DISUSUN OLEH :
Kawasan TNGR merupakan daerah yang bergunung-gunung dengan ketinggian beragam, mulai dari
550m dpl sampai 3.726 m dpl (Puncak Rinjani) dengan tingkat kemiringan yang bervariasi. Tingkat
kelerengannya mulai dari sedang (0-25%) dengan luas 16.678 ha, berat (25-40%) seluas 15.882 ha dan
kelerengan berat sekali (> 40%) dengan luas 7.645 ha. Daerah yang relatif landai terdapat di bagian
selatan dan timur laut, dengan ketinggian 1.800 – 2.000 m dpl (Lampiran 5). Di sekitar Gunung Rinjani
terdapatGunung Pelawangan (2.658 m dpl), Gunung Daya (2.914 m dpl), Gunung Sangkareang (2.914 m
dpl),Gunung Buangmangge (2.895 m dpl), Gunung Kondo (2.947 m dpl) dan Gunung Manuk (2.351
mdpl). Gunung-gunung tersebut terpisah oleh jurang yang dalam dan lembah yang luas dengan
kelerengan terjal berbatu (Balai TNGR 2006a).
Di lembah sebelah barat Gunung Rinjani terdapat Danau Segara Anak (pada ketinggian 2.010 m
dpl),yang airnya berbau belerang dengan suhu yang berbeda antara satu tempat dengan tempat
lainnya,mulai dari yang dingin, sedang, hangat sampai panas. Luas danau tersebut sekitar 1.126 hektar
dengan kedalaman antara 160 - 230 meter. Di tengah-tengah danau ini muncul Gunung
Baru (2.376 m dpl) yang masih aktif dan cenderung terus berkembang. Komplek Gunung Rinjani
merupakan daerah tangkapan air yang potensial bagi daerah sekitarnya, sehingga kawasan tersebut
mempunyai fungsi hidrologi yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Sekitar 90 % sungai di Pulau
Lombok berhulu di TNGR. Danau Segara Anak juga merupakan salah satu sumber mata air, penting bagi
daerah sekitar komplek Gunung Rinjani. Salah satu sungai yang berhulu di TNGR adalah Sungai
Kaliputih yang mengalir ke arah utara. Air dari sungai ini berwarna putih yang disebabkan oleh
pertemuan air panas yang mengandung belerang (sumber air panas berada di sebelah Utara danau) dengan
air yang mengalir dari danau. Sungai-sungai lainnya adalah Amor-Amor, Lekok Reak, dan Jurit yang
bermuara ke arah Laut Jawa. Sedangkan sungai-sungai yang bermuara ke Samudra Hindia antara lain:
Sungai Lenek dan Teratak; serta Sungai Marongge, Jaga, Belek, Terutuk dan Gerengengan bermuara ke
selat Alas. Posisi dan luas masing-masing Sub DAS dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Disamping itu
terdapat mata air panas di kawasan TNGR antara lain Goa Susu, Goa Taman, Goa Payung, Hulu Kali
Putih, Sebau dan mata air di kaki Gunung Baru yang dipercaya oleh masyarakat setempat dapat
digunakan untuk menguji Senjata Pusaka. Di kaki Gunung Rinjani juga terdapat mata air dan air terjun
seperti di Otak Kokok (Resort Joben), Air Terjun Jeruk Manis (Resort Kembang Kuning), serta di luar
kawasan TNGR antara lain Air Terjun Sindang Gile (sekitar Resort Senaru), Air Terjun Benang Setukel
dan Benang Kelambu (sekitar Resort Aik Berik), dan Air Terjun Tiu Teja (sekitar Resort Santong).
2. Zonasi Pemanfaatan
Taman Nasional Gunung Rinjani Secara keseluruhan luas Hutan Rinjani adalah 124.894 ha dan
ditetapkan sebagai kawasan hutan dalam berbagai fungsi, yaitu: hutan lindung (59.304,50 ha), hutan
produksi tetap (11.550,74 ha), hutan produksi terbatas (9.194,66 ha), Taman Nasional Gunung Rinjani
(41.330 ha), taman wisata alam (359,10 ha) dan taman hutan raya (3.155,00 ha). Penetapan kawasan
hutan tersebut didasarkan hasil pengukuhan dan tata batas hutan yang dilaksanakan sejak tahun 1930
sehingga secara yuridis formal mempunyai landasan hukum yang kuat (Dinas Kehutanan NTB 1997).
Pasal 1 ayat (14) UU No 5 Tahun 1990 tentang “Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya” menegaskan bahwa taman nasional adalah kawasan pelesatarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Selanjutnya Peraturan Menteri
Kehutanan No P.56/Menhut-II/2006 tentang “Pedoman Zonasi Taman Nasional”, pada pasal 1 ayat (4)
sampai (10) menjelaskan batasan (pengertian) zona taman nasional dan selanjutnya fungsi dari masing-
masing zona tersebut dijelaskan pada pasal 6 huruf (a) sampai (g) sebagai berikut:
Zona inti
adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota ataupun fisiknya masih asli
dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi; berfungsi untuk perlindungan
ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan
perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian
dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan penunjang budidaya
Zona rimba
(untuk wilayah perairan laut disebut zona perlindungan bahari) adalah bagian taman nasional yang
karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona
pemanfaatan; berfungsi untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan
menunjang budidaya serta mendukung zona inti.
Zona pemanfaatan
adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya, terutama dinamfaatkan untuk
pengembangan pariwisatalam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan
yang menunjang pemanfatan, kegiatan penunjang budidaya.
Zona tradisional
adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh
masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam.
Zona rehabilitasi
adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan
kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan sehingga menjadi
atau mendekati kondisi ekosistem alamiahnya.
Zona khusus
adalah bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat
kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut
ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.
Berkenaan dengan kepentingan pengelolaan sebagai Taman Nasional di Indonesia, kawasan Taman
Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dibagi menjadi beberapa zona pemanfaatan. Pembagian zona ini
ditetapkan berdasarkan SK Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: SK
99/IV/Set-3/2005 tanggal 26 September 2005 tentang “Penataan Zona pada Taman Nasional Gunung
Rinjani”
b. Hutan Sekunder
Hutan sekunder terdapat di bagian TNGR yang berdekatan dengan
pemukiman atau berbatasan dengan tanah milik masyarakat. Jenis tumbuhan
yang dominan adalah Akasia (Accacia diccurens), Bajur (Pterospermum javanicum), Terep
(Artocarpus elastica), Garu (Disoxylum sp), dan Dadap (Erytrina trifolia). Beberapa jenis tumbuhan lain
juga banyak dijumpai antara lain Ficus sp, Schleichera sp
dan Leguminosa. Luas hutan ini sekitar 15,8% dari luas TNGR; terutama ditemukan di bagian
selatan TNGR (Lombok Timur) dan daerah Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat.
d. Hutan Tanaman
Akibat terjadinya penggundulan dan seringnya pembakaran hutan untuk perladangan liar ataupun
padang penggembalaan oleh penduduk, di beberapa tempat terutama di bagian Selatan dan Timur
kawasan TNGR telah dilakukan reboisasi dengan beberapa jenis tanaman seperti Albisia (A
lbizzia falcala), Bajur (Pterospermum javanicum), Mahoni (Swietenia macrophylla), Durian (
Durio zibethinus), Sonokeling (Dalbergia latifolia), dan Akasia (Accacia diccurens).
Luas hutan tanaman ini relatif kecil (± 1.200 ha) atau kurang dari 3% TNGR.
e. Hutan Cemara
Hutan alam Cemara Gunung (Casuarina junghuniana) yang homogen ditemukan di bagian tengah
pegunungan Rinjani terutama di bagian Timur Laut menghadap ke arah Desa Sembalun dari ketingguan
2.000 – 2.600 m dpl. Hutan ini juga terdapat di sekitar danau Segara Anak terutama pada `daerah-daerah
cekungan dimana kondisi tanah lebih tebal dibanding dengan tanah di kelerengan. Luas hutan ini
sekitar 500 ha atau ± 3% dari luas TNGR. Cemara-cemara di Pantai Segara Anak dan sekitar Gunung
Baru banyak yang mati akibat luapan air panas dan materi batuan vulkanik letusan Gunung Baru pada
tahun
1994.