MANAJEMEN KEUANGAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu: Agus Kubertein, SE, M.Si
Disusun Oleh:
Ardita Yuriawati
213020303121
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2022
BAB 5
PENILAIAN SURAT BERHARGA
Harga ( nilai ) surat berharga pada dasarnya adalah present value dari aliran kas masa mendatang yang akan
diberikan kepada pemegang surat berharga tersebut. Beberapa jenis surat berharga mempunyai skedul
pemberian aliran kas dimasa mendatang yang cukup jelas, sedangkan beberapa jenis yang lain mempunyai
skedul pemberian aliran kas yang tidak cukup jelas. Meskipun demikian basis penilaian yang dipakai tetap sama
yaitu present value aliran kas dimasa mendatang.
1. PENILAIAN OBLIGASI
Obligasi adalah Surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau Negara. Jangka waktu jatuh tempo
obligasi bermacam-macam, ada yang relatif pendek seperti satu tahun, dan ada yang jangka panjang , yaitu 30
tahun. Obligasi tersebut dinamakan consol. Beberapa istilah kunci yang berkaitan dengan obligasi adalah
sebagai berikut ini.
1) Nilai Nominal ( Par Value )
Nilai Nominal adalah harga yang tercantum pada surat obligasi. Nilai tersebut
mencerminkan harga yang akan dibayarkan oleh penerbit obligasi pada saat jatuh tempo.
3) Jatuh Tempo
Jangka waktu ( usia ) atau jatuh tempo suatu obligasi biasanya ditetapkan dalam satuan
tahun. Pada saat jatuh tempo, penerbit obligasi mempunyai kewajiban untuk melunasi pemegang
obligasi sebesar nilai nominalnya .
n
Bunga Nominal
harga : ∑ + (1)
t= I ( 1+ kd ) t ( 1+kd ) n
Dalam contoh tersebut nilai pasar ( harga ) obligasi sama dengan nilai nominalnya. Biasanya perusahaan
pada saat menerbitkan obligasi akan menetapkan nilai nominalnya sedemikian rupa sehingga harga pasar akan
sama dengan nilai nominalnya.
Harga pasar obligasi tidak akan konstan sepanjang usia obligasi tersebut. Tingkat keuntungan yang
disyaratkan (kd) bisa berubah. Tingkat keuntungan yang disyaratkan tersebut merupakan fungsi dari tingkat
keuntungan bebas risiko dan premi risiko, seperti berikut ini :
Tingkat keuntungan aset bebas risiko dan premi risiko tergantung dari beberapa factor sebagai berikut :
1) Premi Maturity
Jangka waktu ( jatuh tempo ) yang berbeda menyebabkan perbedaan tingkat keuntungan
yang disyaratkan. Semakin tinggi jatuh tempo, akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang
disyaratkan.
2) Premi Kebangkrutan
Perusahaan yang mempunyai risiko kebangkrutan yang lebih tinggi akan meningkatkan
tingkat keuntungan yang disyaratkan. Sebagai contoh, misal perusahaan menerbitkan obligasi,
setelah menerbitkan obligasi, perusahaan melakukan pinjaman lagi dengan jumlah yang sangat
besar, sehingga menaikkan tingkat utangnya. Semakin tinggi utang, akan semakin tinggi
kemungkinan kebangkrutannya, sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan akan meningkat.
3) Premi Likuiditas
Semakin likuid suatu aset, semakin rendah tingkat keuntungan yang disyaratkan. Misal,
setelah menerbitkan obligasi, tiba-tiba terjadi krisis moneter yang mengakibatkan kesulitan
likuiditas. Dalam situasi ini tingkat keuntungan yang disyaratkan akan meningkat.
4) Premi Inflasi
Secara umum, jika inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal juga akan meningkat,
termasuk tingkat bunga investasi bebas risiko. Tingkat bunga nominal bisa dituliskan sebagai
berikut :
Jika kita ingin menghitung YTM secara manual, misal menggunakan tabel, kita harus melakukan coba-coba
( trial and eror ). Kita akan memasang tingkat diskonto, sedemikian rupa sampai akhirnya ditemukan tingkat
diskonto yang menyamakan sisi kiri dengan sisi kanan. Dalam beberapa publikasi keuangan, seringkali ditemui
istilah yield obligasi, atau sering disingkat menjadi yield saja. Yield dihitung sebagai berikut :
2N
Bunga/2
Harga : ∑ ¿¿ + Nominal (2)
t =I ¿¿
Tingkat Bunga bisa berubah-ubah tergantung banyak faktor. Sebagai contoh, jika inflasi meningkat,
maka tingkat bunga juga cenderung akan meningkat. Jika seorang investor membeli obligasi dengan tingkat
bunga tetap ( misal 20 %) selama sepuluh tahun, maka ia akan menerima 20 % per tahun selama sepuluh tahun.
Hal sebaliknya akan terjadi dengan perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut ( perusahaan
tersebut mengalami keuntungan ). Dengan kata lain investor tersebut mengalami risiko penginvestasian kembali
( reinvestment risk).
Eksposur terhadap risiko tingkat bunga tersebut tergantung dari beberapa faktor. Salah satu faktor
adalah jangka waktu obligasi. Obligasi dengan jangka waktu lebih panjang, ceteris paribus, mempunyai
eksposur tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih
pendek. Sebagai contoh, misal ada dua obligasi yang sama-sama mempunyai kupon bunga sebesar 20%
dengan nilai nominal Rp1 juta. Obligasi pertama (A) mempunyai jangka waktu lima tahun, sedangkan
obligasi kedua (B) mempunyai jangka waktu 20 tahun. Misalkan tahun berikutnya tingkat bunga berubah
menjadi 25%, 23%, 20% (tetap), 18% dan 15 %. Tabel berikut ini menyajikan nilai kedua obligasi untuk
tingkat diskonto yang berubah.
Obligasi tanpa bunga adalah obligasi yang tidak membayarkan bunga sebelum jatuh tempo.
Obligasi tersebut dinamakan juga sebagai zero coupon bond atau zeroes. Obligasi tersebut berbeda
dengan obligasi biasa ( yang dengan bunga ). Karena obligasi biasa membayarkan bunga setiap periode
tertentu.
Formula untuk menghitung harga obligasi tanpa kupon adalah sebagai berikut :
n = periode
2. PENILAIAN SAHAM
Saham merupakan bukti kepemilikan. Seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia
memiliki perusahaan tersebut. Penilaian saham juga disarkan atas present value aliran kas yang akan diterima oleh
pemegang saham dimasa mendatang. Karena pemegang saham akan menerima dividend an capital gain ( loss ),
maka aliran kas yang relevan untuk pemegang saham adalah dividen dan capital gain. Capital gain adalah selisih
antara harga jual dengan harga beli.
Misalkan ada saham yang diperkirakan mempunyai harga sebesar Rp1.400,00 satu tahun mendatang.
Saham tersebut diperkirakan akan membayarkan dividen sebesar Rp200 satu tahun mendatang. Semua aliran kas
diasumsikan dibayarkan pada akhir periode untuk memudahkan perhitungan. Misalkan tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk saham tersebut adalah 20%, berapa harga yang pantas untuk saham tersebut? Harga yang
pantas tersebut bisa dihitung dengan formula sebagai berikut ini.
D1 P1
Po = PV = + (4)
¿¿ ¿¿
= Rp 1.334
Sebagian pemegang saham melihat investasi saham sebagai investasi jangka panjang. Dalam situasi ini
aliran kas yang relevan untuk pemegang saham adalah dividen, karena diasumsikan saham akan dipegang
selamanya. Karena akan dipegang selamanya ( jangka panjang), investor akan memperoleh dividen, bukannya
capital gain.
Model ini mengasumsikan dividen tidak tumbuh, dan saham dipegang selamanya. Harga saham
menurut model tersebut bisa dituliskan sebagai berikut ini :
D D D
Po = PV = + …… + +
¿¿ (1+ks ) (1+ks )
Po = D/ks (5)
Harga saham dalam contoh diatas tampak sangat murah. Biasanya perusahaan membayarkan
dividen yang tumbuh. Semakin berkembang suatu perusahaan, semakin meningkat dividen yang
dibayarkan. Dengan demikian dividen bisa diharapkan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan
tertentu.
Harga saham dengan karakteristik tersebut bisa dituliskan sebagai berikut ini :
Po = PV = D 0 ¿ ¿ + ……… + D 0 ¿ ¿ + D 0 ¿ ¿
Po = D1 / ( ks – g ) (6)
Dalam model ini, saham diasumsikan tumbuh cepat pada tahun-tahun awal, kemudian tumbuh
melambat dengan konstan selamanya. Skenario semacam itu bisa dipakai untuk perusahaan yang
mempunyai produk baru yang tumbuh pesat pada tahun-tahun awal , kemudian kompetisi dan kejenuhan
pasar membuat produk masuk dalam tahap kedewasaan.
