Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut WHO ialah sebuah upaya untuk
memelihara dan juga meningkatkan kesehatan fisik tubuh kita meningkatkan kesehatan
mental pekerja dan juga meningkatkan kesehatan sosial pada setiap para pekerja yang
ada.
Pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang biasa disebut dengan K3 itu bisa
terbagi menjadi 3 versi, ada menurut filosofi, ada yang menurut keilmuan dan ada juga yang
menurut OHSAS.

a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Filosofi.

K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu pemikiran untuk


menjamin keutuhan atau kesehatan bagi jasmani maupun rohani para tenaga kerja dan
semua orang atau warga di setiap Negara khususnya Indonesia.

b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Ilmuan

K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan semua yang ada pada ilmu
dan penerapannya untuk mencegah terjadinya suatu kejadian seperti kecelakaan,
penyakit yang terjadi akibat kejadian di tempat kerja, kebakaran, pencemaran
lingkungan dan lain sebagainya yang menyangkut kejadian di tempat kerja.

c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut OHSAS 18001:2007

K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan sebuah kondisi dan faktor
yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan para ketenagakerjaan maupun
orang lain yang menyangkut atau yang berada di sekitar lingkungan pekerjaan
tersebut.

Dengan adanya K3, maka derajat semua pekerja harus ditingkatkan setinggi mungkin dan ini
berlaku untuk semua jenis dari suatu pekerjaan. Perusahaan harus melakukan tindakan untuk
pencegahan pada saat terjadi gangguan kesehatan yang terjadi pada pekerja yang disebabkan
oleh pekerjaan yang ia lakukan ditempat kerja yang sedang ia kerjakan.
B. Konvensi ILO ( International Labour Organization)
International Labour Organization (ILO) adalah lembaga Perserikatan Bangsa
Bangsa
yang dibentuk dengan tujuan menetapkan peraturan ketenagakerjaan internasional. ILO
mempunyai struktur tripartit dan diperintah oleh para perwakilan pemerintah, Pengusaha
dan pekerja. Prinsip-prinsip ketenagakerjaan diambil dari Konvensi dan Rekomendasi
ILO yang menetapkan standar ketenagakerjaan internasional untuk serangkaian subyek
yang terkait dengan dunia ketenagakerjaan, termasuk Hak asasi manusia di tempat kerja,
keselamatan dan kesehatan kerja, kebijakan Kerja dan pengembangan sumber daya
manusia.
Konvensi ILO merupakan perjanjian-perjanjian internasional, tunduk pada ratifiksi
negara-negara anggota. Hingga saat ini, ILO telah mengadopsi lebih dari 180 Konvensi
dan 190 Rekomendasi yang mencakup semua aspek dunia kerja. Standar-standar
ketenagakerjaan internasional ini memainkan peranan penting dalam penyusunan
perundangan nasional, kebijakan dan keputusan hukum dan dalam masalah perundingan
bersama. Indonesia merupakan negara pertama di Asia dan ke-lima di dunia yang telah
meratifikasi seluruh Konvensi pokok ILO. Sejak menjadi anggota tahun 1950, Indonesia
telah meratifikasi 18 konvensi.
Konvensi ILO berpengaruh sebagai alat untuk mengikat negara anggota yang telah
meratifikasi konvensi dengan tujuan agar kebijakan pengupahan di setiap negara anggota
diterapkan sesuai standar ketenagakerjaan international dan ILO berupaya mengawasi
penerapan standar ketenagakerjaan apabila ada pelanggaran terhadap konvensi dan
rekomendasi yang telah diratifikasi oleh negara anggota. Tetapi, pemerintah di Indonesia
membuat aturan pelaksananya baik dalam bentuk peraturan pemerintah, keputusan
menteri maupun juga dalam bentuk peraturan menteri. Kebijakan ini dilakukan
pemerintah untuk mewujudkan penghasilan yang dapat memenuhi penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan, tetapi pemerintah atau badan berwenang yang berkompeten di
Indonesia belum meratifikasi konvensi ILO No. 95 ini, perlindungan akan upah terhadap
buruh di Indonesia telah cukup untuk di buktikan oleh pemerintah. Hal ini dapat dilihat
dari pengertian upah oleh ILO di konvensi No.95 pasal 1 yang dengan Pasal 30 ayat 1
UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Kebijakan pengupahan yang ada masih bertumpu pada upah minimum yang
berlandaskan pada kebutuhan hidup layak buruh/pekerja lajang dengan masa kerja di
bawah satu tahun. Belum mencangkup mereka yang sudah bekerja di atas 1 (satu) tahun
dan berkeluarga. Perundingan kolektif sebagai alat perjuangan SB/SP untuk
meningkatkan upah dan kesejahteraan buruh, perannya masih sangat terbatas; bahkan
cenderung menurun kuantitas dan kualitasnya.
Kekhawatiran yang semakin meningkat tentang dampak sosial dari globalisasi
mendorong anggota ILO yaitu Perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja di tingkat
internasional. Tahun 1995 ada empat kategori peraturan ketenagakerjaan, yang
disampaikan dalam delapan konvensi (yang disebut “konvensi utama”), yang harus
dianggap fundamental karena konvensi-konvensi ini melindungi hak-hak dasar para
pekerja. Keempat kategori ini adalah:
a. Kebebasan berserikat dan pengakuan secara efektif atas hak untuk melakukan
Perundingan bersama
b. Penghapusan segala bentuk kerja paksa atau kerja wajib
c. Penghapusan pekerja anak secara efektif
d. Penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan
Melihat urgensitas perlindungan terhadap pekerja, International Labour Organization (ILO)
sebagai satu-satunya organisasi perburuhan internasional bertanggung jawab atas program
perlindungan hak-hak pekerja termasuk kecelakaan-kecelakaan atau penyakit yang timbul dari
kurangnya tingkat keamanan dan perhatian terhadap kesehatan pekerja. Menurut catatan ILO,
sekitar 85 persen kasus kecelakaan kerja merupakan akibat faktor manusia, lima belas persen
merupakan akibat faktor kondisi yang berbahaya.
Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan di dalam hidup. Manusia bekerja untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Beragamnya jenis pekerjaan dan macam-macam resiko yang
dihadapi oleh pekerja dalam pekerjaannya menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan
pentingnya tunjangan kecelakaan kerja. Selain itu, pekerja juga berperan penting dalam
kemajuan bangsa pada umumnya dan kemajuan perusahaan tempatnya bekerja sehingga harus
mendapatkan perlindungan yang memadai atas resiko-resiko yang mungkin terjadi.
Website ILO.org menyebutkan bahwa “ Every 15 seconds, a worker dies from a work-
related accident or disease. Every 15 seconds, 153 workers have a work-related accident. Every
day, 6,300 people die as a result of occupational accidents or work-related diseases – more than
2.3 million deaths per year. 317 million accidents occur on the job annually; many of these
resulting in extended absences from work “. Berdasarkan keterangan ini dapat dilihat bahwa
begitu banyak pekerja yang mengalami kecelakaan kerja menjadi alasan pentingnya pemberian
tunjangan kecelakaan kerja.
Semakin cepatnya pertumbuhan industrialisasi dan pembangunan, maka akan semakin
banyak tenaga kerja yang bekerja dalam hubungan kerja dan bekerja di bawah perintah orang
lain dengan menerima upah. Demikian juga masalah-masalah hubungan industrial serta
keselamatan dan kesehatan kerja akan semakin kompleks dan semakin menuntut perhatian.
Penggunaan teknologi dan peralatan maju semakin intensif dan meluas. Resiko kerja juga
semakin tinggi. Sebab itu pengamanan keselamatan kerja dan kesehatan kerja juga harus lebih
mantap.

Undang Undang terkait konvensi ILO


Konvensi-Konvensi ILO yang Utama Terkait Ketenagakerjaan :
a) Kebebasan berserikat dan hak untuk melakukan perundingan Bersama
 Konvensi ILO no. 87 tahun 1948 tentang Kebebasan Berserikat dan perlindungan
atas hak untuk berorganisasi
 Konvensi ILO no. 98 tahun 1949 tentang Hak untuk Berorganisasi Dan
perundingan bersama
b) Kerja paksa
 Konvensi ILO No. 29 tahun 1930 tentang Kerja Paksa
 Konvensi ILO No. 105 tahun 1957 tentang Penghapusan Kerja Paksa
c) Pekerja anak
 Konvensi ILO No. 138 tahun 1973 tentang Usia Minimum
 Konvensi ILO No. 182 tahun 1999 tentang Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk
untuk anak
d) Diskriminasi Pekerjaan dan Jabatan
 Konvensi ILO No. 100 tahun 1951 tentang Upah yang Setara
 Konvensi ILO No. 111 tahun 1958 tentang Diskriminasi Pekerjaan

C. KONVENSI ILO NO. 155 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


TAHUN 1981
Setelah dipertemukan di Jenewa oleh Dewan Pimpinan Kantor Perburuhan
Internasional (ILO), dan telah bertemu dalam sidang keenam puluh tujuh pada tanggal 3
Juni 1981, dan Setelah memutuskan untuk mengadopsi beberapa usulan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja, yang merupakan agenda keenam
dalam agenda sidang, dan Setelah menentukan bahwa proposal ini harus berbentuk
konvensi internasional, mengadopsi pada hari kedua puluh dua bulan Juni tahun seribu
sembilan ratus delapan puluh satu, konvensi berikut, yang dapat disebut sebagai
Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981 :

BAGIAN I
RUANG LINGKUP DAN DEFINISI

Pasal 1

1. Konvensi ini berlaku untuk semua cabang kegiatan ekonomi.


2. Anggota yang meratifikasi konvensi ini dapat berkonsultasi pada tahap sedini
mungkin dengan organisasi perwakilan pengusaha dan pekerja yang bersangkutan,
tidak termasuk dalam penerapannya, sebagian atau keseluruhan cabang kegiatan
ekonomi tertentu, seperti pelayaran maritim atau perikanan, sehubungan dengan
masalah khusus yang muncul yang bersifat substansial.
3. Setiap anggota yang meratifikasi konvensi ini akan mencantumkan, dalam laporan
pertama penerapan konvensi yang diajukan berdasarkan Pasal 22 Konstitusi
Organisasi Perburuhan Internasional, setiap cabang yang mungkin telah dikecualikan
sesuai dengan ayat 2 pasal ini, memberikan alasan untuk pengecualian tersebut dan
menjelaskan tindakan yang diambil untuk memberikan perlindungan yang memadai
kepada pekerja di cabang yang dikecualikan, dan harus mengindikasikan dalam
laporan selanjutnya bahwa ada kemajuan dalam penerapan yang lebih luas.

Pasal 2

1. Konvensi ini berlaku untuk semua pekerja di cabang kegiatan ekonomi yang
tercakup.
2. Anggota yang meratifikasi Konvensi ini dapat berkonsultasi pada tahap sedini
mungkin dengan organisasi perwakilan pengusaha dan pekerja yang
bersangkutan, tidak termasuk dalam penerapannya, sebagian atau seluruhnya,
kategori terbatas untuk pekerja berkaitan dengan adanya kesulitan tertentu.
3. Setiap anggota yang meratifikasi konvensi ini akan mencantumkan, dalam laporan
pertama penerapan konvensi yang diajukan berdasarkan Pasal 22 Konstitusi
Organisasi Perburuhan Internasional, beberapa kategori pekerja terbatas yang 5
mungkin telah dikecualikan sesuai dengan paragraf 2 pasal ini, memberikan
alasan untuk pengecualian tersebut, dan harus mengindikasikan dalam laporan
selanjutnya adanya setiap kemajuan terhadap penerapan yang lebih luas.

Pasal 3

Untuk tujuan konvensi ini:


(a) Istilah cabang kegiatan ekonomi mencakup semua cabang di mana pekerja
dipekerjakan, termasuk pelayanan publik;
(b) Istilah pekerja mencakup semua orang yang dipekerjakan, termasuk pegawai
publik; (c) Istilah tempat kerja mencakup semua tempat di mana pekerja harus
berada atau menuju dengan alasan pekerjaan mereka dan berada di bawah kendali
langsung atau tidak langsung dari pemberi kerja;
(d) Istilah peraturan mencakup semua ketentuan yang diberikan kekuatan hukum
oleh pejabat atau otoritas yang berwenang;
(e) Istilah kesehatan, dalam kaitannya dengan pekerjaan, tidak hanya
mengindikasikan tidak adanya penyakit atau kelemahan fisik/mental; Ini juga
mencakup elemen fisik dan mental yang memengaruhi kesehatan yang
berhubungan langsung dengan keselamatan dan higienitas di tempat

BAGIAN II
PRINSIP KEBIJAKAN NASIONAL

Pasal 4
1. Setiap Anggota wajib, dalam hal kondisi dan praktik nasional, dan dengan
berkonsultasi dengan perwakilan pengusaha dan pekerja yang paling representatif,
merumuskan, menerapkan dan secara berkala meninjau kebijakan nasional yang
koheren mengenai keselamatan kerja, kesehatan kerja dan lingkungan kerja.

2. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mencegah kecelakaan dan cedera pada
kesehatan yang timbul dari, terkait dengan atau terjadi dalam keseluruhan kerja,
dengan meminimalkan, sejauh dapat dilakukan secara wajar, penyebab bahaya yang
melekat pada lingkungan kerja.

Pasal 5

Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 konvensi ini harus


mempertimbangkan bidang tindakan utama berikut, sejauh hal tersebut memengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerjadan lingkungan kerja:
a) Desain, pengujian, pilihan, substitusi, pemasangan, pengaturan, penggunaan dan
pemeliharaan elemen material kerja (tempat kerja, lingkungan kerja, peralatan, mesin dan
perlengkapan, zat dan bahan kimia, fisika dan biologi, proses kerja);
b) Hubungan antara unsur-unsur material pekerjaan dan orang-orang yang melaksanakan
atau mengawasi pekerjaan, dan adaptasi mesin, peralatan, waktu kerja, pengorganisasian
kerja dan proses kerja terhadap kapasitas fisik dan mental pekerja;
c) Pelatihan, termasuk pelatihan lanjutan, kualifikasi dan motivasi yang diperlukan orang-
orang yang terlibat, dalam satu kapasitas atau kapasitas lain, untuk pencapaian tingkat
keselamatan dan kesehatan yang memadai;
d) Komunikasi dan kerja sama di tingkat kelompok kerja dan pelaksanaan dan pada semua
tingkat yang sesuai lainnya termasuk hingga di tingkat nasional;
e) Perlindungan pekerja dan perwakilan mereka dari tindakan disipliner sebagai tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh mereka sesuai dengan kebijakan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 konvensi ini.
Pasal 6

Perumusan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 konvensi ini harus


menunjukkan fungsi dan tanggung jawab masing-masing berkenaan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja dari otoritas publik, pengusaha, pekerja dan
lain-lain, dengan mempertimbangkan kedua karakter pelengkap dari hal tersebut.
tanggung jawab dan kondisi serta praktik nasional.

Pasal 7

Situasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan kerja harus
ditinjau ulang pada interval yang sesuai, baik secara keseluruhan atau dalam hal area
tertentu, dengan maksud untuk mengidentifikasi masalah utama, mengembangkan
metode yang efektif untuk menangani dan memprioritaskan tindakan, dan mengevaluasi
hasil.
BAGIAN III
AKSI DI TINGKAT NASIONAL

Pasal 8

Setiap negara anggota, menurut undang-undang atau peraturan atau metode lain yang
sesuai dengan kondisi dan praktik nasional dan dengan berkonsultasi dengan organisasi
perwakilan pengusaha dan pekerja terkait, melakukan langkah-langkah yang mungkin
diperlukan untuk memberlakukan pasal 4 konvensi ini.

Pasal 9

1. Penegakan hukum dan peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan
lingkungan kerja harus dilengkapi dengan sistem pemeriksaan yang memadai dan
tepat.
2. Sistem penegakan hukum harus memberikan hukuman yang memadai atas
pelanggaran undang-undang dan peraturan.

Pasal 10

Langkah-langkah harus diambil untuk memberikan panduan kepada pengusaha dan


pekerja agar dapat mematuhi kewajiban hukum.

Pasal 11

Untuk memberlakukan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 konvensi ini,


pejabat atau otoritas yang berwenang harus memastikan bahwa fungsi berikut dilakukan
secara progresif:
(a) Penentuan, di mana sifat dan tingkat bahaya mengharuskan, kondisi yang mengatur
desain, konstruksi dan tata letak usaha, dimulainya operasi, perubahan besar yang
memengaruhinya dan perubahan dalam tujuannya, keamanan peralatan teknis yang
digunakan di tempat kerja, serta penerapan prosedur yang ditetapkan oleh otoritas yang
berwenang;
(b) Penentuan proses kerja dan zat dan bahan di mana paparannya dilarang, dibatasi atau
diharuskan mendapatkan izin atau kendali oleh pejabat atau otoritas yang berwenang;
bahaya kesehatan akibat paparan simultan beberapa zat atau bahan harus
dipertimbangkan;
(c) Penetapan dan penerapan prosedur untuk pemberitahuan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, oleh pengusaha dan, jika sesuai, lembaga asuransi dan pihak terkait lainnya,
dan dibuatnya statistik tahunan tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
(d) Penyidikan, di mana kasus kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja atau cedera lainnya
terhadap kesehatan yang timbul dalam perjalanan atau sehubungan dengan pekerjaan
tampak mencerminkan situasi yang serius;
(e) Publikasi, setiap tahun, informasi mengenai tindakan yang diambil sesuai dengan
kebijakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 konvensi ini dan tentang kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja dan cedera lainnya terhadap kesehatan yang timbul dalam
rangkaian atau sehubungan dengan pekerjaan;
(f) Pengenalan atau perluasan sistem, dengan mempertimbangkan kondisi dan
kemungkinan nasional, untuk memeriksa bahan kimia, fisik dan biologi sehubungan
dengan risiko terhadap kesehatan pekerja.

Pasal 12

Tindakan harus diambil, sesuai dengan hukum dan praktik nasional, dengan maksud
memastikan bahwa mereka yang merancang, memproduksi, mengimpor, menyediakan
atau memindahkan mesin, peralatan atau bahan untuk digunakan dalam pekerjaan.
(a) Meyakininya, sejauh dapat dilakukan secara wajar, mesin, peralatan atau bahan tidak
memberikan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan pada orang-orang yang
menggunakannya dengan benar;
(b) Menyediakan informasi mengenai instalasi dan penggunaan mesin dan peralatan yang
benar dan penggunaan zat yang benar, dan informasi tentang bahaya mesin dan peralatan
dan sifat-sifat berbahaya dari bahan kimia dan fisika dan biologi atau produk, serta
petunjuk tentang bagaimana bahaya yang diketahui harus dihindari.
(c) Melakukan studi dan penelitian atau mengikuti pengetahuan ilmiah dan teknis yang
diperlukan untuk mematuhi subayat (a) dan (b) dari pasal ini.

BAGIAN IV
TINDAKAN PADA TINGKAT UPAYA PELAKSANAAN

Pasal 16

1. Pengusaha diwajibkan untuk memastikan bahwa, sejauh dapat dilakukan secara


wajar, tempat kerja, mesin, peralatan dan proses di bawah kendali mereka aman dan
tanpa risiko terhadap kesehatan.
2. Pengusaha harus memastikan bahwa, sejauh dapat dilakukan secara wajar, bahan
kimia, zat fisika dan biologis dan bahan yang berada di bawah kendali mereka tidak
memiliki risiko terhadap kesehatan bila tindakan pengamanan yang tepat dilakukan.
3. Pengusaha wajib menyediakan, jika perlu, pakaian pelindung dan pelindung yang
memadai untuk mencegah, sejauh dapat 11 dilakukan secara wajar, risiko kecelakaan
atau efek buruk pada kesehatan.

Pasal 17
Kapan pun dua atau lebih upaya pelaksanaan melibatkan kegiatan yang dilakukan
secara bersamaan di satu tempat kerja, mereka harus berkolaborasi dalam
menerapkan persyaratan konvensi ini.

Pasal 18

Pengusaha harus diminta menyediakan, jika perlu, tindakan-tindakan dalam


mengatasi keadaan darurat dan kecelakaan, termasuk pengaturan pertolongan
pertama.

Pasal 19

Harus ada pengaturan pada tingkat upaya pelaksanaan di mana:


(a) Pekerja, dalam menjalankan pekerjaan mereka, bekerja sama dalam pemenuhan
oleh pengusaha mereka atas kewajiban yang diberikan kepadanya;
(b) Perwakilan pekerja dalam upaya pelaksanaan bekerja sama dengan pengusaha di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja;
(c) Perwakilan pekerja dalam suatu upaya pelaksanaan diberi informasi yang
memadai mengenai tindakan yang diambil oleh pengusaha untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja dan dapat berkonsultasi dengan organisasi
perwakilan mereka mengenai informasi tersebut asalkan tidak mengungkapkan
rahasia komersial;
(d) Pekerja dan perwakilan mereka dalam upaya pelaksanaan diberikan pelatihan
yang sesuai dalam keselamatan dan kesehatan kerja;
(e) Pekerja atau perwakilan mereka dan organisasi perwakilan mereka dalam suatu
upaya pelaksanaan, sesuai dengan hukum dan praktik nasional, dapat diminta untuk
melakukan penyelidikan, dan diajak berkonsultasi oleh pengusaha pada semua aspek
keselamatan kerja dan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan mereka; Untuk
tujuan ini, penasihat teknis dapat, dengan kesepakatan bersama, dibawa dari luar;
(f) Seorang pekerja segera melaporkan kepada atasan langsungnya bahwa dia
memiliki pembenaran yang masuk akal untuk percaya keberadaan bahaya yang
mengancam dan serius bagi kehidupan atau kesehatannya; sampai pengusaha telah
mengambil tindakan perbaikan, jika perlu, pengusaha tidak dapat meminta pekerja
tersebut untuk kembali ke situasi kerja di mana ada bahaya mengancam yang
berlanjut dan bahaya serius pada kehidupan atau kesehatan.

Pasal 20

Kerja sama antara manajemen dan pekerja dan/atau perwakilan mereka dalam
upaya pelaksanaan tersebut merupakan elemen penting dari tindakan organisasi dan
tindakan lain yang diambil sesuai dengan pasal 16 sampai 19 konvensi ini.

Pasal 21
Langkah-langkah keselamatan dan kesehatan kerja tidak melibatkan pengeluaran
yang ditanggung pekerja.

BAGIAN V
KETENTUAN AKHIR

Pasal 22
Konvensi ini tidak merevisi konvensi atau rekomendasi ketenagakerjaan
internasional manapun.

Pasal 23

Ratifikasi resmi konvensi ini harus dikomunikasikan kepada Direktur Jenderal


Kantor Perburuhan Internasional (ILO) untuk registrasi.

Pasal 24

1. Konvensi ini mengikat hanya bagi anggota Organisasi Perburuhan Internasional


(ILO) yang ratifikasinya telah terdaftar di Direktur Jenderal.
2. Konvensi ini mulai berlaku dua belas bulan setelah tanggal ratifikasi dua anggota
telah didaftarkan pada Direktur Jenderal. 3. Setelah itu, konvensi ini akan mulai
berlaku untuk setiap anggota pada dua belas bulan setelah tanggal ratifikasinya
didaftarkan.

Pasal 25

1. Anggota yang telah meratifikasi konvensi ini dapat menarik diri setelah sepuluh tahun
sejak tanggal konvensi ini mulai berlaku, dengan sebuah undang-undang yang
disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk
didaftarkan. Penarikan diri tersebut baru akan berlaku satu tahun setelah tanggal
pendaftarannya.
2. Setiap anggota yang telah meratifikasi konvensi ini dan yang tidak, dalam tahun
setelah berakhirnya jangka waktu sepuluh tahun yang disebutkan dalam paragraf
sebelumnya, melaksanakan hak penarikan diri sebagaimana diatur dalam pasal ini,
akan terikat pada periode sepuluh tahun lagi dan, setelah itu, dapat menarik diri dari
konvensi ini pada saat berakhirnya jangka waktu sepuluh tahun sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam pasal ini.

Pasal 26
1. Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional (ILO) harus memberitahukan
kepada semua anggota Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tentang
pendaftaran semua ratifikasi dan penarikan diri yang disampaikan kepadanya oleh
anggota ILO.
2. Ketika memberitahukan kepada anggota ILO tentang pendaftaran ratifikasi kedua
yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal harus mengarahkan perhatian
dari anggota organisasi tersebut mengenai tanggal di mana konvensi tersebut akan
mulai berlaku.

Pasal 27

Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional (ILO) harus


menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan BangsaBangsa untuk
pendaftaran sesuai dengan Pasal 102 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa secara
khusus mengenai semua ratifikasi dan tindakan penarikan diri yang didaftarkan
olehnya sesuai dengan ketentuan pasal sebelumnya.

Pasal 28

Pada saat-saat demikian, perlu dipertimbangkan bahwa Dewan Pimpinan


Kantor Perburuhan Internasional (ILO) harus menyampaikan kepada Konferensi
Umum sebuah laporan mengenai pelaksanaan konvensi ini dan harus memeriksa
keinginan untuk menempatkannya dalam agenda konferensi mengenai pertanyaan
revisinya secara keseluruhan atau sebagian.

Pasal 29
1. Jika konferensi mengadopsi sebuah konvensi baru yang merevisi konvensi ini
secara keseluruhan atau sebagian, kecuali jika konvensi baru tersebut menetapkan
lain:
(a) Ratifikasi oleh anggota dari konvensi revisi yang baru harus dilakukan secara
langsung dengan penarikan diri segera dari konvensi ini, terlepas dari ketentuan
pasal 25 di atas, serta kapan konvensi revisi yang baru mulai berlaku.
(b) Sejak tanggal konvensi revisi yang baru mulai berlaku, konvensi ini tidak lagi
terbuka untuk diratifikasi oleh para anggota.
2. Konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan isinya yang aktual bagi
anggota yang telah meratifikasinya namun belum meratifikasi konvensi revisi

Dapus :

https://upp.ac.id/blog/pengertian-dan-definisi-k3-keselamatan

https://spkep-spsi.org/2021/01/13/konvensi-ilo-no-155-tentang-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/#:~:text=KONVENSI%20ILO%20NO.%20155%20TENTANG%20KESELAMATAN
%20DAN%20KESEHATAN%20KERJA,-by%20PP%20SPKEP&text=Pengusaha%20di
%20wajibkan%20untuk%20memastikan,dan%20tanpa%20resiko%20terhadap%20kesehatan.

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/legaldocument/wcms_181933.pdf

Anda mungkin juga menyukai