Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Optimalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah berasal dari kata
dasar optimal yang berarti yang terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan
paling baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan
mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga
optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu
(sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya sempurna,
fungsional, atau lebih efektif.
Menurut Machfud Sidik (2001:8) berkaitan dengan Optimalisasi suatu
tindakan/kegiatan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan. Untuk itu diperlukan
intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam jangka pendek
kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah dengan melakukan
intensifikasiterhadap obyek atau sumber pendapatan daerah, maka akan meningkatkan
produktivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa harus melakukan perluasan sumber
atau obyek pendapatan baru yang memerlukan studi, proses dan waktu yang panjang.
Setelah melihat pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa optimalisasi
adalah suatu proses, melaksanakan program yang telah direncanakan dengan terencana
guna mencapai tujuan/target sehingga dapat meningkatkan kinerja secara optimal.
2. Pengertian Peran
Peran berarti sesuatu yang dimainkan atau dijalankan. Peran didefinisikan sebagai
sebuah aktivitas yang diperankan atau dimainkan oleh seseorang yang mempunyai
kedudukan atau status sosial dalam organisasi. Peran menurut terminology adalah
seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan dimasyarakat
Dalam bahasa inggris peran disebut “role” yang definisinya adalah “person’s task
or duty in undertaking”. Artinya “tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha
atau pekerjaan”. Peran diartikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki
oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Sedangkan peranan merupakan
tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa. Peran adalah aktivitas
yang dijalankan seseorang atau suatu lembaga/organisasi. Peran yang harus dijalankan
oleh suatu lembaga/organisasi biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang merupakan
fungsi dari lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam yaitu peran yang diharapkan
(expected role) dan peran yang dilakukan (actual role). Dalam melaksanakan peran
yang diembannya, terdapat faktor pendukung dan penghambat. Adapun pengertian
peran menurut para ahli antara lain :
a. Menurut Barbara Kozier (2008) peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu
system.
b. Menurut Soerjono Soekanto (2002:243) peran merupakan aspek dinamis kedudukan
(status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu
sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang
terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal
diatas dapat diartikan bahwa apabila digabungkan dengan dinas perhubungan, peran
tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan
wewenang dinas perhubungan.
3. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

a. Menurut Prabu Mangkunegara (2001:24), mendefinisikan kesehatan kerja adalah


kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan
lingkungan kerja.
b. Menurut Lalu Husni (2003:138), ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan
keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja.

8
c. Menurut OHSAS (18001:2007), K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja
merupakan sebuah kondisi dan faktor yang berdampak pada keselamatan dan
kesehatan para ketenagakerjaan maupun orang lain yang menyangkut atau yang
berada di sekitar lingkungan pekerjaan tersebut.
d. Menurut Heni Fa’riatul Aeni (2014), kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu
Kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental,
maupun sosial.
Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga
merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat,
yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja menuju pada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal
dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh pelabuhan. Jika sebuah pelabuhan melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan
dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita cedera atau
penyakit jangka pendek maupun jangka panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka
di perusahaan tersebut.
4. Tujuan Keselamatan dan kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu hal yang wajib dimiliki
oleh setiap perusahaan setiap ingin membangun bangunan baru. K3 ini memiliki akses
perlindungan keselamatan kerja terhadap tenaga kerja itu sendiri, yaitu dengan cara
mencegah terjadinya kecelakaan atau pun sakit yang diakibatkan sewaktu mereka
bekerja. Selain daripada itu, terdapat juga penerapan k3 yang akan memberikan
perlindungan terhadap setiap sumber–sumber produksi sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas perusahaan. Dapat dijelaskan menurut Undang-Undang
Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 Pasal 87 disebutkan bahwa setiap perusahaan

9
wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Terdapat tiga faktor yang mendorong pentingnya penerapan K3 di suatu perusahaan.
a. Alasan Perikemanusiaan
Maksud dari pernyataan diatas merupakan perusahaan harus melakukan
berbagai cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja serta menjamin
keselamatan kerja karyawan tersebut atas dasar perikemanusiaan. Hal ini dapat
mengurangi rasa sakit atau luka yang timbul akibat pekerjaan baik yang diderita
oleh karyawan atau yang memengaruhi keluarganya.
b. Mematuhi Peraturan Perundang-Undangan
Negara telah menetapkan berbagai payung hukum yang mencakup pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatan
usaha baik yang terdapat dalam undang-undang, pada peraturan pemerintah,
peraturan menteri, keputusan menteri, instruksi menteri
maupun pada surat edaran. Jika terdapat perusahaan yang tidak mau mematuhi
peraturan tersebut tentunya akan mendapatkan sanksi.
c. Alasan Ekonomi
Kecelakaan kerja yang terjadi akan mengakibatkan pengeluaran yang cukup
besar oleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu menerapkan K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dalam kegiatan usahanya sehingga menghindari
terjadinya pengeluaran yang cukup besar atau bahkan bisa merugikan.
5. Aturan - aturan Pokok yang Berkaitan Dengan K3

a. Undang-Undang No.1 tahun 1970.


Undang-Undang ini tentang keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari 11
bab dan 18 pasal.
Dalam pasal 1, dijelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam Undang-Undang
keselamatan dan kesehatan kerja dan pengertiannya.
1) Tempat kerja ialah ruangan atau lapangan, terbuka atautertutup, bergerak atau
tetap, yang menjadi tempat tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluansuatu usaha dan terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
sebagaimana terpencil dalam pasal-pasal Undang-Undang.

10
2) Keselamatan dan kesehatan Kerja. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang
berhubungan tempat kerja tersebut (ayat 1).
3) Ahli Keselamatan dan kesehatan Kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja yang ditajuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (ayat 6).
Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam pasal 3 ayat 1, Yang
berbunyi sebagai berikut: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
Keselamatan dan KesehatanKerja untuk :
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3) Mencegah dan mengurangi peledakan.
4) Memberi kesempatan atau jalan menjalankan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya.
5) Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6) Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja.
7) Mencegah dan mengendalikan timbul dan meyebarluasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar dan radiasi.
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
non fisik, keracunan, infeksi dan penularan.
b. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Seperti kita ketahui peraturan perundang-undangan yang membahas masalah
ketenagakerjaan adalah Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003.
Ketenagakerjaan berasal dari kata tenaga kerja, yang dalam undang undang
ketenagakerjaan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.” Sedangkan pengertian dari
ketenagakerjaan sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

11
2003 tentang Ketenagakerjaan adalah ‘’Ketenagakerjaan adalah segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja.”
Tujuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang
disebutkan dalam pasal 4 bahwa pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk :
1) Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi. Penjelasan Pasal 4 huruf a Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yaitu pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga kerja
merupakan suatu kegiatan yang terpadu untuk
dapat memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya bagi tenaga kerja
Indonesia. Melalui pemberdayaan dan pendayagunaan ini diharapkan tenaga kerja
Indonesia dapat berpartisipasi secara optimal dalam Pembangunan Nasional,
namun dengan tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaannya.
2) Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah. Pemerataan
kesempatan kerja harus diupayakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai satu kesatuan pasar kerja dengan memberikan kesempatan yang
sama untuk memperoleh pekerjaan bagi seluruh dan kemampuannya. Demikian
pula pemerataan tenaga kerja Indonesia sesuai dengan bakat, minat, penempatan
tenaga kerja perlu diupayakan agar dapat mengisi kebutuhan di seluruh sektor dan
daerah.
3) Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan
dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Karena bidang
ketenagakerjaan dianggap penting dan menyangkut kepentingan umum, maka
Pemerintah mengalihkannya dari hukum privat menjadi hukum publik. Alasan lain
adalah banyaknya masalah ketenagakerjaan yang terjadi baik dalam maupun luar
negeri.
Salah satu contoh adalah banyak kasus yang masuk ke Pengadilan Hubungan
Industrial (PHI) menyangkut penggunaan tenaga kerja asing.
4) Setiap putusan badan peradilan PHI akan menjadi evaluasi untuk kepentingan di
bidang ketenagakerjaan.

