Anda di halaman 1dari 2

1.

Berikan penjelasan secara lengkap menurut anda terkait bagaimana perkembangan perjalanan
hubungan industrial di Indonesia?
Jawab:

Perjalanan hubungan industrial di Indonesia diawali pada zaman penjajahan Belanda, sistem yang dianut
sesuai dengan praktek di negeri Belanda. Saat industrilisasi tumbuh dengan pesat, pertumbuhan
hubungan industrial dipengaruhi oleh peningkatan jumlah angkatan kerja yang terlibat dalam proses
produksi. Karena kawasan industri hanya terdapat dibeberapa lokasi yang tidak luas, maka hal ini
menimbulkan kerawanan dalam hubungan Industrial yang perlu dicermati oleh pengusaha, pemerintah,
dan para pimpinan serikat karyawan.

Selanjutnya setelah kemerdekaan Indoensia, pada saat Indonesia menghadapi pertumbuhan Industri
dan ekonomi, Indonesia mengembangkan hubungan Industrial yang disebut dengan Hubungan
Industrial Pancasila (HIP). HIP merupakan sistem hubungan di antara para pelaku dalam proses produksi
yang meliputi pengusaha dan manajemen, karyawan, dan pemerintah yang didasari oleh nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945. Sistem HIP menekankan semangat kekelurgaan, gotong-royong, dan
musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Namun dalam prakteknya, sistem HIP berkembang tidak
sesuai dengan harapan,seperti tidak terjaminnya kebebasan berserikat bagi karyawan, sehingga dalm
konsep HIP sendiri dianggap menghambat kebebasan berserikat.

Perkembangan selanjutnya dalam pelaksanaan hubungan Industrial dipengaruhi oleh semangat


reformasi, yaitu dalam prakteknya semangat reformasi adalah dihormatinya kebebasan berserikat,
demokratisasi, yang dikaitkan dengan penghargaan hak-hak asasi manusia dan hak berserikat dijamin
seluas-luasnya. Hal ini diperkuat dengan tidak diratifikasinya konvensi ILO No. 87 tentang “Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan Terhadap Hak Berorganisasi” dengan keputusan Presiden No.83 tahun
1999, serta diterbitkan UU No.21 Tahun 2000 tentang “Serikat Pekerja”. Efeknya adalah makin tumbuh
dengan pesat serikat karyawan khususnya ditingkat nasional.

Didalam praktek hubungan Industrial ketika terjadi perselisihan baik perselisihan hak maupun
perselisihan kepentingan, maka penyelesaian perselisihan hubungan industrial menggunakan UU No. 22
Tahun 1957 tentang “Penyelesaian Perselisihan Perburuhan”.
Dengan berlakunya UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, banyak terjadi perubahan didalam
pengaturan hubungan industrial yang cukup berarti. Beberapa hal penting antara lain berkaitan dengan
perjanjian kerja waktu tertentu, perjanjian pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja,
istirahat panjang, haid, pengupahan, dan fasilitas kesejahteraan.

2. Agar Hubungan Industrial Pancasila (HIP) dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu upaya yang
dilakukan oleh pengusaha, pekerja, maupun pemerintah.

Maka HIP perlu dibudayakan, yang keberhasilannya diukur dengan menggunakan indikator-indikator
yang terjadi pada masyarakat industry. ada tiga hal yang perlu dipahami untuk melaksanakan HIP, yaitu:
a. Perangkat lunak yang berupa file falsafah HIP yang menuntut adanya sikap mental dan sikap sosial
dari para pelaku proses produksi.
b. Perangkat keras yang berupa sarana pelaksanaan HIP. sarana ini relatif mudah dilaksanakan, mudah
dirasakan, dan mudah pula mengukur dan mengevaluasi keberhasilannya.
c. Penanganan masalah khusus, yaitu adanya perhatian khusus terhadap berbagai masalah di dalam
praktek hubungan industrial, di mana apabila masalah tersebut tidak ditangani secara baik akan
dapat berakibat timbulnya permasalahan yang lebih besar.
Sementara itu sarana utama dalam pelaksanaan HIP adalah:
1. Lembaga kerjasama Bipartit
Lembaga kerjasama Bipartit merupakan suatu lembaga di tingkat perusahaan yang terdiri dari wakil
pekerja dan pengusaha fungsi LKS bipartit adalah sebagai forum konsultasi. Lembaga kerjasama
Bipartit merupakan suatu lembaga di tingkat perusahaan yang terdiri dari wakil pekerja dan
pengusaha. Fungsi LKS bipartit adalah sebagai forum konsultasi dan komunikasi, khususnya untuk:
(a) mengetahui secara pasti apa yang berkembang di kalangan pekerja;
(b) melakukan antisipasi dan mencegah timbulnya masalah;
(c) mencari jalan meningkatkan produktivitas kerja;
(d) meningkatkan partisipasi pekerja dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
Merupakan salah satu rumusan syarat kerja yang dibuat melalui proses perundingan, sehingga ada
unsur partisipasi pekerja yang diwakili oleh Serikat pekerja. PKB memiliki kelebihan antara lain:
(a) penerapan demokrasi di perusahaan;
(b) peningkatan tanggung jawab atau komitmen pekerja terhadap perusahaan;
(c) merupakan praktek pengembangan musyawarah untuk mencapai mufakat.
3. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya mengatur perlindungan hak dan
kewajiban yang sifatnya makro minimal, yang artinya bersifat umum dan merupakan norma minimal
yang wajib dilaksanakan oleh setiap perusahaan.
4. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial, dilakukan dengan mencegah perselisihan bila
ditingkat perusahaan terdapat mekanisme penampungan keluh kesah atau kanalasi aspirasi pekerja.
Apabila perselisihan hubungan industrial terjadi, maka penyelesaiannya melalui mekanisme
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Pendidikan dan penyuluhan hubungan industrial merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran
dan pemahaman agar HIP diterapkan dengan baik khususnya oleh pengusaha, pekerja, dan
organisasinya.
6. Serikat pekerja, yaitu organisasi pekerja yang dibentuk secara demokratis oleh, dari, dan untuk
pekerjaan dengan fungsi utama sebagai penyaluran aspirasi, melindungi kepentingan dan
meningkatkan kesejahteraan anggota. Di samping itu, Serikat pekerja juga merupakan media
komunikasi dengan pengusaha dan pemerintah.
7. Organisasi Pengusaha, merupakan organisasi yang dibentuk oleh para pengusaha yang bertujuan
untuk berpartisipasi dalam mengembangkan hubungan industrial pada umumnya dan sebagai
aspirasi pengusaha di dalam bidang hubungan industrial
8. Kelembagaan lain yang dibentuk untuk meningkatkan rasa kebersamaan mengembangkan
komunikasi informal, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja. Kegiatan kelembagaan ini misalnya
melakukan kegiatan bersama seperti rekreasi, kesenian olahraga dan sebagainya, dan
pengembangan koperasi pekerja/karyawan.

Referensi:
D. Wahyu Ariani, (Juni 2022). Hubungan Industri, Edisi 2 EKMA4367 Modul 6. Kegiatan belajar 1.
Tangerang Selatan. Penerbit Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai