir. Pengunjung juga dapat melakukan perjalanan mengelilingi
kawasan hutan mangrove yang dijadikan sebagai lokasi konservasi.
Pengembangan desa wisata harus didukung oleh sarana dan prasarana dasar
lingkungan yang layak. Keberadaan sarana dan prasarana lingkungan yang layak
dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata, semakin baik sarana
dan prasarana yang tersedia di desa wisata maka akan semakin banyak juga
wisatawan yang mengujungi desa wisata. Keberadaan sarana dan prasrana yang
layak dapat mendorong aktivitas sehari-hari masyarakat dalam mencukupi kebutuhan
hidup masyarakat. Prasarana jalan yang baik akan meningkatkan aksesibilitas
masyarakat terhadap daerah tujuan aktivitas dan lokasi wisata menjadi semakin cepat
dan mudah. Pengembangan sarana dan prasarana wisata Desa Bedono merupakan
salah satu bagian dari perencanaan pembangunan sarana dan prasarana fisik
lingkungan kawasan perumahan dan permukiman berdasarkan Masterplan Perumahan
dan Permukiman Kabupaten Demak tahun 2015-2025 yang dikerjakan oleh PT Karsa
Harya Mulia.
Pengembangan desa wisata merupakan salah satu alternatif terhadap pendapatan
masyarakat. Pendapatan masyarakat pesisir yang bergantung pada lingkungan,musim
dan hasil tangkapan laut. Pengembangan desa wisata dapat memberikan kontribusi
sebagai penghasilan tambahan atau sebagai penghasilan utama masyarakat desa.
Masyarakat dapat berperan aktif dalam pengelolaan dan pelaksanaan desa wisata
dengan melakukan aktivitas ekonomi. Masyarakat menjadi penyedia jasa dengan
menyewakan kapal untuk berkeliling dan menyebrang ke hutan mangrove di tengah
laut. Masyarakat juga dapat menyediakan kebutuhan makanan dan minuman untuk
pengujung dengan berjualan di warung-warung atau restoran yang menyediakan hasil
olahan laut nelayan desa tersebut. Masyarakat juga dapat menjadi penyedia jasa
berupa penginapan sekaligus obyek wisata tentang kehidupan sehari-harinya sebagai
nelayan. Penjabaran menganai desa wisata tersebut maka perlu dilakukan tinjauan
kritis terhadap Kesuaian Pengembangan Desa Wisata Bedono sesuai syarat dan
tujuan serta manfaat bagi masyarakat sebagai penjabaran dari Rencana Strategis
Kawasan Bappeda Kabupaten Demak tahun 2011-2016 dimana salah satu fungsi
Kecamatan Sayung yang berada di Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) 1 yang
merupakan pusat pariwisata dibandingkan dengan berbagai teori dan peraturan
mengenai desa wisata.
II.
Tabel II.1
Penilaian Kawasan Permukiman Kumuh Nelayan
di Kabupaten Demak
Kondisi Kondisi
Sarana
Total
No Kecamatan Fisik
kepadatan
Prasarana Skor
bangunan Penduduk
1 Sayung
1750
Bedono
970
20
760
1110
Timbulsloko 380
20
710
570
Surodadi
120
20
430
770
Sriwulan
570
20
180
370
Sidogemah
190
20
160
370
Purwosari
180
20
170
2 Bonang
330
Betahwalang 140
20
170
140
150
20
20
170
170
330
340
540
280
20
20
170
130
20
170
730
430
320
Kedungmutih 160
20
170
Kedungkarang 160
20
200
Purworejo
Morodemak
Wedung
Babalan
Wedung
350
380
III.
Country Side
Rural Heritage
Mountain
Lakes
River
Architecture
Industrial
Heritage
Riding
Cycling
Fishing
Rural life
Rural Activities
f.
10
Abdullah Mudzakir yang berada di sisi utara Desa Bedono atau berada
di Laut Jawa. Syeikh Abdullah Mudzakir merupakan seorang ulama
besar yang menyebarkan agama islam di pesisir Kabupaten Demak.
Atas jasa beliau menyebarkan agama islam di pesisir utara Kabupaten
Demak maka ketika beliau wafat beliau dimakamkan di Desa Bedono.
Atas jasa beliau ini maka sampai saat ini makam beliau masih banyak
dikunjungi oleh penduduk sekitar Desa Bedono bahkan dari luar
Kabupaten Demak untuk melakukan ziarah. Makam Syeikh Abdullah
Mudzakir pada tahun 1990an masih menyatu dengan daratan Dusun
Tambaksari Desa Bedono namun seiring semakin besarnya abrasi
pantai di pesisir utara Pulau Jawa mengakibatkan semenajungsemenanjung Pulau Jawa Tenggelam. Keunikan Makam ini yang
menjadi daya tarik bagi para pengujung adalah selain merupakan
makam ulama besar juga karena abrsi pantai yang mengakibatkan
daerah sekitarnya tenggelam namun makam ini tidak tenggelam sama
sekali. Untuk menuju makam saat ini pengujung harus menyebrang dari
Desa Bedono menggunakan kapal nelayan menuju makam.
Penyebrangan menggunakan kapal tersebut menjadikan motivasi baru
bagi pengujung untuk berziarah sambil menikmati pemandangan laut
dan menyebrangi laut.
2. Obyek Wisata alam
Obyek wisata alama yang terdapat di Desa Bedono terbagi menjadi
3 bagian yakni 2 obyek wisata yang dikelola masyarakat dan 1 obyek
wisata yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Demak melalui
Perusahan daerah.
a. Obyek wisata Hutan Mangrove
Obyek wisata yang terdapat di Desa Bedono yang paling
terkenal merupakan obyek wisata alam berupa mangrove.
Wisata mangrove mrupakan wisat menyusuri hutan mangrove
yang berada di pesisir Desa Bedono. Hutan mangrove pada
awalnya merupakan bentuk penanggulangan terhadap abrasi
pantai yang semakin besar tiap tahunnya. Pada mulanya
penanaman mangrove diprakrasai oleh kerja sama pemerintah
Kabupaten Demak dan perguruan tinggi di sekitar Demak dalam
mencari solusi penangganan abrasi pantai. Saat ini hutan
mangrove berkembang menjadi salah satu obyek wisata.
Letak wisata alam hutan magrove di Desa Bedono yang
berada di tengah laut harus ditempuh dengan menggunakan
kapal. Kapal yang digunakan untuk menyebrang dari Desa
Bedono menuju hutan mangrove yang berada ditengah laut.
Letak hutan mangrove juga merupakan bagian dari hutan yang
mengelilingi makam Syeikh Abdullah Mudzakir. Kondisi hutan
mangrove saat ini mengalami perubahan yang lebih baik dan
lebih terjaga setelah ditetapkannya Desa Bedono menjadi salah
satu desa wisata di Kabupaten Demak. Kesadaran masyarakat
yang semakin meningkat untuk menjaga dan melstarikan hutan
mangrove sebagai konservasi menjadi faktor utama peningkatan
kualitas dan kuantitas hutan mangrove. faktor pendukung
kualitas hutan mangrove yang semakin baik adalah adanya
tambahan jalan diatas laut yang berada diantara tanaman
mangrove yang digunakan pengujung untuk mengelilingi hutan
mangrove tersebut.
b. Obyek wisata Pulau Burung
12
13
17
18
19
V. Lesson learned
Perencanaan pembanganun daerah merupakan tahap awal pembangunan daerah yang
dilakukan dengan pembentukan dokumen perencanaan yang nantinya akan digunakan
sebagai pedoman pembangunan selanjutnya. Dokumen perencanaan pada beberapa
daerah tidak jarang hanya menjadi tumpukan dokumen yang tidak berati bagi perencanaan.
