Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang terus berupaya mendorong terciptanya peluang bagi perempuan dan laki-laki
untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif secara bebas, adil, aman dan
bermartabat. Tujuan utama ILO adalah mempromosikan hak-hak di tempat kerja,
mendorong terciptanya peluang kerja yang layak,meningkatkan perlindungan sosial serta
memperkuat dialog untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
dunia kerja.
Pada bab ini akan dibahas materi Oragnisasi perburuhan Internasional (ILO). Yang mana
Organisasi ini merupakan lembaga tertinggi yang mengurusi masalah hubungan
perburuhan atau industrial. Dalam kerjanya ILO akan menghasilkan konvensi (perjanjian)
dan rekomendasi (saran) yang akan diterapkan di Negara-negara anggota ILO salah satu
nya di Negara Indonesia. Selain itu ILO akan menjadi dewan arbitrase tingkat
internasional, dimana dalam organisasi ini terdapat wakil pemerintah, wakil pengusaha
dan wakil pekerja.

B. Tujuan
Pada materi dalam makalah ini menjelaskan, Bagaimana kita dapat melihat kondisi
perburuhan saat itu yang lebih berpihak kepada pengusaha. Maka dengan adanya
Organisasi Peburuhan Internasional (ILO), ingin membantu bagaimana agar bias
meningkatkan taraf hidup yang layak akan syarat-syarat kerja serti upah yang sesuai serta
kesempatan kerja yang cukup memadai bagi tenaga kerja pada umumnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Perburuhan Internasional


International Labour Organization atau disebut juga Organisasi Buruh atau Perburuhan
Internasional ( ILO ) adalah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terus
berupaya mendorong terciptanya peluang bagi perempuan dan laki-laki untuk
memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif secara bebas, adil, aman dan
bermartabat. Tujuan utama ILO adalah mempromosikan hak-hak di tempat kerja,
mendorong terciptanya peluang kerja yang layak, meningkatkan perlindungan sosial serta
memperkuat dialog untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
dunia kerja. International Labour Organization atau Organisasi Buruh Internasional (ILO)
adalah sebuah badan khusus PBB yang menangani masalah perburuhan. Kantor pusatnya
di Jenewa, Swiss. Sekretariat orang-orang yang dipekerjakan oleh itu di seluruh dunia
yang dikenal sebagai Kantor Perburuhan Internasional. Organisasi menerima Hadiah
Nobel Perdamaian pada tahun 1969. ILO dibentuk berdasarkan Traktat Versailles pada
tahun 1919 bersamaan dengan berdirinya Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Dalam
perkembangannya, pada tahun 1945 ILO menjadi Badan Khusus Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Sampai dengan tahun 2001, anggota ILO berjumlah 174 negara.
ILO dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan keadilan sosial bagi masyarakat
diseluruh dunia, khususnya kaum pekerja. Dalam Mukadimah Konstitusi ILO dinyatakan
bahwa perdamaian abadi hanya mungkin tercipta atas dasar keadilan sosial. Syarat-syarat
kerja masih mencerminkan ke tidak adilan dan selama hal tersebut masih terjadi, maka
berbagai goncangan yang terjadi akan mengancam keserasian dan ketentraman hidup
yang akan terus terjadi. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan syarat-syarat kerja dan
norma kerja serta upaya mengatasi masalah pengangguran.
Untuk melaksanakan gagasan tersebut, maka ILO mempunyai tugas utama yaitu
merumuskan kebijaksanaan dan program internasional untuk memperbaiki lapangan
pekerjaan dan kehidupan para pekerja; menyusun standar ketenaga kerjaan internasional
untuk dijadikan pedoman bagi Negara anggota dalam membuat dan melaksanakan

2
kebijakan ketenagakerjaan khususnya dalam membuat peraturan perundangan
ketenagakerjaan.
ILO merupakan organisasi internasional satu-satunya yang beranggotakan tiga unsur
yaitu unsur Pemerintah, unsur Pengusaha, unsur Pekerja. Seluruh kebijakan dan program
ILO dirumuskan dan ditetapkan oleh ketiga unsur tersebut.
ILO didirikan sebagai badan Liga Bangsa-Bangsa setelah Perjanjian Versailles, yang
mengakhiri Perang Dunia I. Pasca perang rekonstruksi dan perlindungan dari serikat
buruh menduduki perhatian banyak negara selama dan segera setelah Perang Dunia I. Di
Great Britania, Komisi Whitley, sebuah subkomite dari Komisi Rekonstruksi,
direkomendasikan dalam Laporan Akhir Juli 1918 bahwa "industri dewan" akan didirikan
di seluruh dunia.Partai Buruh Inggris telah mengeluarkan program rekonstruksi sendiri
dalam dokumen berjudul Buruh dan Sosial Orde Baru. Pada Februari tahun 1918, Inter-
Sekutu ketiga Buruh dan Sosialis Konferensi (mewakili delegasi dari Britania Raya,
Perancis, Belgia dan Italia) mengeluarkan laporannya, advokasi hak-hak buruh
internasional tubuh, diakhirinya diplomasi rahasia , dan tujuan-tujuan lain. Dan pada
bulan Desember 1918, American Federation of Labor (AFL) menerbitkan laporan apolitis
khas sendiri, yang disebut untuk mencapai berbagai perbaikan inkremental melalui proses
tawar-menawar kolektif. ILO mengorganisir Konferensi Perburuhan Internasional di
Jenewa setiap tahun pada bulan Juni, di mana konvensi dan rekomendasi yang dibuat dan
diadopsi. Konferensi ini juga membuat keputusan mengenai kebijakan umum ILO,
program kerja dan anggaran.

B. Keanggotaan Organisasi Perburuhan Internasional


Setiap negara anggota diwakili pada konferensi oleh empat orang yang terdiri dua
delegasi pemerintah, satu wakil pengusaha dan satu wakil pekerja. Semua dari mereka
memiliki hak suara individu, dan semua suara adalah sama, terlepas dari populasi negara
anggota delegasi itu. Majikan dan pekerja biasanya dipilih delegasi setuju dengan "paling
representatif" organisasi nasional pengusaha dan pekerja. Biasanya, para pekerja 'delegasi
mengkoordinasikan pemungutan suara, seperti halnya pengusaha delegasi.
Salah satu fungsi utama ILO adalah menetapkan standar buruh internasional melalui
adopsi konvensi dan rekomendasi yang mencakup spektrum yang luas dari tenaga kerja

3
yang berhubungan dengan subjek dan yang bersama-sama, kadang-kadang disebut
sebagai Kode Perburuhan Internasional. Topik yang dibahas meliputi berbagai isu, dari
kebebasan berserikat untuk kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, kondisi kerja di
sektor maritim, kerja malam, diskriminasi, pekerja anak, dan kerja paksa. Istilah "Kode"
adalah agak keliru sejauh adopsi standar-standar baru dan revisi yang lama tidak
menghasilkan sama sekali tubuh terpadu dan homogen hukum. Ini tidak terjadi. Namun
demikian, cakupan luas dari subjek yang tercakup oleh standar ILO menyatakan bahwa
istilah "kode" akan sesuai untuk digunakan.
Berlakunya dari hasil konvensi dalam kewajiban hukum untuk menerapkan ketentuan-
ketentuan oleh bangsa-bangsa yang telah meratifikasinya. Ratifikasi konvensi bersifat
sukarela. Konvensi yang belum diratifikasi oleh negara-negara anggota memiliki
kekuatan hukum yang sama seperti halnya rekomendasi. Pemerintah diminta untuk
menyampaikan laporan merinci kepatuhan mereka dengan kewajiban mereka telah
meratifikasi konvensi. Setiap tahun Konperensi Perburuhan Internasional Komite
Aplikasi Standar memeriksa sejumlah dugaan pelanggaran standar perburuhan
internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, salah satu anggota menyatakan bahwa telah
menerima perhatian yang paling Myanmar / Burma, sebagai negara telah berulang kali
dikritik karena kegagalannya untuk melindungi warga negaranya melawan kerja paksa
dituntut oleh tentara
Pada tahun 1998 86 Konferensi Perburuhan Internasional mengadopsi Deklarasi Prinsip-
prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja. Deklarasi ini mengidentifikasi empat
"prinsip" sebagai "inti" atau "fundamental", menyatakan bahwa semua negara-negara
anggota ILO berdasarkan kewajiban yang ada sebagai anggota di Organisasi memiliki
kewajiban untuk bekerja menuju menghormati sepenuhnya prinsip-prinsip yang
terkandung dalam relevan (ratifiable) Konvensi ILO. Perhatian hak-hak dasar kebebasan
berserikat dan perundingan bersama, diskriminasi, kerja paksa, dan pekerja anak.
Konvensi ILO yang mewujudkan prinsip-prinsip mendasar kini telah diratifikasi oleh
mayoritas negara-negara anggota ILO, bukan hanya karena itu denominasi deklarasi
prinsip-prinsip yang dikandungnya sebagai "fundamental".
Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO adalah Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang terus berupaya mendorong terciptanya peluang bagi perempuan dan laki-laki

4
untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif. Secara bebas, adil, aman dan
bermartabat. Tujuan utama ILO adalah mempromosikan hak-hak di tempat kerja,
mendorong terciptanya peluang kerja yang layak, meningkatkan perlindungan sosial serta
memperkuat dialog untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan
dunia kerja. ILO adalah satu-satunya badan “Tree Partit” PBB yang mengudang
perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk bersama-sama menyusun
kebijakan-kebijakan dan program-program. ILO adalah badan global yang
bertanggungjawab untuk menyusun dan mengawasi standar-standar ketenagakerjaan
internasional. Berkerjasama dengan 181 negara anggotanya, ILO berupaya memastikan
bahwa standar-standar ketenagakerjaan ini dihormati baik secara prinsip maupun
praktiknya.
ILO didirikan pada tahun 1919, sebagai bagian dari Perjanjian Versailles yang
mengakhiri Perang Dunia I, untuk mencerminkan keyakinan bahwa perdamaian universal
dan abadi hanya bisa dicapai jika didasarkan pada keadilan sosial. Konstitusi dirancang
antara Januari dan April 1919, oleh Komisi Perburuhan dibentuk oleh Konferensi
Perdamaian, yang pertama kali bertemu di Paris dan kemudian di Versailles. Komisi,
dipimpin oleh Samuel Gompers, kepala Federasi Amerika Tenaga Kerja (AFL) di
Amerika Serikat, terdiri dari sembilan perwakilan negara: Belgia, Kuba, Cekoslowakia,
Perancis, Italia, Jepang, Polandia, Inggris dan Amerika Serikat. ILO merupakan
organisasi “tripatrit yang menyatukan perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja
dalam tubuh eksekutif. Kekuatan pendorong untuk penciptaan ILO muncul dari
keamanan, pertimbangan kemanusiaan, politik dan ekonomi. Pembukaan Konstitusi
menyatakan bahwa ILO tergerak oleh sentimen keadilan dan kemanusiaan serta
keinginan untuk mengamankan perdamaian permanen di dunia. Ada apresiasi tajam
untuk menciptakan keadilan sosial dalam mengamankan perdamaian, dengan latar
belakang eksploitasi pekerja di negara-negara industrialisasi waktu itu. Ada juga
peningkatan pemahaman tentang saling ketergantungan ekonomi dunia dan perlunya
kerjasama untuk memperoleh kesamaan kondisi kerja di negara-negara yang bersaing
untuk pasar.
Para pendiri ILO telah berkomitmen untuk memasyarakatkan kondisi kerja yang
manusiawi serta memerangi ketidakadilan, penderitaan dan kemiskinan. Pada 1944 yaitu

