Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN

MANAJEMEN KEUANGAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu: Agus Kubertein, SE, M.Si

Disusun Oleh:
Ardita Yuriawati
213020303121

UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2022
BAB 5
PENILAIAN SURAT BERHARGA

Harga ( nilai ) surat berharga pada dasarnya adalah present value dari aliran kas masa mendatang yang akan
diberikan kepada pemegang surat berharga tersebut. Beberapa jenis surat berharga mempunyai skedul
pemberian aliran kas dimasa mendatang yang cukup jelas, sedangkan beberapa jenis yang lain mempunyai
skedul pemberian aliran kas yang tidak cukup jelas. Meskipun demikian basis penilaian yang dipakai tetap sama
yaitu present value aliran kas dimasa mendatang.

1. PENILAIAN OBLIGASI
Obligasi adalah Surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau Negara. Jangka waktu jatuh tempo
obligasi bermacam-macam, ada yang relatif pendek seperti satu tahun, dan ada yang jangka panjang , yaitu 30
tahun. Obligasi tersebut dinamakan consol. Beberapa istilah kunci yang berkaitan dengan obligasi adalah
sebagai berikut ini.
1) Nilai Nominal ( Par Value )
Nilai Nominal adalah harga yang tercantum pada surat obligasi. Nilai tersebut
mencerminkan harga yang akan dibayarkan oleh penerbit obligasi pada saat jatuh tempo.

2) Kupon Tingkat Bunga


Kupon Tingkat Bunga adalah tingkat bunga ( dalam persentase berdasarkan nilai
nominal ) yang akan dibayarkan oleh pihak penerbit obligasi.

3) Jatuh Tempo
Jangka waktu ( usia ) atau jatuh tempo suatu obligasi biasanya ditetapkan dalam satuan
tahun. Pada saat jatuh tempo, penerbit obligasi mempunyai kewajiban untuk melunasi pemegang
obligasi sebesar nilai nominalnya .

1.1. Penilaian Obligasi Berdasarkan Aliran Kas


Nilai suatu obligasi bisa dihitung sebagai present value dari aliran kas yang akan yang akan diterima dimasa
mendatang oleh pemegang obligasi. Misalkan suatu obligasi mempunyai nilai nominal sebesar Rp1 juta, dengan
kupon bunga sebesar 20 %, dibayarkan setiap tahun, jangka waktu 10 tahun.

n
Bunga Nominal
harga : ∑ + (1)
t= I ( 1+ kd ) t ( 1+kd ) n
Dalam contoh tersebut nilai pasar ( harga ) obligasi sama dengan nilai nominalnya. Biasanya perusahaan
pada saat menerbitkan obligasi akan menetapkan nilai nominalnya sedemikian rupa sehingga harga pasar akan
sama dengan nilai nominalnya.
Harga pasar obligasi tidak akan konstan sepanjang usia obligasi tersebut. Tingkat keuntungan yang
disyaratkan (kd) bisa berubah. Tingkat keuntungan yang disyaratkan tersebut merupakan fungsi dari tingkat
keuntungan bebas risiko dan premi risiko, seperti berikut ini :

Tingkat keuntungan = Tingkat keuntungan + PREMI RISIKO


yang disyaratkan aset bebas risiko

Tingkat keuntungan aset bebas risiko dan premi risiko tergantung dari beberapa factor sebagai berikut :
1) Premi Maturity
Jangka waktu ( jatuh tempo ) yang berbeda menyebabkan perbedaan tingkat keuntungan
yang disyaratkan. Semakin tinggi jatuh tempo, akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang
disyaratkan.
2) Premi Kebangkrutan
Perusahaan yang mempunyai risiko kebangkrutan yang lebih tinggi akan meningkatkan
tingkat keuntungan yang disyaratkan. Sebagai contoh, misal perusahaan menerbitkan obligasi,
setelah menerbitkan obligasi, perusahaan melakukan pinjaman lagi dengan jumlah yang sangat
besar, sehingga menaikkan tingkat utangnya. Semakin tinggi utang, akan semakin tinggi
kemungkinan kebangkrutannya, sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan akan meningkat.
3) Premi Likuiditas
Semakin likuid suatu aset, semakin rendah tingkat keuntungan yang disyaratkan. Misal,
setelah menerbitkan obligasi, tiba-tiba terjadi krisis moneter yang mengakibatkan kesulitan
likuiditas. Dalam situasi ini tingkat keuntungan yang disyaratkan akan meningkat.
4) Premi Inflasi
Secara umum, jika inflasi meningkat maka tingkat bunga nominal juga akan meningkat,
termasuk tingkat bunga investasi bebas risiko. Tingkat bunga nominal bisa dituliskan sebagai
berikut :

Tingkat bunga nominal : Tingkat bunga riil + Inflasi


1.2. Yield To Maturity (YTM), Yield To Call (YTC), dan Yield
YTM adalah tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang obligasi, jika obligasi tersebut dipegang sampai
jatuh tempo ( mature ).