Formula untuk menghitung saham pada kondisi ini bisa dituliskan sebagai berikut :
t −¿ Dt ¿¿ ¿
PV : ∑ D 0 ( 1 + g I ¿ / ( 1 + ks ¿ +
i i
∑ ¿ / ( 1+ ks ¿i ( 7 )
i=I j=t +1
Tingkat pertumbuhan tersebut bisa dipakai sebagai proksi untuk tingkat pertumbuhan dimasa
mendatang. Tentu saja dengan asumsi : pola yang terjadi adalah stabil, sehingga data masa lalu bisa
dipakai untuk memprediksi masa mendatang.
Alternatif metode penilaian saham adalah penggunaan kelipatan ( multiple ) seperti Price Earning Ratio (
PER ), Price to Book Value ( PBV ). PER bisa dituliskan sebagai berikut ini :
Misalkan suatu perusahaan mempunyai Earning ( laba ) per lembar saham Rp100,00. Kemudian analisis
keuangan memperkirakan PER yang pantas untuk saham tersebut adalah 20 kali. Harga saham yang pantas
untuk perusahaan tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini .
= 20 × Rp100,00
= Rp2.000,00
Bagaimana menentukan PER yang pantas ? PER yang ‘pantas’ bisa dilihat melalui beberapa cara antara
lain melalui PER rata-rata industri atau melalui PER satu atau beberapa perusahaan yang mempunyai
karakteristik yang sama.
Metode PBV mempunyai penggunaan yang sama dengan metode PER. PBV bisa dituliskan sebagai
berikut ini.
Harga saham menurut model PV aliran kas bisa dituliskan sebagai berikut ini :
Dividen(t +1)
P=
ks−g
3. SAHAM PREFEREN
Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara karakteristik saham dengan obligasi. Saham
preferen membayarkan dividen ( mirip seperti saham ), tetapi dividen tersebut dibayar tetap berdasarkan
persentase tertentu dari nilai nominal saham preferen.
PV = ( D / kp ) (9)
Karena kita menggunakan aliran kas yang akan diterima oleh semua investor, maka kita akan mendiskontokan
( mem-present-value-kan) aliran timbang.
Langkah pertama dan keempat merupakan langkah yang paling sulit (menurut hemat penulis). Pertama, implikasialiran
kas dari suatu investasi tentu saja sulit diidentifikasi dan
dikuantifikasikan. Sebagai contoh, jika kita ingin mendirikan pabrik komputer, maka kita harus mengestimasi penjualan
dan biaya yang berkaitan dengan komputer. Tentu saja hal tersebut sulit dilakukan, apalagi kalau kita ingin memperoleh
ketepatan angka yang tinggi. Hanya seorang analis yang mempunyai spesialisasi yang khusus yang bisa menghitung
aliran kas dengan ketepatan yang baik. Dalam menaksir aliran kas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan:
1. Aliran kas versus keuntungan akuntansi.
2. Incremental cash flow: sunk cost, biaya kesempatan (opportunity dan kanibalisasi pasar.
3. Fokus pada aliran kas karena keputusan investasi, bukan karena kepu tusan pendancar..
1.1.1. Aliran Kas versus Keuntungan Akuntansi Fokus dari manajemen keuangan dan analisis investasi adalah kas,
bukannya keuntungan akuntansi. Keuntungan akuntansi tidak selalu berarti aliran kas. Sebagai contoh, penjualan
sebagian barangkali merupakan kredit, sehingga belum ada kas yang masuk. Item biaya tertentu, seperti depresiasi, juga
tidak melibatkan kas. Dalam perhitungan depresiasi, tidak ada aliran kas yang berpindah tangan. Contoh perhitungan ini
menunjukkan perbedaan antara aliran kas dengan keuntungan akuntansi.
Misal perusahaan mempunyai usulan investasi. Perkiraan laporan laba rugi tahunan adalah sebagai berikut ini.
