Anda di halaman 1dari 16

MODUL

MATA KULIAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3)

PJMK DOSEN :
Sri Anik Rustini,SH.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh :
Bima Bintara Putra
NIM. 1921004

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022

STIKES HANG TUAH SURABAYA


Materi 1 : Konsep Dasar K3
Dosen : Pak Zul Azhri
A. Pengertian Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dalam dunia kesehatan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. Berdasarkan atas data Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja
sebanyak 105.182 kasus di Indonesia. Jumlah kecelakaan akibat kerja di Jawa Barat pada tahun
2014 mencapai 1713 kasus dan di Pulau Jawa sebesar 4.663 kasus. Kecelakaan kerja dapat
dipengaruhi oleh lama kerja, usia, dan pendidikan seseorang. Data Bureau of Labour Statistics
menyebutkan sebanyak 253.700 kecelakaan kerja terjadi di rumah sakit Amerika Serikat pada
tahun 2011. Kecelakaan kerja yang terjadi di rumah sakit dapat berupa tertusuk jarum suntik,
cedera muskuloskeletal dan stres psikis.
B. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Tujuan K3 juga merupakan mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko penyakit
dan kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para pekerja sehingga
produktivitas kerja meningkat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, upaya kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi RS, disamping
standar pelayanan lainnya.
C. Syarat Keselamatan Kerja dan Pentingnya Keselamatan Kerja
Dalam melaksanakan K3 tentunya ada beberapa ketentuan, persyaratan, serta prinsip
yang perlu diketahui. Seperti yang tertulis dalam Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, dalam pasal 3 menyebutkan syarat – syarat keselamatan kerja, yaitu
sebagai berikut :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, radiasi, kebisingan dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara dan proses kerja.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman dan
barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang
17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya bertambah
tinggi.
D. UUD Keselamatan Kerja
Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum
pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Permenaker No 4 Tahun 1987 tentang Panitia pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3). Rangkuman dasar-dasar hukum tersebut antara lain :UU No 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja :
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Permenkes No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :
Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih dan atau yang
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) : Tempat kerja dimana pengusaha atau
pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih. Tempat kerja dimana pengusaha
memperkerjakan kurang dari 100 (seratus) orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi
yang memiliki resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran
radioaktif.
Materi 2 : Konsep Sumber Hukum Keternagakerjaan
Dosen : Bu Lela Nurlela
I. Konsep Sumber Hukum Ketenagakerjaan
Sumber hukum perburuhan dan ketenagakerjaan di Indonesia tidak hanya berasal 1 satu
peraturan. Ada 6 jenis sumber hukum yang diakui dan dijalankan. Enam sumber hukum tersebut
adalah:
1. Undang-undang
Undang-undang merupakan aturan yang ditetapkan oleh presiden dengan disetujui oleh
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ada pula Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perpu) yang memiliki hukum setara dengan undang-undang. Berbeda dengan undang-
undang, penetapan perpu bisa dilakukan secara langsung oleh presiden tanpa harus memperoleh
persetujuan DPR. Namun, perpu harus diajukan pada persidangan DPR berikutnya dalam rangka
penetapan aturan tersebut menjadi undang-undang.
2. Peraturan lain
Peraturan lain merupakan aturan yang secara hukum posisinya berada di bawah undang-
undang. Ada beberapa jenis peraturan yang masuk dalam kategori ini, di antaranya adalah
Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, serta peraturan atau keputusan instansi. Karena
mencakup banyak pihak, tidak heran kalau peraturan lain yang menyangkut tentang perburuhan
dan ketenagakerjaan di Indonesia sangat banyak. Sebagai contoh di antaranya adalah,
Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2012, Permendag Nomor 50 Tahun 2010, Perpres Nomor 12
tahun 2013, dan lain-lain.
3. Kebiasaan
Sumber hukum perburuhan dan ketenagakerjaan berikutnya di Indonesia adalah
kebiasaan. Suatu kebiasaan dianggap sebagai hukum tak tertulis ketika menjadi hal yang telah
dilakukan berulang-ulang. Apalagi, banyak pihak yang menaati aturan tak tertulis dan
menerimanya tanpa ada keluhan.
4. Putusan hokum
Putusan hukum menjadi aturan hukum yang harus ditaati berikutnya. Hanya saja, putusan
hukum berlaku secara terbatas. Sebagai contoh, pada kasus putusan Mahkama Konstitusi (MK)
terhadap gugatan hukum pada isi UU Ketenagakerjaan. Sebagian gugatan diterima oleh hakim,
tapi putusan ini tidak mengubah isi undang-undang.
5. Perjanjian
Perjanjian kerja antara pemilik usaha dengan karyawan juga menjadi salah satu bentuk
sumber hukum perburuhan dan ketenaga kerjaan. Hanya saja, secara umum perjanjian hanya
mengikat kepada pihak yang berkaitan secara langsung. Selain itu, isi dari perjanjian biasanya
boleh diketahui oleh pihak terkait. Apalagi, perjanjian ketenagakerjaan yang melibatkan serikat
pekerja dengan perkumpulan pengusaha.
6. Traktat
Sumber hukum perburuhan dan ketenagakerjaan di Indonesia yang terakhir adalah traktat,
perjanjian yang dilaksanakan oleh dua atau beberapa negara. Konvensi yang merupakan
perjanjian internasional oleh lembaga dunia menjadi salah satu jenis traktat, misalnya konvensi
ILO.
Hanya saja, di Indonesia, konvensi ILO tidak secara otomatis menjadi sumber hukum
perburuhan dan ketenagakerjaan. Agar aturan pada konvensi itu bisa diberlakukan di Indonesia,
pemerintah harus melakukan ratifikasi. Contoh ratifikasi yang pernah dilakukan antara lain
adalah, UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 Mengenai Usia
Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja Tahun 1973.
Materi 3 : Kesehatan Kerja Pada Organisasi Kerja
Dosen : Bu Ari Susanti
A. Pengertian Kesehatan Kerja pada Organisasi Kerja
Kesehatan Kerja Menurut WHO ILO (1995), Kesehatan Kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggitingginya
bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko
akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan
atau jabatannya.
B. Objek Kesehatan Kerja
Dalam organisasi kerja keselamatan kerja menjadi hal yang sangat dibutuhkan, karena
Organisasi Keselamatan Kerja dalam suatu perusahaan diciptakaan untuk menyediakan
saranasarana mencapai tujuan perusahaan. Selama keselamatan kerja yang menjadi fokus
perhatian, sudah sepantasnya perusahaan membuat tindakan berjaga-jaga yang tidak hanya
berlaku bagi para pekerjanya, tetapi juga bagi para tamu yang berkunjung, kontraktor yang
dipekerjakan, para undangan, lingkungan sekitar, atau anggota masyarakat lainya yang mungkin
terkena pengaruh kegiatan-kegiatan perusahaan. Cara-cara yang dapat dipakai untuk memastikan
bahwa upaya yang sudah dilakukan oleh suatu organisasi telah berjalan efektif meliputi:
a) Memberi panutan
b) Memelihara komunikasi yang baik
c) Menjalankan konsultasi yang efektif
d) Meminta komitmen dari semua pihak
e) Membangkitkan rasa kebersamaan dengan organisasi
f) Mengajak pekerja untuk terlibat dan berperan-serta
g) Merancang tugas dan pekerjaan
h) Sistem penggajian yang kompetitif
i) Berkomitmen terhadap mutu
j) Mengutamakan kepuasan pelanggan
C. Fungsi Kesehatan Kerja
Ruang lingkup atau bisa dikatakan dengan Objek sasaran yang biasa digunakan dalam
penerapan Sistem Manajemen K3 ( Kesehatan Keselamatan Kerja ), Sasaran dari objek
Kesehatan dan Keselamatan kerja itu sendiri dapat diartikan dengan suatu sistem keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsusr manajemen, tenaga kerja, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan.
Materi 4 : Menguasai Potensi Bahaya dan Resiko di Tempat Kerja
Dosen : Pak Zul Azhri
A. Potensi Bahaya yang Mengakibatkan Dampak Risiko Jangka
a) Bahaya mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak baik secara
manual maupun dengan penggerak. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau
kerusakan seperti tersayat, terpotong, terjatuh, terjepit dan terpeleset
b) Bahaya elektrikal, yaitu bahaya yang berasal dari energy listrik yang dapat
mengakibatkan berbagai bahaya kebakaran, sengatan listrik dan hubungan singkat
c) Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang berasal dari bahan kimia yang
bersifat flammable dan explosive
B. Potensi Bahaya yang Mengakibatkan Risiko Langsung pada Keselamatan
a. Bahaya fisik (Physical Hazard) dapat berupa radiasi, temperatur ekstrim, cuaca,
pencahayaan, getaran, tekanan udara
b. Bahan kimia (Chemical Hazard) bahaya berbentuk gas, cair, padat yang mempunyai sifat
racun (toxic), iritasi (irritant), sesak napas (asphyxia), mudah terbakar (flammable),
meledak (explosive), berkarat (corrosive).
c. Bahaya biologis (Biological hazard) bahaya yang dapat berasal dari mikroorganisme
khususnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti bakteri, jamur, virus
d. Bahaya Argonomik bahaya yang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh secara fisik
sebagai akibat dari ketidaksesusaian dan cara kerja yang salah
e. Bahaya psikologi (Psychological Hazard Stress) berupa tekanan pekerjaan, kekerasan
ditempat kerja, dan jam kerja yang panjang kurang teratur
C. Risiko Terhadap Kesejahteraan atau Kenyamanan
1. Risiko Keselamatan
. Risiko keselamatan adalah suatu risiko yang mempunyai kemungkinan rendah untuk
terjadi tetapi memiliki konsekuensi besar. Risiko ini dapat terjadi sewaktu-waktu, bersifat akut
dan fatal. Example: Cedera, Kehilangan Hari Kerja, Kerusakan Property dan kerugian produksi
dan penjualan
2. Risiko Lingkungan (Enviromental Risk)
. Berhubungan dengan keseimbangan lingkungan Ciri-ciri risiko lingkungan adalah
perubahan yang tidak signifikan, mempunyai masa laten yang panjang, berdampak besar pada
populasi atau komunitas. Berubahnya fungsi dan kapasitas habitat dan ekosistem serta kerusakan
sumber daya alam
3. Risiko Umum (Public Risk)
Berkaitan dengan kesejahteraan kehidupan orang banyak. Hal-hal yang tidak diharapkan
seperti pencemaran air dan udara dapat dihindari.
4. Risiko Keuangan (Financial Risk)

 Risiko keuangan berkaitan dengan masalah ekonomi.


 Contohnya adalah kelangsungan suatu bisnis, asuransi dan inventasi

D. Risiko Pribadi dan Psikologis


1. Risiko Kesehatan (Health Risk)

 Suatu risiko yang mempunyai kemungkinan tinggi untuk kterjadi tetapi memiliki
konsekuensi yang rendah
 Risiko jenis ini dapat terjadi kapan saja secara terus menerus dan berdampak kronik
 Misalnya gangguan pernafasan, gangguan syaraf, gangguan reproduksi dan gangguan
metabolic atau sistemik
Materi 5 : Menguasai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Dosen : Bu Lela Nurlela
A. Definisi SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.
B. Tujuan SMK3
1) Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin
keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan
produktivitas kerja.
2) Perlindungan terhadap setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam
keadaan selamat dan sehat.
3) Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan
secara aman dan efisien.
C. Manfaat SMK3
1) Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2) Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3) Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman
dalam bekerja.
4) Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5) Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
D. Azas SMK3
Dalam Kebijakan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan di Bidang
K3, disampaikan bahwa asas SMK3 yaitu :

 Peningkatan K3 secara terus menerus dengan pola mandiri


 Bagian dari sistem pengawasan K3
 Bersifat wajib
 Sejalan dengan kaidah Internasional
 Diaudit oleh Badan Audit Independen (eksternal)
 Dilakukan oleh Auditor
E. Penetapan Kebijakan K3
Dalam penyusunan kebijakan K3, pengusaha paling sedikit harus:
a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :
1) Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko
2) Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik
3) Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan
4) Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan
dengan keselamatan
5) Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan
b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus
c. Memperhatikan masukan dari pekerja atau serikat pekerja
d. 4 Kebijakan K3 paling sedikit harus memuat:
1) Visi
2) Tujuan perusahaan
3) Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
4) Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perushaaan secara
menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional
F. Perencanaan K3
Perencanaan K3 dimaksudkan untuk menghasilkan rencana K3. Rencana K3 ini
disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan K3 yang telah
ditetapkan. Dalam menyusun rencana K3 harus melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil
pekerja, dan pihak lain yang terkait di perusahaan. Dalam penyusunan rencana K3, pengusaha
harus mempertimbangkan:

 Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko


 Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
 Sumber daya yang dimiliki

G. Pelaksanaan Rencana K3
a) Berdasarkan rencana K3 yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaannya pengusaha
didukung oleh SDM di bidang K3, sarana dan prasarana. SDM yang dimaksud harus
memiliki:
 Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat
 Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan ijin kerja dan/atau surat
penunjukan dari instansi yang berwenang
b) Sarana dan prasana yang dimaksud minimal harus terdiri :
1) Organisasi atau unit yang bertanggungjawab di bidang K3
2) Anggaran yang memadai
3) Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian
4) Instruksi kerja
c) Syarat minimal kegiatan pelaksanaan rencana K3 harus meliputi:
1) Tindakan pengendalian
2) Perancangan dan rekayasa
3) Prosedur dan instruksi kerja
4) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
5) Pembelian/pengadaan barang dan jasa
6) Produk akhir
H. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
Kegiatannya melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3
dilakukan oleh SDM yang kompeten, jika tidak memiliki SDM yang kompeten dapat
menggunakan jasa pihak lain. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaporkan kepada
pengusaha dan digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
I. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3
Fungsinya untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan SMK3 yang
dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja dalam hal:
1) Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan
2) Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
3) Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan
4) Terjadi perubahan struktur organisasi
5) Adanya perkembangan IPTEK, termasuk epidemiologi
6) Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja
7) Adanya pelaporan
8) Adanya masukan dari pekerja
Materi 6 : Menguasai Konsep Ergonomi
Dosen : Bu Ari Susanti
A. Pengertian
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
B. Ruang lingkup Ergonomi
Ergonomi bisa dibagi menjadi beberapa bagian untuk lebih memudahkan
pemahamannya. Ruang lingkup ergonomi adalah:
 Ergonomi fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,karakteristik
fisiologi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
 Ergonomi kognitif : berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya ;
persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap
pemakaian elemen sistem.
 Ergonomi organisasi : berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur
organisasi, kebijakan dan proses.
 Ergonomi lingkungan : berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan
getaran.
C. Tujuan Ergonomi
Ergonomi bisa dikatakan sebagai satu ilmu terapan dalam mencapai keselamatan dan
kesehatan kerja. Ilmu ini digunakan untuk membuat pekerja merasa nyaman dalam
melakukan pekerjaannya.
Tujuan dalam penerapan ergonomi ini adalah:
 Angka cedera dan kesakitan dalam melakukan pekerjaan tidak ada/ terkurangi
 Biaya terhadap penanganan kecelakaan atau kesakitan menjadi berkurang
 Kunjungan untuk berobat bisa berkurang
 Tingkat absentisme/ ketidak hadiran bisa berkurang
 Produktivitas/ kualitas dan keselamatan kerja meningkat
 Pekerja merasa nyaman dalam bekerja
 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.
 Meningkatkan kesejahteraan sosial.
 Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, antropologis dan
budaya dari setiap sistem kerja
D. Konsep Aplikasi Ergonomi dalam Lingkungan Kerja
Beberapa metode dalam artikel ergonomi dari departemen kesehatan Republik Indonesia,
dalam menilai ergonomis atau tidaknya suatu lingkungan kerja, yaitu:
 Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan
kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
 Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis.
Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela
yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
 Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit
kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak,
absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Pendekatan Aplikasi Ergonomi
 Conceptual /System Ergonomics (pada saat Perencanaan): Ergonomi sangat tepat untuk
diterapkan sebagai bagian dari perencanaan menyeluruh. To fit the job to the man.
Maksud: Upaya pertama kali yang harus dilakukan adalah menyesuaiakan pekerjaan
(alat/mesin, cara kerja/organisasi kerja dan lingkungan kerja) terhadap manusia pekerja
(kemampuan, kebolehan, dan batasan) apabila usaha ini tidak berhasil karena alasan
teknis dan ekonomis seperti; mesin terpaksa harus diimpor,
 Curative Ergonomics ( perbaikan / modifikasi ditempat kerja ); usaha memanfaatkan
ergonomi untuk memperbaiki hal-hal yanng sudah ada/berjalan, dengan konsekuensi
biaya lebih mahal. To fit the man to the job
Materi 7 : Jenis-jenis Kecelakaan yang Dapat Terjadi di Labotarium

Dosen : Bu Lela Nurlela

I. PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA LABOTARIUM


Keselamatan kerja labotarium merupakan keadaan terbaik dalam bekerja
ditempat yang dilengkapi peralatan untuk mengadakan percobaan atau penyelidikan.
Keselamatan kerja di labotarium perlu diutamakan untuk mencegah kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab setiap orang baik laporan ataupun
praktikan.
Labotarium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa, dan pekerja lab melakukan
eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan
alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan kerja.
II. JENIS-JENIS BAHAYA DALAM LABOTARIUM
- Kebakaran
- Ledakan
- Keracunan bahan kimia yang berbahaya seperti arsen, timbal,dll
- Iritasi
- Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu, dll
- Sengatan listrik
III. PERLENGKAPAN KESELAMATAN
Perlindungan untuk kondisi yang sudah diprediksi bahayanya, seperti :
- Jas labotarium
- Sarung tangan
- Pelindung mata
IV. TATA TERTIB GURU DAN SISWA DI DALAM LABOTARIUM
- Sebelum praktikum
1. Siswa wajib datang tepat waktu
2. Siswa tidak diperkenankan masuk ke ruang labotarium tanpa seizing guru
3. Siswa diperkenankan masuk ke ruang labotarium setelah semua peralatan siap
dan dalam kondisi layak digunakan
4. Siswa yang terlambat lebih dari 15 menit diperkenankan masuk ke ruang
labotarium setelah mendapat izin dari guru
5. Siswa yang terlambat tidak diperkenakan masuk di ruang labotarium
6. Siswa tidak diperkenankan membawa makanan/minuman didalam ruang
labotarium, kecuali untuk praktikum
- Sesudah praktikum
1. Cuci tangan setelah praktikum berakhir
2. Setelah praktikum alat-alat/bahan peraktikum segala yang sudah digunakan
dikembalikan ketempat semula
3. Sebelum meninggalkan ruangan mematiskan kembali alat-alat/ bahan yang
digunakan saat praktikum sudah dikembalikan ke tempat semula dan
memastikan ruangan telah bersih
4. Dilarang membawa alat-alat dan bahan labotarium tanpa seijin guru atau
petugas di ruang labotarium
5. Membuat laporan sementara dan diparaf oleh guru atau petugas yang ada di
ruang labotarium
6. Membuat laporan lengkap seminggu setelah percobaan dan menyerahkan
kepada guru pembimbing, sebelum pelaksanaan praktikum selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai