Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Organisasi internasional adalah suatu organisasi yang dibuat oleh

anggota masyarakat internasional secara sukarela atau atas dasar kesamaan

yang bertujuan menciptakan perdamaian dunia dalam tata hubungan

internasional. Pada hakikatnya organisasi internasional memiliki arti luas

dan sempit. Secara luas, organisasi internasional meliputi organisasi publik

(public international organization), organisasi privat (private international

organitation), organisasi regional, organisasi subregional, dan organisasi

bersifat universal (organization of universal character). Secara sempit

hanya meliputi organisasi internasional publik. PBB juga merupakan

organisasi internasional yang memiliki tujuan utama dalam perjanjian.

ILO (International Labour Organization) adalah satu-satunya badan

“tripartit” PBB yang mengundang perwakilan pemerintah, pengusaha dan

pekerja untuk bersama-sama menyusun kebijakan-kebijakan dan program-

program. ILO adalah badan global yang bertanggungjawab untuk

menyusun dan mengawasi standar-standar ketenagakerjaan internasional.

Bekerjasama dengan 181 negara anggotanya, ILO berupaya memastikan

bahwa standar-standar ketenag akerjaan ini dihormati baik secara prinsip

maupun praktiknya. Organisasi Buruh Internasional (bahasa

Inggris: International Labour Organisation (ILO) adalah sebuah wadah

1
2

yang menampung isu buruh internasional di bawah PBB. ILO didirikan

pada 1919 sebagai bagian Persetujuan Versailles setelah Perang Dunia I .

Organisasi ini menjadi bagian PBB setelah pembubaran LBB dan

pembentukan PBB pada akhir Perang Dunia II ILO bertujuan

memperbaiki kondisi pekerja sebagai upaya mewujudkan keadilan sosial

di seluruh dunia. Agar tujuan mulia ini dapat terpenuhi, ILO mengadopsi

struktur tripartit yang khas yakni terdiri dari perwakilan pemerintah,

pekerja, dan pengusaha.1

Secara bersama-sama, ketiga unsur dalam tripartit bertugas

menentukan strategi dan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan ILO.

Dengan Deklarasi Philadelphia 1944 organisasi ini menetapkan tujuannya.

Sekretariat organisasi ini dikenal sebagai Kantor Buruh Internasional dan

ketuanya sekarang adalah Juan Somavia. ILO menerima Penghargaan

Perdamaian Nobel pada 1969.2

Konferensi Perburuhan Internasional (International Labor

Conference) yang digelar setiap tahun merupakan forum internasional

untuk mendiskusikan problem sosial dan perburuhan di seluruh dunia,

merumuskan peraturan standar perburuhan dan garis kebijakan umum

ILO.

Peranan ILO sebagai organisasi perburuhan yang berskala

internasional, berusaha membuat aturan-aturan dalam bentuk konvensi

1
ILO Jakarta.2010.Sekilas Tentang ILO. Hlm 1
2
http://lon3lyarticel.blogspot.com/2009/04/ilo-international-labour-organisation.html
3

sebagai instrumen sah yang mengatur aspek-aspek administrasi

perburuhan, kesejahteraan sosial atau hak asasi manusia. Bagi negara

anggota yang meratifikasi konvensi mengemban dua tugas sekaligus,

yakni komitmen resmi untuk menerapkan aturan-aturan konvensi, dan

kemauan untuk menerima ukuran-ukuran penerapan yang diawasi secara

internasional. Indonesia pun sebagai anggota ILO juga turut meratifikasi

18 (delapan belas) konvensi terkhusus yang berkaitan dengan kesetaraan

gender di dunia kerja per tanggal 12 September 2011.3

Peranan ILO di Indonesia telah mengembangkan beragam program

untuk menyikapi permasalahan gender di dunia kerja. Ini termasuk

prakarsa ketenagakerjaan muda, kegiatan menyangkut masalah pekerja

anak dan pekerja migran, serta perekonomian formal, hubungan industrial

dan pelatihan perundingan bersama yang mendorong perwakilan dan

partisipasi yang sensitif gender dalam pertemuan dan pelatihan,

mempromosikan prinsip dan pelaksanaan Konvensi-konvensi yang sudah

diratifikasi, dan membantu pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja

melangkah maju dengan program-program gender.

Gender menjadi isu penting dan istilah yang sering

diperbincangkan akhir-akhir ini. Gender telah memasuki perbendaharaan

di setiap diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial dan pembangunan di

Dunia Ketiga. Demikian juga di Indonesia, hampir semua uraian tentang

program pengembangan masyarakat maupun pembangunan di kalangan


3
18 Konvensi Yang Di Rativikasi Oleh Indonesia. http: www.ilo.org/jakarta di akses pada tanggal
16 Maret 2015
4

organisasi non pemerintah diperbincangkan masalah gender. Namun dari

pengamatan, masih banyak terjadi kesalahpahaman tentang apa yang

dimaksud dengan konsep gender dan kaitannya dengan perjuangan

perempuan untuk mendapatkan kesetaraan dan keadilan. Banyak orang

yang mempunyai persepsi bahwa gender selalu berkaitan dengan

perempuan, sehingga setiap kegiatan yang bersifat perjuangan menuju

kesetaraan dan keadilan gender hanya dilakukan dan diikuti oleh

perempuan tanpa harus melibatkan laki-laki.4

Meskipun pemerintah Republik Indonesia telah melakukan

ratifikasi terhadap Konvensi ILO, khususnya Konvensi ILO No. 111

tentang Diskriminasi Pekerjaan dan Jabatan, ternyata masih ada beberapa

kasus yang menunjukkan kurangnya pengawasan pemerintah terhadap

realisasi standarisasi di atas. Kebanyakan perempuan masih mengalami

ketimpangan gender dan hak politik yang terjadi di indonesia.