Tabel 1. Perbandingan Basis cash Flow dan Laporan Laba-Rugi Akuntansi
Laporan Labba-Rugi Kas Masuk/Keluar
Penjualan Rp 150.000,00 Rp 150.000,00
Biaya Tunai Rp 70.000,00 (Rp 70.000,00)
Depresiasi Rp 50.000,00 Rp 120.000,00 -
Laba sebelum pajak Rp 30.000,00
Pajak (40%) Rp 12.000,00 (Rp 12.000,00)
Laba setelah pajak Rp 18.000,00 Rp 68.000,00
Penjualan diasumsikan berupa kas. Berapa aliran kas tahunan yang dihasilkan investasi tersebut? Kolom sebelah
kanan menunjukkan item-item kas di laporan laba-rugi. Dengan hanya memasukkan item-item kas, aliran kas
masuk adalah Rp68.000.00 per tahun. Kaitan antara laba setelah pajak, depresiasi, dan aliran kas bisa dituliskan
sebagai berikut ini.
Aliran kas = Laba setelah pajak + depresiasi
= 18.000 + 50.000
= 68.000
Cara yang langsung bisa dilakukan dengan mengidentifikasi item-item mana yang termasuk kas masuk dan mana
yang termasuk kas keluar. Sebagai contoh, jika penjualan dilakukan dengan kredit, maka sebagian penjualan akan
menjadi kas pada bulan ini (atau tahun ini), sebagian lagi akan menjadi kas pada bulan (tahun) depan. Jika kita
mempunyai informasi yang cukup, kita bisa memilah-milah' mana yang kas dan mana yang bukan, atau kapan
menjadi kas. Jika tidak ada informasi yang cukup, pendekatan di atas yang sering bisa dilakukan.
2. Aliran kas operasional (operational cash flow) 3. Aliran kas terminal (terminal cash flow).
Perhatikan bahwa aliran kas terminal terdiri dari kas masuk bersih hasil penjualan aktiva tetap (net pajak) dan
modal kerja yang kembali dengan tingkat pengembalian 100%
Nilai buku Rp 20 juta 1.3. Tlustrasi Perhitungan Aliran Kas suatu Usulan
Investasi
Laba/rug Rp 10 juta Untuk memperjelas perhitungan aliran kas suatu
Pajak (40%) Rp 8 juta usulan investasi, bagian berikut ini memberikan
ilustrasi perhitungan tersebut. Suatu produk akan
diluncurkan dengan jangka waktu lima tahun. Berikut ini informasi yang relevan. Biaya investasi sebesar
Rp100.000,00. Depresiasi dilakukan dengan garis lurus selama lima tahun, per tahunnya adalah Rp16.000,00.
Pada akhir proyek, aset tersebut diperkirakan bisa dijual dengan harga Rp30.000,00. Jika dilaksanakan, proyek
tersebut akan memakai fasilitas gudang yang sedianya bisa dijual dengan harga Rp150.000,00. Nilai buku saat ini
Rp140.000,00. Pada akhir proyek, gudang tersebut bisa dijual dengan harga Rp150.000,00. Nilai buku saat itu
diperkirakan Rp130.000,00. Inves tasi untuk modal kerja adalah Rp10.000,00, Rp15.000,00, dan Rp15.000,00
pada tahun ke-0, 1, dan 2. Sebelum proyek tersebut diluncurkan, perusahaan melakukan tes pasar dan
menghabiskan biaya Rp20.000,00. Produk baru tersebut akan memakan pangsa pasar produk lama. Kerugian
yang dialami karena kanibalisasi tersebut diperkirakan Rp5.000,00 per tahun, selama lima tahun. Penjualan
diperkirakan Rp300.000,00 per tahun. Biaya operasional diperkirakan Rp50.000,00 per tahun. Penjualan dan
biaya operasional di asumsikan berupa kas. Pajak adalah 40%. Untuk proyek tersebut, perusahaan meminjam
sebesar Rp50.000,00 dengan tingkat bunga 20% per tahun. Biaya modal rata-rata tertimbang (discount rate)
adalah 20%.
Penjelasan :
1.Investasi sebesar Rp100.000,00, yang berarti ada kas keluar sebesar Rp100.000,00 pada tahun awal (0). Depresiasi per
tahun selama lima tahun adalah Rp16.000,00. Dengan demikian nilai buku aset pada akhir tahun kelima (nilal residu)
adalah Rp100.000,00 Rp80.000,00 Rp20.000,00. Diperkirakan aset bekas tersebut bisa dijual dengan harga Rp30.000,00,
dengan demikian ada keuntungan sebesar Rp10.000,00. Setelah dikurangi pajak (40%), maka aliran kas masuk bersih
yang diperoleh dari penjualan aset tersebut adalah Rp26.000,00 (Rp30.000,00 -Rp4.000,00)
2.Investasi modal kerja dilakukan sebesar Rp10.000,00, Rp15.000,00, dan Rp15.000,00 untuk tahun 0, 1, dan 2. Biasanya
kita mengasumsikan modal kerja akan kembali (tidak habis). Dalam contoh di atas, modal kerja akan kembali lagi
seluruhnya pada akhir proyek, yaitu tahun kelima, sebesar Rp40.000,00 (nilai total investasi modal kerja). Karena itu
pada tahun kelima, ada aliran kas masuk dari likuidasi modal kerja tersebut.
3.Biaya kesempatan (opportunity cost) dalam contoh di atas adalah pema kaian gudang. Jika investasi tersebut tidak
dilakukan, maka gudang bisa dijual sebesar Rp150.000,00. Karena ada investasi, gudang tersebut tidak dijual. Karena itu
perusahaan kehilangan kesempatan memperoleh aliran kas masuk sebesar Rp150.000,00 pada tahun ke-0. Tetapi gudang
tersebut bisa dijual pada akhir proyek dengan nilai Rp150,000,00, yang berarti ada aliran kas masuk sebesar
Rp150.000,00 pada akhir tahun lima. Efek biaya kesempatan dalam contoh tersebut adalah menggesor (menunda) aliran
kas masuk. Karena nilai buku gudang tersebut adalah Rp140.000,00 pada awal tahun, perusahaan memperoleh laba
sebesar Rp10.000,00 jika menjual pada awal tahun. Pajak yang harus diba yarkan adalah 0,4 Rp10.000,00 Rp4.000,00.
Penerimaan bersih pada awal tahun dengan demikian adalah Rp150.000,00-Rp4.000,00 Rp146.000,00 (jika perusahaan
menjual gudang). Pada tahun kelima, laba yang diperoleh adalah Rp20.000,00 (Rp150.000,00 Rp130.000,00). Pajak yang
dibayarkan adalah 0,4 x Rp20.000,00 Rp8.000,00. Peneri maan bersih dengan demikian adalah Rp142.000,00
(Rp150.000,00 - Rp8.000,00).
4.Kanibalisme produk diperhitungkan dalam analisis aliran kas. Jika produk baru diluncurkan, sebagian pelanggan produk
lama akan berpindah ke produk baru tersebut. Dengan demikian akibat dari kanibalisme tersebut (sebesar Rp5.000,00)
dikurangkan dari aliran kas masuk operasional (sebagai aliran kas keluar dalam contoh di atas). 5. Aliran kas operasional
diturunkan dari tabel 3 di atas. 6. Biaya riset tidak dimasukkan ke dalam perhitungan analisis aliran kas,karena
merupakan sunk cost (tidak relevan).
7. Biaya bunga tidak dimasukkan, karena kita memfokuskan pada keputusan investasi.
Setelah aliran kas diidentifikasi, langkah berikutnya adalah mengeva Juasi aliran kas tersebut, dengan beberapa kriteria
penilaian investasi, untuk menentukan apakah investasi tersebut layak dilaksanakan atau tidak.
Ada beberapa kriteria yang bisa dipakai untuk mengevaluasi rencana investasi.
1.Payback Period
2.Discounted Payback Period
Jika investasi kembali dalam 1,88 tahun, apakah proyek layak dilaku kan? Misal standar yang ditetapkan oleh perusahaan
adalah 2 tahun, angka 1,88 adalah lebih kecil dibandingkan dengan angka 2, sehingga usulan investasi layak dilakukan.
Yang menjadi masalah kenapa ditentukan 2 tahun? Dalam hal ini tidak ada justifikasi teoritis yang kuat kenapa angka 2
dipilih. Situasi semacam itu berbeda dengan pendekatan NPV dan IRR yang akan kita bicarakan berikutnya.
Kelemahan lain dari metode payback period adalah: (1) Tidak memperhitungkan nilai waktu uang, dan (2) Tidak
memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback. Seperti yang dibicarakan dalam bab mengenai nilai waktu uang,
nilai waktu uang harus kita perhatikan. Aliran kas sesudah payback period tidak diperhatikan. Hal tersebut berarti aliran
kas tahun ketiga sampai kelima tidak dimasukkan ke dalam perhitungan, padahal jumlah aliran kas tersebut cukup
signifikan.