Anda di halaman 1dari 11

7 Up ialah minuman ringan yang mengandung jeruk/limau.

Di Amerika Serikat minuman ini diproduksi


oleh Dr Pepper Snapple Group, sedang di tempat lain oleh PepsiCo. Logo 7 Up termasuk titik merah
di antara '7' dan 'Up', titik merah tersebut tekah dianimasikan dan digunakan sebagai maskot merk itu
sebagai Cool Spot.

[sunting]Sejarah

7 Up ditemukan oleh Charles Leiper Grigg. 7 Up diluncurkan pada musim gugur tahun 1929 dengan
nama Bib-Label Lithiated Lemon-Lime Soda, dan tak berapa lama setelah peluncuran itu berubah
nama menjadi 7 Up. Kemudian diluncurkanlah lebih dari 600 minuman jeruk-limau di pasaran. Di
akhir tahun 1940-an, 7Up menjadi minuman ringan yang paling banyak terjual di seluruh dunia.
http://id.wikipedia.org/wiki/7_Up
Ternyata merk minuman 7UP bukan sekadar merek minuman tapi ternyata terkandung
filosofi kehidupan untuk sukses :
1. WAKE UP : Tdk peduli berapa kali kita gagal,bangun!

2. DRESS UP : Kecantikan dr dlm jauh lebih penting drpd sekedar hiasan luar yg
sementara. Hiaslah dia.

3. SHUT UP : Berhentilah bicara ttg kesuksesan masa lalu.

4. STAND UP : Berdirilah teguh yakin kita pasti BERHASIL!!.


5. LOOK UP : Lihatlah semua impian kita dalam imajinasi kita seakan2 semuanya telah
terjadi.

6. REACH UP : Capailah lebih tinggi dr prestasi sebelumnya.

7. LIFT UP : Naikkan semua impian kita dlm bentuk doa dan ucapan syukur.
http://update.ceriwis.us/showthread.php?t=22810

Perkembangan Konsumsi Soft Drink

SELAIN fast food, soft drink menjadi fenomena yang sangat populer di Indonesia, bahkan dunia. Banyak muncul
anggapan bahwa nggak minum soft drink, nggak keren. Tapi, tahu nggak sih sejak kapan minuman itu
dikonsumsi. Kira-kira, apa ya isi soft drink tersebut?

Saat ini soft drink sangat digemari di Indonesia. Rasanya yang nikmat dan siap saji sangat menggugah selera.
Itu didukung suhu udara yang cukup tinggi di negara kita. Soft drink pertama diracik di negara bagian Georgia
dan South Carolina.

Sejak diproduksinya Coca-Cola pada 1886, soft drink menjadi minuman paling populer di Amerika Serikat (AS).
Eksistensinya mengungguli kopi, teh, dan jus. Di wilayah utara AS yang beriklim subtropis dan dingin, minuman
beralkohol menjadi favorit.

Sedangkan di AS bagian selatan yang panas, soft drink-lah yang populer. Karena kepopulerannya, soft
drink bahkan menjadi budaya bagi rakyat AS.

Saking membudayanya, soft drink bermerek Coca-Cola menjadi favorit tentara AS. Minuman itu dibawa saat
Perang Dunia II. Robert Woodruff, presiden Coca-Cola Company saat itu, berkata, "Setiap pria berseragam
harus bisa mendapatkan sebotol Coca-Cola seharga 5 sen, di mana pun dia berada, tak peduli berapa pun biaya
yang ditanggung perusahaan."

Coca-Cola yang pada 1939 hanya memiliki lima pabrik pengemasan di luar pulau segera berkembang menjadi
64 hanya dalam waktu enam tahun. Perkembangan pesat Coca-Cola itu lambat laun masuk ke Indonesia.
Promosi gencar yang dilakukan perusahaan soft drink membuat setiap restoran, depot, warung, bahkan
pedagang kaki lima selalu menyediakan soft drink.

Merek-merek soft drink seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite, Pepsi, dan 7-up mulai akrab di telinga kita. Banyaknya
pilihan rasa, buah cola, jeruk, nanas, coffee cream, root beer hingga cream soda membuat kita susah berpaling.
Perlahan-lahan masyarakat mulai meninggalkan teh dan kopi. Mereka mulai beralih ke soft drink.

Kepopuleran soft drink itu tak lepas dari jasa Joseph Priestley. Pada 1767 ilmuwan asal Inggris tersebut
menemukan sebuah metode "menyuntikkan" CO2 ke dalam air. Kala itu Priestley menaruh semangkuk air suling
di atas sebuah tong bir. Sejak saat itu, dikenallah istilah air berkarbonasi, alias soda water, komponen utama
dalam soft drink.

