Nomor 2
Di Indonesia, penyelesaian perselisihan hubungan industrial diatur dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU No. 2 Tahun
2004). Beberapa mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang umum
digunakan adalah:
a. Musyawarah (conciliation):
Dalam tahap ini, pihak-pihak yang berselisih mencoba menyelesaikan perselisihan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.
b. Mediasi:
Pihak yang berselisih dapat meminta bantuan mediator untuk membantu mencapai
kesepakatan. Mediator bertindak sebagai pihak netral yang membimbing dan memfasilitasi
proses mediasi.
c. Arbitrase:
Jika mediasi tidak menghasilkan kesepakatan, perselisihan dapat dirujuk ke arbitrase. Arbitrase
adalah proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan, di mana suatu pihak netral (arbiter)
membuat keputusan yang mengikat.
d. Pengadilan Hubungan Industrial:
Jika upaya penyelesaian melalui musyawarah, mediasi, atau arbitrase tidak berhasil,
perselisihan dapat diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).
Contoh Kasus :
Contoh kasus penyelesaian perselisihan hubungan industrial di Indonesia bisa melibatkan
konflik antara pekerja dan pengusaha terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dianggap
tidak sah, perselisihan terkait upah, atau pelanggaran peraturan ketenagakerjaan lainnya.
Sebagai contoh, pekerja yang merasa di-PHK secara tidak sah dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan Hubungan Industrial untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Proses selanjutnya
akan mengikuti mekanisme penyelesaian sengketa yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 2004.