12
c. Peraturan Pemerintah Nomor 88 tahun 2019 Tentang Kesehatan Kerja.
Peraturan Pemerintah 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja adalah aturan
pelaksanaan Undang-Undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Kesehatan Kerja
adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi setiap orang yang berada di Tempat
Kerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan dari pekerjaan. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, letak pekerja bekerja, atau yang sering
dimasuki pekerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber bahaya sesuai
dcngan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 88 tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja adalah:
1) Bahwa kesehatan pekerja sebagai bagian dari kesehatan masyarakat perlu
mendapat perhatian dan pelindungan agar pekerja sehat dan produktif sehingga
mendukung pembangunan bangsa;
2) Bahwa dalam rangka memberikan pelindungan bagi pekerja agar sehat, selamat,
dan produktif perlu dilakukan upaya kesehatan kerja yang merupakan bagian dari
keselamatan dan kesehatan kerja secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan;
3) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
b. serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 164 ayat (5) Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Kesehatan Keria.
d. Peraturan Pemerintah Noomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pertimbangan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3 - Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

13
Penerapan Sistem Manajemen Kselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan untuk :
1) Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh.
3) Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
6. Jenis - jenis Alat Keselamatan Kerja
Menurut Badan Diklat Perhubungan, (2000;82), Ada dua macamalat- alat keselamatan :

a. Untuk mesin-mesin.
Alat sudah disediakan oleh pabrik-pabrik yang membuat danmengeluarkan mesin-
mesin itu, misalnya kap-kap pelindung dari motor listrik, klep-klep keamanan dari
ketel-ketel uap, pompa- pompa dan sebagainya.
b. Untuk para pekerja (safety equipment)
Alat-alat pelindung untuk para pekerja (safety equipment)adalah untuk melindungi
pekerja dari bahaya-bahaya yang mungkinmenimpanya sewaktu menjalankan tugas.
Alat pelindung/ keselamatan tersebut adalah:
1) Alat pelindung kepala.
2) Alat pelindung badan.
3) Alat pelindung anggota badan (lengan dan kaki).
4) Alat pelindung pernafasan.
5) Alat pelindung pendengaran.
7. Prosedur Penggunaan Alat Keselamatan Kerja
Semua pekerja harus melengkapi dirinya dengan pakaian, baju, celana panjang yang
sesuai untuk melindungi dirinya dari cuaca dan bahaya di lokasi kerja
mereka.Berdasarkan peraturan pemerintah bahwa perusahaan wajib menyediakan alat
pelindung diri bagi crew kapal seperti safety helmet, kaca mata safety, pakaian yang
cerah ataumemiliki visibilitas tinggi dan sepatu safety dan perlengkapan lainnya. Dengan
begitu jika pekerjaan karyawan tersebut memerlukan sarung tangan khusus untuk
melindungi tangan mereka dari resiko tersayat atau terpotong, maka perusahaan wajib

14
menyediakan sarung tangan yang sesuai dengan pekerjaan karyawan tersebut.
Perusahaan berkewajiban menyediakan dan menyuruh crew kapal menggunakan alat
pelindung diri yang telah diberikan secara cuma-cuma kepada crew tersebut. Bukan
hanya sarung tangan tetapi hal ini berlaku untuk semuajenis pekerjaan yang memerlukan
alat pelindung diri tertentu saat melakukan pekerjaan mereka seperti pelindung jatuh,
pelindung pernafasan, mata dan pelindung pedengaran dan masih banyak lagi
sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah.Perusahaan berkewajiban
mengidentifikasi setiap fase pekerjaan dan APD yang akan digunakan oleh crew kapal.
Perusahan harus memastikan bahwa crew kapal telah dilatih dalam penggunaan
APD yang diberikan termasuk alat pelindung diri sebelum digunakan. Ketika crew kapal
berinteraksi dengan peralatan atau mesin yang bergerak, semua perhiasan atau pakaian
yang berpotensi dapat tersangkut di mesin atau alat wajib disingkirkan.
Persyaratan peralatan dan pelindung diri:
a. Peralatan yang akan digunakan harus dipilih yang telah memenuhi standar sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan yang sesuai dengan tujuan penggunaan.
b. Apabila meragukan standar yang dipakai dalam pembuatan peralatan dan
penggunaannya, maka sangat disarankan untuk menghubungi pabrik pembuat.
c. Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kecocokan dengan peralatan lain dan
fungsi keamanan peralatan tidak terganggu atau menggangu sistem lain.
d. Pabrikan peralatan harus menyediakan informasi mengenai produk. Informasi ini
harus dibaca dan dimengerti oleh pekerja sebelum menggunakan peralatan.
e. Peralatan harus diperiksa secara visual sebelum penggunaan untuk memastikan bahwa
peralatan tersebut ada pada kondisi aman dan dapat bekerja dengan benar.
f. Prosedur harus diterapkan pada pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan. Daftar
pencatatan pemeliharaan keseluruhan peralatan harus disimpan dengan baik.
g. Dilarang melakukan modifikasi atau perubahan atas spesifikasi peralatan tanpa
mendapat ijin dari pengawas atau pabrikan pembuat karena dapat mengakibatkan
perubahan kinerja peralatan. Setiap perubahan atau modifikasi harus dicatat dan
peralatan diberi label khusus.

15
h. Perlengkapan dan alat pelindung diri harus dipastikan telah sesuaidengan standar
di bawah ini yaitu :
1) Standar Nasional Indonesia.
2) Standar uji laboratorium.
3) Standar uji internasional yang independen, seperti British Standard, American
National Standard Institute, atau badan standard uji internasional lainnya.
i. Perlengkapan dan alat pelindung diri yang harus dipakai dalambekerja yang
disesuaikan dengan lingkungan kerja adalah:
1) Pakaian kerja yang menyatu dari bagian tangan, pundak, bahu, badan sampai pada
bagian pinggul, dan kaki. Pakaian jenis ini biasanya disebut wearpack atau overall.
Pakaian ini pada bagian kantongnya harus diberi penutup berupa ritsleting (zip)
dan tidak berupa pengancing biasa (button).
2) Full body harness harus nyaman dipakai dan tidak mengganggugerak pada saat
bekerja, mudah disetel untuk menyesuaikan ukuran.
3) Sepatu (safety shoes/protective footwear) dengan konstruksi yang
kuat dan terdapat pelindung jari kaki dari logam (steel toe cap), nyaman dipakai,
dan mampu melindungi dari air/basah.
4) Sarung tangan (gloves), untuk melindungi jari tangan dan kulit dari cuaca ekstrim,
bahan berbahaya, dan alat bantu yang digunakan.
5) Kaca mata (eye protection), untuk melindungai mata dari debu, partikel berbahaya,
sinar matahari/ultraviolet, bahan kimia, material hasil peledakan dan potensi
bahaya lain yang dapat mengakibatkan iritasi dan kerusakan pada mata.
6) Alat pelindung pernafasan (respiratory protective equipment),peralatan ini harus
dikenakan pada lingkungan kerja yang mempunyai resiko kesulitan bernafas
disebabkan oleh bahan kimia, debu, atau partikel berbahaya.
7) Alat pelindung pendengaran (hearing protection), alat ini digunakan ketika tingkat
bunyi (sound level) sudah di atas nilai ambang batas.

16
8) Jaket penyelamat (life jacket) atau pengapung (buoyancy), digunakan pada
pekerjaan yang dilakukan di atas permukaanair misalnya pada struktur naik ke
atas tongkang di laut lepas. Peralatan ini harus mempunyai desain yang tidak
menggangu peralatan akses tali terutama pada saat turun atau naik.
9) Tali yang digunakan terdiri dari 2 karakteristik yaitu elastisitas kecil (statik) dan
tali dengan elastisitas besar (dinamik). Tali yang digunakanuntuk sistem tali harus
dipastikan :
a) Tali yang digunakan sebagai tali kerja (working line) dan tali pengaman (safety
line) harus mempunyai diameter yang sama.
b) Tali dengan elastisitas kecil (tali statis) dan tali daya elastisitas besar (dinamik)
yang digunakan dalam sistem akses tali harus memenuhi standar.

17
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Bagan 2.1 Kerangka Pikir

Permasalahan
1. Belum maksimal dalam melaksanakan prosedur
penerapan keselamatan pada abk
2. Kurang tersedianya peralatan k3 diatas kapal

Penyebab

1. Crew kapal masih banyak tidak mentaati


prosedur keselamatan diatas kapal
2. Pihak logistik belum maksimal dalam
menyediakan peralatan k3 diatas kapal

Akibatnya
1. Sering terjadinya kecelakaan crew diatas kapal
2. Tidak tersediannya peralatan k3 diatas kapal

Solusinnya

1. Crew kapal wajib memaksimalkan penggunaan


APD sebelum melakukan pekerjaan
2. Pihak logistik memaksimalkan ketersediaan
peralatan k3 diatas kapal

Tujuannya

Agar seluruh crew kapal dapat melakukan pekerjaan


diatas kapal dengan aman dan selamat dari kecelakaan

18

Anda mungkin juga menyukai