Saat ini pembuatan soft drink sudah jauh lebih maju. Produsen-produsen soft drink besar seperti Coca-Cola
Company dan PepsiCo sudah memiliki mesin-mesin raksasa untuk mengilang produknya. Bahkan, kita bisa
membuat soft drink sendiri di rumah.

Dengan sebuah alat yang bernama The SodaStream, kita dapat menambahkan sensasi soda ke dalam
minuman kita. Alat itu akan memaksa CO2 yang tersimpan dalam silinder bertekanan tinggi untuk masuk ke
dalam air. Unsur CO2 itulah yang akan memberikan sensasi khas di mulut kita.
http://2youl.blogspot.com/2010/06/sejarah-soft-drink-minuman-karbonasi.html

[FACT]Minuman Ringan -Sejarah & Perkembangannya-«««


Perjalanan dan perkembangan minuman ringan dari waktu ke waktu:

1798 Istilah "soda water" untuk menyebut minuman yang mengandung soda mulai
populer.

1810 Patent pertama untuk air mineral tiruan di terbitkan.

1819 soda fountain (semacam dispenser dengan kran) di patenkan oleh Samuel
Fahnestock.

1835 Soda water dalam botol pertama di Amerika.

1850 Sebuah mesin manual yang menggunakan tangan dan kaki untuk mengisi dan
menutup botol, pertama kali di gunakan di industri pembotolan minuman bersoda.

1851 Minuman jenis Ginger ale di buat di Irlandia.


1861 Istilah "pop" mulai muncul.

1874 Ice-cream soda pertama terjual.

1876 Produksi masal Root beer untuk di jual pada publik.

1881 Minuman cola pertama yang di beri rasa di luncurkan.

1885 Charles Aderton menemukan minuman yang di beri label "Dr Pepper" di Waco,
Texas.

1886 Dr. John S. Pemberton menemukan "Coca-Cola".

1892 William Painter menemukan tutup botol.

1898 "Pepsi-Cola" di temukan oleh Caleb Bradham.

1899 Patent pertama untuk mesin peniup gelas, di gunakan untuk memproduksi botol
gelas.

1913 Truk bermesin mulai menggantikan kereta kuda sebagai kendaraan pengangkut.

1919 Organisasi industri pembotolan minuman bersoda Amerika berdiri.

1920 Hasil sensus Amerika melaporkan lebih dari 5.000 pabrik botol berdiri.

Awal 1920 Dispenser otomatis pertama

1929 The Howdy Company mulai membuat jenis minuman baru bernama "Bib-Label
Lithiated Lemon-Lime Sodas" yang akhirnya di kenal sebagai "7 Up". Di temukan oleh
Charles Leiper Grigg.

1934 Label berwarna pertama kali di gunakan pada botol minuman ringan. Pewarnaan di
lakukan dengan cara memanaskan pewarna pada permukaan botol.

1952 Minuman ringan diet pertama merk "No-Cal Beverage" terjual.

1957 Kaleng aluminum pertama kali di gunakan.

1959 Diet cola pertama terjual.

1965 Soft drinks dalam kaleng bisa di beli mesin di tempat umum.

1966 Organisasi industri minuman berkarbonasi Amerika berganti nama dari The
American Bottlers of Carbonated Beverages menjadi The National Soft Drink
Association.

1970 Botol plastik mulai di gunakan untuk minuman ringan.

1973 Botol PET (Polyethylene Terephthalate) di buat.

1979 Mello Yello softdrink di luncurkan oleh Coca Cola untuk menyaingi Mountain Dew.

1981 Mesin penjual minuman yang bisa berbicara di temukan.


http://archive.kaskus.us/thread/1125234
Positioning market cola
January 16th, 2010 • Related • Filed Under

Who’s the Third Player in Cola Market?


ANDA tahu jawaban dari pertanyaan di atas? Ya, mungkin banyak dari Anda yang akan menggelengkan kepala.
Selama ini Anda hanya mengenal duo raksasa yang menguasai pasar cola, Coca-Cola dan Pepsi. Jarang ada
yang tahu, siapa saja pemain yang berada di belakang kedua pemain utama tadi.

Kenapa bisa begitu? Karena Coca-Cola dan Pepsi-lah yang pertama kali memperkenalkan produk minuman cola
ini ke pasar. Coca-Cola didirikan pada tahun 1886, sementara Pepsi pada tahun 1903. Setelah itu, mereka pun
secara konsisten mempertahankan dan meningkatkan brand-nya, seperti yang pernah saya bahas di tulisan
saya terdahulu yang berjudul “The Never-Ending Cola War: Coke vs Pepsi”.

