Anda di halaman 1dari 5

Kacamata Sektor Community dalam Pembangunan Pentahelix

Penulis : Ahmad Shofwan Syaukani, Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Unpad/Penerima


Manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTINUSA) Bacth 9 Dompet Dhuafa.

Secara historis keberadaan Indonesia diawali oleh perjalanan perjuangan yang


didukung oleh kelompok-kelompok atau organisasi masyarakat yang mempunyai keinginan
dan tujuan yang sama, yaitu kemerdekaan Indonesia. Sepanjang perjalanan tersebut telah
hadir beberapa organisasi yang digerakan atas dasar keresahan masyarakat atau bangsa
Indonesia merupakan fakta yang tidak dapat terbantahkan kebenarannya, karena organisasi-
organisasi pada zaman itu mempunyai tujuan yang sama dalam membangun kesadaran
masyarakat Indonesia sehingga mampu menghantarkan kemerdekaan Indonesia. Sampai
dengan hari ini organisasi-organisasi tersebut masih diakui keberadaannya dan berkembang
dengan cara melakukan kiprahnya di tengah-tengah masyarakat pada berbagai bidang
kehidupan sosial kemasyarakatan, misalnya organisasi keagamaan, organisasi yang bergerak
di bidang pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Organisasi-
organisasi yang dimaksud secara historis tersebut, yaitu Budi Utomo pada 1908, Serikat
Dagang Islam (SI) pada tahun 1911, Muhammadiyah pada tahun 1912, Indiche Party pada
tahun 1912. Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1926, serta adanya deklarasi sumpah pemuda pada
28 Oktober 1928.

Keberadaan organisasi kemasyarakatan di atas merupakan sejarah tumbuh dan


berkembangnya kesadaran sekaligus ekspresi kebebasan mengeluarkan pendapat dalam
konteks berserikat dan berkumpul sebelum terciptanya kemerdekaan Indonesia. Kesadaran
individu yang merambat menjadi kesadaran kolektif suatu masyarakat merupakan suatu
potensi dan kekuatan yang dapat menciptakan suatu perubahan. Tentu saja pembuktian
tersebut telah dilakukan oleh para pendahulu kita dengan memanfaatkan dan memberdayakan
sektor masyarakat (community) sebagai salah satu upaya yang sebaiknya dilakukan untuk
memperoleh kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia dengan sistem pemerintahannya
(goverment) yang berdaulat pada waktu itu.

Penjelasan tersebut menyebutkan bahwa sektor community merupakan salah satu


sektor yang memiliki pengaruh dan peran penting dalam menciptakan sautu peradaban
tertentu, bahkan sebelum terciptanya sistem pemerintahan (goverment) Indonesia itu sendiri.
Kemudian, wadah yang biasa pakai untuk melakukan kegiatan pada sektor ketiga atau
masyarakat ini disebut dengan organisasi masyarakat atau organisasi non-pemerintah
(Ornop). Ornop memiliki istilah internasional yang disebut dengan NGO (Non-Goverment
Organization) yang mengandung arti independent dan tidak terkooptasi. Tidak hanya di
Indonesia, Ornop atau NGO yang lebih dikenal dalam skala internasional juga telah
menampakkan identitas mereka dalam beberapa konferensi yang diadakan oleh Persatuan
Bangsa-Bangsa (United Nations) sehingga Ornop (NGO) patut diperhitungkan
keberadaannya.

Pemaknaan mengenai NGO, bukan berarti NGO merupakan pihak yang akan selalu
menjadi anti-tesis terhadap pemerintah, melainkan ekspresi kebebasan yang dilakukan
mengandung nilai koreksi yang bermuara pada esensi perbaikan kehidupan dalam berbangsa
dan bernegara. Nilai kebebasan yang diungkapkan hanya untuk kepentingan bangsa ini, yaitu
terciptanya kesejahteraan dan keadilan seutuhnya. Peran NGO sebagai mitra kritis
pemerintah merupakan bentuk penyeimbang yang selalu diupayakan supaya pemerintah tetap
menjalankan perencanaan pembangunan yang berpusat kepada rakyat sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh David C. Korten berdasarkan pengalaman dirinya pada bidang NGO
dengan merumuskan kerangka kerja Ornop, yaitu (1) generasi pertama : bantuan peringanan
dan kesejahteraan; (2) generasi kedua : pembangunan masyarakat; (3) generasi ketiga :
Pembangunan sistem keberlanjutan; dan (4) generasi keempat : gerakan rakyat. NGO hadir
sebagai gerakan alternatif dan inovatif dalam berperan serta menciptakan suatu pembangunan
itu sendiri.

Sejak tahun 1970-an hingga saat ini, aktivis NGO sudah mendapatkan pengalaman
mengenai NGO di Indonesia, khususnya bentuk dari NGO pada era orde baru yang banyak
didirikan oleh elite dan kelas menegah dengan berbagai macam latar belakangnya. Pada
pasca reformasi pun NGO semakin berwarna dengan belajar dari pengalaman selama masa
orde baru yang penuh kritik, baik itu dari kalangan mahasiswa maupun dari internal NGO itu
sendiri dengan penguatan pada masyarakat sipil. NGO pada dunia bagian barat lebih banyak
lahir dengan latar belakang keprihatinan terhadap pembagunan kembali Eropa pasca perang
dunia kedua, tidak hanya untuk Eropa saja, akan tetapi bantuan-bantuan juga lahir untuk
membantu negara dunia ketiga yang baru merdeka, termasuk Indonesia.

Secara esensi, NGO bukan saja memberikan kebebasan mengeluarkan pendapat baik
lisan maupun tulisan, tetapi jauh dari itu mengandung makna kebebasan untuk berekspresi
dengan bertangungjawab baik secara niat, etika, substansi, hukum, maupun
bertanggungjawab dan siap menerima sanksi sosial dan hukum apabila ternyata pendapat
yang dikemukakannya di muka umum dianggap telah melanggar ketentuan perundang-
undangan. Artinya kebebasan yang terkandung di dalamnya tidak boleh mencederai nilai-
nilai agama, kesusilaan, ketertiban, dan keutuhan bangsa. Karena pada dewasa ini, secara
resmi pemerintah Indonesia juga memiliki peran untuk memberikan legalitas pendirian suatu
NGO atau organisasi masyarakat (Ormas) yang diatur oleh Kementrian Dalam Negeri,
Kementrian Hukum dan HAM, serta Kementrian Luar Negeri. Adanya izin yang diberikan
oleh pemerintah sebagai pemangku kebijakan merupakan bentuk keterlibatan negara untuk
sama-sama memberikan hak kepada masyarakat untuk menjalankan pembangunan bagi
bangsa dan negara Indonesia itu sendiri.

Secara umum organisasi masyarakat Indonesia mencerminkan kebangkitan kesadaran


golongan masyarakat menengah terhadap masalah kemiskinan, ketidakadilan sosial dan
masalah hak asasi manusia (Billah dan Nusantara, 1988). Namun kini organisasi masyarakat
di Indonesia dapat pula dikatakan sebagai cerminan kesadaran tentang dampak program
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah serta tindakan yag diambilnya dalam
melaksanakan program tersebut. Inilah peran lainnya dari sebuah NGO untuk turut serta
menjadi mitra strategis dalam upaya mendorong pembangunan berbasis masyarakat.
Berkolaborasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menggandeng banyak pihak agar
pembangunan dapat dilakukan dengan baik dan berkelanjutan, bahkan membangun hubungan
baik dengan pemerintah sebagai pihak yang memiliki peran sentral dalam konteks
pembangunan dengan program dan produk-produk kebijakannya.

Selanjutnya tantangan pembangunan hari ini tidak hanya bisa dilakukan oleh kedua
sektor itu saja, melainkan juga dibutuhkannya kolaborasi dari berbagai sektor lainnya.
Konsepsi mengenai kolaborasi tersebut yang kemudian dikenal dengan nama pembangunan
pentahelix atau pembangunan ABCGM. Pada kolaborasi pentahelix dijelaskan bahwa ada
lima sektor yang memiliki peran untuk turut serta berpartisipasi dalam menciptakan suatu
pembangunan, yaitu (A)kademisi, (B)usiness, (C)umminuty, (G)overment, dan (M)edia.
Semangat kebersamaan diantara masing-masing sektor merupakan kunci utama untuk
menghilangkan ego sektoral dalam melaksanakan suatu pembangunan. Modal sosial yang
kita miliki berupa solidaritas dan gotong royong dalam menghadapi suatu permasalahan
harus senantiasa kita rawat seiring bertambahnya umur bangsa dan negara kita. Bung Karno
penah berkata,”Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat
semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris buat kepentingan bersama. Dari semua
untuk semua”.

Penjelasan mengenai sektor community merupakan satu dari lima sektor yang
memiliki peran penting untuk berpartisipasi untuk menciptakan suatu perubahan. Namun,
pembahasan pada penulisan kali ini menggambarkan bahwa sektor community memiliki
suatu potensi dan kekuatan tersendiri yang apabila dapat dioptimalkan dengan baik, maka
perubahan yang dapat diciptakan akan memiliki daya ledak dan manfaat yang begitu banyak
bagi masyarakat itu sendiri. Kemudian pemahaman kita untuk terus berkontribusi juga jangan
sampai terkotak-kotakan begitu saja. Sifat seorang negarawan tidaklah hanya dimiliki oleh
mereka yang berkontribusi pada sektor pemerintahan saja, melainkan setiap dari kita bisa
menjadi seorang negawaran dengan ranah kontribusi diri kita masing-masing. Tergantung
pada pemaknaan diri kita mengenai jiwa seorang negawaran itu sendiri. Tetapi menurut
hemat penulis, setiap sektor merupakan jalan pilihan bagi setiap individu untuk terus
berkontribusi, dan masing-masing dari kita bisa menjadi negarawan dengan versi terbaik diri
kita sendiri.

Jangan lelah untuk memupuk suatu harapan bagi masa depan diri kita dan bangsa,
khususnya bagi para anak muda hari ini. Salah satu fenomena yang terjadi ialah mulai
banyaknya komunitas-komunitas yang bergerak untuk memberikan pencerdasan maupun
gerakan sosial yang bersifat positif lainnya, dan gerakan tersebut kebanyakan diinisiasi oleh
para pemuda-pemuda Indonesia. Selanjutnya, tantangan generasi kita ialah dengan menjawab
dari keberadaaan bonus demografi Indonesia yang sudah dan akan terus berjalan untuk
beberapa waktu ke depan. Banyak sejarah yang mencatat bahwa suatu perubahan bisa
dilakukan oleh pemuda. Namun, tinggal bagaimana kita bisa mengambil mutiaranya agar
sebuah kenangan bisa diubah menjadi sebuah panduan. Karena sejatinya sejarah itu akan
selalu berulang, bukan peristiwanya tetapi polanya. Ketika ada momentum yang serupa,
tokoh yang memiliki kesamaan aktivitas, kegiatan dan tindakannya, maka yakinlah bahwa
ada suatu hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Itulah mengapa pentingnya kita
untuk mempelajari sejarah dan tindak tanduknya sebagai bekal untuk berjuang serta
berkontribusi dikemudian hari nanti. Perjalanan merawat Indonesia membutuhkan waktu
sepangjang hayat, maka semoga masing-masing diri kita itulah orang yang akan membawa
dampak dan perubahan tersebut menuju hal baik lainnya, bagi Bangsa dan Negara Indonesia.
Daftar Pustaka

Kemenkumham RI. 2022. Laporan Pengkajian Hukum tenang Peran dan Tanggung Jawab
Organisasi Kemasayrakatan dalam Pemberdayaan Masyarakat.

Sinambela, 2020. Kolaborasi Pentahelix Kunci Keberhasilan Protokol Kesehatan.


https://www.vibizmedia.com/2020/05/30/kolaborasi-pentahelix-kunci-keberhasilan-
protokol-kesehatan/ (Diakses pada 8 Juni 2020).

Winayanti. 2011.Dasa Hukum Pendirian dan Pembubaran Ormas.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai