Anda di halaman 1dari 20

RESUME MATA KULIAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DOSEN PJMK :

Sri Anik Rustini..,S.H.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Oleh :
HELDA WULANSARI
1920019

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN - TINGKAT 3 REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga saya
selaku penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul ini ditengah situasi pandemi Covid-19
dengan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Semoga kita semua, baik saya maupun Dosen pengajar senantiasa dilindungi oleh Allah SWT,
dan semoga situasi ini cepat berakhir lalu kembali normal seperti biasa menjalankan kuliah
dengan bertatap muka, aamiin yaa rabbal alaamiin.
Modul ini disusun untuk memenuhi penilaian akhir dalam Keselamatan dan
Kesehatan kerja pada Semester 5, dan untuk pembelajaran bagi kami selaku penulis dan
penyusun agar dapat belajar secara mandiri. Penyusun menyadari bahwa penyelesaian ini juga
berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu proses penyelesaian modul ini, seperti kepada rekan-rekan
dan terutama PJMK Dosen Mata Kuliah keselamatan dan Kesehatan kerja Ibu Sri Anik
Rustini..,S.H.,S.Kep.,Ns.,M.Kes serta para dosen pengajar Mata Kuliah keselamatan dan
Kesehatan kerja

Penyusun sangat memahami bahwa apa yang telah di dapatkan selama pembuatan modul
ini belum lah seberapa. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi kesempurnaan modul yang kami buat mendatang. Penyusun berharap modul ini
dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya, dan bagi para pembaca yang budiman
umumnya.

    

Surabaya, 23 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................
MATERI 1 KONSEP DASAR K3
……………………………………………………………………………………………………………….

MATERI 2 KONSEP SUMBER HUKUM


KETENAGAKERJAAN…………………………………………………………………….

MATERI 3 KESEHATAN KERJA PADA ORGANISASI


KERJA…………………………………………………………………………

MATERI 4 MENGUASAI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO DI TEMPAT


KERJA……………………………………………..

MATERI 5 MENGUASAI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


(SMK3)……………..

MATERI 6 MENGUASAI KONSEP


ERGONOMI………………………………………………………………………………………….

MATERI 7 JENIS-JENIS KECELAKAAN YANG DAPAT TERJADI DI


LABOTARIUM…………………………………………
KONSEP DASAR K3 1

1. PENGERTIAN DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Dalam dunia kesehatan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. Berdasarkan atas data Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja
sebanyak 105.182 kasus di Indonesia. Jumlah kecelakaan akibat kerja di Jawa Barat pada tahun
2014 mencapai 1713 kasus dan di Pulau Jawa sebesar 4.663 kasus. Kecelakaan kerja dapat
dipengaruhi oleh lama kerja, usia, dan pendidikan seseorang. Data Bureau of Labour Statistics
menyebutkan sebanyak 253.700 kecelakaan kerja terjadi di rumah sakit Amerika Serikat pada
tahun 2011. Kecelakaan kerja yang terjadi di rumah sakit dapat berupa tertusuk jarum suntik,
cedera muskuloskeletal dan stres psikis.

2. TUJUAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Tujuan K3 juga merupakan mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko penyakit
dan kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para pekerja sehingga
produktivitas kerja meningkat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan, upaya kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.
K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi RS, disamping
standar pelayanan lainnya.

3. SYARAT KESELAMATAN KERJA DAN PENTINGNYA KESELAMATAN KERJA


Dalam melaksanakan K3 tentunya ada beberapa ketentuan, persyaratan, serta prinsip
yang perlu diketahui. Seperti yang tertulis dalam Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, dalam pasal 3 menyebutkan syarat – syarat keselamatan kerja, yaitu
sebagai berikut :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, radiasi, kebisingan dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara dan proses kerja.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman dan
barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang
17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya bertambah
tinggi.

4. UUD KESELAMATAN KERJA


Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum
pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
Permenaker No 4 Tahun 1987 tentang Panitia pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3). Rangkuman dasar-dasar hukum tersebut antara lain :UU No 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja :

1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.


2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Permenkes No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :

Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih dan atau yang
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) : Tempat kerja dimana pengusaha atau
pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih. Tempat kerja dimana pengusaha
memperkerjakan kurang dari 100 (seratus) orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi
yang memiliki resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran
radioaktif.
KONSEP SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN
2

Sumber hukum perburuhan dan ketenagakerjaan di Indonesia tidak hanya berasal 1 satu
peraturan. Ada 6 jenis sumber hukum yang diakui dan dijalankan. Enam sumber hukum tersebut
adalah:

1. UNDANG-UNDANG
Undang-undang merupakan aturan yang ditetapkan oleh presiden dengan disetujui oleh
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ada pula Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu) yang memiliki hukum setara dengan undang-undang. Berbeda
dengan undang-undang, penetapan perpu bisa dilakukan secara langsung oleh presiden
tanpa harus memperoleh persetujuan DPR. Namun, perpu harus diajukan pada
persidangan DPR berikutnya dalam rangka penetapan aturan tersebut menjadi undang-
undang.
2. PERATURAN LAIN
Peraturan lain merupakan aturan yang secara hukum posisinya berada di bawah undang-
undang. Ada beberapa jenis peraturan yang masuk dalam kategori ini, di antaranya adalah
Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, serta peraturan atau keputusan instansi. Karena
mencakup banyak pihak, tidak heran kalau peraturan lain yang menyangkut tentang
perburuhan dan ketenagakerjaan di Indonesia sangat banyak. Sebagai contoh di antaranya
adalah, Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2012, Permendag Nomor 50 Tahun 2010,
Perpres Nomor 12 tahun 2013, dan lain-lain.
3. KEBIASAAN
Sumber hukum perburuhan dan ketenagakerjaan berikutnya di Indonesia adalah
kebiasaan. Suatu kebiasaan dianggap sebagai hukum tak tertulis ketika menjadi hal yang
telah dilakukan berulang-ulang. Apalagi, banyak pihak yang menaati aturan tak tertulis
dan menerimanya tanpa ada keluhan.
4. PUTUSAN HOKUM
Putusan hukum menjadi aturan hukum yang harus ditaati berikutnya. Hanya saja, putusan
hukum berlaku secara terbatas. Sebagai contoh, pada kasus putusan Mahkama Konstitusi
(MK) terhadap gugatan hukum pada isi UU Ketenagakerjaan. Sebagian gugatan diterima
oleh hakim, tapi putusan ini tidak mengubah isi undang-undang.
5. PERJANJIAN
Perjanjian kerja antara pemilik usaha dengan karyawan juga menjadi salah satu bentuk
sumber hukum perburuhan dan ketenaga kerjaan. Hanya saja, secara umum perjanjian
hanya mengikat kepada pihak yang berkaitan secara langsung. Selain itu, isi dari
perjanjian biasanya boleh diketahui oleh pihak terkait. Apalagi, perjanjian
ketenagakerjaan yang melibatkan serikat pekerja dengan perkumpulan pengusaha.
6. TRAKTAT
Sumber hukum perburuhan dan ketenagakerjaan di Indonesia yang terakhir adalah
traktat, perjanjian yang dilaksanakan oleh dua atau beberapa negara. Konvensi yang
merupakan perjanjian internasional oleh lembaga dunia menjadi salah satu jenis traktat,
misalnya konvensi ILO.
KESEHATAN KERJA PADA ORGANISASI KERJA
3

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perindungan
dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik dari para pekerja, tetapi
menyangkut berbagai unsur dan pihak.

URGENSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur tentang
kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9 bahwa “setiap
tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan dan
pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat, martabat, manusia,
moral dan agama”. Undang-Undang tersebut kemudian diperbaharui dengan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal yang diatur antara lain:

a. Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam wilayah hukum
kekuasaan RI. (Pasal 2).
b. Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi peledakan
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan
e. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
f. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
g. Memelihara kesehatan dan ketertiban
h. dll (Pasal 3 dan 4).
c. Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, “direktur melakukan pelaksanaan
umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan
kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya undang-undang ini
dan membantu pelaksanaannya. (Pasal 5).
d. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi
yang efektif dari pengusaha atau pengurus tenaga kerja untuk melaksanakan tugas bersama
dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja untuk melancarkan produksi. (Pasal 10).
e. Setiap kecelakan kerja juga harus dilaporkan pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja di dinas yang terkait. (Pasal 11 ayat 1).
(Suma’mur. 1981: 29-34).
Dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 86 ayat 1 UU Nomor 13 Tahun 2003 diatur pula bahwa
setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Selain diwujudkan dalam bentuk undang-undang, kesehatan dan keselamatan kerja juga
diatur dalam berbagai Peraturan Menteri. Diantaranya Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Nomor Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Tujuan pelayanan
kesehatan kerja adalah:
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri
dengan pekerjaanya.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemapuan
fisik tenaga kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi
tenaga kerja yang menderita sakit.
Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1979 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi:
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan
kesehatan khusus. Aturan yang lain diantaranya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981
tentang Wajib Lapor Ketenagaan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
03/MEN/1984 tentang Mekanisme Pengawasan Ketenagakerjaan.
Arti penting dari kesehatan dan keselamatan kerja bagi perusahaan adalah tujuan dan
efisiensi perusahaan sendiri juga akan tercapai apabila semua pihak melakukan
pekerjaannya masing-masing dengan tenang dan tentram, tidak khawatir akan ancaman
yang mungkin menimpa mereka. Selain itu akan dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi nantinya juga akan membawa
kerugian bagi semua pihak. Kerugian tersebut diantaranya menurut Slamet Saksono
(1988: 102) adalah hilangnya jam kerja selama terjadi kecelakaan, pengeluaran biaya
perbaikan atau penggantian mesin dan alat kerja serta pengeluaran biaya pengobatan bagi
korban kecelakaan kerja.

Menurut Mangkunegara tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan
seefektif mungkin.
3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
MENGUASAI POTENSI BAHAYA DAN RESIKO 4
DITEMPAT KERJA

Kesehatan Kerja adalah Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan. Oleh
karena itu perlu melihat penyebab dan dampak yang ditimbulkannya. Potensi Bahaya adalah
sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian. Risiko adalah
kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian
tersebut.

Mustahil untuk mengetahui semua bahaya yang ada. Beberapa hal yang tampak jelas berbahaya,
seperti bekerja dengan menggunakan tangga yang tidak stabil atau penanganan bahan kimia
bersifat asam. Namun demikian, banyak kecelakaan terjadi akibat dari situasi sehari-hari
misalnya tersandung tikar di lantai kantor. Ini tidak berarti bahwa tikar pada umumnya
berbahaya! Namun demikian, hal ini bisa terjadi, tikar tersebut dalam posisi terlipat atau
tidak seharusnya dan menjadi potensi bahaya dalam kasus ini.

Seperti diketahui, potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat berupa berbagai bentuk.
Terlebih lagi, masing-masing risiko bisa menjadi tinggi atau rendah, tergantung pada tingkat
peluang bahaya yang ada. Mempertimbangkan kasus tikar, tingkat risiko mungkin bergantung
pada:

Potensi bahaya yang mengakibatkan dampak risiko jangka panjang pada Kesehatan Suatu
bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang kontak dengan sesuatu yang dapat menyebabkan
gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi pajanan (“exposure”) yang berlebihan. Bahaya
kesehatan dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh pajanan suatu sumber bahaya di
tempat kerja.

Potensi bahaya kesehatan yang biasa di tempat kerja berasal dari lingkungan kerja antara lain
faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, faktor ergonomis dan faktor psikologi. Bahaya faktor-
faktor tersebut akan dibahas secara rinci lebih lanjut di bawah ini antara lain kimia, fisik, biologi
dan ergonomis.
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja di pertanian,
perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran yaitu indoor air quality, banyak
menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan virus, bakteri atau hasil dari pertanian, misalnya
tabakosis pada pekerja yang mengerjakan tembakau, bagasosis pada pekerja – pekerja yang
menghirup debu-debu organic misalnya pada pekerja gandum (aspergillus) dan di pabrik gula,.
Penyakit paru oleh jamur sering terjadi pada pekerja yang menghirup debu organik, misalnya
pernah dilaporkan dalam kepustakaan tentang aspergilus paru pada pekerja gandum. Demikian
juga “grain asma” sporotrichosis adalah salah satu contoh penyakit akibat kerja yang disebabkan
oleh jamur. Penyakit jamur kuku sering diderita para pekerja yang tempat kerjanya lembab dan
basah atau bila mereka terlalu banyak merendam tangan atau kaki di air seperti pencuci. Agak
berbeda dari faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular
dari seorang pekerja ke pekerja lainnya.

Usaha yang lain harus pula ditempuh cara pencegahan penyakit menular, antara lain imunisasi
dengan pemberian vaksinasi atau suntikan, mutlak dilakukan untuk pekerja-pekerja di Indonesia
sebagai usaha kesehatan biasa. Imunisasi tersebut berupa imunisasi dengan vaksin cacar terhadap
variola, dan dengan suntikan terhadap kolera, tipus dan para tipus perut. Bila memungkinkan
diadakan pula imunisasi terhadap TBC dengan BCG yang diberikan kepada pekerja-pekerja dan
keluarganya yang reaksinya terhadap uji Mantaoux negatif, imunisasi terhadap difteri, tetanus,
batuk rejan dari keluarga-keluarga pekerja sesuai dengan usaha kesehatan anak-anak dan
keluarganya, sedangkan di Negara yang maju diberikan pula imunisasi dengan virus influenza.

Bahaya Faktor Ergonomi dan Pengaturan Kerja Industri barang dan jasa telah mengembangkan
kualitas dan produktivitas. Restrukturisasi proses produksi barang dan jasa terbukti
meningkatkan produktivitas dan kualitas produk secara langsung berhubungan dgn disain kondisi
kerja Pengaturan cara kerja dapat memiliki dampak besar pada seberapa baik pekerjaan
dilakukan dan kesehatan mereka yang melakukannya. Semuanya dari posisi mesin pengolahan
sampai penyimpanan alat-alat dapat menciptakan hambatan dan risiko.

Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur sedemikian sehingga tidak
ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan. Tempat – tempat duduk yang cukup dan sesuai
harus disediakan untuk pekerja-pekerja dan pekerja- pekerja harus diberi kesempatan yang cukup
untuk menggunakannya.
MENGUASAI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN 5
DAN KESEHATAN KERJA

A. DEFINISI SMK3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif.

B. TUJUAN SMK3

1) Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin
keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan
produktivitas kerja.
2) Perlindungan terhadap setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam
keadaan selamat dan sehat.
3) Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan
secara aman dan efisien.
C. MANFAAT SMK3

1) Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.


2) Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3) Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman
dalam bekerja.
4) Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5) Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan.
D. AZAS SMK3

Dalam Kebijakan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan di Bidang K3,


disampaikan bahwa asas SMK3 yaitu :

 Peningkatan K3 secara terus menerus dengan pola mandiri


 Bagian dari sistem pengawasan K3
 Bersifat wajib
 Sejalan dengan kaidah Internasional
 Diaudit oleh Badan Audit Independen (eksternal)
 Dilakukan oleh Auditor
E. PENETAPAN KEBIJAKAN K3

Dalam penyusunan kebijakan K3, pengusaha paling sedikit harus:

a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi :


1) Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko
2) Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik
3) Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan
4) Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan
dengan keselamatan
5) Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan
b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus
c. Memperhatikan masukan dari pekerja atau serikat pekerja
d. 4 Kebijakan K3 paling sedikit harus memuat:
1) Visi
2) Tujuan perusahaan
3) Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
4) Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perushaaan secara
menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional
F. PERENCANAAN K3

Perencanaan K3 dimaksudkan untuk menghasilkan rencana K3. Rencana K3 ini


disusun dan ditetapkan oleh pengusaha dengan mengacu pada kebijakan K3 yang telah
ditetapkan. Dalam menyusun rencana K3 harus melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina K3, wakil
pekerja, dan pihak lain yang terkait di perusahaan. Dalam penyusunan rencana K3, pengusaha
harus mempertimbangkan:

 Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko


 Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
 Sumber daya yang dimiliki

G. PELAKSANAAN RENCANA K3

a) Berdasarkan rencana K3 yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaannya pengusaha


didukung oleh SDM di bidang K3, sarana dan prasarana. SDM yang dimaksud harus
memiliki:
 Kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat
 Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan ijin kerja dan/atau surat
penunjukan dari instansi yang berwenang
b) Sarana dan prasana yang dimaksud minimal harus terdiri :
1) Organisasi atau unit yang bertanggungjawab di bidang K3
2) Anggaran yang memadai
3) Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian
4) Instruksi kerja
c) Syarat minimal kegiatan pelaksanaan rencana K3 harus meliputi:
1) Tindakan pengendalian
2) Perancangan dan rekayasa
3) Prosedur dan instruksi kerja
4) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
5) Pembelian/pengadaan barang dan jasa
6) Produk akhir
H. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA K3

Kegiatannya melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3


dilakukan oleh SDM yang kompeten, jika tidak memiliki SDM yang kompeten dapat
menggunakan jasa pihak lain. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaporkan kepada
pengusaha dan digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan

I. PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3

Fungsinya untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan SMK3 yang


dilakukan terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja dalam hal:

1) Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan


2) Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
3) Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan
4) Terjadi perubahan struktur organisasi
5) Adanya perkembangan IPTEK, termasuk epidemiologi
6) Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja
7) Adanya pelaporan
8) Adanya masukan dari pekerja
MENGUASAI KONSEP ERGONOMI 6

A. PENGERTIAN ERGONOMI
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.

B. RUANG LINGKUP ERGONOMI


Ergonomi bisa dibagi menjadi beberapa bagian untuk lebih memudahkan
pemahamannya. Ruang lingkup ergonomi adalah:
 Ergonomi fisik : berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,karakteristik
fisiologi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
 Ergonomi kognitif : berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya ;
persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap
pemakaian elemen sistem.
 Ergonomi organisasi : berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur
organisasi, kebijakan dan proses.
 Ergonomi lingkungan : berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan
getaran.

C. TUJUAN ERGONOMI
Ergonomi bisa dikatakan sebagai satu ilmu terapan dalam mencapai keselamatan dan
kesehatan kerja. Ilmu ini digunakan untuk membuat pekerja merasa nyaman dalam
melakukan pekerjaannya.
Tujuan dalam penerapan ergonomi ini adalah:
 Angka cedera dan kesakitan dalam melakukan pekerjaan tidak ada/ terkurangi
 Biaya terhadap penanganan kecelakaan atau kesakitan menjadi berkurang
 Kunjungan untuk berobat bisa berkurang
 Tingkat absentisme/ ketidak hadiran bisa berkurang
 Produktivitas/ kualitas dan keselamatan kerja meningkat
 Pekerja merasa nyaman dalam bekerja
 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.
 Meningkatkan kesejahteraan sosial.
 Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, antropologis dan
budaya dari setiap sistem kerja
D. KONSEP APLIKASI ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA
Beberapa metode dalam artikel ergonomi dari departemen kesehatan Republik Indonesia,
dalam menilai ergonomis atau tidaknya suatu lingkungan kerja, yaitu:
 Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan
kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
 Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis.
Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela
yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
 Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit
kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak,
absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
JENIS – JENIS KECELAKAAN YANG DAPAT 7
TERJADI DI LABORATORIUM

 PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA LABOTARIUM


Keselamatan kerja labotarium merupakan keadaan terbaik dalam bekerja ditempat yang
dilengkapi peralatan untuk mengadakan percobaan atau penyelidikan. Keselamatan kerja
di labotarium perlu diutamakan untuk mencegah kecelakaan kerja. Keselamatan kerja
merupakan tanggung jawab setiap orang baik laporan ataupun praktikan. Labotarium
adalah tempat staf pengajar, mahasiswa, dan pekerja lab melakukan eksprimen dengan
bahan kimia alat gelas dan alat khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut
berpotensi terjadinya kecelakaan kerja.

 JENIS-JENIS BAHAYA DALAM LABOTARIUM


1. Kebakaran
2. Ledakan
3. Keracunan bahan kimia yang berbahaya seperti arsen, timbal
4. Iritasi
5. Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu
6. Sengatan listrik

 PERLENGKAPAN KESELAMATAN
Perlindungan untuk kondisi yang sudah diprediksi bahayanya, seperti :
1. Jas labotarium
2. Sarung tangan
3. Pelindung mata

 TATA TERTIB GURU DAN SISWA DI DALAM LABOTARIUM

- SEBELUM PRAKTIKUM
1. Siswa wajib datang tepat waktu
2. Siswa tidak diperkenankan masuk ke ruang labotarium tanpa seizing guru
3. Siswa diperkenankan masuk ke ruang labotarium setelah semua peralatan siap
dan dalam kondisi layak digunakan
4. Siswa yang terlambat lebih dari 15 menit diperkenankan masuk ke ruang
labotarium setelah mendapat izin dari guru
5. Siswa yang terlambat tidak diperkenakan masuk di ruang labotarium
6. Siswa tidak diperkenankan membawa makanan/minuman didalam ruang
labotarium, kecuali untuk praktikum
- SESUDAH PRAKTIKUM
1. Cuci tangan setelah praktikum berakhir
2. Setelah praktikum alat-alat/bahan peraktikum segala yang sudah digunakan
dikembalikan ketempat semula
3. Sebelum meninggalkan ruangan mematiskan kembali alat-alat/ bahan yang
digunakan saat praktikum sudah dikembalikan ke tempat semula dan
memastikan ruangan telah bersih
4. Dilarang membawa alat-alat dan bahan labotarium tanpa seijin guru atau
petugas di ruang labotarium
5. Membuat laporan sementara dan diparaf oleh guru atau petugas yang ada di
ruang labotarium
6. Membuat laporan lengkap seminggu setelah percobaan dan menyerahkan
kepada guru pembimbing, sebelum pelaksanaan praktikum selanjutnya
PENUTUP

K3 adalah suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat
kesehatan fisik,mental dan sosial yang setinggi tingginya untuk pekerja di semua jenis pekerjaan.

Selain itu, juga merupakan upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh pekerjaan. K3 dapat juga diartikan sebagai perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai