Bab 5. Penilaian Surat Berharga
Bab 5. Penilaian Surat Berharga
1. kupon
2. waktu jatuh tempo’
3. nilai par
PENILAIAN OBLIGASI
Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau
negara.
Jangka waktu jatuh tempo yang dikeluarkan biasanya diatas satu
tahun. Mis. 5 tahun, 30 tahun, dll.
Obligasi yang dikeluarkan dengan jangka waktu jatuh tempo yang
tidak terbatas disebut consol.
Obligasi mempunyai ciri pembayaran bunga yang bersifat tetap
untuk setiap periodenya.
Istilah yang berkaitan dengan obligasi :
1. Nilai nominal ( par value ) adalah harga yang tercantum pada surat
obligasi yang merupakan harga yang akan dibayarkan oleh
Penerbit obligasi pada saat jatuh tempo. Misalnya suatu obligasi
mempunyai nilai nominal sebesar Rp. 1 juta maka pada saat jatuh
tempo pemegang obligasi akan memperoleh uang pengembalian
sebesar Rp. 1 juta dari pihak yang menerbitkan obligasi.
Nilai suatu obligasi bisa dihitung sebagai present value dari aliran
kas yang akan diterima di masa mendatang oleh pemegang
obligasi.
Misalkan suatu obligasi memepunyai nilai nominal sebesar Rp. 1
juta dengan kupon bunga sebesar 20 % dibayar setiap tahun,
jangka waktu 10 tahun. Misalkan tingkat keuntungan yang
disyaratkan adalah 20 % maka harga obligasi bisa dihitung sbb :
n
Harga = Σ Bunga + Nominal
1+t (1+ kd)1 (1+kd)n
Rp. 200.000 Rp. 2000.000 Rp. 1 juta
Harga = + ………. + +
(1+0,2)1 (1+0,2)10 (1+0,2)10
Harga = [ PVIFA (20%, 10) x Rp.200.000]+ [PVIF(20%,10) x Rp.
1 juta ]
= (4,1924 x Rp. 200.000) + (0,1615 x Rp. 1 juta)
= 838.480 + 161.500 = 999.980 = 1 juta (pembulatan)
1. Premi maturity
Jangka waktu (jatuh tempo) yang berbeda menyebabkan
perbedaan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Semakin tinggi
jatuh tempo akan semakinn tinggi tingkat keuntungan yang
disyaratkan.
2. Premi kebangkrutan
Perusahaan yang mempunyai resiko kebangkrutan yang lebih
tinggi akan meningkatkan tingkat keuntungan yang disyaratkan.
3. Premi likuiditas
Semakin likuid suatu asset, semakin rendah tingkat keuntungan
yang disyaratkan.
4. Premi inflasi
Jika inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal juga
akan meningkat.
Tingkat bunga nominal dapat dinyatakan sbb :
Contoh :
Misalkan tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk obligasi dari
contoh diatas pada tahun berikutnya (thn 1) berubah menjadi 25 %
maka nilai obligasi pada tahun kesatu bisa dihitung sbb :
= Rp. 826.843,5
Nilai pasar yang terjadi lebih kecil dibandingkan dengan nilai
nominalnya, karena obligasi tersebut menawarkan tingkat
bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat
keuntungan yang diinginkan.
= Rp. 1.238.579
Nilai pasar yang terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai nominalnya, karena obligasi tsb menawarkan tingkat
bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
Yield obligasi sering disingkat yield saja. Yield dihitung dgn formula :
Yield = Bunga/ Harga Pasar Obligasi
Yield bukan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor
obligasim namun yield sering digunakan sebagai indikator tingkat
keuntungan.
Obligasi dengan tingkat bunga setiap semester
Contoh :
Obligasi dengan nilai nominal Rp 1 juta. Jaqngka waktu 10 tahun,
kupon bunga 20 % dan dibayar setiap semester. Berapa harga
obligasi tsb bila tingkat diskonto (kd) 20 % maka nilai obligasi
adalah :
PV = [100.000/ (1+0,1)1 + ……+ [100.000/ (1+0,1)20] +
[1.000.000/ (1+0,1)20]
= 1.000.000
Harga obligasi :
PV = 1.000.000/ (1+0,2)5 = Rp. 401.878
Contoh :
Suatu saham diperkirakan mempunyai harga sebesar Rp. 1.400
satu tahun mendatang. Saham tsb diperkirakan akan membayar
dividen sebesar Rp. 200 satu tahun mendatang. Misalkan
keuntungan yang disyaratkan untuk saham tsb adalah 20 % berapa
harga yang pantas untuk saham tersebut ?
Contoh :
Misalkan suatu saham membayar dividen yang konstan sebesar
Rp. 200 per tahun, saham dipegang selamanya, beraa harga
yang pantas untuk saham tsb jika tingkat keuntungan yang
disyaratkan adalah 20 % ?
Contoh :
Misalkan suatu saham mempunyai tingkat pertumbuhan dividen
Sebesar 15 % selama 5 tahun pertama, kemudian dividen tumbuh
dengan 5 % selamanya. Tahun ini saham membayarkan dividen
sebesar Rp. 200. Tingkat keuntungan yang disyaratkan adalah 20 %
Tingkat Pertumbuhan
Contoh :
Misalkan EPS adalah Rp. 100 dan dividen adalah Rp. 60, maka
tingkat penginvestasian kembali adalah (100 – 60)/ 100 = 40 %
Bila ROI sebesar 30 % maka tingkat pertumbuhan adalah :
g = 0,3 x 0,4 = 0,12
Tingkat pertumbuhan sebesar 12 % bisa dipakai sebagai
perkiraan tingkat pertumbuhan perusahaan di masa
mendatang.
Rasio PBV = Harga pasar saham per lembar/ Nilai buku modal
saham per lembar.
Contoh :
Misal nilai buku modal saham per lembar adalah Rp. 1000 dan rasio
PBV yang pantas adalah 2,1 maka harga saham per lembar adalah
Harga saham per lembar = Rp. 1.000 x 2,1 = Rp. 2.100