Inilah yang disebut oleh Al Ries dan Jack Trout dalam Positioning: The Battle for Your Mind sebagai keuntungan
menjadi yang pertama dalam satu kategori. Kalau tidak bisa jadi yang pertama, Anda bisa membuat kategori
baru sehingga secara otomatis Anda jadi yang pertama. Dan, jangan dilupakan, Anda harus berani mengklaim
dan mengkomunikasikan posisi Anda sebagai yang pertama tadi. Kisah Christopher Columbus dan Amerigo
Vespucci di tulisan saya yang pertama yang berjudul “The World is still Round, the Market is already Flat”
menunjukkan pentingnya klaim ini.

Nah, perang menguasai benak orang alias konsumen (mind share) inilah yang menjadi isu utama dalam bagian
Strategi dari marketing. Dalam riset pemasaran, Strategi ini berhubungan dengan aspek Cognitive dari
konsumen. Cognitive ini maksudnya adalah persepsi konsumen terhadap suatu brand. Karena itu, mind share
dari suatu brand diukur berdasarkan hal-hal seperti brand awareness, brand associations, dan brand image. Dari
sinilah nanti dihasilkan apa yang dikenal sebagai Top of Mind (TOM).

Strategi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam perumusan strategic marketing. Karena
pentingnya peran Strategi, perumusannya dilakukan pada level strategic business unit (SBU) dari sebuah
perusahaan. Strategi ini dalam Legacy Marketing terdiri dari tiga elemen, yaitu Segmentasi, Targeting, dan
Positioning (STP). Segmentasi disebut sebagai mapping strategy, karena di sini kita melakukan pemetaan pasar.
Pemetaan ini merupakan proses yang kreatif, karena pasarnya sebenarnya sama, namun cara pandang kita
terhadap pasar itulah yang membedakan kita dengan pesaing.

Anggaplah ruangan kantor Anda sebagai pasar. Nah, segmentasi pasarnya bisa bermacam-macam: bisa dari
jenis kelamin, dari segi umur, dari yang punya laptop atau tidak, dari segi kebiasaan makan siang di luar kantor
atau membawa makanan sendiri dari rumah, dan sebagainya. Bisa Anda lihat walaupun pasarnya tetap, namun
cara segmentasinya bisa macam-macam. Setelah pasar dipetakan dan disegmentasi menjadi kelompok-
kelompok pelanggan potensial dengan karakteristik dan perilaku serupa, perusahaan perlu memilih segmen
mana yang mau dimasukinya. Inilah yang disebut Targeting.

Targeting didefinisikan sebagai cara mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif, yaitu dengan
memilih target market yang tepat. Targeting disebut sebagai fitting strategy karena kita menyamakan (fitting)
sumber daya perusahaan Anda dengan kebutuhan target pasar yang dipilih. Dan unsur terakhir dari Strategy
adalah Positioning. Setelah memetakan pasar, dan menyesuaikan sumber daya perusahaan Anda dengan
segmen yang dipilih, maka kemudian Anda harus memiliki posisi yang kredibel dalam benak mereka.

Positioning ini sudah saya jelaskan panjang-lebar sebelumnya. Anda harus tepat memposisikan merek Anda di
dalam benak pelanggan, yaitu apa sesungguhnya yang Anda tawarkan. Positioning sangat penting karena
merupakan raison d’être merek Anda. Jadi, kalau Anda sudah berhasil merumuskan STP yang tepat, Anda akan
bisa memenangkan perang di mind share. Bisa saja Anda saat ini kalah di market share, namun jika mind share
dan apalagi heart share Anda masih kuat, peluang Anda untuk meraih market share yang hilang terbuka lebar.
Pada era New Wave Marketing, elemen-elemen dari Strategy yang dalam Legacy Marketing adalah Segmentasi,
Targeting, dan Positioning, berubah menjadi Communitization, Confirming, dan Clarification. Walaupun
prinsipnya mirip, namun ada perbedaan definisi dalam istilah-istilah tersebut.

Sebagai penutup, kembali ke pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini. Dari data yang saya peroleh, pemain
ketiga di cola market ini ternyata adalah Dr Pepper Snapple Group Inc., yang sebelumnya dikenal sebagai
Cadbury Schweppes Americas Beverages. Kalau nama perusahaannya tidak familiar, mungkin Anda lebih kenal
merek produk-produknya, seperti: A&W Root Beer, RC Cola, 7Up, Sunkist atau Dr Pepper.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/positioning-market-cola/

Fanta: Sukses dengan Buih dan Rasa Buahnya


Kamis, 21 Juli 2005
Oleh : Abraham Susanto dan Henni T. Soelaeman

Bisnis makanan dan minuman memang tak ada matinya. Survei AC Nielsen memperlihatkan,
hingga Agustus 2003, konsumsi makanan dan minuman di Indonesia meningkat sampai 149% dari
tahun 1997. Begitu juga tingkat pemesanan konsumen terhadap makanan, naik hingga 130%.
Bagaimana dengan minuman? Sama saja. Industri minuman di Tanah Air juga diprediksi terus
melaju kencang.

Menurut survei Tetra Compass 2004 yang dibesut PT Tetra Pak, kinclongnya industri minuman
kemasan -- tidak termasuk produk minuman yang berupa serbuk, konsentrat dan sirup -- masih
didominasi produk air mineral dalam kemasan (67%). Peringkat kedua adalah produk minuman
teh siap saji (13%), sedangkan peringkat ketiga minuman berkarbonasi (9%). Di sini, minuman
berkarbonasi alias bersoda itu diramaikan oleh Coca-Cola, Sprite, Fanta, Coke serta Pepsi Cola
dengan Pepsi Cola, Pepsi Biru dan Mirinda.

Dengan ceruk pasar yang masih rendah ketimbang air mineral kemasan dan teh siap saji,
ditambah pemain yang mengerubuti pasar ini lumayan banyak, tak ayal persaingan bisnis
minuman di kategori karbonasi ini cukup sengit. Sudah begitu, ditengarai pula, pasar minuman
berkarbonasi tengah menunjukkan tanda-tanda kejenuhan. Bahkan, mengalami titik jenuh. Data
Pusat Data Business Indonesia menyebutkan, penjualan keseluruhan produk soft drink pada 2002
mencapai Rp 13,56 triliun. Dan, pada 2003 turun menjadi Rp 12,2 triliun. Pemicunya, selain
jumlah pemain yang banyak, juga terjadinya perang harga.

Benarkah industri minuman berkarbonasi tengah lesu darah? Dwi Hatmadji, Manajer Merek Senior
Flavors PT Coca-Cola Indonesia yang juga mengelola merek Fanta dan Sprite memaparkan,
produknya bukan hanya berhadapan dengan sesama produk minuman berkarbonasi, melainkan
juga dengan kategori fruit flavour non alcoholic beverages. Sebab, konsumen tidak membedakan
minuman bersoda atau bukan, yang penting ada rasa buahnya. Itu pula yang dialami Fanta,
sehingga harus berhadapan dengan minuman seperti Jas-Jus, Frutang, Marimas dan Fruit Tea.

Meski terbilang kecil ketimbang industri air mineral dan teh, bukan berarti prospek minuman
kategori karbonasi ini tak berkembang. Data menunjukkan, pertumbuhan penjualan minuman
bersoda di sini cukup tinggi, mencapai 6,1% per tahun, lebih tinggi ketimbang pertumbuhan susu
yang hanya 2,9%, atau rokok yang hanya 5,1%. Tak ayal, pemain sekaliber PT Multi Bintang
Indonesia pun ingin mencicipi manisnya peruntungan di bisnis minuman bersoda dengan
meluncurkan Green Sands bebas alkohol pada 2002.

Di tengah makin mendominasinya air mineral kemasan dan teh siap saji, geliat Fanta yang
berhasil bertengger di puncak pertarungan IBBA 2005 tentu merupakan prestasi. Apalagi, mampu
menyodok dominasi “saudara seperguruan”-nya, Coca-Cola. Dari survei merek yang digelar
SWA dan MARS, Fanta berhasil membukukan nilai top of mind (TOM) advertising 32,7 dan TOM
brand 33,5. Adapun untuk brand share, Fanta meraih 35,5, satisfaction 98,9, gain index 26,0 dan
brand value 166,7.

Jawara dua dan tiga untuk kategori minuman berkarbonasi diraih Sprite dan Coca-Cola yang
masing-masing meraih brand value 149,8 dan 141,6. Coca-Cola unggul di TOM advertising dengan
perolehan 31,7 dan Sprite unggul di satisfaction yang mencapai 99,1, mengungguli Fanta.
Peringkat ke-4 diraih Pepsi Cola yang hanya mencatat TOM advertising 1,2, TOM brand 1,4, brand
share 2,2, gain index 37,7 dan brand value 12,7. Hanya saja perlu dicatat, Pepsi Cola berhasil
meraih angka satisfaction 98,9, kalah tipis dari Coca-Cola. Juru kunci kategori ini adalah Green
Sands yang hanya mencatat brand share 8,3. Merek ini memperoleh TOM advertising 0,7, TOM
brand 1,0, brand share 1,0 dan gain index -19,5. Yang menarik, meski paling buncit, Green Sands
tercatat paling tinggi untuk perolehan nilai satisfaction yang mencapai 100,0.

