Hukum perdata dan hukum dagang adalah dua cabang hukum yang mengatur hubungan antar
manusia dalam masyarakat. Hukum perdata mengatur hubungan antar manusia secara umum,
sedangkan hukum dagang mengatur hubungan antar manusia dalam kegiatan perdagangan.
A. Karakteristik Hukum Perdata
Hukum publik. Hukum perdata termasuk dalam hukum publik karena mengatur
kepentingan umum.
Hukum privat. Hukum perdata juga termasuk dalam hukum privat karena mengatur
kepentingan pribadi.
Hukum tertulis. Hukum perdata sebagian besar diatur dalam bentuk undang-undang, yaitu
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
Hukum positif. Hukum perdata merupakan hukum positif yang berlaku di Indonesia.
Hukum yang bersifat abstrak. Hukum perdata mengatur hubungan antar manusia secara
umum dan abstrak.
B. Contoh Hukum Perdata
Hukum perkawinan. Hukum perkawinan mengatur hubungan antara suami dan istri.
Hukum waris. Hukum waris mengatur pembagian harta warisan kepada ahli waris.
Hukum perjanjian. Hukum perjanjian mengatur kesepakatan antara dua orang atau lebih
untuk melakukan sesuatu.
Hukum perikatan. Hukum perikatan mengatur hak dan kewajiban yang timbul dari
perjanjian.
Hukum pertanggungjawaban. Hukum pertanggungjawaban mengatur tanggung jawab
seseorang atas perbuatannya.
C. Karakteristik Hukum Dagang
Hukum privat. Hukum dagang termasuk dalam hukum privat karena
mengatur kepentingan pribadi.
Hukum tertulis. Hukum dagang sebagian besar diatur dalam bentuk undang-undang, yaitu
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).
Hukum yang bersifat positif. Hukum dagang merupakan hukum positif yang berlaku di
Indonesia.
Hukum yang bersifat khusus. Hukum dagang mengatur hubungan antar manusia dalam
kegiatan perdagangan secara khusus.
D. Contoh Hukum Dagang:
Hukum jual beli. Hukum jual beli mengatur jual beli barang atau jasa.
Hukum perasuransian. Hukum perasuransian mengatur perjanjian antara penanggung dan
tertanggung untuk memberikan ganti rugi atas kerugian yang diderita tertanggung.
Hukum pelayaran. Hukum pelayaran mengatur kegiatan pelayaran, termasuk perhubungan
laut dan perdagangan laut.
Hukum perbankan. Hukum perbankan mengatur kegiatan perbankan, termasuk simpanan,
kredit, dan jasa perbankan lainnya.
Hukum perindustrian. Hukum perindustrian mengatur kegiatan industri, termasuk
produksi, pengolahan, dan pemasaran barang industri.
2) Apakah melanggar etika berarti melanggar aturan atau hukum? Sebutkan contoh
pelanggaran bisnis yang menyentuh ranah etika dan Hukum (sebutkan prinsip etika dan
perundang-undangan yang dimaksud)?
Tidak selalu, melanggar etika tidak selalu berarti melanggar aturan atau hukum. Etika adalah
seperangkat norma dan nilai yang mengatur perilaku manusia, termasuk perilaku dalam bisnis.
Hukum adalah aturan yang dibuat dan diberlakukan oleh negara untuk mengatur kehidupan
masyarakat.
a) Prinsip etika bisnis yang umum diakui meliputi:
Kejujuran dan integritas
Transparansi
Keadilan
Pertanggungjawaban
Pelestarian lingkungan
Prinsip-prinsip etika tersebut seringkali ditegaskan dalam peraturan perundang-undangan.
Misalnya, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang melakukan penipuan, pemaksaan, dan
penyalahgunaan posisi dominan. Hal ini sejalan dengan prinsip kejujuran dan keadilan dalam
etika bisnis.
b) Berikut adalah beberapa contoh pelanggaran bisnis yang menyentuh ranah etika dan
hukum:
Pembajakan merek
Pembajakan merek adalah tindakan memproduksi, menjual, atau menggunakan merek
tanpa izin pemiliknya. Tindakan ini melanggar prinsip kejujuran dan keadilan dalam etika
bisnis, serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis.
Penipuan konsumen
Penipuan konsumen adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengelabui
konsumen dengan tujuan memperoleh keuntungan. Tindakan ini melanggar prinsip
kejujuran dan keadilan dalam etika bisnis, serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
Polusi lingkungan
Polusi lingkungan adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas
manusia. Tindakan ini melanggar prinsip pelestarian lingkungan dalam etika bisnis, serta
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3) Faktor-faktor apa aja yang membuat subyek Hukum melakukan pelanggaran etika dan
Hukum?
Faktor-faktor yang membuat subyek Hukum melakukan pelanggaran etika dan hukum dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a) Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri subyek Hukum itu sendiri,
meliputi:
Kurangnya pemahaman dan kesadaran akan pentingnya etika dan hukum. Subyek
Hukum yang kurang memahami dan menyadari pentingnya etika dan hukum akan
lebih cenderung melakukan pelanggaran.
Sikap egois dan serakah. Subyek Hukum yang memiliki sikap egois dan serakah
akan lebih cenderung melakukan pelanggaran untuk mendapatkan keuntungan
pribadi atau kelompok.
Ketidakmampuan mengendalikan diri. Subyek Hukum yang tidak mampu
mengendalikan diri akan lebih cenderung melakukan pelanggaran, terutama jika
mereka berada dalam situasi yang tertekan atau sulit.
b) Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri subyek Hukum, meliputi:
Tekanan dari lingkungan. Subyek Hukum yang berada dalam lingkungan yang
permisif atau yang mendorong untuk melakukan pelanggaran akan lebih cenderung
melakukan pelanggaran.
Ketidakjelasan hukum. Hukum yang tidak jelas akan mempersulit subyek Hukum
untuk memahami dan menaatinya, sehingga dapat meningkatkan risiko pelanggaran.
Kekurangan pengawasan. Kekurangan pengawasan dari pihak berwenang akan
membuat subyek Hukum merasa lebih aman untuk melakukan pelanggaran.
4) Dari tugas Kelompok tentang pelanggaran etika, apakah kesimpulan saudara terkait tema
yang anda angkat terkait dengan tugas tersebut!! Sampaikan juga saran yang perlukan
agar pelanggaran tersebut tidak terjadi! (Jawaban Sendiri)
a) Kesimpulan
Etika bisnis dalam industri asuransi mengacu pada seperangkat prinsip moral yang mengatur
hubungan antara perusahaan asuransi, nasabah, dan masyarakat. PT Jiwasraya melakukan
pelanggaran etika bisnis yang mengarah kepada tindakan ketidakjujuran serta tidak
bertanggung jawab sehingga merugikan para stakeholder yang dimilikinya. Dengan adanya
kasus tersebut PT Jiwasraya akan digantikan sepenuhnya oleh IFG Life. Beberapa karyawan
dari PT Jiwasraya juga terpaksa untuk diberhentikan secara sepihak tanpa adanya sosialisasi
terlebih dahulu dan terdapat karyawan yang dimutasi tanpa melalui prosedur yang baik.
b) Saran
Bagi perusahaan untuk lebih selektif dalam memilih seorang pemimpin sehingga dapat
lebih bijak dalam mengambil keputusan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memiliki fungsi pengawasan dan pengaturan atas
kegiatan jasa keuangan seharusnya bertindak lebih awal terhadap kasus PT Jiwasraya ini.
Perlu adanya internalisasi etika dan moral bagi pejabat pelayanan publik yang dapat berupa
penerapan nilai-nilai anti korupsi seperti kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan,
tanggung jawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan.
Perlu adanya peningkatan kontrol dan pengawasan yang dapat dilakukan dengan
meningkatkan transparansi informasi terutama kepada publik sehingga pemerintah dan
non-pemerintah dapat bersama-sama melakukan pengawasan terhadap pelayanan publik.
5) Bagaimana cara penyelesain sengketa di dalam hubungan industrial!
Penyelesaian sengketa hubungan industrial adalah upaya untuk menyelesaikan perselisihan yang
terjadi antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh. Penyelesaian
sengketa hubungan industrial dapat dilakukan melalui dua jalur, yaitu:
Jalur biparti
Jalur bipartit adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan secara langsung antara pengusaha
dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh. Jalur bipartit merupakan upaya
penyelesaian sengketa yang paling diutamakan.
Jalur triparti
Jalur tripartit adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan melibatkan pihak ketiga,
yaitu pemerintah. Jalur tripartit dapat dilakukan melalui mediasi, konsiliasi, atau arbitrase.
o Berikut adalah penjelasan singkat mengenai kedua jalur tersebut:
Jalur Bipartit
Penyelesaian sengketa hubungan industrial melalui jalur bipartit dilakukan dengan
perundingan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh.
Perundingan bipartit bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh
kedua belah pihak.
Jika perundingan bipartit gagal mencapai kesepakatan, maka para pihak dapat
mengajukan permohonan mediasi atau konsiliasi kepada Dinas Tenaga Kerja.
Jalur Triparti
Penyelesaian sengketa hubungan industrial melalui jalur tripartit dilakukan dengan
melibatkan pihak ketiga, yaitu pemerintah. Pihak ketiga tersebut dapat berupa
mediator, konsiliator, atau arbiter.
Mediasi
Mediasi adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan bantuan mediator.
Mediator adalah pihak ketiga yang netral yang membantu para pihak yang
bersengketa untuk menemukan solusi yang memuaskan kedua belah pihak.
Konsiliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan bantuan konsiliator.
Konsiliator adalah pihak ketiga yang netral yang membantu para pihak yang
bersengketa untuk menemukan solusi yang memuaskan kedua belah pihak.
Arbitrase
Arbitrase adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan bantuan arbiter.
Arbiter adalah pihak ketiga yang netral yang memutuskan sengketa berdasarkan
hukum. Putusan arbiter bersifat mengikat dan harus dilaksanakan oleh para pihak.