Tahapan Penyusunan masterplan perumahan dan permukiman Kabupaten Demak
merupakan tahapan yang dapat dijadikan pembelajaran
mahasiswa yang sedang
melakukan Kerja Praktik (KP).
Tahapan pengumpulan penyusunan perumahan dan permukiman Kabupaten Demak
dilakukan dengan data sekunder dan data primer melalui survey langsung. Pengumpulan
data primer melalui survey hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu. Data yang diambil
melalui survey merupakan data yang akan digunakan dalam analisis. Data tidak hanya
berupa data fisik kondisi perumahan dan permukiman serta sarana prasarana yang saja,
seperti yang terjadi pada pengumpulan data dalam penyusunan masterplan. Data sosial
budaya masayarakat juga perlu diambil sebagai data tambahan analisis data karena
masyarakat merupakan sasaran perencanaan yang akan dituju dan akan menerima
pembanganun dari perencanaan yang dilakukan.
Tahapan Analisis dan perumusan strategi dilakukan dengan menganalisis masalahmasalah dan solusinya berdasarakan pengumpulan data yang telah dilakukan. Pada tahap
ini kemampuan dalam merumuskan masalah yang terjadi dan pemecahannya dan
kerjasama tim sangat dibutuhkan. Tahapan analisis dilakukan secara menyeluruh terhadap
data yang ada, namun pada penyusunan masterplan terkesan mengabaikan potensi wilayah
yang ada selain aktivitas nelayan. Perencaaan disamaratakan dalam masalah kekumuhan
dan strategi penanganan pesisir tanpa melihat adanya potensi lain untuk menjadi kajian
pendukung perencanaan.
Tinjauan kritis Kesesuain Pengembangan Desa Wisata Bedono merupakan salah satu
Penjabaran dari penyusunan Masterpal Perumahan dan Permukiman Kabupaten Demak
tahun 2015-2025 yang berfokus pada pengembangan potensi dan penanganan kawasan
kumuh. Pengembangan Desa Wisata Bedono secara tidak langsung dapat menjadi salah
satu faktor sekaligus indikator keberhasilan penanganan kawasan kumuh pesisir dalam
perencanaan perumahan dan permukiman. Pengembangan desa wisata dapat menjadi
faktor pendukung perencanaan perumahan dan permukiman karena adanya desa wisata
konservatif dapat mengurangi abrasi dan rob yang terjadi di Bedono. Penurunan dampak
abrasi dan rob di permukiman warga dapat mengurangi kekumuhan dan mendukung
terbangunnya sarana prasarana fisik lingkungan. Adanya desa wisata juga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat yang sebagian digunakan untuk melakukan
perbaikan terhadap rumah mereka yang kurang layak. Desa wisata juga menjadi indikator
keberhasilan perencanaan perumahan dan permukiman dengan adanya sarana prasarana
wisata yang memadai dan menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Desa Bedono.
20
Daftar Pustaka
Dahuri, R. Rais, J, Ginting dan Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya pesisir dan lautan
secara terpadu. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Dokumen Masterplan Perumahan dan Permukiman Kabupaten Demak Tahun 2015-2025.
PT Karsa Harya Mulia
Hadiwijoyo, Suro. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat.
Yogyakarta : Graha ilmu
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya
Paramita
Perda Kabupaten Demak nomor 6 Tahun 2011 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Demak
Soegiarto. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Lembaga Oseanologi
Nasional, Jakarta
Syahrizal. 2009. Dalam skripsi "Peranan Pariwisata dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Hidup Masyarakat".
Syafii. Muhamamad dan Djoko. 2015. Perencanaan Desa Wisata Dengan Pendekatan
Konsep Comunnity Based Taourism (CBT) Di Desa Bedono Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak. Semarang : Jurnal Ruang Vol. 1 No. 2 April 2015
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Yoeti, Oka. 1996. Pengentar Ilmu Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa
21