Di mata Yadi Budhisetiawan, Direktur Pengelola Lembaga Konsultan Penjualan dan Distribusi Force
One, pembagian kategori minuman berkarbonasi sendiri kurang fair. Yadi mengaku kurang setuju.
Pemainnya terlalu sedikit, mestinya digabung saja jadi kategori minuman rasa buah berkarbonasi
dan nonkarbonasi, itu baru pertarungan sepadan. Menurutnya, di kategori minuman berkarbonasi,
selain tiga merek dari Coca-Cola, cuma ada Mirinda, A&W, RC Cola, F&N dan Cruish. “Fanta
berhasil karena jitu memupuk dan menanam benih ke anak-anak kecil dahulu. Sodanya yang
ringan pas buat anak-anak sehingga tidak menganggu pencernaan,” demikian penilaian Yadi.

Indikasi keberhasilan Fanta, lanjutnya, juga tidak lepas dari perkembangan penjualan yang lebih
menggembirakan dari dua produk Coca-Cola lainnya. Rasa baru yang ditawarkan, melon dan
oranggo (orange-manggo), signifikan mendongkrak penjualan. “Mereka melihat ceruk untuk
Fanta lebih potensial direjuvinasi,” tuturnya. Fanta adalah harapan baru penjualan Coca-Cola
Company di saat portofolio lainnya kurang berkembang. Pilihan yang diambil dinilainya juga tepat.
Apalagi segmen Fanta, yaitu anak-anak dan remaja, lebih siap berubah. “Kombinasi tambahan
konsumen baru dari anak-anak yang semakin dewasa, rasa dan desain kemasan botol baru turut
memperkokoh brand awareness Fanta di kategori produk minuman berkarbonasi,” ujarnya
menjelaskan.

Terlepas dari penilaian Yadi, diakui Dwi, dengan awareness konsumen terhadap minuman ringan
“yang penting ada rasa buahnya”, tak pelak komunikasi yang digeber Fanta diupayakan
tidak terjebak dalam konsep serupa yang banyak dilakukan pesaing: ada teman-teman, kumpul
bareng sambil minum lebih happy lagi. Dulu iklan Fanta memang seperti itu. Namun setelah
banyak ditiru, kini berubah. Konsep iklannya sekarang lebih menunjukkan Fanta itu dibuat dari
keceriaan. Fanta Agent, orang kerdil berpakaian lucu, selalu siap membidik momen keceriaan
dengan kameranya, lalu dimasukkan ke pabrik dan jadilah Fanta.

Menurut Dwi, Fanta adalah fun. Konsep itu yang terus-menerus dikomunikasikan sambil tidak lupa
menggali kebiasaan konsumen di lapangan sebagai upaya inovasi. Rasa oranggo diperkenalkan
tahun 2003 dan rasa melon, dengan warna hijau ceria, diluncurkan tahun lalu. Inovasi terakhir
adalah perubahan botol yang lebih lucu bentuknya. “Enak digenggam, ada bintik embun
sehingga berkesan dingin,” katanya. Uniknya lagi, botol baru yang diluncurkan Maret lalu ini
lebih ringan 30% tapi isinya tetap 200 ml.

Menciptakan inovasi juga dilakukan dengan menggali cara konsumen mengonsumsi. Di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, Fanta dicampur susu jadi soda gembira. Ada juga yang mencampurnya
dengan es krim. Ini yang mengilhami lahirnya Fanta Creamy, Fanta dengan tambahan rasa es
krim yang bakal diluncurkan Agustus nanti. Juga masih ada satu lagi inovasi, tapi Dwi masih
merahasiakan. “Kami lagi-lagi bakal menggabungkan dua rasa unexpected. Tunggu saja,”
ujarnya.

Menurut Dwi, Fanta dipasarkan melalui dua saluran: returnable glass bottle (75%) dan jual putus
(10% kaleng dan 15% PET -- plastik isi 1 liter). Fanta kaleng ada 7 rasa: stroberi, jeruk, oranggo,
nanas, fruit punch, creamy dan melon. Kemasan 1 liter ada tiga rasa (stroberi, melon, creamy)
dan botol ada tiga rasa (stroberi, oranggo dan melon). Fanta diproduksi bersama produk Coca-
Coca yang lain di sejumlah pabrik: Medan, Padang, Lampung, Jakarta (Cibitung), Bandung,
Semarang, Surabaya, Banjar Baru, Makassar dan Manado.

Dijelaskan Dwi, audit konsumen awal 2004 menunjukkan, kompetisi yang dihadapi Fanta semakin
ketat. Ini terlihat dari klaim teritori yang sama dari pesaing minuman rasa buah lainnya. Untuk
membedakan, selain rasa baru yang ditawarkan, iklan baru dan kemasan ulang dilakukan untuk
menyegarkan merek Fanta. “Internal Fanta juga berupaya lebih responsif terhadap pasar,”
ujarnya. Sebelumnya, bila ingin meluncurkan rasa baru paling tidak membutuhkan 9 bulan,
dimulai dari riset, penerangan teknis singkat sampai produk jadi. “Melihat peta persaingan
yang makin seru, sekarang down timing bisa 5-6 bulan. Ini semakin membantu pengembangan
pasar,” ujar bujangan kelahiran Jakarta, 25 November 1974 ini.
Untuk makin memperkokoh penetrasi pasar, sejak tahun lalu distribusi juga diubah lebih efisien.
Sebelumnya, tenaga penjualan bersama armada truk mengerjakan sendiri semuanya. Mulai cari
pesanan, kirim, sampai menagih. Sekarang truk angkutan tinggal mengedrop karena armada
sepeda motor sudah lebih dahulu mencari pesanan. “Availability jauh lebih bagus,” mantan
karyawan BAT ini memaparkan.

Dwi mengakui, sejauh ini Fanta adalah merek terbaik yang kontribusi penjualannya terhitung lebih
baik secara nasional dibanding saudaranya, Coca-Cola dan Sprite. Coca-Cola boleh unggul di kota
besar seperti Jakarta, tapi Fanta bisa diterima luas di mana-mana. Salah satu faktornya, Fanta
tidak perlu disajikan dingin sebagaimana Coca-Cola. Rasa buah lebih gampang diterima orang
Indonesia, apalagi rasa Fanta juga lebih bervariasi. Sayang, dia tidak bersedia memaparkan data
rinci berapa penjualan Fanta.

Kegiatan komunikasi Coca-Cola , Dwi menjelaskan, memang lebih intens dibanding dua produk
lainnya. Ini karena Coca- Cola adalah flagship brand yang misinya memperbesar pangsa pasar.
“Fanta dan Sprite lebih sebagai cash cow bagi perusahaan,” katanya. Fanta, menurut data
Nielsen Media Research, pada periode Januari-Mei 2005 menggelontorkan dana Rp 15,06 miliar
untuk Fanta Soft Drink dan Rp 213 juta untuk Fanta Creamy Soft Drink. Total, belanja iklan Fanta
mencapai Rp 15,28 miliar. Media beriklannya didominasi layar kaca ketimbang media cetak dan
radio. Adapun Coca-Cola pada periode yang sama menghabiskan Rp 27,7 miliar. Sementara Green
Sands mengelontorkan dana iklan Rp 11,58 miliar pada periode yang sama.

Menurut Dwi, komunikasi Fanta berkonsentrasi di above the line. Komunikasi below the line tetap
dilakukan terutama ketika peluncuran kemasan produk baru, sebagai kombinasi strategi push and
pull. Push dengan kampanye kehadiran botol. Pull dengan promosi di sekolah-sekolah, sehingga
mau tidak mau di kantin sekolah ada stok botol baru. Ini sengaja dilakukan karena target pasar
Fanta usia 12-19 tahun.

Keberhasilan Fanta di kategori minuman berkarbonasi, menurut Yadi, sejatinya adalah pengaruh
akumulasi survei yang dilakukan 5-6 tahun terakhir. Pasalnya, Fanta adalah produk yang
diposisikan untuk pasar anak-anak dan remaja. Yang dulunya ABG, sekarang sudah dewasa dan
masih masuk dalam target responden MARS sehingga jumlahnya semakin banyak. Di matanya, ini
cara cerdas Coca-Cola Company mengelola portofolio produknya. Fanta membidik konsumen belia
dan remaja (12-18 tahun), Coca-Cola di tengah (18-30 tahun), dan lebih tua lagi Sprite (30-45
tahun).

Yadi menilai, komunikasi Fanta tidaklah terlalu istimewa. “Masih kalah dari abangnya, Coca-
Cola,” katanya. Namun, menurut dia, itu wajar saja karena Coca-Cola merupakan flagship dan
produk alternatif di masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Kalau sudah kelas III SMA atau
mahasiswa semester II masih minum Fanta, dianggap masih anak-anak. “Di sini Coca-Cola
menjadi social drink yang lain,” ujarnya.

Penjualan produk Coca-Cola, menurut perhitungan Yadi, per tahun sekitar 60 juta krat (1 krat 24
botol). Coca-Cola memimpin penjualan (44%), diikuti Sprite (30%) dan Fanta (26%). Namun,
tingkat pertumbuhan terbesar 2-3 tahun terakhir ini dicapai Fanta, 10%-12%, sementara
pertumbuhan pasar minuman berkarbonasi 6%-7%.

Riset: Vika Octavia

URL : http://202.59.162.82/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=3054
RC Cola
SOFT DRINK INDEPENDEN ATAS
Sejak diluncurkan pada tahun 1905, RC Cola telah menjadi minuman ringan yang mengaktifkan individualitas dan
semangat kewirausahaan. garing RC's, rasa bersih membedakannya dari cola lainnya, dan telah menjadi favorit
peminum cola di seluruh Amerika.

RC berasal di Columbus, Ga, ketika seorang apoteker muda bernama Claud A. Hatcher memutuskan untuk memasok
toko kelontong keluarganya dengan minuman yang ia diproduksi dan botol. Hatcher disebut garis pertama minuman
"Royal Crown," dan produk produk cola pertama awal lainnya termasuk Royal Crown Ginger Ale, Royal Crown dan
Royal Crown Strawberry Root Beer "Chero-Cola.".

Penjualan terus tumbuh dan pada tahun 1912 kegiatan basement Hatcher's pembotolan tumbuh menjadi Co Chero-
Cola Enam belas tahun kemudian, ia berganti nama perusahaan Nehi Corporation, setelah baris sukses minuman fruity
ia telah berkembang.

Setelah kematian Hatcher pada tahun 1933, Wakil Presiden SDM Mott mengambil alih perusahaan. Bagian dari
rencana Mott adalah perumusan dari Chero-Cola klasik menjadi minuman yang lebih menyegarkan. Chemist Rufas
Kamm diberi tanggung jawab datang dengan rasa baru, yang memakan waktu enam bulan untuk sempurna. The cola
baru dirilis kepada masyarakat dengan nama garis asli Hatcher tentang minuman: Royal Crown.

Royal Crown Cola adalah sensasi instan. RC Cola, seperti yang sekarang disebut, adalah seperti sukses bahwa
perusahaan akhirnya berganti nama menjadi Royal Crown Cola Co Pada 1940, RC produk yang tersedia di 47 dari 48
negara.

RC terus berkembang sepanjang dekade berikutnya dan mulai untuk mengiklankan lebih agresif.Iklan tersebut
dimasukkan dalam publikasi seperti Saturday Evening Post dan Good Housekeeping, dan dukungan oleh bintang-
bintang Hollywood seperti Joan Crawford, Bob Hope dan Bing Crosby yang ditampilkan di billboard di seluruh bangsa.

Sebagai RC terus tumbuh, itu tetap setia dengan kepribadian mandiri dengan memproduksi inovasi setelah
inovasi. Pada tahun 1954, perusahaan ini menjadi yang pertama untuk nasional mendistribusikan minuman ringan
dalam kaleng. Empat tahun kemudian, perusahaan memperkenalkan botol 16-ons.

Dalam hal minuman, RC menghasilkan cola diet rendah kalori pertama (Diet Rite), bebas kafein pertama diet cola (RC
100) dan cola diet pertama ceri (Diet Cherry RC). RC inovasi lainnya termasuk minuman semua aluminium-bisa dan
Royal Crown cola Draft, sebuah cola premium yang dibuat dengan tebu murni.
RC Cola merek diakuisisi pada Oktober 2000 oleh Cadbury Schweppes berbasis di London. Hari ini, RC Cola adalah
bagian dari Plano, Texas berbasis Dr Pepper Snapple Group, Inc, sebuah minuman penyegar yang terintegrasi bisnis
pemasaran merek minuman lebih dari 50 di seluruh Amerika Utara.

Apa nama?
RC Cola menerima nama dari orang-orang yang hal yang paling: konsumen. Bila produk reformulasi dirilis pada 1934,
produsen menamakannya "Royal Crown Cola." Sebagai minuman ringan menjadi semakin sukses, konsumen sayang
disingkat namanya menjadi "RC."
Mirinda
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Mirinda adalah sebuah merek minuman ringan yang tersedia dalam varietas buah
termasuk jeruk , jeruk , apel , strawberry , raspberry , nanas , pisang , markisa , lemon , kembang
sepatu , keprok , dan anggur rasa. Sebuah "jeruk" rasa juga tersedia di daerah tertentu di Timur
Tengah. Ini adalah bagian dari area minuman sering disebut sebagai segmen rasa, yang terdiri dari
minuman bersoda rasa buah dan non-berkarbonasi. Rasa jeruk dari Mirinda sekarang mewakili mayoritas
Mirinda penjualan di seluruh dunia setelah reposisi utama merek terhadap bahwa rasa di awal 1990-an.

Mirinda dimiliki oleh PepsiCo dan terutama dikomersialisasikan di luar Amerika Utara. Ini bersaing
dengan Coca-Cola 's Fanta dan Dr Pepper Snapple 's Orange Crush merek, dengan merek rasa lokal
untuk masing-masing negara. Seperti minuman ringan yang paling, Mirinda tersedia dalam beberapa
formulasi rasa, karbonasi dan pemanis tergantung pada selera pasar individu.

Isi
[hide]

• 1 Sejara

• 2 Terkini

acara

• 3 Fakta

• 4 Refere

nsi

[ sunting ]Sejarah

Mirinda pada awalnya diproduksi di Spanyol .

Bagian ini
membutuhkan ekspansi .

Ini menjadi tersedia di Amerika Serikat pada akhir 2003 di bilingual kemasan, dan awalnya dijual dengan
harga berkurang, mungkin untuk menjadi pesaing terhadap Coca-Cola Fantamerek. Sejak tahun 2005,
Mirinda rasa sebagian besar telah dijual dengan Tropicana Twister Soda merek di Amerika Serikat kecuali
di Guam , di mana Pepsi mulai menjual di bawah merek Mirinda pada tahun 2007 (menggantikan
Chamorro Punch Orange). Pepsico juga mencoba menjual Mirinda di Brasil pada tahun 1996 akhir, tapi
merek dihentikan pada tahun 1997 setelah penjualan lemah, menjaga lokal merek Sukita di bawah
produksi.

[ sunting ]Peristiwa baru-baru


Mirinda kampanye selama bertahun-tahun telah termasuk Mirinda Perempuan kampanye di tahun 1970
dan kampanye dalam kerangka waktu 1994-1996 dengan kampanye menggunakan tag-line 'Taste sedang
dalam Mirinda' dengan Blue Man Group . Dalam beberapa pasar, termasuk Meksiko, Blue Man Group
kembali meluncurkan kampanye Mirinda jauh dari posisi multi-rasa untuk merek hanya berfokus pada rasa
jeruk. Blue Man Group menunjukkan kampanye Blue Man Group bersaing untuk minum jeruk Mirinda dan
merayakan minum berhasil dengan seruan terbuka mulut 'Mirindaaaa'. Juga dalam negara yang sama
Mirinda meluncurkan kampanye dengan Pokémon serial anime untuk anak-anak dengan promosi banyak
gadget dengan karakter dari seri manga.

Sebuah kampanye, iklan terbaru sangat sukses diluncurkan di Te Segitiga Bermuda yang menampilkan
seorang pria muda yang tampan telanjang, Stefan Persson, berkeliaran sekitar kota dalam berburu dari
Mirinda manis manis. penggambaran kredibel Stefan tentang pemuda Mirinda-terobsesi mendapatkan
penghargaan kampanye di Brand Equity, bagian iklan surat kabar keuangan terkemuka tanpa kata-kata.

kampanye iklan Mirinda selama lima belas tahun terakhir telah ditangani oleh Pepsi stabil agen kreatif,
termasuk BBDO dan J Walter Thompson.

Mirinda juga secara teratur memperkenalkan film bertema khusus edisi di Asia. yang baru-baru ini
termasuk Batman (Blueberry) dan Superman (Buah punch). Mirinda juga baru-baru ini merilis sebuah rasa
baru yang disebut minuman Mirinda creme. Mereka datang dalam tiga rasa: Mangga, Raspberry dan
Kapur.

[ sunting ]Fakta

Pepsi dan Mirinda (rasa jeruk) dengan label Arab (botol, kiri ke kanan).

 Mirinda tersedia di benua besar dunia dengan produk PepsiCo lainnya. Hal ini juga di pasar Timur
Tengah, tapi nama umumnya mispronounced sebagai "Miranda" karena ejaan Arab nya.
 Nama "Mirinda" berarti "luar biasa" dalam bahasa Esperanto . [1] [2] Ada klaim bahwa produsen asli
Mirinda, yang kemudian dijual merek untuk PepsiCo , adalah Esperanto berbicara individu-. [3]

 formulasi utama Mirinda adalah sebagai minuman artifisial beraroma, namun telah diproduksi di
masa lalu dengan persentase jus buah, biasanya karena manfaat pajak daerah terkait dengan bahan
jus non-buatan.

 Mirinda yang dijual dalam botol kaca bergaris khas di Australia dan sebagian Asia Tenggara,
ketika awalnya dirilis di sana.

 asesinas Mirindas ("Killer Mirindas") adalah film pendek pembuat film pertama dari Spanyol Alex
de la Iglesia .

http://en.wikipedia.org/wiki/Mirinda

Anda mungkin juga menyukai