Anda di halaman 1dari 2

1. Berdasarkan UU No.

13 Tahun 2003 Bab XI Pasal 102, dalam melaksanakan hubungan


industrial, terdapat beberapa ayat yang mengatur hubungan industrial tersebut, yaitu: a. Dalam
melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan,
memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan dan melakukan penindakan terhadap
pelanggaran peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. b. Dalam melaksanakan
hubungan industrial, para keryawan atau pekerja dan serikat pekerja atau serikat buruhnya
mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibanya, menjaga ketertiban
demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan
keterampilan, dan keahlianya serta memajukan perusahaan dan memperjuangkan
kesejahteraan anggota beserta keluarganya. c. Dalam melaksanakan hubungan industrial,
pengusaha dan organisasi pengusahanya mempunyai fungsi menciptakan kemitraan,
mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan kesejahteraan
karyawan atau pekerja secara terbuka, demokratis dan berkeadilan. Selain ketiga hal tersebut,
ada faktor lain yang berpengaruh dalam hubungan industrial, yaitu organisasi mereka yang
meliputi organisasi buruh atau serikat pekerja dan organisasi pengusaha atau organisasi
majikan. Serikat pekerja atau serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan
untuk karyawan baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela, serta
melindungi hak dan kepentingan karyawan, serta meningkatkan kesejahteraan karyawan dan
keluarganya. Organisasi pengusaha merupakan wadah bagi para pengusaha yang ikut serta
dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dengan menjalin kerja sama antara pemerintah,
pengusaha, dan karyawan.

Nomor 2
Di Indonesia, penyelesaian perselisihan hubungan industrial diatur dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU No. 2 Tahun
2004). Beberapa mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang umum
digunakan adalah:
a. Musyawarah (conciliation):
Dalam tahap ini, pihak-pihak yang berselisih mencoba menyelesaikan perselisihan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
b. Mediasi:
Pihak yang berselisih dapat meminta bantuan mediator untuk membantu mencapai
kesepakatan. Mediator bertindak sebagai pihak netral yang membimbing dan memfasilitasi
proses mediasi.
c. Arbitrase:
Jika mediasi tidak menghasilkan kesepakatan, perselisihan dapat dirujuk ke arbitrase. Arbitrase
adalah proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan, di mana suatu pihak netral (arbiter)
membuat keputusan yang mengikat.
d. Pengadilan Hubungan Industrial:
Jika upaya penyelesaian melalui musyawarah, mediasi, atau arbitrase tidak berhasil,
perselisihan dapat diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).
Contoh Kasus :
Contoh kasus penyelesaian perselisihan hubungan industrial di Indonesia bisa melibatkan
konflik antara pekerja dan pengusaha terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dianggap
tidak sah, perselisihan terkait upah, atau pelanggaran peraturan ketenagakerjaan lainnya.
Sebagai contoh, pekerja yang merasa di-PHK secara tidak sah dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan Hubungan Industrial untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Proses selanjutnya
akan mengikuti mekanisme penyelesaian sengketa yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 2004.

Sumber : EKMA 4367 Hubungan Industrial

Anda mungkin juga menyukai