Hak asasi manusi di indonesia telah megalami pasang surut.

Sesudh dua periode represi (rezim Soekarno dan rezim Soeharto),

reformasi berusaha lebih memajukan hak asasi. Akan tetapi dalm

kenyataannya harus menghadapi tidak hanya pelanggaran hak secara

vertical, tetapi juga horisontal. Pelaksanaan hak poltik mengalami

kemajuan, tetapi pelaksana hak ekonomi masih pelum dilaksanakan secara

baik.5

4
Dewi, Sinta R., “Gender Mainstreaming : Feminisme, Gender dan Transformasi Institusi,
”Jurnal Perempuan”.2006. No. 50,
5
Prof Miriam Budiardjo.2008. Dsar-Dasar Ilmu Politik. Hlm 257
5

Hak Asasi Perempun cukup menonojol. Menurut UUD 1945

Secara formal tidak dapat ada perbedaan antara lak-laki dan perempuan.

Pasal 27 UUD 1945 misal nya dengan tegas mengatakan bahwa semua

orang sama kedudukannyas di hadapat hukum. Akan tetapi dalam

praktiknya perempuan masih banyak mengalami diskriminasi. Dengan

kata lain kedudukan perempuan secra de Jure jauh berbeda dengan

kedudukannya secra de facto.6

Sebenearnya kedudukan perempuan di Indonesia secara formal

cukup kuat sebab banyak ketentuan dalam berbagai undang-undang serta

peraturan lain yang memberi perlindunganan yuridis padanya. Selain itu,

indonesia pun telah meretifikasi dau perjanjian, yaitu perjanjian mengenai

hak politik perempuan dan perjanjian mengenai penghapus Diskriminasi

terhapad perempuan, akhirnya undang-undang pemilu 2004 dibuka

kesempatan agar perempuan dipertimbankan menduduki 30% kursi

parlemen.

Keterwakilan perempuan di ranah politik sangat perlu kerena ada

peningkatan persaingan dalam kehidupan sosial dimana perempuan juga

mengambil sebuat keputusan untuk membela kepentingan perempuan agar

isu gender di indonesia dapat terminimalisir karena, peningkatan

keterwakilan di parlemen menjadi perlu keseimbangan dalam mengambil

keputusan yang adil upahaya penghapus diskriminasi dalam dunia politik.

6
Ibid., hlm 261
6

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

dan meneliti lebih jauh yang kemudian disajikan dalam skripsi yang

berjudul:

“PERANAN INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION


TERHADAP HAK POLITIK KAUM PEREMPUAN DI
INDONESIA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan diatas, maka

penulis mengidentifikasikan maslah sebagai berikut:

1. Bagaimana pernan ILO dalam memperhatikan isu gender yang terjadi

di Indonesia ?

2. Bagaimana efektivitas kovensi ILO No 111 tentang Diskriminasi

Pekerja dan Jabatan yang diratifikasi Indonesia dalam meminimalisir

gender inequalities tehadap hak politik kaum perempuan di

Indonesia?

3. Bagaimana upaya pemerintah Indonesia dapat meningkat partisipasi

politik perempuan di parlemen Indonesia?

1. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu kompleks dan luasnya permasalahan yang

akan dibahas, maka peneliti membatasi masalah tersebut dengan

menikit beratkan kepada sejauhmana efektivitas konvensi ILO


7

NO.111 dalam meningkatkan partisipasi perempuan di parlemen

periode 2004-2009

2. Perumusan Masalah

Guna mempermudah dalam penganalisaan permasalahan

tersebut diatas yang berdasarkan pada indentifikasi masalah dan

pembatasan masalah. Mengingat luasnya kajian dan masalah ini maka

penulis mencoba merumuskan masalah untuk penelitian ( research

problem) sebagai berikut:

“Sejauhmana efektivitas konvensi ILO No.111 tentang


Diskriminasi Pekerja dan Jabatan yang di retifikasi oleh
Indonesia untuk meminimalisir gender inequality terhadap hak
politik kaum perempuan di Indonesia upaya meningkatkan
partispasi perempuan di perlement Indonesia ”

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan suatu usaha memperdalam pemahaman

dalam pengetahuan akan suatu permasalahan dengan mengunakan cara-

cara yang sistematis dan metodologis. Tujan penelitian berkaitan dengan

penelaahan-penelahaan seta pengembangan bidang yang diteliti.

Berdasarkan paparan tersebut maka dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Untuk mengatahui peranan ILO menyikapi isu-isu gender di

Indonesia.
8

b. Untuk mengetahui efektifitas konvensi ILO No,111 tentang gender

inequalities terhadap hak politik kaum perempuan di Indonesia.

c. Untuk mengatahui meningkatnya partisipai politik perempuan di

parlemen

2. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai

bahan komperatif bagi penelitian ini sejenis, dan aspek-aspek yang belum

terungkap didalm penelitian ini agar dapat dikembangkan lebih lanjut.

Baik bagi pembaca pada unmumnya dan bagi penstudi Hubungan

International pasa khususnya.

a. Peneliti ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian-penelitian

selanjutnya tentang peranan Indonesia dan ILO dalam Meningkatkan

politik perempuan di Indonesia

b. Dapat mengetahui sejauhmana pentingnya konvensi ILO NO.111

tentang Diskriminasi Pekerja dan Jabatan yang di retifikasi

c. Dapat menambah dan memperlengkap jenis-jenis penelitian

khususnya bagi pembangunan sumber daya manusia dan dapat

dijadikan bahan perbandiangan bagi peneliti lainnya yang masih

berkaitan dengan permaslahan perekonomian bangsa.

d. Dapat menembah pengetahuan dan wawasan tentang peran ILO di

Indonesia
9

e. Sebagai salah satu syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Strata (S-1)

pada jurusan Hubungan Internasional di Universitas Pasundan

Bandung.

D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis

1. Kerangka Teoritis

Untuk mempermudah proses penelitian ini diperlukan adanya

landasan berpijak untuk memperkuat analisa. Sebelum mengemukakan

konsep-konsep yang akan membahas pokok-pokok pikiran yang sesuai

dengan tema penelitian ilmiah ini, adalah suatu keharusan didalam suatu

penelitian untuk menggunakan pendekatan ilmiah kerangka pikiran

konseptual dalam mengarahkan penelitian yang dimaksud.

Kerangka berfikir ini bertujuan untuk membantu memahami dan

menganalisa permasalahan. Dan dengan ditompang oleh pendapat para

pakar yang berkompoten dalam penelitian ini. Oleh karena itu penelitian

akan menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan

yang akan diteliti sebagai sarana dalam membentuk pengertian dan

menjadikannya pedoman dalam objek penelitian secara lebih mendalam,

maka penulis mengutip beberapa konsep, pendapat atau teori yang

dikemukan oleh para ahli, yang memiliki relevansi dengan objek yang

akan diteliti. Kredebilitas dari hasil suatu penelitian dapat dilihat dari

sejauhmana kemampuan perangkat-perangkat ilmiah terhadap objec

penelitian, seperti penggunaan pendekatan ilmiah, penetapan anggapan


10

dasar, serta kerangka konseptual yang digunakan untuk mengarahkan

penelitian yang dimaksud bekorelasi satu sama lain.

Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya penulis neyampaikan

pengertian hubungan iinternasional yang simpakan oleh K.J Holsti dalam

bukunya “politik Internasional : suatu kerangka Analisa” menjelaskan

hubungan internasional sebagai berikut:

“Hubunagn international akan berkaitan dengan


segala bentuk interaksi anatara masyarakat
negara-negara, baik yang dilakukan oleh
pemerintahan ataupun warga negara. Hubungan
internasional mencakup politik luar negeri dan
politik international, dan meliputi segala segi
hubungan diantara berbagai negara lain.”7
Sedangkan menurut Anak Agung Banyu Perwita dan Y.M Yani

memberikan batasan mengenai Hubungan Internasional dalam bukunya

“Pengantar Hubungan International” Mengemukakan:

Hubungan internasional merupakan bentuk


interaksi antara aktor atau anggota masyarakat
yang satu dengan aktor atau anggota masyarakat
yang lain. Terjadi Hubunagn internasional
merupakan suatu keharusan sebagai akibat dari
adanya saling ketergatungan dan bertambah
kompleksnya kehidupan manusia dalam
masyarakat Internasional sehingga interpedensi
tidak memungkinkan adanya suatu Negara yang
menutupi diri terhadap dunia luar.”8

Hubungan Internasional merupakan ilmu tentang sesuatu yang

memberrikan kualitas pada ilmu sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan


7
K.J holisti, Politik Internasional : suatu Keranga Analisa ( Bandung : Binacipta, 1992), hlm 27.

8
AA. Bayu Pertiwa, Y.M Yani, Pengantar Ilmu Hubunag Internasioanl ( Bandung : Rosdakarya
2006) hlm 3-4
11

dengan orentasi dunia yang upaya mempelajari segala hal yang relevan

dengan masalah-masalah internasional apapun yang melintasi batas negara

menjadi kepedulian studi Hubungan Internasional.9

Hubungan Internasional pada intinya berkaitan dengan interaksi

antara anggota-anggota masyarakat atau kesatuan-kesatuan yang terpisah.

Sebagian besar transaksi dan interaksi antar negara dalam sistem

international sekarang bersifat rutin dan hampir berbasis bagi publik.

Berbagai jenis masalah nasional, regional dan global bermunculan dan

menjadi perhatian bagian dunia lainnya.

Kerjasam kerjasama dapat dilaksanakan bergagai bentuk seperti

Goverment to Goverment (G to G) dan International Organization to

Goverment ( IGO to G) Menurut T. Sugeng Istanto 

“organisasi internasional dalam artian luas


adalah bentuk kerja sama antar pihak yang
bersifat internasional dan untuk tujuan yang
bersifat internasional. Pihak-pihak yang bersifat
internasional itu dapat berupa orang
perorangan, badan-badan bukan negara dari
berbagai negara, atau pemerintah negara.
Adapun yang menyangkut tujuan internasional
adalah tujuan bersama yang menyangkut
kepentingan berbagai negara.”10

Organisasi Internasional wadah atau forum untuk menggalang

kerjasama serta untuk mengurangi intensitas konflik antar sesama anggota.

9
Andre H pareire, Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan International
( Bandung : PACIS, 1999) hlm 9
10
https://petikdua.wordpress.com/2011/08/23/analisis-teori-dan-konsep-organisasi-internasional-
dan-pengelompokan-serta-peranannya-dalam-ilmu-hubungan-internasional/ di aksespada tanggal
25 february 2015
12

Sebagai sarana perundingan untuk menghasilkan keputusan bersama yang

saling menguntungkan dan ada kalanya bertindak sebagai  Lembaga yang

mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan ( antara lain

kegiatan social kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup,

pemugaran monumen bersejarah, dan peace keeping. 11.

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur

aktivitas entitas berskala internasional. Pada awalnya, Hukum

Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara

namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin

kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional

juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada

batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu. Rebecca M

Wallacemendefinisikan

“Hukum Internasional merupakan peraturan-


peraturan dan norma-norma yang mengatur
tindakan negara-negara dan kesatuan lain yang
pada suatu saat diakui mempunyai kepribadian
internasional, seperti misalnya organisasi
internasional dan individu, dalam hal hubungan
satu dengan lainnya.” 12

Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada martabat

manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan hak tersebut dibawah sejak

lahir ke permukaan bumi sehingga hak tersebut bersifat fitri (kodrati),

bukan merupakan pemberian manusia atau negara, Menurut John Locke:

11
ibid
12
Hukum Internasional
13

“HAM adalah hak hak yang diberikan langsung


oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak
kodrati atau dari lahir. Oleh karena itu, tidak
ada kekuasaan (power) apapun di dunia yang
dapat mencabutnya. HAM bersifat sangat
mendasar (fundamental) bagi hidup dan
kehiduan manusia dan merupakan hak kodrat
yang tidak bisa dilepaskan dari dalam kehidupan
manusi”13

 Hak Asasi politik

Hak Asasi Politik (politik rights), yaitu hak untuk ikut serta

dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam suatu

pemilihan umum), dan hak untuk mendirikan partai politik.

 Hak Asasi Pribadi

Hak Asasi Pribadi adalah hak yang meliputi kebebasan

menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, kebebasan

bergerak, kebabasan dalam untuk aktif setiap organisasi atau

perkumpulan dan sebagainya.

 Hak Asasi Ekonomi

Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli

dan menjual, serta memanfaatkan sesuatu.

 Hak Asasi Hukum

Hak Asasi Hukum adalah hak untuk mendapatkan

perlakukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. 

13
14

 Hak asasi Sosila dan Budaya

Hak Asasi Sosial dan Budaya adalah hak yang menyangkut

dalam masyarkat yakni untuk memilih pendidikan, hak untuk

mengembangkan kebudayaan dan sebagainya. 

 Hak Asasi Peradilan

Hak Asasi Peradilan adalah hak untuk mendapatkan

perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights),

misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan dan

penggeledahan. 

Hak Aasasi Perempuan sedikit memiliki dua makna yang

terkandung didalamnya, yang pertamana hak asasi perempuan hanya

dimaknai sekedar berdasarkan akal sehat. Logika yang dipakai adalah

pengakuan bahwa perempuan adalh manusia, dan karenanya sudah

sewajarnya mereka juga memiliki hak asasi. Masalahnya realitas sebagai

berikut:14

Hak politik perempuan, merupakan hak syar`î, jika dalam

beberapa masa lalu perempuan tidak menggunakan hak ini, bukan berarti

perempuan tidak boleh dan tidak mampu, tetapi karena tidak ada

kebutuhan yang mendesak untuk memperaktekkannya, atau laki-laki

dalam hal ini mengunggulinya, ini bukan berarti hak politik perempuan

14
Prof Miriam Buadiarjo.Op.Cit., Hlm 261
15

tidak diakui, justru menjadi suatu hak yang dituntut dan dianggap sangat

urgen, terutama di saat sekarang ini.15

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasan

dalam masyarakt yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,16

menurut Andrew Heywood,

“Politik adalah kegitan suatu bangsa yang


bertujuan untuk membuat, mempertahakan, dan
mengamandemen peraturan-peraturan umum
yang mengatur kehidupanya, yang berarti tidak
terlepas dari gejala konflik dan kerja sama”

Dimana politik adalah suatu bangsa yang membuat kegiatan dalam

membuat peraturan atau undang-undaang untuk mengatur ketertiban

negara.

Dalam analisa moderen partisipasi politik suatu masalal yang

penting dan banyak di pelajarari, sebagai definisi umum partisipasi politik

adalh kegitan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta aktif dalam

kehidupan politik, antaran lain denagn jalan memilih pemimpin negara

dan, secara langsung atau tidak langsung mepengaruhi kebijakn

pemerintah, menurut Herbert Mc Closky

“partisipai politik adalah kegiatan-kegiantan


sukerala dari warga masyarakt melalui mana
mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa, dan secara langsung atau
tidak langsung, dalam dalam proses
pembentukan kebeijakan umum”17
15
Ibid,.hlm 263
16
Prof.Miriam Op.Cit,hlm 3
17
Ibid.hlm 363
16

Partisipasi permpuan dalm politik sudah lama terjadi era pasca

kemerdekaan dimana perempuan ikut memerjuankan kemerdekaan, dalam

sekarang di zaman dewasa ini bayak perempuan yang terjun keranah

politik pemerintah untuk ikut serta mengambil keputusan demi kemajuan

bangsa.

Undang Undang nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(HAM) bahwa pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat

hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,

Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

dan martabat manusia.

Peransecara etimologi Perilaku individu dalam kesehariannya

hidup bermasyarakat berhubungan erat dengan peran. Karena

peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani seorang individu

dalam bermasyarakat. Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan

norma-norma yang berlaku juga di masyarakat. Seorang individu akan

terlihat  status sosialnya hanya dari peran yang dijalankan dalam

kesehariannya. Peran menurut King “peran merupakan seperangkat

perilaku yang diharapkan dari orang yang memiliki posisi dalam

sistem sosial” 18

18
http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-peran.html di akses pada tanggal 9 April 2015
17

Peran organisasi internasinoal dalam Hubungan Internasional:

 Membedakan disiplin Ilmu HI dari fenomena HI.

 Penengah yang menjembatani kelancaran suatu HI, baik dalam

memberikan informasi maupun dalam prosedur pelaksanaannya.

 Penghubung dalam hubungan international guna mempermudah dan

mempercepat proses, prosedur, dan penyelesaian berbagai urusan

internasional.

Peran Organisai Internasional terkait dengan kedudukannya

sebagai suatu instrumen dalam Hi. Dimana organisani internasional

mempunyai peranan ganda iatiu menegakan ketertiban International dan

dan sisi lain berperan mewujudkan kepentingan politik, ekonomi dan

sosial para negara anggota.

Sebagaiman ILO mempunya peran yang dalam dunia Intenasional

dalm membuat sebuhah kebiajkan atau undang-undang tentang buruh

mengenai hak dan keadalilan sosial buruh atau pekerja yang dapat di

retivikasi oleh negara anggota yang dapat di terapakan dalam kebijakan

nasional.

Negara merupakan sebuah organisasi yang tidak hadir begitu saja,

tetapi negara hadir memiliki fungsi dan tujuannya, serta dibentuk untuk

menjalankan tugas-tugas tertentu. Fungsi negara merupakan gambaran


18

yang dilakukan negara untuk mencapai tujuannya.Menurut Mirriam

Budiardjo, fungsi pokok negara adalah sebagai berikut:19

 Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan

mencegah bentrokan dalam masyarakat (stabilisator);

 Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Fungsi ini

dijalankan dengan melaksanakan pembangunan di segala bidang

 Fungsi pertahanan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar;

 Menegakkan keadilan melalui pembentukan badan-badan pengadilan

pada intinya, semua negara dibentuk untuk mensejahterakan

rakyatnya. Dan kesejahteraan rakyat pada hakekatnya merupakan bentuk

campur tangan dari pemerintah. Kesejahteraan masyarakat merupakan hal

yang wajib dipenuhi oleh negara untuk warganya dalam kondisi dan situasi

apapun. Pekerja sebagai bagian dari masyarakat pun harus menikmati

kesejahteraan tersebut.20

Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003

pasal pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain. Sesuai dengan pengertian pekerja

berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan orang yang

bekerja; orang yang menerima upah atas hasil kerjanya; buruh;

karyawan.21

19
Prof Mirriam Budiardjo.2009 “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Hlm 54.
20
ibid
21
Fokus Media. 2011. Undang-undang Ketenagakerjaan edisi 2011.Bandung
19

Negara (pemerintah) terhadap perbaikan kondisi ketenagakerjaan

di Indonesia adalah membuat regulasi yang tidak berat sebelah, dimana

regulasi ini benar-benar harus dilaksanakan oleh seluruh pihak yang

terkait. Negara (pemerintah) turut campur tangan dalam peningkatan

kesejahteraan pekerja melalui peraturan perundang-undangan guna

memberikan jaminan kepastian hak dan kewajiban bagi semua pihak.

Salah satu usaha yang dilakukan negara (pemerintah) yaitu melalui

Konvensi ILO No. 111 tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan

yang telahdiratifikasi melalui UU No. 21 tahun 1999.

Konvensi adalah merupakan instrumen sah yang mengatur aspek-

aspek administrasi perburuhan, kesejahteraan sosial atau hak asasi

manusia. Bagi negara anggota yang meratifikasi konvensi mengemban dua

tugas sekaligus, yakni komitmen resmi untuk menerapkan aturan-aturan

konvensi, dan kemauan untuk menerima ukuran/-ukuran penerapan yang

diawasi secara internasional.

Konvensi ILO No. 111 ini berisi tentang diskriminasi pekerjaan

dan jabatan yang hadir untuk melindungi pekerja perempuan. Konvensi

hadir untuk menetapkan standar dan memberikan suatu model dan

merangsang adanya peraturan perundangan tingkat nasional dan praktik-

praktiknya di negara-negara anggota.

Konvensi ILO No. 111 bertujuan untuk mempromosikan

kesempatan dan perlakuan yang sama dalam pekerjaan dan jabatan yang
20

mengarah kepada penghapusan segala bentuk diskriminasi berdasarkan

asal muasal termasuk jenis kelamin melalui metode sesuai dengan kondisi

nasional. Selain itu, Konvensi ILO No. 111 hadir sebagai pelengkap

Konvensi ILO No. 100 tentang pemberian upah yang setara untuk

pekerjaan yang mempunyai nilai setara antara laki-laki dan perempuan.

Untuk melindungi pekerja dari hal-hal yang sifatnya tidak

mendukung, peraturan-peraturan yang ada harus dilaksanakan oleh semua

pihak yang terkait. Dan tentu saja dengan hadirnya konsep pengawasan

mempermudah realisasi peraturan ketenagakerjaan yang ada.

Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran

dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

kesempatan tersebut terjadi baik di dalam kehidupan keluarga maupun

masyarakat, yang dikarenakan oleh pencitraan terhadap perempuan dan

lakilaki. Perempuan sering kali dikenal sebagai makluk yang lemah

lembut, cantik, emosional, pasif dan keibuan, sementara laki-laki dianggap

sebaga makhluk yang kuat, agresif, dan perkasa. Sering kali pencitraan

tersebut dapat menimbulkan diskriminasi terhadap perempuan.22

Gendermerupakan konsep yang dipengaruhi oleh kedudukan dan

pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Dalam bukunya yang

berjudul “Analisis Gender dan Transformasi Sosial” Mansour Fakih

menjelaskan “konsep gender yang dipahami sebagai suatu sifat yang

22
Dr. Riant Nugroho.Gender dan Strategi Pengrus-utamaannya di indonesia.hlm 11.pustaka
Pelajar
21

melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi

secara sosial maupun kultural”. Misalnya, perempuan dikenal lemah dan

lembut; cantik dan emosional. Sedangkan, laki-laki sering dianggap kuat

dan perkasa; gagah dan rasional. Ciri dari sifat di atas merupakan sifat-

sifat yang dapat dipertukarkan.Munculnya perbedaan dalam konsep gender

antara laki-laki dan perempuan dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya

dibentuk, disosialisasikan,diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial atau

kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara.23

ketimpangan gender adalah kondisi dimana terdapat

ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga,

bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Di berbagai sektor kehidupan

banyak indikator menunjukan perempuan tertinggal dibandingkan laki-laki

dalam hal memperoleh kesempatan, peluang dan hasil-hasil pembangunan.

Tingkat ketimpangan gender di Indonesia masih tinggi, posisi Indonesia

berada pada uruta 121 dari 187 negara dengan ketimpangan gender yang

tinggi.24

 Marginalisasi

Sesungguhnya,timbulnya kemiskinan yang terjadi

dalam masyarakat dan negara merupakan sebagai akibat dari

proses marginalisasi yang menimpa kaum lelaki dan

perempuan yang di sebabkan oleh berbagai keajaiban antaran

23
Fakih, Mansuor. 1996 Gender sebagai Alat Analisa sosial. Jurnal Analisis sosial. Hlm 7-20
24
ibid
22

lain; penggusuran, bencana alam atau proses ekploitasi.

Bentuk marginalisasi yang paling dominan terjadi terhadap

kaum permpuan yang di sebakan oleh gender. Meskipun

tidak setiap bentuk marginalisasi perempuan di sebabkan oleh

gender inequalities.

 Subordinsi

Subordinasi timbul sebagai akibat pandangan gender

terhadap kaum perempuan. Sikap yang menempatkan

permpuan pada posisi yang tidak muncul dari adanya

anggapan bahwa perempuan itu emosional atau irasional

sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin merupakan

bentuk dari subaordinasi yanag di maksud.

 Steriotipe

Pelabelan atau penandaan negatif terhadap kelompok

atau jenis kelamin tertentu, secara umum dinamakan steriotpe

ini adalah timbul diskriminasi dan berbagai ketidakadilan.

Salah satu satu bentuk steriotipe ini adalah yang bersumber

dari pandangan gender. Banyak sekali bentuk steriotipe yang

terjadi di masyarakat yang diletakan umum nya pada kaun

perempuan sehingga berkibat menyulitkan, membatasi,

memiskinkan, dan merugikan kaum perempuan.


23

 Violence

Violence merupakan invasi atau serangan terhadap

fisik maupun integritas mental psikologis seseorang yang

dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya

perempuan sebagai akibat dari perbedaan gender.

Ketidakadilan gender yang termanifestasi dalam bentuk

marjinalisasi, subordinasi, kekerasan, dan steriotipe telah terjadi di

berbagai tingkatan di masyarakat wujud dari ketidakadilan gender terjadi

di tingkat negara, baik pada satu negara maupun organisasi antara negara.

Banyak kebijakan dan hukum negara, perundang-undangan serta program

kegitan yang masih mencerminkan sebagai dari wujud ketidakadilan

gender.25

Kesetaraan gender adalah seperti sebuah frase yang sering

diucapkan oleh para aktivis sosial, kaum feminis, politikus, bahkan hampir

oleh para pejabat negara istilah kesetaraan gender sering terkait dengan

istilah- istilah diskriminasi terhadap perempuan ; subordinasi, penindasan,

kekerasan dan tidakan lain yang bersifat diskriminasi.26

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diskriminasi adalah

pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna

kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb). Hal yang sama juga

dibahasakan pada Konvensi ILO No.111 pasal 1 ayat (1), istilah

25
Dr. Raint Nugroho.2011. Gender Dan Strategi Pengarus-Utamaannya Di Indonesia. Hlm 30
26
Ibid.hlm 30
24

diskriminasi meliputi setiap perbedaan, pengecualian atau pilihan atas

dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, keyakinan politik,

kebangsaan atau asal usul dalam masyarakat, yang mengakibatkan

hilangnya atau berkurangnya kesetaraan kesempatan atau perlakuan dalam

pekerjaan atau jabatan. Munculnya istilah diskriminasi terhadap

perempuan tentu saja tidakterlepas dari hadirnya gerakan feminisme.

Seluruh gerakan feminis berangkat dari kesadaran akan diskriminasi,

ketidaksetaraan, ataupun ketidakadilan terhadap perempuan. Feminisme

sebagai teori perubahan sosial dan pembangunan merupakan gejala baru,

tepatnya ketika gerakan feminis merespon dan melakukan kritik terhadap

teori pembangunan yang berkembang pesat sekitar tahun 1976.

Feminisme liberal menjadi landasan analisis sesungguhnya

muncul sebagai kritik terhadap teori politik liberal yang umumnya

menjunjung tinggi nilai otonomi, persamaan dan nilai moral dan

kebebasan individu, tetapi pada saat yang sama dianggap mendiskriminasi

kaum perempuan. Asumsi dasar feminisme liberal berakat pada pandangan

bahwa kebebasan dan equalitas berakar pada pandangan pemisahan antara

dunia pribadi dan umum. Sehingga kerangka perjuangan feminisme liberal

tertuju pada kesempatan dan hak yang sama.27

Berdasarkan paparan konseptuala diatas, maka penulis mencoba

membuat konklusi diatas untuk mendukung dan mengarahkan hipotesis,

27
Ibid.hlm 63
25

penulis mencoba untuk menguraikan dan mengemukkakan beberapa

asumsi antara lain

1. Kenyataan diskriminasi perkerja perembuan masih terjadi di

indonesia.

2. Adanya permasalah inequalities gender yang terjadi di Indonesia

3. Adanya konvensi ILO No, 111 tentang diskriminasi perkerja dan

jabatan yang di retifikasi oleh indonesia yang masih belum

terlaksana secara baik.

4. Kurangnya keterlibatan perempuan diranah politik dan menganbil

keputusan di plerlemen.

2. Hipotesis

Berdar psrkan kerangka pemikiran da asumsi asumi dasr yang

telah dikemukakan maka penulis menarik hipoesis atas dasar

permasalahan peneliyian sebagai berikut:

“ Jika ILO bisa mengembangkan program-program pemberdayaan

perempuan mengacu pada konvensi ILO NO.111 tentang

Diskriminasi pekerja dan Jabatan yang sudah diratifikasi Indonesia

maka permasalahan gender inequalities terhadap Hak politik kaum

perempuan akan terminimalisir ditandai dengan peningkatan

keterwakilan perempuan di parlemen Indonesia.


26

3. 0perasional variable dan indikator (konsep teoritik empirik dan

analisa)

Untuk membantu memperjelas hipotesis diatas maka penulis

memberikan oprasionalisasi variable untuk memberikan persepsi yang

dimasuk atau konsep dan variable, sebagai berikut:

Tabel 1
Operasional Variable dan Indikator

Variable Hipotesis Indikator ( Empirik ) Verifikasi (Analisa)


(teoritik)
Variable Bebas:
“Jika ILO bisa 1. Adanya peran ILO 1. Data dan fakta
mengembangkan dalam menyikapi mengenai prenana
program-program permasalahan ILO yang
pemberdayaan gender di Indonesia melahirkan
perempuan konvensi terkait
mengacu pada permasalahan
27

konvensi ILO gende di dunia


NO.111 tentang termasuk
Diskriminasi Indonesia yang
pekerja dan menjadi anggota
Jabatan yang sudah ILO
diratifikasi
2. Adanya perana ILO 2. Data dan fakta
Indonesia
dengan program- mengenai
Program program-program
pemberdayaaan ILO yang di
kaum perempuan di kerjasmakan
Inonesia dengan intansi
pemeritahan di
Indonesia
3. Adanya konvensi
ILO NO.111 tentang 3. Data dan fakta
Diskriminasi Pekerja mengenai konvensi
dan Jabatan yang di ILO No.111
ratifikasi Indonesia tentang
dan adan Diskriminasi
pengesahan Pekerja dan
konvensi jabatan yang di
ratifikasi oleh
Indonesia dan di
sah kan menjadi
Undang-undang
NO 21 Tahun 1999
tentang
pengesahan
konvensi ILO
No.111.

Variable terikakt: 4. Adanya 4. Data dan fakta


maka permasalahan permasalahan mengenai ada
gender inequalities gender Inequalitie gerder Inequality
terhadap Hak terhadap hak terhadap
politik kaum politik kaum perempuan dalam
perempuan akan perempuan. rannah politik di
terminimalisir Indoneisa
ditandai dengan
peningkatan 5. Adanya upaya 5. Data dan fakata
keterwakilan Indonesia konvesi ILO No
perempuan di meminimalisir 111 menjadi
parlemen Indonesia. Gender undang-undang
Inequalities untuk ang di terapkan
28

menikatkan oleh pemerintah


partisipasi Indonesia upaya
perempuan di meminimalisir
parlemen gender Inequalitis
Indonesia. terhadap hak
politik kaum
perempuan di
Indonesia dan ada
peningkatan
perempuan di
parlemen.

4. Skema kerangka pemikiran

Alur pemikiran peranan ILO terhadap hak politik kaum perempuan

di indonesia.

Gambar 1
Skema Kerangak Pemikiran

International Labour Indonesia


Organization

Konvensi ILO NO.


Undang-undang
111 tentang
NO.21 Tahun
Diskriminasi Pekerja
1999
dan Jabatan
29

Partisipasi politik
perempaun di
parlemen
Indonesia
meningkat

E. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data.

1. Tingkat Analisa

Tingkat analisa yang digunakan adalah induksionis, dimana unit

analisa atau variabelnya pada tingkatan yang lebih tinggi, dibandingkan

variabel bebas yang unit analisanya rendah.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode Deskriftif Analiasa, yaitu suatu metode yang digunakan untuk

menggambakan secara sistematis mengenai fakta fakta, sifat-sifat seta

hubungan antara fenomena yang sedang diteliti dengan menjelaskan

peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang, dengan cara

pengumpulan dan penyusunan data yang kemudian diajukan dengan

menganalisa data tersebut serta suatu metode dalam meneliti suatu


30

kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sitem pemikiran,

suatu metode dalm meneliti atay suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi kepustakaan/

literature ( Library research) yaitu meneliti dan mengumpulkan data serta

informasi dari berbagai bahan bacaan berdasarkan penelaahan atau

referensi baik yang bersumber dari buku buku, majalah , harian umum,

artikel bulletin, dokumen- dokumen da berbagai penernitan lainnya. Baik

yang bersal dari perpustakaan. Internet maupun dari berbagai instansi

pemerintahan, lembaga-lembaga resmi atau lembaga lembaga penelitian

lainnya tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang sedang

diteliti.

F. Lokasi Dan Lamanya Penelitiaan

1. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan di beberapa tempat yang

di anggap membuat dalam proses penyusunan skripsi ini. Yang dimaksud

dengan lokasi disni adalah tempat-tempat diman peneliti mendapatkan data

melalui studi keperpustakaan maupun maupun melaui wawancara yang

tempatnya jelas dan disusun secara tertentu. Berdasrkan penjelasan tentang

lokasi penelitian diatas dan untuk memperoleh data yang diperlukan guna

menunjang penelitian ini, penulis memilih beberapa lokasi yang dianggap

mampu menyediakan bahan ataupun data yang berguna bagi penelitian ini.
31

Adapun lokasi penelitian sebagai berikut :

Perpustkaan Unpas

Jalan. Lengkong besar No. 68 bandung.

ILO Jakarta (melauli wedsite)

2. Lamanya Penelitian

Dalam melakun penelitian, untuk mengumpulan data seta

infomasi- informasi yang dibutuhka, peneliti melakukan penelitian kurang

lebih 6 bulan adapun tahapannya lebih rinci dapat dilihat dalam tabel 2

pada halaman berikutnya.

G. Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,

identifikasi maslah, kerangka teoritis dan hipotesis,

operasional variabel dan indikator, skema kerangka

teoritis, metode penelitian, dan teknik pengumpulan data

serta lokasi dan lamanya penelitian.


32

BAB II PERANAN ILO DI INDONESIA

Bab ini mengurankan variabel bebas tentang peranan ILO

dan Indonesia tentang konvensi ILO No.111 tentang

Diskriminasi Pekerja dan jabatan dan masalah gender

inqulities terhadap partisipasi perempuan dalm politik di

Indonesia.

BAB III HAK POLITIK KAUM PEREMPUAN DI

PARLEMEN INDONESIA

Bab ini mengurikan variable terikat tentang partisipasi

perempuan di parlemen indonesia dalam meberikan

kebijakn tentang perempuan di Indonesia dan

terminimalisir gender Inquelity meningkat.a partisipasi

politk perempuan di indonesia.

BAB IV PELUANG DAN HAMBATAN ILO

DANPEMERINTAH INDONESIA DALAM

MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK

PEREMPUAN DI INDONESIA.

Bab ini membahas mengenai analisa peluang dan

hambatan efektifitas Konevsi ILO NO.111 Tentang


33

Diskriminasi Pekerja dan Jabatan dalam meminimalisir

permasalah gender dan meningkatkan partisipasi

perempuan di parlemen Indonesia

BAB V KESIMPULAN

Merupakan bab penutup dari Penulisan skripsi yang perlu

memberikan beberapa kesimpulan data yang berhubungan

materi yang diambil.

Anda mungkin juga menyukai