Jika kita ingin menghitung YTM secara manual, misal menggunakan tabel, kita harus melakukan coba-coba
( trial and eror ). Kita akan memasang tingkat diskonto, sedemikian rupa sampai akhirnya ditemukan tingkat
diskonto yang menyamakan sisi kiri dengan sisi kanan. Dalam beberapa publikasi keuangan, seringkali ditemui
istilah yield obligasi, atau sering disingkat menjadi yield saja. Yield dihitung sebagai berikut :

Yield : Bunga / Harga Pasar


Yield bukan merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor obligasi. Tetapi yield sering
dipakai sebagai indikator tingkat keuntungan, misal untuk menghitung tingkat keuntungan yang disyaratkan,
atau dikaitkan dengan rating obligasi.

1.3. Obligasi dengan Tingkat Bunga Setiap Semester


Beberapa atau kebanyakan obligasi membayar bunga tidak setiap tahun, tetapi beberapa kali setiap
tahun. Biasanya obligasi membayar bunga setiap semester ( setengah tahun ). Perhitungan harga obligasi dengan
bunga setiap semester pada dasarnya sama, tetapi ada beberapa penyesuaian :
1) Kupon bunga dibagi dua ( karena bunga dibayar setiap semester )
2) Jangka waktu obligasi dikalikan dua
3) Tingkat diskonto juga dibagi dua
Berikut ini formula yang dipakai untuk menghitung obligasi dengan karakteristik seperti yang disebutkan
diatas :

2N
Bunga/2
Harga : ∑ ¿¿ + Nominal (2)
t =I ¿¿

1.4. Risiko Tingkat Bunga

Tingkat Bunga bisa berubah-ubah tergantung banyak faktor. Sebagai contoh, jika inflasi meningkat,
maka tingkat bunga juga cenderung akan meningkat. Jika seorang investor membeli obligasi dengan tingkat
bunga tetap ( misal 20 %) selama sepuluh tahun, maka ia akan menerima 20 % per tahun selama sepuluh tahun.
Hal sebaliknya akan terjadi dengan perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut ( perusahaan
tersebut mengalami keuntungan ). Dengan kata lain investor tersebut mengalami risiko penginvestasian kembali
( reinvestment risk).

1.4.1. Jangka Waktu Obligasi

Eksposur terhadap risiko tingkat bunga tersebut tergantung dari beberapa faktor. Salah satu faktor
adalah jangka waktu obligasi. Obligasi dengan jangka waktu lebih panjang, ceteris paribus, mempunyai
eksposur tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih
pendek. Sebagai contoh, misal ada dua obligasi yang sama-sama mempunyai kupon bunga sebesar 20%
dengan nilai nominal Rp1 juta. Obligasi pertama (A) mempunyai jangka waktu lima tahun, sedangkan
obligasi kedua (B) mempunyai jangka waktu 20 tahun. Misalkan tahun berikutnya tingkat bunga berubah
menjadi 25%, 23%, 20% (tetap), 18% dan 15 %. Tabel berikut ini menyajikan nilai kedua obligasi untuk
tingkat diskonto yang berubah.

Tingkat Diskonto Obligasi A Obligasi B

25% 881.920 802.306

23% 926.552 871.642

20% 1.000.000 1.000.000

18% 1.053.801 1.107.055

15% 1.142.749 1.312.967

1.4.2. Obligasi Tanpa Bunga dan Obligasi dengan Kupon Bunga

Obligasi tanpa bunga adalah obligasi yang tidak membayarkan bunga sebelum jatuh tempo.
Obligasi tersebut dinamakan juga sebagai zero coupon bond atau zeroes. Obligasi tersebut berbeda
dengan obligasi biasa ( yang dengan bunga ). Karena obligasi biasa membayarkan bunga setiap periode
tertentu.

Formula untuk menghitung harga obligasi tanpa kupon adalah sebagai berikut :

Harga : Nilai Nominal / ( 1 + r )n (3)


Di mana r = tingkat bunga

n = periode

2. PENILAIAN SAHAM

Saham merupakan bukti kepemilikan. Seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia
memiliki perusahaan tersebut. Penilaian saham juga disarkan atas present value aliran kas yang akan diterima oleh
pemegang saham dimasa mendatang. Karena pemegang saham akan menerima dividend an capital gain ( loss ),
maka aliran kas yang relevan untuk pemegang saham adalah dividen dan capital gain. Capital gain adalah selisih
antara harga jual dengan harga beli.

2.1. Penilaian Saham yang Dipegang Satu Periode

Misalkan ada saham yang diperkirakan mempunyai harga sebesar Rp1.400,00 satu tahun mendatang.
Saham tersebut diperkirakan akan membayarkan dividen sebesar Rp200 satu tahun mendatang. Semua aliran kas
diasumsikan dibayarkan pada akhir periode untuk memudahkan perhitungan. Misalkan tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk saham tersebut adalah 20%, berapa harga yang pantas untuk saham tersebut? Harga yang
pantas tersebut bisa dihitung dengan formula sebagai berikut ini.

D1 P1
Po = PV = + (4)
¿¿ ¿¿

Di mana Po = PV = Harga saham yang pantas

D1 = Dividen yang akan dibayarkan satu tahun mendatang

P1 = Harga saham satu tahun mendatang

Ks = Tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham tsb

Untuk contoh diatas, harga saham yang pantas adalah

Po = [ Rp200 / (1+0,2)1] + [Rp1.400 / (1+0,2)1]

= Rp 1.334

2.2. Penilaian Saham yang Dipegang Selamanya

Sebagian pemegang saham melihat investasi saham sebagai investasi jangka panjang. Dalam situasi ini
aliran kas yang relevan untuk pemegang saham adalah dividen, karena diasumsikan saham akan dipegang
selamanya. Karena akan dipegang selamanya ( jangka panjang), investor akan memperoleh dividen, bukannya
capital gain.

Ada beberapa variasi dalam model tersebut adalah :

 Model dividen konstan


 Model dividen tumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang konstan
 Model dividen dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda

2.2.1. Modal Dividen Konstan

Model ini mengasumsikan dividen tidak tumbuh, dan saham dipegang selamanya. Harga saham
menurut model tersebut bisa dituliskan sebagai berikut ini :

D D D
Po = PV = + …… + +
¿¿ (1+ks ) (1+ks )

Di mana PV = Harga Saham

D = Dividen perperiode yang besarnya konstan

Ks = Tingkat keuntungan yg disyaratkan oleh pemegang saham

Perhitungan diatas bisa disederhanakan menjadi sebagai berikut ini:

Po = D/ks (5)

2.2.2. Model Dividen Tumbuh dengan Tingkat pertumbuhan yang Konstan

Harga saham dalam contoh diatas tampak sangat murah. Biasanya perusahaan membayarkan
dividen yang tumbuh. Semakin berkembang suatu perusahaan, semakin meningkat dividen yang
dibayarkan. Dengan demikian dividen bisa diharapkan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan
tertentu.

Harga saham dengan karakteristik tersebut bisa dituliskan sebagai berikut ini :

Po = PV = D 0 ¿ ¿ + ……… + D 0 ¿ ¿ + D 0 ¿ ¿

Di mana PV = Harga Saham

D0 = Dividen pada tahun ke 0 ( awal tahun )

g = Tingkat pertumbuhan dividen

ks = Tingkat keuntungan yg disyaratkan oleh pemegang saham

Formula diatas bisa disederhanakan menjadi sebagai berikut ini :

Po = D1 / ( ks – g ) (6)

Dimana D1 = Dividen pada tahun kesatu


2.2.3. Model Dividen dengan Tingkat Pertumbuhan yang Berbeda ( Tidak Konstan )

Dalam model ini, saham diasumsikan tumbuh cepat pada tahun-tahun awal, kemudian tumbuh
melambat dengan konstan selamanya. Skenario semacam itu bisa dipakai untuk perusahaan yang
mempunyai produk baru yang tumbuh pesat pada tahun-tahun awal , kemudian kompetisi dan kejenuhan
pasar membuat produk masuk dalam tahap kedewasaan.

Formula untuk menghitung saham pada kondisi ini bisa dituliskan sebagai berikut :
t −¿ Dt ¿¿ ¿
PV : ∑ D 0 ( 1 + g I ¿ / ( 1 + ks ¿ +
i i
∑ ¿ / ( 1+ ks ¿i ( 7 )
i=I j=t +1

2.2.4. Sumber Pertumbuhan

Tingkat pertumbuhan tersebut bisa dipakai sebagai proksi untuk tingkat pertumbuhan dimasa
mendatang. Tentu saja dengan asumsi : pola yang terjadi adalah stabil, sehingga data masa lalu bisa
dipakai untuk memprediksi masa mendatang.

Alternatif menghitung tingkat pertumbuhan adalah sebagai berikut :

g = ROI × Investment Rate (8)

2.3. Model Kelipatan ( Multiple )

Alternatif metode penilaian saham adalah penggunaan kelipatan ( multiple ) seperti Price Earning Ratio (
PER ), Price to Book Value ( PBV ). PER bisa dituliskan sebagai berikut ini :

Harga pasar saham per lembar


PER =
Earning per lembar saham

Misalkan suatu perusahaan mempunyai Earning ( laba ) per lembar saham Rp100,00. Kemudian analisis
keuangan memperkirakan PER yang pantas untuk saham tersebut adalah 20 kali. Harga saham yang pantas
untuk perusahaan tersebut bisa dihitung sebagai berikut ini .

Harga per lembar saham = PER × Earning per lembar saham

= 20 × Rp100,00

= Rp2.000,00

Bagaimana menentukan PER yang pantas ? PER yang ‘pantas’ bisa dilihat melalui beberapa cara antara
lain melalui PER rata-rata industri atau melalui PER satu atau beberapa perusahaan yang mempunyai
karakteristik yang sama.
Metode PBV mempunyai penggunaan yang sama dengan metode PER. PBV bisa dituliskan sebagai
berikut ini.

Harga pasar saham per lembar


RASIO PBV =
Nilai buku modal saham per lembar

Harga saham menurut model PV aliran kas bisa dituliskan sebagai berikut ini :

Dividen(t +1)
P=
ks−g

3. SAHAM PREFEREN

Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara karakteristik saham dengan obligasi. Saham
preferen membayarkan dividen ( mirip seperti saham ), tetapi dividen tersebut dibayar tetap berdasarkan
persentase tertentu dari nilai nominal saham preferen.

Dengan demikian formula untuk menghitung harga saham preferen adalah

PV = ( D / kp ) (9)

Di mana PV = Harga saham preferen

D = Dividen saham preferen

kp = Tingkat keuntungan yg disyaratkan untuk saham preferen

4. PENILAIAN SUATU PERUSAHAAN

Ada dua hal yang harus diperhatikan :

 Fokus kita adalah aliran kas, bukannya laba/rugi akuntansi


 Kita memfokuskan pada aliran kas total yang akan diterima oleh semua investor ( pemegang saham dan
pemegang utang )

Karena kita menggunakan aliran kas yang akan diterima oleh semua investor, maka kita akan mendiskontokan
( mem-present-value-kan) aliran timbang.

Nilai Continuing Value ( CV ) dihitung dengan menggunakan formula :

Free cash flo w(t +1)


Nilai CV :
WACC −g
BAB 6 ANALISIS PENGANGGURAN
MODAL
(ANALISIS USULAN INVESTASI)

1. MENAKSIR ALIRAN KAS


1.1 Beberapa Pertimbangan dalam Menaksir Aliran Kas
Dalam analisis keputusan investasi, ada beberapa langkah yang akan dilakukan :
(1) Menaksir aliran kas dari investasi tersebut.
(2) Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang.
(3) Mengevaluasi investasi tersebut dengan kriteria investasi seperti pay periode belakang, NPV, dan IRR.
(4) Mengambil keputusan, apakah investasi diterima atau tidak.

Langkah pertama dan keempat merupakan langkah yang paling sulit (menurut hemat penulis). Pertama, implikasialiran
kas dari suatu investasi tentu saja sulit diidentifikasi dan
dikuantifikasikan. Sebagai contoh, jika kita ingin mendirikan pabrik komputer, maka kita harus mengestimasi penjualan
dan biaya yang berkaitan dengan komputer. Tentu saja hal tersebut sulit dilakukan, apalagi kalau kita ingin memperoleh
ketepatan angka yang tinggi. Hanya seorang analis yang mempunyai spesialisasi yang khusus yang bisa menghitung
aliran kas dengan ketepatan yang baik. Dalam menaksir aliran kas, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan:
1. Aliran kas versus keuntungan akuntansi.
2. Incremental cash flow: sunk cost, biaya kesempatan (opportunity dan kanibalisasi pasar.
3. Fokus pada aliran kas karena keputusan investasi, bukan karena kepu tusan pendancar..

1.1.1. Aliran Kas versus Keuntungan Akuntansi Fokus dari manajemen keuangan dan analisis investasi adalah kas,
bukannya keuntungan akuntansi. Keuntungan akuntansi tidak selalu berarti aliran kas. Sebagai contoh, penjualan
sebagian barangkali merupakan kredit, sehingga belum ada kas yang masuk. Item biaya tertentu, seperti depresiasi, juga
tidak melibatkan kas. Dalam perhitungan depresiasi, tidak ada aliran kas yang berpindah tangan. Contoh perhitungan ini
menunjukkan perbedaan antara aliran kas dengan keuntungan akuntansi.

Misal perusahaan mempunyai usulan investasi. Perkiraan laporan laba rugi tahunan adalah sebagai berikut ini.
Tabel 1. Perbandingan Basis cash Flow dan Laporan Laba-Rugi Akuntansi
Laporan Labba-Rugi Kas Masuk/Keluar
Penjualan Rp 150.000,00 Rp 150.000,00
Biaya Tunai Rp 70.000,00 (Rp 70.000,00)
Depresiasi Rp 50.000,00 Rp 120.000,00 -
Laba sebelum pajak Rp 30.000,00
Pajak (40%) Rp 12.000,00 (Rp 12.000,00)
Laba setelah pajak Rp 18.000,00 Rp 68.000,00
Penjualan diasumsikan berupa kas. Berapa aliran kas tahunan yang dihasilkan investasi tersebut? Kolom sebelah
kanan menunjukkan item-item kas di laporan laba-rugi. Dengan hanya memasukkan item-item kas, aliran kas
masuk adalah Rp68.000.00 per tahun. Kaitan antara laba setelah pajak, depresiasi, dan aliran kas bisa dituliskan
sebagai berikut ini.
Aliran kas = Laba setelah pajak + depresiasi
= 18.000 + 50.000
= 68.000
Cara yang langsung bisa dilakukan dengan mengidentifikasi item-item mana yang termasuk kas masuk dan mana
yang termasuk kas keluar. Sebagai contoh, jika penjualan dilakukan dengan kredit, maka sebagian penjualan akan
menjadi kas pada bulan ini (atau tahun ini), sebagian lagi akan menjadi kas pada bulan (tahun) depan. Jika kita
mempunyai informasi yang cukup, kita bisa memilah-milah' mana yang kas dan mana yang bukan, atau kapan
menjadi kas. Jika tidak ada informasi yang cukup, pendekatan di atas yang sering bisa dilakukan.

1.1.2. Arus Kas Inkremental


Aliran kas yang akan kita perhitungkan adalah aliran kas yang muncul karena keputusan menjalankan investasi
yang sedang dipertimbangkan. Aliran kas yang tidak relevan tidak akan masuk dalam analisis. Aliran kas yang
relevan tersebut sering diberi nama sebagai incremental cash flow. Contoh aliran kas yang tidak relevan adalah
sunk cost. Sunk cost adalah biaya yang sudah tertanam, dan sudah hilang. Keputusan menerima atau menolak
usulan investasi tidak akan dipengaruhi oleh sunk cost. Contoh sunk cost adalah biaya fesibility study (studi
kelayakan), biaya riset pemasaran. Biaya tersebut sudah keluar pada waktu analisis investasi dilakukan. Hasil
riset atau studi kelayakan barangkali akan menjadi masukan (mempengaruhi) bagi analisis, tetapi uang yang
sudah dikeluarkan tidak akan mempengar thi keputusan apakah investasi dilakukan apa tidak.
Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah item lain yang perlu diper. hatikan. Sebagai contoh, jika suatu
usulan investasi dilakukan, investasi ter sebut akan menggunakan gudang. Gudang tersebut sebenarnya bisa
disewa kan. Karena digunakan oleh proyek baru tersebut, gudang tersebut tidak bisa disewakan. Untuk analisis
investasi, gudang tersebut mempunyai biaya kesempatan. Dengan demikian sewa yang hilang tersebut harus
dimasukkan sebagai elemen biaya.
Kanibalisasi produk juga merupakan item yang relevan. Jika produk baru diluncurkan, sebagian pembeli
potensial akan meninggalkan produk lama dan beralih ke produk baru. Efek bersih dari produk baru dengan demi
kian tidak setinggi semula, karena kanibalisasi (yang memangsa produk
lama) harus dikurangkan dari perhitungan semula. Dalam melakukan analisis investasi, kita harus
mempertimbangkan hal-hal yang disebutkan di atas.
1.1.3. Fokus pada Keputusan Investasi
Daiam analisis investasi, fokus kita adalah pada aliran kas yang diha silkan melalui keputusan investasi. Aliran
kas yang dihasilkan dari keputusan pendanaan harus dihilangkan/dikeluarkan dari analisis. Alasan lainnya adalah,
keputusan pendanaan masuk ke dalain perhitungan tingkat discount rate yang dipakai (WACC atau weighted
average cost of capital). Jika biaya bunga juga dimasukkan ke dalam perhitungan aliran kas (sebagai pengurang
aliran kas masuk), maka terjadi proses double counting, atau perhitungan ganda. Kas masuk dikurangi biaya
bunga, sementara kas masuk didiskon tokan dengan WACC yang memasukkan keputusan pendanaan. Dengan
kata lain, efek keputusan pendanaan hanya akan terlihat di tingkat diskonto (discount rate), bukan pada
perhitungan aliran kasnya.
1.2. Jenis-jenis Aliran Kas berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, aliran kas bisa digolongkan ke dalam tiga jenis:

1. Aliran kas awal (initial cash flow)

2. Aliran kas operasional (operational cash flow) 3. Aliran kas terminal (terminal cash flow).

1.2.1. Aliran Kas Awal (Initial Cash Flow)


Aliran kas awal terjadi pada awal kegiatan investasi. Biasanya diasum sikan terjadi pada tahun ke-0 (sebelum
investasi dilakukan). Aliran kas tersebut biasanya merupakan aliran kas keluar (cash outflow). Biasanya kas
keluar tersebut dipakai untuk investasi pada aktiva tetap (pabrik dan aktiva tetap lainnya) dan investasi pada
modal kerja. Tanpa modal kerja, kegiatan investasi tidak akan jalan. Investasi menyediakan pabriknya (aktiva
tetap), sementara modal kerja (piutang, persediaan) dibutuhkan agar pabrik bisa berjalan. Perhitungan kebutuhan
modal kerja bisa dijumpai pada bab mengenai modal kerja.

1.2.2. Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow)


Jika aktiva tetap (misal pabrik) sudah berdiri, investasi mulai meng hasilkan aliran kas masuk dari, misal,
penjualan. Aliran kas operasional biasanya merupakan aliran kas masuk, yang diperoleh setelah perusahaan
beroperasi. Biaya yang dikeluarkan, misal biaya promosi dan biaya opera sional lainnya, jumlahnya lebih kecil
dibandingkan dengan kas masuk. Inves tasi modal kerja bisa juga dilakukan pada tahun-tahun ini. Pada tahun-
tahun tertentu, ada kemungkinan perusahaan melakukan perbaikan signifikan pada aktiva tetapnya, misal
overhaul atau pergantian mesin. Dalam situasi se macam ini, ada kemungkinan kas keluar lebih besar
dibandingkan dengan kas masuk. Perusahaan akan memperoleh aliran kas negatif pada tahun tertentu, jika
perusahaan melakukan overhaul mesin seperti yang disebutkan tadi.

1.2.3. Aliran Kas Terminal (Terminal Cash Flow)


Aliran kas terminal terjadi pada akhir proyek investasi. Biasanya ada dua item yang terjadi pada akhir proyek:
(1) Penjualan nilai residu aktiva tetap, dan (2) modal kerja kembali. Pada akhir proyek, ada kemungkinan
aktiva tetap masih mempunyai nilai pasar. Sisa tersebut kemudian bisa dijual dan menghasilkan kas masuk pada
akhir proyek. Investasi modal kerja biasanya diasumsikan kembali lagi pada akhir proyek pada tingkat 100%.
Investasi modal kerja tidak didepresiasi setiap tahun. Dalam situasi yang lebih realistis, investasi modal kerja
mungkin tidak kembali 100% pada akhir proyek. Barangkali ada kerusakan atau penyusutan lainnya, sehingga
investasi modal kerja bisa kembali tidak penuh, sehingga bisa kembali, misal sekitar 90% dari nilai investasi
modal kerja.
Misal investasi aktiva tetap pada awal tahun adalah Rp100 juta. Depresiasi dilakukan dengan garis lurus selama
lima tahun. Pada akhir tahun sisa aktiva tetap bisa dijual dengan harga Rp30 juta. Investasi modal kerja adalah
Rp30 juta, dan terjadi pada awal tahun. Pajak = 40%. Berdasarkan informasi tersebut, aliran kas tenninal adalah:

1. Perhitungan dari penjualan nilai residu aktiva tetap

Penjualan sisa aset Rp 30 juta


Nilai perolehan Rp 100 juta
Depresuasi total
(Rp 16 juta x %) Rp 80 juta

Kas bersih yang dihasilkan dari penjualan sisa aktiva tetap


= Kas masuk – Pajak
= Rp 3o juta – Rp 8 juta = Rp 23 juta

2. Kembalinya modal kerja : rp 30 juta


3. Total aliran kas terminal = Rp 23 juta + Rp 30 juta = rp 53 juta

Perhatikan bahwa aliran kas terminal terdiri dari kas masuk bersih hasil penjualan aktiva tetap (net pajak) dan
modal kerja yang kembali dengan tingkat pengembalian 100%

Nilai buku Rp 20 juta 1.3. Tlustrasi Perhitungan Aliran Kas suatu Usulan
Investasi
Laba/rug Rp 10 juta Untuk memperjelas perhitungan aliran kas suatu
Pajak (40%) Rp 8 juta usulan investasi, bagian berikut ini memberikan
ilustrasi perhitungan tersebut. Suatu produk akan
diluncurkan dengan jangka waktu lima tahun. Berikut ini informasi yang relevan. Biaya investasi sebesar
Rp100.000,00. Depresiasi dilakukan dengan garis lurus selama lima tahun, per tahunnya adalah Rp16.000,00.
Pada akhir proyek, aset tersebut diperkirakan bisa dijual dengan harga Rp30.000,00. Jika dilaksanakan, proyek
tersebut akan memakai fasilitas gudang yang sedianya bisa dijual dengan harga Rp150.000,00. Nilai buku saat ini
Rp140.000,00. Pada akhir proyek, gudang tersebut bisa dijual dengan harga Rp150.000,00. Nilai buku saat itu
diperkirakan Rp130.000,00. Inves tasi untuk modal kerja adalah Rp10.000,00, Rp15.000,00, dan Rp15.000,00
pada tahun ke-0, 1, dan 2. Sebelum proyek tersebut diluncurkan, perusahaan melakukan tes pasar dan
menghabiskan biaya Rp20.000,00. Produk baru tersebut akan memakan pangsa pasar produk lama. Kerugian
yang dialami karena kanibalisasi tersebut diperkirakan Rp5.000,00 per tahun, selama lima tahun. Penjualan
diperkirakan Rp300.000,00 per tahun. Biaya operasional diperkirakan Rp50.000,00 per tahun. Penjualan dan
biaya operasional di asumsikan berupa kas. Pajak adalah 40%. Untuk proyek tersebut, perusahaan meminjam
sebesar Rp50.000,00 dengan tingkat bunga 20% per tahun. Biaya modal rata-rata tertimbang (discount rate)
adalah 20%.

Tabel 4. Perhitungan Aliran Kas Usaha Investasi

Item Aliran Kas Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


Aliran Kas Keluar
1.Investasi -100.000
2.Investasi modal kerja -10.000 -15.000 -15.000
3.Biayakesempatan gudang -146.000
-5.000

4.Kanibalisme produk -5.000 -5.000 -5000 -5.000


Total Kas Keluar -256.000 -20.000 -20.000 -5.000 -5.000 -5.000

Aliran Kas Masuk


1.Kas masuk operasional 156.400 156.400 156.400 156.400 156.400
2.Penjualan nilai residu 26.000
3.Penjualan gudang 142.000
4.Modal kerja 40.000
Total Kas Masuk 156.400 156.400 156.400 156.400 364.400

Aliran Kas Bersih -256.000 136.400 136.400 151.400 151.400 359.400

Penjelasan :

1.Investasi sebesar Rp100.000,00, yang berarti ada kas keluar sebesar Rp100.000,00 pada tahun awal (0). Depresiasi per
tahun selama lima tahun adalah Rp16.000,00. Dengan demikian nilai buku aset pada akhir tahun kelima (nilal residu)
adalah Rp100.000,00 Rp80.000,00 Rp20.000,00. Diperkirakan aset bekas tersebut bisa dijual dengan harga Rp30.000,00,
dengan demikian ada keuntungan sebesar Rp10.000,00. Setelah dikurangi pajak (40%), maka aliran kas masuk bersih
yang diperoleh dari penjualan aset tersebut adalah Rp26.000,00 (Rp30.000,00 -Rp4.000,00)

2.Investasi modal kerja dilakukan sebesar Rp10.000,00, Rp15.000,00, dan Rp15.000,00 untuk tahun 0, 1, dan 2. Biasanya
kita mengasumsikan modal kerja akan kembali (tidak habis). Dalam contoh di atas, modal kerja akan kembali lagi
seluruhnya pada akhir proyek, yaitu tahun kelima, sebesar Rp40.000,00 (nilai total investasi modal kerja). Karena itu
pada tahun kelima, ada aliran kas masuk dari likuidasi modal kerja tersebut.

3.Biaya kesempatan (opportunity cost) dalam contoh di atas adalah pema kaian gudang. Jika investasi tersebut tidak
dilakukan, maka gudang bisa dijual sebesar Rp150.000,00. Karena ada investasi, gudang tersebut tidak dijual. Karena itu
perusahaan kehilangan kesempatan memperoleh aliran kas masuk sebesar Rp150.000,00 pada tahun ke-0. Tetapi gudang
tersebut bisa dijual pada akhir proyek dengan nilai Rp150,000,00, yang berarti ada aliran kas masuk sebesar
Rp150.000,00 pada akhir tahun lima. Efek biaya kesempatan dalam contoh tersebut adalah menggesor (menunda) aliran
kas masuk. Karena nilai buku gudang tersebut adalah Rp140.000,00 pada awal tahun, perusahaan memperoleh laba
sebesar Rp10.000,00 jika menjual pada awal tahun. Pajak yang harus diba yarkan adalah 0,4 Rp10.000,00 Rp4.000,00.
Penerimaan bersih pada awal tahun dengan demikian adalah Rp150.000,00-Rp4.000,00 Rp146.000,00 (jika perusahaan
menjual gudang). Pada tahun kelima, laba yang diperoleh adalah Rp20.000,00 (Rp150.000,00 Rp130.000,00). Pajak yang
dibayarkan adalah 0,4 x Rp20.000,00 Rp8.000,00. Peneri maan bersih dengan demikian adalah Rp142.000,00
(Rp150.000,00 - Rp8.000,00).

4.Kanibalisme produk diperhitungkan dalam analisis aliran kas. Jika produk baru diluncurkan, sebagian pelanggan produk
lama akan berpindah ke produk baru tersebut. Dengan demikian akibat dari kanibalisme tersebut (sebesar Rp5.000,00)
dikurangkan dari aliran kas masuk operasional (sebagai aliran kas keluar dalam contoh di atas). 5. Aliran kas operasional
diturunkan dari tabel 3 di atas. 6. Biaya riset tidak dimasukkan ke dalam perhitungan analisis aliran kas,karena
merupakan sunk cost (tidak relevan).
7. Biaya bunga tidak dimasukkan, karena kita memfokuskan pada keputusan investasi.

Setelah aliran kas diidentifikasi, langkah berikutnya adalah mengeva Juasi aliran kas tersebut, dengan beberapa kriteria
penilaian investasi, untuk menentukan apakah investasi tersebut layak dilaksanakan atau tidak.

2. KRITERIA PENILAIAN INVESTASI

Ada beberapa kriteria yang bisa dipakai untuk mengevaluasi rencana investasi.
1.Payback Period
2.Discounted Payback Period

3. Accounting Rate of Return

4.Net Present Value


5. Internal Rate of Return
6.Profitability Index

2.1 Payback Period


Payback period ingin melihat seberapa lama investasi bisa kembali Semakin pendek jangka waktu kembalinya investasi,
semakin baik suat investasi. Untuk usulan investasi di atas, investasi yang dikeluarkan adalah 256. Seberapa lama
Rp256,00 tersebut bisa kembali melalui kas masuk yang dihasilkan? Payback period dihitung sebagai berikut ini.
Payback period = + 136,4 + (119,6/136,4)
Tahun (0,88 tahun)
Payback period adalah 1,88 tahun (1+0,88). Aliran kas masuk tahun pertama (sebesar 136,4) tidak cukup menutup
investasi, sehingga masuk ke tahun kedua. Sisa kas yang harus dilunasi adalah 119,6 (256136,4), sementara aliran kas
pada tahun kedua adalah 136,4. Sisa waktu pada tahun kedua dengan demikian 119,6/136,4, atau 0,88 tahun. Payback
period aliran kas tersebut adalah 1,88 tahun.

Jika investasi kembali dalam 1,88 tahun, apakah proyek layak dilaku kan? Misal standar yang ditetapkan oleh perusahaan
adalah 2 tahun, angka 1,88 adalah lebih kecil dibandingkan dengan angka 2, sehingga usulan investasi layak dilakukan.
Yang menjadi masalah kenapa ditentukan 2 tahun? Dalam hal ini tidak ada justifikasi teoritis yang kuat kenapa angka 2
dipilih. Situasi semacam itu berbeda dengan pendekatan NPV dan IRR yang akan kita bicarakan berikutnya.

Kelemahan lain dari metode payback period adalah: (1) Tidak memperhitungkan nilai waktu uang, dan (2) Tidak
memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback. Seperti yang dibicarakan dalam bab mengenai nilai waktu uang,
nilai waktu uang harus kita perhatikan. Aliran kas sesudah payback period tidak diperhatikan. Hal tersebut berarti aliran
kas tahun ketiga sampai kelima tidak dimasukkan ke dalam perhitungan, padahal jumlah aliran kas tersebut cukup
signifikan.

2.2 Discounted Payback Period


Metode ini berusaha menghilangkan kelemahan payback period yang tidak memperhitungkan nilai waktu uang. Dengan
metode ini, aliran kas di present-value-kan sebelum dihitung payback period-nya.
2.3 Accounting Rate of Return (AAR)
Metode ARR menggunakan keuntungan sesudah pajak, dibagi dengan rata-rata nilai buku investasi selama usia investasi.
Kembali ke contoh di atas, investasi awal adalah 100.000, dengan depresiasi per tahun adalah 16.000. Rata-rata investasi
adalah:
(100.000 + 84.000 + 68.000 + 52.000 + 36.000 + 20.000)/ 6 = 60.000
Pendapatan pertahun adalah 140.400.

2.4 Net Present Value


Net present value adalah present value aliran kas masuk dikurang dengan present value aliran kas keluar. Keputusan
investasi adalah sebaga berikut ini.

NPV > 0 usulan investasi diterima


NPV < 0 usulan investasi ditolak

2.5 Internal Rate of Return (IRR)


RR adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan present value aliran kas masuk dengan present value aliran
kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut ini.

IRR > tingkat keuntungan yang disyaratkan → usulan investasi diterima


IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan → usulan investasi ditolak
2.6 Kaitan antara NPV dan IRR
IRR adalah discount rate yang membuat NPV = 0.
Jika IRR di atas discount rate, maka NVP akan mempunyai angka positif, sebaliknya, jika IRR lebih kecil dari discount
rate,
Maka NPV akan berinisial negative. Dengan demikian secara umum, kesimpulan dari NPV akan konsisten
dengankesimpulan dari IRR

2.7 Probability Index


Probability index (PI) adalah Prsent value aliran kas masuk dibagi dengan Present value aliran kas keluar.
Karena PI>1, maka usulan investasi tersebut layak dilakukan.
PI mempunyai manfaat lain, yaitu dalam situasi keterbatasan modal (capital rationing). Dalam situasi tersebut, PI
digunakan untuk merangking usulan investasi.
Untuk memilih usulan investasi mana yang akan dilakukan, kitab isa merangking usulan investasi dengan metode PI. Ada
dua alternatif : (1) semua diinvestasika ke proyek B, dan (2) kombinasi antaraa proyek A dengan C. Alternatif nomor 2
(kombinasi A dengan C) memberikan NPV sebesar 30, sementara alternatif 1 (investasi pada proyek B) hanya
menghasilkan NPV 20.
2.8 Proyek yang Mutually Exclusive
Dua proyek dikatakan mutually exclusive, jika keduanya saling mengilangkan.
2.8.1 Metode NPV dengan PI
Jika proyek yang kita analisis bersifat independent, maka keputusan NPV dengan PI akan konsisten satu sama lain.
Masalah yang timbul untuk PI adalah untuk ulasan investasi yang Mutually exclusive.

2.9 MIRR (Modified Internal Rate Of Return)


Maskipun NPV lebih baik dibandingkan dengan IRR, tetapi IRR lebih banyak dan lebih mudah digunakan. Metode MIIR
dibuat untuk menghilangkan kelemahan IRR (dalam bentuk perentase).
MIRR menghasilkan angka dalam persentase, seperti IRR Pada kondisi dua proyek dengan ukuran yang sama, MIRR akan
konsisten dengan NPV. Tetapi untuk proyek dengan ukuran yang berbeda, MIRR bisa menghasilkan kesimpulan yang
tidak konsisten dengan NPV. Meskipun MIRR lebih baik dibandingkan dengan IRR, tetapi belum bisa menghilangkan
kelemahan IRR sepunuhnya. Pengguaan NPV akan lebih dalam situasi konflik yang mungkin terjadi.
3.0 Kriteria Investasi dalam Praktek
Pembicaraan di muka menyimpulkan bahwa NPV, IRR, dan PI merupakan metode terbaik. Pada kondisi normal, Ketiga
metode tersebut akan menghasilkan kesimpulan yang konsisten satu sama lain. Dalam beberapa situasi bisa terjadi
konflik, NPV yang seharusnya dipakai sebagai kriteria investasi. Alternatif lain adalah dengan menggunakan IRR atau PI
untuk aliran kas tambahan (Incermeantal Cash flow), atau MIRR (Modified Internal Rate Of Return).

Anda mungkin juga menyukai