5
sewaktu terjadi krisis internasional kedua, para anggota ILO membangun tujuan-tujuan
ini dengan menerapkan deklarasi Phildelphia, yang menyatakan bahwa pekerja bukanlah
komoditas dan menetapkan hak asasi manusia (HAM) dan hak ekonomi berdasarkan
prinsip yang menyatakan bahwa “kemiskinan akan menganca kesejahteraan dimana-
mana”. Pada 1946 ILO menjadi lembaga spesialis pertama di bawah PBB yang baru saja
terbentuk. ILO telah mengadopsi lebih dari 180 Konvensi dan 190Rekomendasi yang
mencakup semua aspek dunia kerja. Standar-standarketenagakerjaan internasional
tersebut baru-baru ini dikaji oleh BadanPengurus yang menetapkan bahwa lebih dari 70
Konvensi yang diadopsisebelum tahun 1985 masih berlaku sementara lainnya perlu
direvisi ataudicabut. Di samping itu, puluhan Kaidah telah dikembangkan. Di
berbagaibidang seperti konvensi tentang cuti persalinan dan perlindungan bagipara
pendatang, standar-standar ketenagakerjaan ini memainkan peranpenting dalam
menyusun perundangan nasional. Proses pengawasannegara anggota diterapkan dan ILO
membantu memberikan saran-sarandalam merancang perundangan ketenagakerjaan
nasional.Dengan diterapkannya Deklarasi ILO tentang Prinsip-prinsip dan
HakhakMendasar di TempatKerjapada 1998, negara-negara anggota
ILOmemutuskanuntuk memberlakukan serangkaian standar ketenagakerjaankonvensi-
konvensiterkait tersebut. Standar-standar tersebut merupakanbentukdasar HAM dan inti
dari pekerjaan yang layak.

C. Delegasi Atau Utusan Dari Negara Anggota


Pada saat konferensi, setiap negara anggota akan mengirim delegasi atau utusan yang
terdiri dari empat orang, yaitu dua wakil pemerintah, satu wakil pengusaha, dan satu
wakil pekerja. Setiap wakil dapat berbicara dan memberikan suaranya tanpa ada unsur
paksaan.
Delegasi pemerintah, pengusaha dan pekerja pada Konferensi tahunan ke-100 Organisasi
Perburuhan Internasional (International Labour Organization/ILO) mengadopsi
seperangkat standar internasional historis yang bertujuan meningkatkan kondisi kerja
bagi puluhan juta pekerja rumah tangga di seluruh dunia.

6
Juan Somavia, Direktur Jendral ILO mengatakan; sebuah sejarah telah tercipta, “Kita
telah menggeser sistem standar ILO ke dalam ekonomi informal untuk pertama kalinya
dan ini merupakan gebrakan yang luar biasa.”
Delegasi konferesi mengadopsi Konvensi mengenai Pekerja Rumah Tangga (2011)
melalui pemungutan suara dengan perbandingan 396 setuju, 16 menolak dan 63 tidak
memilih, sementara Rekomendasi meraih 434 setuju, 8 menolak dan 42 tidak memilih.
ILO merupakan satu-satunya badan PBB yang bersifat tripartit, dan masing-masing 183
negara anggotanya diwakili dua delegasi pemerintah, satu pengusaha dan satu pekerja,
dan masing-masing memiliki kebebasan untuk memilih.
Dua standar tersebut akan menjadi Konvensi ke-189 dan Rekomendasi ke- 201 yang
diadopsi Organisasi ini sejak didirikan pada 1919. Konvensi merupakan perjanjian
internasional yang mengikat negara-negara anggota yang meratifikasinya, sementara
Rekomendasi memberikan panduan yang lebih rinci mengenai bagaimana menerapkan
Konvensi tersebut.
Standar-standar ILO yang baru ini menetapkan bahwa pekerja rumah tangga di seluruh
dunia yang bekerja dalam rumah tangga harus memiliki hak kerja mendasar yang sama
dengan pekerja lainnya: jam kerja yang pantas, libur sedikitnya satu hari dalam
seminggu, batasan dalam gaji, informasi yang jelas mengenai hak dan kewajiban kerja
serta menerapkan prinsip-prinsip dan hak-hak mendasar di tempat kerja seperti kebebasan
berserikat dan hak untuk melakukan perundingan bersama.
Perkiraan ILO baru-baru ini berdasarkan survei dan/atau konsensus nasional 117 negara
menempatkan jumlah pekerja rumah tangga mencapai sedikitnya 53 juta, namun para
pakar mengatakan jumlah tersebut dapat mencapai 100 juta di dunia, mengingat jenis
pekerjaan ini acapkali tersembunyi dan tidak terdata. Di negara-negara berkembang,
mereka mencapai 4 hingga 12 persen dari upah kerja. Sekitar 83 persen dari mereka
adalah perempuan atau remaja putri serta kebanyakan merupakan pekerja migran.
Konvensi ini mendefinisikan pekerja rumah tangga sebagai pekerja yang dilakukan did
an untuk satu rumah tangga atau lebih. Kendati perangkat-perangkat baru ini mencakup
seluruh pekerja rumah tangga di dunia, perangkat-perangkat ini meliputi perangkat
khusus yang melindungi para pekerja, yang karena kemudaan usia atau kebangsaan atau

7
status tinggal bersama dalam satu rumah, menadi lebih rentan terhadap kemungkinan
risiko-risiko tambahan dibandingkan rekan kerjanya.
Menurut laporan ILO, Konvensi ini baru akan berlaku apabila dua negara telah
meratifikasinya.
“Membawa para pekerja rumah tangga ke dalam nilai-nilai kita merupakan sebuah
gerakan besar, baik bagi mereka sendiri maupun bagi semua pekerja yang mendambakan
pekerjaan yang layak, namun hal ini juga membawa implikasi besar dalam migrasi dan
tentunya kesetaraan gender,” kata Somavia.
Dalam teks pengantar, Konvensi baru ini mengatakan bahwa “pekerjaan rumah tangga
masih dinilai rendah dan tidak terlihat serta umumnya masih dilakukan para perempuan
dan anak perempuan, yang banyak dari mereka merupakan pekerja migran atau anggota
dari kelompok masyarakat rentan dan mereka pun rentan terhadap diskriminasi dalam hal
kerja dan jabatan, serta terhadap bentuk pelanggaran hak asasi manusia lainnya.”
Michelle Bachelet, Direktur Eksekutif UN Women, dalam sambutannya di hadapan
Komite Konferensi, mengatakan bahwa defisit pekerjaan yang layak di antara pekerja
rumah tangga “tidak lagi dapat ditoleransi,” seraya menambahkan bahwa UN Women
akan mendukung proses ratifikasi dan penerapan instrumen baru ILO ini.
“Kami membutuhkan standar yang efektif dan mengikat untuk memberikan pekerjaan
yang layak bagi para pekerja rumah tangga, sebuah kerangka kerja yang jelas untuk
memandu pemerintah, pengusaha dan pekerja,” ujar Halimah Yacob, Wakil Ketua dari
Pekerja dari Singapura. Ia menegaskan bahwa tanggung jawab bersama akan
memberikan pekerja rumah tangga apa yang mereka butuhkan: pengakuan sebagai
pekerja; dan rasa hormat serta martabat sebagai manusia.
Paul MacKay dari Selandia Baru, Wakil Ketua dari Pengusaha mendeklarasikan: “Kami
semua sepakat pentingnya membawa pekerjaan rumah tangga ke dalam standar
ketenagakerjaan dan merespons pada perhatian besar atas hak asasi manusia. Semua
pengusaha sepakat bahwa ada peluang untuk melakukan hal yang lebih baik bagi para
pekerja rumah tangga serta rumah tangga dan keluarga di mana mereka bekerja”.
“Dialog sosial sangat jelas tercemin dari hasil yang dicapai ini,” demikian disimpulkan
Ketua Komite, H.L. Cacdac, Delegasi Pemerintah dari Filipina saat menutup diskusi.

8
“Ini merupakan pencapaian besar,” kata Manuela Tomei, Direktur Program Kondisi
Kerja dan Ketenagakerjaan ILO, dengan menyebutkan standar-standar baru ini “keras”,
tapi fleksibel.” Ia menambahkan bahwa standar-standar baru ini memperjelas bahwa
“pekerja rumah tangga bukanlah pelayan ataupun ‘anggota keluarga’, tapi pekerja. Dan
setelah hari ini mereka tidak bisa dianggap lagi sebagai pekerja kelas dua.”
Pengadopsian standar-standar baru ini merupakan hasil dari keputusan yang diambil pada
Maret 2008 oleh Badan Pengawas ILO untuk menempatkan instrument ini dalam agenda
Konferensi. Pada 2010, Konferensi melakukan diskusi pertama dan memutuskan untuk
melanjutkan dengan perancangan Konvensi serta Rekomendasi yang telah diadopsi saat.

D. Struktur Organisasi Perburuhan Internasional ( ILO )


Di dalam struktur organisasi ini terdiri dari tiga badan atau lembaga, yaitu:
1. International Labour Confrence (ILC) / konferensi Perburuhan Internasional
ILC adalah forum pleno ILO yang mempunyai kekuasaan tertinggi dan memutuskan
semua aktivitas ILO. Sidang diadakan sekali setiap tahun pada bulan juni di Kantor
PBB dan Kantor Pusat ILO di Jenewa. Sidang dihadiri oleh para Menteri Tenaga
Kerja sebagai “Minister attending to the conference” dan delegasi negara anggota
yang tersusun secara tripartite dengan komposisi 2 wakil Pemerintah, 1 wakil
Pengusaha dan 1 wakil Pekerja. Selain itu, masing-masing unsur dapat membawa
penasehat yang jumlahnya paling banyak 10 orang agar bisa mengikuti tiap mata
acara. Adapun tugas Konferensi Perburuhan Internasional;
a. Membuat perjanjian dan rekomendasi
Pada umum nya konferensi akan menerima bahan-bahan yang akan disidangkan
dari kantor atau secretariat perburuhan internasional. Selanjutnya Negara-negara
anggota tersebut berkewajiban menyampaikan perjanjian dan rekomendasi ke
badan yang berwenang meratifikasi perjanjian perburuhan internasional.
b. Memilih anggota badan pengurus
Badan pengurus akan dipilih dalam konferensi, dengan demikian anggota delegasi
dari Negara-negara anggota yang akan menentukan siapa-siapa saja yang duduk
dalam badan pengurus. Penasehat tidak mempunyai hak pilih, kecuali delegasi
mengajukan secara tertulis kepada presiden konferensi bahwa seorang penasehat

9
akan bertindak sebagai wakilnya baik dalam berbicara maupun dalam memilih
anggota badan pengurus.
c. Membahas Anggaran Belanja Organisasi Perburuhan Internasional
Untuk besarnya anggaran belanja organisasi perburuhan internasional,
direncanakan oleh badan pengurus, kemudian dibawa ke siding/konferensi untuk
dibahas dan disetujui yang akan ditetapkan setiap dua tahun sekali.
d. Mengawasi pelaksanaan perjanjian dan rekomedasi
Konvensi (perjanjian) dan rekomendasi tersebut akan disebarluaskan oleh
secretariat ke Negara-negara anggota untuk kemudian dilaksanakan. Dengan
tugas menagwasi pelaksanaan perjanjian dan rekomendasi dari Negara-negara
anggota.
e. Menetapkan garis-garis kebijakan
Dalam konferensi perburuhan internasional merupakan forum yang membahas
masalah-masalah perburuhan maupun masalah social dunia, yang diajukan oleh
badan pengurus atau anggota delegasi dalam konferensi kemudian ditetapkan
kebijakan tertentu.

2. Governing Body (GB) / Badan Pengurus


Badan pengurus (governing Body) merupakan Sidang Badan Pimpinan yang
diselenggarakan tiga kali dalam setahun bertempat di Kantor Pusat ILO di Jenewa.
GB adalah badan pengambil keputusan ILO yang mempunyai tugas utama
memutuskan kebijakan, menetapkan program dan anggaran organisasi, menyusun
acara ILO dan lain sebagainya.
1. ILO Office
ILO Office merupakan sekretariat permanent ILO yang dipimpin oleh seorang
Dirjen, dibantu lima orang Direktur Eksekutif dan satu orang Asisten Dirjen.
Kantor Pusat ILO berkedudukan di jenewa, Swiss. ILO mempunyai Kantor-
kantor cabang yang tersebar di beberapa wilayah di dunia yang terdiri dan Kantor
Wilayah dan Kantor Lokal.
- Kantor wilayah ILO:
1. Kantor Wilayah Afrika di Abidjan (Ethiopia)

10
2. Amerika Latin dan Karibia berkedudukan di Lima (Peru)
3. Asia dan Pasifik berkedudukan di Bangkok (Thailand)
4. Eropa dan Asia Tengah berkedudukan di Jenewa (Swiss)
5. Negara-negara Arab berkedudukan di Beirut.

- Kantor lokal ILO:


1. Kantor Lokal untuk wilayah Asia Pasifik berkedudukan di New Delhi
(India)
2. Islamabad (Pakistan)
3. Dhakar (Bangladesh)
4. Manila (Philipina)
5. Jakarta (ndonesia)
6. Tokyo (Jepang)
7. Colombo (Sri Lanka)
8. Beijing (China)
9. dan Suva (Fiji).

2. Tata Kelola dan Penyusunan Kebijakan


Kebijakan-kebijakan ILO yang luas ditetapkan oleh Konferensi Perburuhan
Internasional (International Labour Conference), yang mengadakan pertemuan
setiap tahun dengan mengundang para konstituennya. Konferensi ini juga
mengadopsi standarstandar ketenagakerjaan internasional yang baru serta
menyetujui rencana kerja dan anggaran ILO. Dalam sesi-sesi di Konferensi ini,
ILO dipandu Badan Pengurus (Governing Body), yang terdiri dari 28 anggota
pemerintahan, 14 anggota pengusaha dan 14 anggota pekerja. Sekretariat ILO,
yaitu Kantor Perburuhan Internasional (International Labour kantor-kantor cabang
yang berada di lebih dari 40 negara. Pada tahun 1999, Juan Somavia dari Cile
diangkat sebagai Direktur Jenderal ILO yang kesembilan. Ia adalah orang pertama
dari belahan bumi selatan yang memimpin organisasi ini.

11
E. Konvensi Yang Diratifikasi Indonesia
Sejak didirikan pada tahun 1919 di Jenewa sampai tahun 1989, Organisasi Perburuhan
Internasional (ILO) telah mengadakan konferensi sebanyak 76 kali. Dari konferensi
tersebut menghasilkan 169 konvensi (perjanjian) dan 165 rekomendasi (saran-saran)
dengan salah satu isi dari kovensi ILO No. 189 ialah Mengenai Kerja Layak Pekerja
Rumah Tangga (PRT) mendorong Indonesia untuk membuat Rancangan Undang-Undang
PRT yang nantinya menjadi dasar hukum pengaturan PRT. Pekerja Rumah Tangga bukan
Pembantu Rumah Tangga itulah yang sedang marak disampaikan oleh para aktivis
Pekerja Rumah Tangga. Perlindungan bagi Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Indonesia
masih jauh dari memuaskan. Dengan dihasilkannya Konvensi ILO No. 189 Mengenai
Kerja Layak Pekerja Rumah Tangga (PRT) diharapkan dapat memberikan perlindungan
yang memadai bagi para Pekerja Rumah Tangga (PRT) dan dapat memperbaiki kondisi
kerja mereka.
Konvensi No. 189 memberikan perlindungan khusus bagi pekerja rumah tangga (PRT).
Konvensi tersebut menetapkan hak-hak dan prinsip-prinsip dasar, dan mengharuskan
Negara mengambil langkah untuk mewujudkan kerja layak bagi pekerja rumah tangga.
Hak-hak dasar pekerja rumah tangga
 Promosi dan perlindungan hak asasi manusia seluruh pekerja rumah tangga
 Penghormatan dan perlindungan prinsip-prinsip dan hak-hak dasar di tempat kerja:
a. kebebasan berserikat dan pengakuan efektif terhadap hak atas perundingan
bersama.
b. penghapusan segala bentuk kerja paksa atau kerja wajib.
c. penghapusan pekerja anak.
d. penghapusan diskriminasi dalam hal pekerjaan dan jabatan.
 Perlindungan efektif dari segala bentuk penyalahgunaan, pelecehan dan kekerasan
 Ketentuan kerja yang fair dan kondisi hidup yang layak
 Informasi mengenai syarat dan ketentuan kerja
Pekerja rumah tangga harus diberi informasi mengenai syarat dan ketentuan kerja
mereka dengan cara yang mudah dipahami, sebaiknya melalui kontrak tertulis.
 Jam kerja

12
a. Langkah-langkah yang ditujukan untuk menjamin perlakuan sama antara pekerja
rumah tangga dan pekerja secara umum berkenaan dengan jam kerja normal,
kompensasi lembur, masa istirahat harian dan mingguan, dan cuti tahunan
berbayar
b. Masa istirahat mingguan sekurang-kurangnya 24 jam kerja berturut-turut
c. Peraturan jam siaga (jangka waktu di mana pekerja rumah tangga tidak bebas
d. menggunakan waktu mereka sekehendak mereka dan diharuskan untuk tetap
melayani
e. rumah tangga tersebut guna untuk menanggapi kemungkinan panggilan
 Pengupahan
a. Upah minimum jika aturan upah minimum ada untuk pekerja lain
b. Pembayaran upah harus dilakukan secara tunai, langsung kepada pekerja, dan
dalam jangka rutin yang tidak lebih lama dari pada satu bulan. Pembayaran
dengan cek atau transfer bank apabila diperbolehkan oleh undang-undang atau
kesepakatan bersama, atau dengan persetujuan pekerja.
c. Pembayaran dengan barang diperbolehkan dengan 3 syarat: hanya proporsi
terbatas dari total upah, nilai moneter adil dan wajar, barang atau jasa yang
diberikan sebagai pembayaran dengan barang merupakan pemakaian pribadi oleh
dan bermanfaat bagi pekerja.
d. Biaya yang dikenakan oleh agen ketenagakerjaan swasta tidak dipotongkan dari
upah.
 Keselamatan dan kesehatan kerja
a. Hak atas lingkungan kerja yang aman dan sehat
b. Langkah-langkah diadakan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.
 Jaminan sosial
a. Perlindungan jaminan sosial, termasuk tunjangan persalinan
b. Kondisi yang tidak kurang menguntungkan dari pada kondisi yang berlaku untuk
pekerja secara umum.
 Standar mengenai pekerja rumah tangga anak
a. Persyaratan untuk menetapkan usia minimal untuk masuk ke dalam pekerjaan
rumah tangga

13
b. Pekerja rumah tangga berusia 15 tahun tetapi kurang dari 18 tahun, pekerjaan
mereka tidak boleh menghalangi mereka dari pendidikan wajib, atau menganggu
peluang mereka atas pendidikan lanjutan atau pelatihan kerja.
 Standar mengenai pekerja tinggal di dalam rumah
a. Kondisi hidup layak yang menghormati privasi pekerja
b. Kebebasan untuk mencapai kesepakatan dengan majikan atau calon majikan
mereka mengenai apakah akan tinggal di rumah tangga tersebut ataukah tidak
c. Tidak ada kewajiban untuk tetap berada di rumah tangga atau bersama dengan
para anggotanya selama masa libur atau cuti mereka
d. Hak untuk menyimpan sendiri dokumen identitas dan dokumen perjalanan
mereka
e. Peraturan jam siaga.
 Standar mengenai pekerja rumah tangga migran
a. Sebuah kontrak kerja yang bisa ditegakkan di negara tempat kerja, atau tawaran
kerja tertulis, sebelum berangkat ke negara tempat kerja
b. Kondisi jelas di mana pekerja rumah tangga berhak atas pemulangan di akhir
kerja mereka
c. Perlindungan pekerja rumah tangga dari praktik pelecehan oleh agen
ketenagakerjaan swasta
d. Kerjasama antara negara pengirim dan negara penerima untuk menjamin
efektifnya penerapan ketentuan-ketentuan Konvensi untuk pekerja rumah tangga
 Agen ketenagakerjaan swasta
a. Langkah-langkah yang harus diadakan.
b. Meregulasi operasi agen ketenagakerjaan swasta
c. Menjamin perangkat yang memadai untuk penyelidikan pengaduan dari pekerja
rumah tangga
d. Menyediakan perlindungan pekerja rumah tangga yang memadai dan pecegahan
pelecehan, dengan berkolaborasi dengan para Anggota lain bila dirasa tepat
e. Mempertimbangkan mengikat kesepakatan bilateral, regional atau multilateral
untuk mencegah praktik pelecehan dan penipuan.
 Penyelesaian perselisihan

14
a. Akses efektif ke pengadilan, tribunal atau mekanisme penyelesaian perselisihan
lain, termasuk mekanisme pengaduan yang mudah diakses.
b. Langkah-langkah harus diadakan untuk menjamin kepatuhan terhadap undang-
undang nasional untuk perlindungan pekerja rumah tangga, termasuk langkah-
langkah inspeksi ketenagakerjaan. Dalam hal ini, Konvensi mengakui perlunya
menyeimbangkan hak pekerja rumah tangga atas perlindungan dan hak atas
privasi anggota rumah tangga.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

- Kesimpulan :

16

Anda mungkin juga menyukai