Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Daffa

NIM : 1901102010070
Mata Kuliah : Hubungan Industrial

SOAL HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. Coba Saudara jelaskan secara singkat sejarah perkembangan Hubungan Industrial!


Menurut Rurimpunu (2014) terdapat tiga periode dalam sejarah Hubungan
Industrial di Indonesia:
 Sejak kebangkitan nasional tahun 1908 mulailah terbentuk serikat pekerja
yang anggotanya adalah orang-orang Indonesia. Mulai dipraktekan Hubungan
Industrial yang pihaknya adalah para pekerja Indonesia dan pengusaha
Belanda. Pada tahun 1919 Semaun sebagai tokoh komunis mulai mengenalkan
Hubungan Industrial yang berdasarkan perjuangan Kelas, sejak itu di
Indonesia sudah berkembang dua sistem hubungan Industrial yaitu yang
berdasarkan Liberalisme dan Marxisme. Sejak awal Hubungan Industrial di
Indonesia diwarnai oleh politik karena semua ditujukan untuk perjuangan
Kemerdekaan, sehingga pembahasan Hubungan Industrial dalam sosial
ekonomi kurang mendapat perhatian. Hubungan Industrial masih tetap
diwarnai oleh orientasi politik. Pada tahun 1947 mulai lagi timbul polarisasi
dalam Hubungan Industrial dengan terbentuknya serikat buruh SOBSI yang
secara nyata-nyata berorientasi kepada komunisme, dimana pada tahun 1948
SOBSI bersama-sama dengan PKI terlibat dalam pemberontakan Madiun.
 Setelah penyerahan kedalutan dengan sistem serikat pekerja yang pluralistis
maka sistem Hubungan Industrial baik yang berdasarkan liberalisme maupun
Marxisme berkembang pesat dipelopori oleh serikat pekerjanya
masingmasing. Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Indonesia kembali
melaksanakan UUD 1945. Sejak itu mulailah Era Demokrasi Terpimpin,
dalam era demokrasi terpimpin ini partai komunis bertambah memegang peran
penting. Sejalan dengan itu Hubungan Industrial yang berdasarkan Marxisme
juga berkembang pesat. Praktekpraktek Hubungan Industrial yang bersifat
antagonis dan konforntatif makin menonjol. Hal ini berlanjut terus sampai
menjadi tulang punggung pemberontakan tersebut, mirip dengan apa yang
terjadi tahun 1948.
 Setelah pemberontakan G30 dapat ditumpas dan lahirlah pemerintahan Orde
Baru dengan melanjutkan upaya penataan kehidupan politik, termasuk
merestrukturisasi organ-organ perburuhan yang ada. Pemerintahan Orde Baru
bertekad ingin melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
secara murni dan konsekuen. Hal ini berarti Pancasila harus dilaksanakan
dalam setiap aspek kehidupan bangsa termasuk dalam Hubungan Industrial.
Oleh karena itu, tokoh-tokoh Hubungan Industrial baik dari kalangan pekerja,
pengusaha, pemerintah dan cendekiawan bersepakat dalam suatu Seminar
Nasional pada tahun 1974 untuk mengembangkan suatu sistim Hubungan
Industrial yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sejak
saat itu lahirlah “Hubungan Industial Pancasila”. HIP dimaksudkan sebagai
instrument kontrol negara sekaligus sarana penyeimbang aspirasi negaranegara
kreditor yang meminta agar pemerintahan Soeharto bersikap lebih bersikap
responsifakomodatif terhadap tuntutan buruh. Borkent, et al (1981)
mengemukakan, pada masa orde baru digunakannya sarana-sarana utama
untuk mendukung terlaksananya hubungan perburuhan Pancasila tersebut,
yang meliputi: lembaga kerjasama Tripartit dan Bipartit, keselamatan kerja
bersama, penyelesaian perselisihan industrial, peraturan perundangan
ketenagakerjaan, pendidikan dan penyuluhan, organisasi ketenagakerjaan dan
kelembagaan lainnya.

2. Jelaskan tujuan pengaturan HI dan bagaimana proses pencapaiannya!


Tujuan dari hubungan industrial adalah meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan pekerja dan pengusaha. Produktivitas dan kesejahteraan merupakan dua
hal yang saling berkaitan erat dan saling mempengaruhi. Untuk mencapai Hubungan
Industrial yang harmonis berdasarkan kemitraan diperlukan adanya:
a. Forum komunikasi dan konsultasi secara Bipartit khususnya pada tingkat perusahaan
b. PKB antara serikat pekerja dan perusahaan sebagai sarana negosiasi
c. Lembaga Tripartit sektor industri pada tingkat daerah dan nasional untuk
memecahkan masalah yang bersifat lebih makro
d. Keterwakilan yang representative dan proporsional pada kelembagaan
Bipartit/Tripartit pada semua tingkatan
e. Adanya lembaga yang menangani masalah perselisihan perburuhan yang independen

dan profesioanal untuk penyelesaian yang adil.


3. Sebutkan ciri-ciri HI dan sarana-sarana HI!
Ciri-ciri Hubungan Industrial:
a. Mengakui dan meyakini bahwa bekerja bukan sekedar mencari nafkah saja,
melainkan juga sebagai pengabdian manusia kepada Tuhannya, sesama
manusia, masyarakat, bangsa dan negara.
b. Menganggap pekerja bukan hanya sekedar faktor produksi belaka melainkan
sebagai manusia pribadi dengan segala harkat dan martabatnya.
c. Melihat antara pekerja dan pengusaha bukan mempunyai kepentingan yang
bertentangan, melainkan mempunyai kepentingan yang sama untuk kemajuan
perusahaan.
d. Setiap perbedaan pendapat antara pekerja dan pengusaha harus disesuaikan
dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat yang dilakukan secara
kekeluargaan.
e. Adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk kedua belah pihak, atas
dasar rasa keadilan dan kepatutan.
Sarana-sarana Hubungan Industrial:
a. Serikat Pekerja atau Buruh
b. Organisasi Pengusaha
c. Lembaga Kerjasama bipartit (LKS Bipartit)
d. Lembaga Kerjasama tripartit (LKS Tripartit)
e. Peraturan Perusahaan
f. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
g. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaaan
h. Lembaga penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial

4. Coba Saudara sebutkan dan jelaskan tantangan-tantangan dalam membangun HI yang


kondusif/ harmonis dalam suatu organisasi/perusahaan!
Ada beberapa langkah dan kiat yang bisa dilakukan guna membangun
hubungan industrial yang baik dan harmonis sebagaimana berikut ini:
 Lebih memahami perilaku karyawan
Setiap karyawan yang bekerja di perusahaan tentu memiliki perilaku
dan tujuan ataupun kepentingan masing-masing. Adanya perbedaan persepsi
dari pihak manajemen perusahaan, karyawan, dan serikat pekerja seringkali
memicu adanya permasalahan yang berujung pada kerusuhan, pemogokan,
ataupun lainnya.
 Menjalin hubungan yang baik
Untuk bisa menjalin hubungan yang baik perlu dibangun suatu
komunikasi yang bisa menjadi jembatan yang menghubungkan masing-masing
pihak agar tercipta suasana damai yang nantinya bisa lebih memahami
kepentingan dan keinginan dari masing-masing pihak. Hal ini akan sangat
berguna untuk bisa menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang baik
sehingga kualitas dan produktivitas pun akan semakin meningkat.
 Memberikan keterbukaan dan hubungan baik dengan bawahan
Meskipun pengusaha memiliki kedudukan dan peran yang lebih tinggi
dibandingkan para pekerja, namun, menjaga hubungan baik sangat perlu untuk
dilakukan. Dengan menyediakan sarana dan wadah yang bisa membantu para
bawahan dalam menyampaikan aspirasi, pemikiran, ekspresi, dan kebebasan
akan membuat keterbukaan dan hubungan baik dengan bawahan bisa terjalin.
Ada berbagai masalah yang timbul dalam hubungan industrial akibat kurang
harmonisnya antara atasan dan bawahan sehingga menimbulkan ketegangan
yang berujung pada konflik besar.
 Menyediakan fasilitas terbaik kepada karyawan
Banyak permasalahan ataupun konflik di perusahaan timbul akibat
adanya rasa kurang puas dari pekerja atas fasilitas yang diberikan perusahaan.
Para pekerja merasa bekerja di bawah tekanan namun gaji ataupun fasilitas
yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang mereka lakukan.

5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis perselisihan HI dan bagaimana tata cara


penyelesaiannya!
Pasal 2 UU PPHI mengatur empat jenis perselisihan hubungan industrial, yaitu:
 Perselisihan Hak
 Perselisihan Kepentingan
 Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
 Perselisihan Serikat Pekerja/Serikat Buruh Dalam Satu Perusahaan
Berikut tata cara penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial:

 Perundingan Bipartit
Perundingan yang dilakukan antara pengusaha maupun gabungan
pengusaha dengan serikat buruh. Jika tidak menemukan kata sepakat, para
pihak berselisih akan melanjutkan perundingan tripartit. Sedangkan, jika
kedua belah pihak menyepakatinya maka dibuat perjanjian bersama dan
didaftarkan pada Pengadilan Hubungan Industrial dimana perusahaan berada.
 Perundingan Tripartit
Perundingan dilakukan oleh pekerja dengan pengusaha dimana
melibatkan fasilitator yakni pihak ketiga. Tahapan perundingan tripartit
sebagai berikut ini:
 Mediasi
Penyelesaian dilakukan dengan cara musyawarah yang
dipimpin satu orang ataupun lebih. Biasanya melibatkan mediator dari
pihak Departemen Ketenagakerjaan. Apabila dalam tahapan ini para
pihak memperoleh kata sepakat maka dituangkan dalam perjanjian
bersama dan didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial setempat.
 Konsiliasi
Penyelesaian dilakukan secara musyawarah dengan
penengahnya seorang konsiliator. Konsiliator akan berusaha
mendamaikan para pihak untuk mencapai kesepakatan bersama. Jika
dari salah satu pihak tidak sepakat maka konsiliator akan membuat
anjuran untuk didaftarkan pada Pengadilan Hubungan Industrial
setempat.
 Arbitrase
Merupakan penyelesaian perselisihan yang dilakukan di luar
Pengadilan Hubungan Industrial. Jalan yang ditempuh yakni dengan
membuat kesepakatan tertulis berisi pernyataan para pihak untuk
menyelesaikan perselisihan hubungan industrial kepada para arbiter.
Dalam putusan arbitrase ini bersifat final dan mengikat pihak yang
berselisih.
 Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)
Para pihak yang tidak menyetujui dan menolak anjuran dari mediator
maupun konsiliator akan melanjutkan perselisihan dengan pengajuan gugatan
ke PHI. Berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan di Indonesia, PHI memiliki kompetensi absolut
dalam memeriksa dan memutus perkara, antara lain:
 Pada tingkat pertama tentang perselisihan hak
 Pada tingkat pertama dan terakhir terkait perselisihan kepentingan
 Pada tingkat pertama terkait perselisihan pemutusan hubungan kerja
(PHK)
 Pada tingkat pertama dan terakhir terkait perselisihan serikat pekerja
atau buruh yang terjadi dalam suatu perusahaan.
Pada saat ini baik UU Ketenagakerjaan maupun UU Penyelesaian Hubungan
Industrial sedang dalam pembahasan untuk dilakukan perubahan.

Anda mungkin juga menyukai