Anda di halaman 1dari 20

PERTEMUAN 12: HUTANG OBLIGASI DAN ASPEK FISKAL

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik hutang obligasi, harga pasar obligasi, nilai
sekarang dari nominal obligasi, nilai sekarang dari bunga obligasi, akuntansi untuk penjualan
obligasi dan amortisasi, obligasi dijual sebesar nilai nominal obligasi dijual pada tingkat diskoto,
obligasi dijual sebesar nilai nominal obligasi dijual pada tingkat premiun, penebusan kembali
obligasi, dan hutang obligasi dari aspek fiskal.

B. URAIAN MATERI
1. KARAKTERISTIK HUTANG OBLIGASI
Untuk memperoleh sejumlah besar dana jangka panjang, perusahaan (perseroan) pada umumnya
memiliki 2(dua) sumber alternatif pembiayaan, yaitu dengan cara menerbitkan saham (equity
financing) atau menerbitkan obligasi (debt financing). Dari sisi debitur, pendanaan atau
pembiayaan dengan cara menerbitkan obligasi memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan
menerbitkan saham.
Beberapa keuntungan tersebut, di antaranya adalah : (1) kreditor(bondholders) tidaklah memiliki
hak suara seperti halnya pemegang saham biasa, sehingga pemilik perusahaan tetap memiliki
kendali penuh atas perusahaan; (2) beban bunga yang dibayarkan atas utang obligasi dapat
dikurangkan untuk tujuan pajak (dengan kata lain, beban bunga akan mengurangi laba bersih,
yang pada akhirnya memperkecil pajak laba perusahaan), sedangkan deviden yang dibagikan
kepada para pemegang saham tidak dapat dikurangkan untuk tujuan pajak (ingat bhw deviden
bukanlah merupakan komponen penentu besarnya laba rugi); dan (3) menghasilkan laba per
lembar saham biasa yang lebih besar, karena jika pendanaan dilakukan dengan cara menerbitkan
saham biasa maka jumlah lembar saham biasa yang beredar akan menjadi bertambah dan oleh
sebab itu laba per lembar saham biasa akan mejadi lebih kecil, meskipun beban bunga obligasi
mengurangi laba bersih (laba per lembar saham biasa dihitung dengan cara membagi laba bersih
(laba per lembar saham biasa dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan jumlah lembar
saham biasa yang beredar).
Obligasi termasuk dalam kategori wesel bayar berbunga, di mana memerlukan pembayaran
bunga secara berkala, dan nilai nominalnya akan dibayarkan kembali pada saat obligasi tersebut
jatuh tempo. Bunga obligasi dapat dibayarkan setahun sekali, setahun 2 kali, atau setahun 4 kali.
Akan tetapi, kebanyakan obligasi bunganya dibayarkan setahun 2 kali. Harga jual obligasi
dinyatakan sebesar persentase tertentu dari nilai nominalnya, yaitu yang dikenal sebagai kurs.
Jadi, obligasi yang memiliki nilai nominal Rp. 10.000.000,- jika ditawarkan dengan kurs 120
maka berarti obligasi tersebut akan dijual dengan harga Rp. 12.000.000,- (1,2 x Rp. 10.000.000,-
).
Ketika seluruh obligasi yg diterbitkan memiliki tanggal jatuh tempo yg sama, maka obligasi
tersebut dinamakan obligasi berjangka (term bonds). Sedangkan obligasi yang memiliki waktu
jatuh tempo secara bertahap dinamakan obligasi berseri (serial bonds). Obligasi yang dapat
dikonversi menjadi saham biasa dinamakan convertible bonds. Obligasi yang dapat ditebus
kembali sebelum jatuh temponya dinamakan callable bonds.
2. HARGA PASAR OBLIGASI
Ketika perusahaan(debitur) menerbitkan obligasi, harga yang dimana pembeli (kreditor) bersedia
untuk membayarnya tergantung pada : (1) nilai nominal obligasi; (2) bunga yang akan dibayar
atas utang obligasi; (3) tingkat suku bunga pasar; dan (4) lamanya umur obligasi.
Nilai nominal obligasi (face amount) mencerminkan jumlah yang terutang pada saat obligasi
jatuh tempo (future value bukan present value). Pembayaran bunga dihitung sebagai hasil kali
antara tingkat suku bunga nominal (coupon rate atau contract rate) dengan nilai nominal
obligasi. Jadi, tingkat suku bunga nominal ini digunakan untuk menentukan besarnya jumlah kas
(bunga) yang akan dibayarkan oleh debitur(penerbit obligasi) kepada kreditor (pemegang
obligasi) secara berkala. Besarnya tingkat suku bunga nominal dinyatakan dalam per tahun,
misalnya 12% per tahun. Sedangkan tingkat suku bunga pasar (market rate atau effective rate)
adalah tingkat suku bunga yang diminta oleh kreditor atas sejumlah dana yang dipinjamkannya
kepada debitur. Tingkat suku bunga pasar ini selalu berfluktuasi setiap saat, yang besarnya
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor (di antaranya adalah ekspektasi kreditor, kinerja
keuangan debitur, perkembangan kondisi ekonomi regional maupun global, dan sebagainya).
Tingkat suku bunga nominal dan tingkat suku bunga pasar seringkali berbeda. Alhasil, obligasi
dijual di bawah atau di atas nilai nominal.
Jika besarnya tingkat suku bunga nominal sama dengan tingkat suku bunga pasar, maka berarti
obligasi tersebut dijual dengan kurs 100, yaitu sebesar nilai nominalnya. Jika tingkat suku bunga
nominal lebih kecil dibanding tingkat suku bunga pasar, maka berarti obligasi tersebut dijual
dengan kurs kurang dari 100, yaitu di bawah nilai nominalnya atau dengan kata lain dijual pada
tingkat diskonto(discount). Sebaliknya, jika tingkat suku bunga nominal lebih besar dibanding
tingkat suku bunga pasar, maka berarti obligasi tersebut dijual dengan kurs di atas 100, yaitu di
atas nilai nominalnya atau dengan kata lain dijual pada tingkat premiun.

Bunga nominal = Bunga Pasar, maka Kurs = 100


Bunga Nominal < Bunga Pasar, maka kurs < 100, timbul diskonto
Bunga Nominal > Bunga Pasar, maka Kurs > 100, timbul premiun

Pembeli (kreditor) menentukan besarnya harga obligasi dengan cara menghitung nilai sekarang
dari nominal obligasi (PV pokok) dan nilai sekarang anuitas dari jumlah bunga yang akan
diterima pada setiap akhir interval periode bunga (PVA bunga). Tingkat suku bunga yang
dipakai dalam menghitung nilai sekarang (present value) menggambarkan harga obligasi yang
bersedia dibayar saat ini oleh kreditor kepada debitur (penerbit obligasi). Konsep present value
timbul berdasarkan kenyataan bahwa nilai uang sangat dipengaruhi oleh faktor waktu dan tingkat
bunga. Jadi, lamanya umur obligasi dan besarnya tingkat suku bunga pasar akan turut
menentukan harga obligasi.
Konsep present value mengakui bahwa jumlah kas yang diterima hari ini nilainya lebih besar
dibanding jika jumlah yang sama tersebut diterima di kemudian hari. Sebagai contoh, hari ini
dengan uang Rp. 6.800,- kita dapat membeli 1(satu) liter beras merek X, namun di masa yang
akan datang (beberapa waktu ke depan), dengan jumlah uang yang sama tersebut (Rp. 6.800,-)
mungkin kita hanya bisa membeli 0,8 liter beras merek yang sama (merek X). Perhatikanlah
bahwa meskipun jumlah uangnya sama, yaitu Rp. 6.800,- tetapi nilainya lebih besar hari ini
dibanding dengan hari esok. Contoh lainnya yang menggambarkan konsep present value adalah
bahwa nilai dari jumlah uang kas Rp. 100 juta hari ini akan sama atau setara dengan nilai dari
jumlah uang kas Rp. 110 juta di satu tahun mendatang (asumsi tingkat suku bunga pasar adalah
10% per tahun). Jadi, dalam contoh ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa jumlah uang kas
Rp. 100 juta hari ini nilainya lebih besar dibanding dengan jumlah uang kas Rp. 100 juta di satu
tahun mendatang. Pada hakikatnya, Rp. 100 juta hari ini merupakan present value dari Rp. 110
juta di satu tahun mendatang (future value).
Dengan menggunakan rumus, nilai sekarang dari Rp. 110 juta di satu tahun mendatang dapat
dihitung sebagai berikut : (asumsi tingkat suku bunga pasar adalah 10% per tahun)
PV = FV x 1/(1+i)n
= 110 juta x 1/(1+10%)1
= 110 juta x 1/1,1
= 110 juta x 0,90909
= 100 juta

Atau jika dibalik,

FV = PV x (1+i)n
= 100 juta x (1+10%)1
= 100 juta x 1,1
= 110 juta

Keterangan : notasi “n” dalam rumus di atas menggambarkan jumlah periode, yaitu 1 tahun.
3. Nilai Sekarang dari Nominal Obligasi
Nilai sekarang dari nominal obligasi merupakan nilai hari ini di atas jumlah yang akan diterima
kreditor pada saat obligasi jatuh tempo. Sebagai contoh, obligasi dengan nilai nominal Rp.
10.000.000,- akan jatuh tempo dalam jangka waktu 2 tahun. Dengan tingkat suku bunga pasar
10% per tahun (di mana bunga dibayarkan setahun sekali), nilai sekarang dari nominal obligasi
tersebut dapat dihitung dengan cara :
PV =FV x 1/(1+i)n
= 10 juta x 1/(1+10%)2
= 10 juta x 1/1,21
= 10 juta x 0,82645
= 8.264.500

Jika obligasi dengan nilai nominal Rp. 10.000.000,- tersebut di atas akan jatuh tempo dalam
jangka waktu 3 tahun, maka besarnya nilai sekarang dari nominal obligasi akan menjadi :

PV = FV x 1/(1+i)n
= 10 juta x 1/(1+10%)3
= 10 juta x 1/1,1,331
= 10 juta x 0,75131
= 7.513.100
Untuk mempermudah perhitungan di atas, nilai sekarang dari setiap rupiah nominal obligasi
dapat langsung ditentukan dengan cara menggunakan tabel present value factor. Berikut adalah
rincian mengenai besarnya present value factor untuk setiap Rp. 1,- nominal obligasi, yang
berdasarkan pada banyaknya jumlah interval periode bunga selama umur obligasi (n), dan
besarnya tingkat suku bunga pasar untuk setiap interval periode bunga (i).
Kolom periode menunjukkan banyaknya jumlah interval periode bunga selama umur obligasi,
sedangkan kolom persentase menunjukkan besarnya tingkat obligasi, sedangkan kolom
persentase menunjukkan besarnya tingkat suku bunga pasar untuk setiap interval periode bunga.
Jadi, nilai sekarang dari setiap rupiah nominal obligasi yang berjangka waktu 5 tahun dengan
tingkat suku bunga pasar 10% per tahun (dimana bunga dibayarkan setahun 2 kali) adalah Rp.
0,61391,-. Dalam hal ini, banyaknya jumlah interval periode bunga selama umur obligasi adalah
10 (yaitu 5x2), sedangkan besarnya tingkat suku bunga pasar untuk setiap interval periode bunga
adalah 5% (yaitu 10% : 2).
Demikian juga, nilai sekarang dari setiap rupiah nominal obligasi yang berjangka waktu 4 tahun
dengan tingkat suku bunga pasar 12% per tahun (di mana bunga dibayarkan setahun 2 kali)
adalah Rp. 0,62741,-. Dalam hal ini, banyaknya jumlah interval periode bunga selama umur
obligasi adalah 8 (yaitu 4 x 2), sedangkan besarnya tingkat suku bunga pasar untuk setiap
interval periode bunga adalah 6% (yaitu 12% : 2).
4. Nilai Sekarang dari Bunga Obligasi
Nilai sekarang dari bunga obligasi merupakan nilai hari ini atas jumlah yang akan diterima
kreditor pada setiap akhir interval periode bunga. Serangkaian penerimaan kas (bunga) dalam
jumlah yang sama pada beberapa interval periode dinamakan sebagai anuitas. Nilai sekarang
anuitas (PV annuity) merupakan jumlah nilai sekarang dari masing-masing penerimaan kas
(bunga). Sebagai contoh, obligasi dengan nilai nominal Rp. 10.000.000,- akan jatuh tempo dalam
jangka waktu 2 tahun. Dengan tingkat suku bunga pasar dan timgkat suku bunga nominal
masing-masing adalah sebesar 10% per tahun (di mana bunga dibayarkan setahun sekali), nilai
sekarang anuitas dari bunga obligasi tersebut dapat dihitung dengan cara :
PVA = FV x CR x (1-(1/(1+i)n)
I
= 10 juta x 10% x (1-(1/(1+10%)2)
10%
= 1 juta x (1-(1/1,21)
10%
= 1 juta x (1-0,82645)
10%
= 1 juta x (0,173554)
10%
= 1 juta x 1,73554
= 1.735.540
Keterangan :
Notasi “CR” dalam rumus di atas menggambarkan tingkat suku bunga nominal.
Jika obligasi tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu 3 tahun, maka besarnya nilai
sekarang anuitas dari bunga obligasi akan menjadi :
PVA = FV x CR x (1-(1/ (1+i)n)
i
= 10 juta x 10% x (1-(1/(1+10%)3)
10%
= 1 juta x (1-(1/1,331))
10%
= 1 juta x (1-0,75132)
10%
= 1 juta x (0,24868)
10%
= 1 juta x 2,48685
= 2,486.850

Kita juga dapat langsung menentukan besarnya nilai sekarang anuitas dari bunga obligasi dengan
menggunakan tabel present value annuity factor. Berikut adalah rincian mengenai besarnya
present value annuity factor untuk setiap rupiah bunga obligasi yang berdasarkan pada
banyaknya jumlah interval periode bunga selama umur obligasi, dan besarnya tingkat suku
bunga pasar untuk setiap interval periode bunga.
5. AKUNTANSI UNTUK PENJUALAN OBLIGASI DAN AMORTISASI
Pada saat penjualan obligasi dilakukan, debitur akan mencatatnya dalam jurnal dengan cara
mendebet akun kas dan mengkredit akun utang obligasi. Akun kas dicatat dalam jurnal sebesar
harga pasar obligasi, yang ditunjukkan lewat kurs jual atau nilai sekarang dari obligasi
bersangkutan. Sedangkan akun utang obligasi dicatat dalam jurnal sebesar nilai nominal obligasi.
Selisih antara harga jual dengan nilai nominal obligasi akan dicatat dalam jurnal sebagai
diskonto (disebelah debet) atau premiun (disebelah kredit). Diskonto akan timbul apabila harga
jual obligasi lebih kecil dibanding dengan nilai nominalnya, sedangkan premiun akan timbul jika
harga jual obligasi melebihi nilai nominalnya.
Dalam praktik, tanggal penjualan obligasi tidak selalu bertepatan dengan tanggal penerbitannya.
Apabila obligasi terjual diantara tanggal bunga, maka debitur di dalam pembukuannya (pada saat
penjualan obligasi terjadi) akan mencatat besarnya bunga berjalan dengan cara mendebet akun
kas dan mengkredit akun beban bunga.
Nama Perkiraan Debet Kredit
Kas xxxx -
Beban Bunga - Xxxx

Besarnya bunga berjalan tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut :


Nilai nominal x tingkat suku bunga nominal (per tahun) : 12 bulan x periode
Waktu antara tanggal penerbitan dengan tanggal penjualan (dalam bulan)

Atau
Nilai nominal x tingkat suku bunga nominal (per tahun) : 12 bulan x periode
Waktu antara tanggal bunga dengan tanggal penjualan (dalam bulan)

Nantinya, pada saat bunga obligasi untuk interval periode pertama dibayarkan, maka
debitur akan mencatatnya dalam jurnal dengan cara mendebet akun beban bunga dan mengkredit
akun kas.
Nama Perkiraan Debet Kredit
Beban bunga xxxx -
Kas - Xxxx

Yang besarnya dihitung sebagai berikut :


Nilai nominal x tingkat suku bunga nominal (per tahun) : 12 bulan x periode
Waktu antara tanggal penerbitan dengan tanggal pembayaran bunga pertama (dalam bulan)

Atau
Nilai nominal x tingkat suku bunga nominal (per tahun) : 12 bulan x periode
Waktu antara tanggal bunga dengan tanggal pembayaran bunga pertama (dalam bulan)
Untuk mengilustrasikan penjualan obligasi yang terjadi di antara tanggal bunga, asumsi bahwa
obligasi dengan nilai nominal Rp. 100.000.000,- terjual pada tanggal 1 Juni 2010. Besarnya
tingkat suku bunga nominal adalah 12% per tahun, dengan tanggal bunga yaitu setiap 1 April dan
1 Oktober. Obligasi tersebut diterbitkan pada tanggal 1 April 2010, sehingga ada bunga berjalan
selama 2 bulan yang harus dicatat (yaitu dari 1 April hingga 1 Juni). Ayat jurnal yang perlu
dibuat untuk mencatat bunga berjalan tersebut adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Juni’10 Kas 2.000.000 -
Beban Bunga - 2.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 2 bulan)

Nantinya, pada saat bunga obligasi untuk interval periode pertama dibayarkan (1 April 2010
hingga 1 Oktober 2010), maka debitur akan mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Okt’10 Beban Bunga 6.000.000 -
Kas - 6.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 6 bulan)

Dengan kedua ayat jurnal di atas, perhatikanlah bahwa besarnya bunga (kas) yang dibayarkan
sampai dengan 1 Oktober 2010 adalah sebesar Rp. 4.000.000,- (Rp. 6.000.000,- - Rp. 2.000.000,-
). Ini adalah logis mengingat bahwa debitur telah menikmati fasilitas utang obligasi selama 4
bulan, yaitu yang terhitung sejak obligasi dijual (1 Juni 2010) sampai dengan tanggal
pembayaran bunga yang pertama (1 Oktober 2010). Oleh sebab itu, besarnya bunga (kas) yang
dibayarkan sampai dengan 1 Oktober 2010 adalah sebesar Rp. 4.000.000,- (100 juta x 12% : 12
bulan x 4 bulan).
Pada tanggal 31 Desember 2010, ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk mencatat atau
mengakui besarnya bunga terutang (1 Oktober 2010 hingga 31 Desember 2010) adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
31 Des’10 Beban Bunga 3.000.000 -
Utang Bunga - 3.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 3 bulan)

Secara keseluruhan, besarnya akun beban bunga yang akan masuk dalam perhitungan laba rugi
(sebagai beban lain-lain) untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 adalah Rp. 7.000.000,-
(100 juta x 12% : 12 bulan x 7 bulan), di mana Rp. 4.000.000,- nya telah dibayarkan kepada
kreditor dan sisanya Rp. 3.000.000,- masih terutang (belum dibayarkan). Jadi, beban bunga
sebesar Rp. 7.000.000,- ini terhitung mulai 1 Juni 2010 hingga 31 Desember 2010.
Sebagai ilustrasi lainnya, asumsi bahwa obligasi dengan nilai nominal Rp. 100.000.000,- terjual
pada tanggal 1 November 2010. Besarnya tingkat suku bunga nominal adalah 12% per tahun,
dengan tanggal bunga yaitu 1 April dan 1 Oktober. Baik apakah obligasi tersebut diterbitkan
pada tanggal 1 April 2010 ataupun 1 Oktober 2010, bunga berjalan tetap akan dihitung dari 1
Oktober hingga 1 November. Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat bunga berjalan
tersebut adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Nov’10 Kas 1.000.000 -
Beban Bunga - 1.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 1 bulan)

Pada tanggal 31 Desember 2010, ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan untuk mencatat atau
mengakui besarnya bunga terutang (1 Oktober 2010 hingga 31 Desember 2010) adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
31 Des’10 Beban Bunga 3.000.000 -
Utang Bunga - 3.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 3 bulan)

Dengan kedua ayat jurnal di atas, perhatikanlah bahwa besarnya akun beban bunga yang akan
masuk dalam perhitungan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010 adalah Rp.
2.000.000,- (Rp. 3.000.000,- - Rp. 1.000.000,-). Ini adalah logis mengingat bahwa debitur telah
menikmati fasilitas utang obligasi selama 2 bulan, yaitu yang terhitung sejak obligasi dijual (1
November 2010) sampai dengan akhir tahun (31 Desember 2010).
Pada tanggal 1 Januari 2011, ayat jurnal balik yang akan dibuat adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Jan’11 Utang Bunga 3.000.000 -
Beban Bunga - 3.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 3 bulan)

Nantinya, pada saat bunga obligasi untuk interval periode pertama dibayarkan (1 Oktober 2010
hingga 1 April 2011), maka debitur akan mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 April’11 Beban Bunga 6.000.000 -
Kas - 6.000.000
(100 juta x 12% : 12 bulan x 6 bulan)

Besarnya akun beban bunga yang akan masuk dalam perhitungan laba rugi untuk periode yang
berakhir 1 April 2011 adalah Rp. 3.000.000,- (Rp. 6.000.000,- - Rp. 3.000.000,-).
6. Obligasi Dijual Sebesar Nilai Nominal
Seperti yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, jika besarnya tingkat suku bunga nominal
sama dengan tingkat suku bunga pasar, maka berarti obligasi tersebut dijual dengan kurs 100,
yaitu sebesar nilai nominalnya. Dalam hal ini, tidak akan muncul diskonto maupun premiun
karena besarnya PV obligasi (PV pokok + PVA bunga) akan sama dengan nilai nominal dari
obligasi bersangkutan.
Untuk mengilustrasikannya, asumsi bahwa pada tanggal 1 Februari 2010 perusahaan
menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal Rp. 5.000.000,-. Obligasi ini akan jatuh
tempo dalam waktu 5 tahun, dan besarnya tingkat suku bunga nominal maupun tingkat suku
bunga pasar masing-masing adalah 12% per tahun. Bunga atas utang obligasi akan dibayarkan
sebanyak 2 kali dalam setiap tahunnya, yaitu setiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus.
Dengan menggunakan rumus present value,besarnya harga jual obligasi dapat dihitung sebagai
berikut :
PV obligasi = PV pokok + PVA bunga
= (Rp. 5.000.000 x PVF 6%;10) + (6%xRp. 5.000.000,-xPVAF 6%;10)
= (Rp. 5.000.000 x 0,55839) + (Rp. 300.000 x 7,36009)
= Rp. 2.791.950 + Rp. 2.208.050,-
= Rp. 5.000.000

Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat penjualan obligasi (sebesar nilai nominalnya),
pembayaran bunga, dan bunga terutang tahun 2010 adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Febr’10 Kas 5.000.000 -
Utang Obligasi - 5.000.000
1 Agst’10 Beban Bunga 300.000 -
Kas - 300.000
(5 juta x 12% : 12 bulan x 6 bulan) -
31 Des’10 Beban bunga 250.000
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
Utang bunga - 250.000
(5 juta x 12% : 12 bulan x 5 bulan)

7. Obligasi Dijual pada Tingkat Diskonto


Jika besarnya tingkat suku bunga nominal lebih kecil dibanding dengan tingkat suku bunga
pasar, maka berarti obligasi tersebut dijual dengan kurs kurang dari 100, yaitu di bawah nilai
nominalnya atau dengan kata lain dijual pada tingkat diskonto (discount). Dalam hal ini,
besarnya PV obligasi (PV pokok + PVA bunga) lebih kecil dibanding dengan nilai nominal dari
obligasi bersangkutan.
Untuk mengilustrasikannya, asumsi bahwa pada tanggal 1 Februari 2010 perusahaan
menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal Rp. 5.000.000,-. Obligasi ini akan jatuh
tempo dalam waktu 5 tahun, dan memiliki tingkat suku bunga nominal 11% per tahun serta
tingkat suku bunga pasar 12% per tahun. Bunga atas utang obligasi akan dibayarkan sebanyak 2
kali dalam setiap tahunnya, yaitu setiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus.
Dengan menggunakan rumus present value, besarnya harga jual obligasi dapat dihitung sebagai
berikut :
PV obligasi = PV pokok + PVA bunga
= (Rp. 5.000.000xPVF6%;10) + (5,5%xRp. 5.000.000xPVF 6%;10)
= (Rp. 5.000.000x0,55839)+(Rp. 275.000x7,36009)
= Rp. 2.791.950 + Rp. 2.024.025
= Rp. 4.815.975

Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat penjualan obligasi, pembayaran bunga, dan bunga
terutang tahun 2010 adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Febr’10 Kas 4.815.975 -
Diskonto Utang Obligasi 184.025 -
Utang Obligasi - 5.000.000

1 Agst’10 Beban Bunga 275.000 -


Kas - 275.000
(5 juta x 11% : 12 bulan x 6 bulan)

31 Des’10 Beban bunga 229.167 -


Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
Utang bunga - 229.167
(5 juta x 11% : 12 bulan x 5 bulan)

Dalam neraca, akun diskonto utang obligasi akan dilaporkan sebagai akun pengurang (contra
account) dari akun utang obligasi. Akun utang obligasi akan dilaporkan dalam neraca sebesar
nilai nominalnya (face amount). Selisih antara besarnya akun utang obligasi dengan akun
diskonto utang obligasi dinamakan sebagai nilai buku atau nilai tercatat (book value/carrying
value) utang obligasi. Dengan melanjutkan ilustrasi di atas, berikut adalah tampilan dari akun
utang obligasi dan akun diskonto utang obligasi yang tampak dalam neraca perusahaan per 1
Februari 2010 sesaat setelah obligasi dijual :
Kewajiban Jangka Panjang
Utang obligasi Rp. 5.000.000
Diskonto Utang Obligasi (Rp. 184.025)
Nilai buku utang obligasi Rp. 4.815.975

Pada saat obligasi dijual (1 Februari 2010), nilai buku utang obligasi mencerminkan harga pasar
dari obligasi bersangkutan, yaitu harga yang dimana kreditur bersedia bayar. Nanti, pada saat
utang obligasi jatuh tempo, akun diskonto utang obligasi harus bersaldo nol, sehingga nilai buku
utang obligasi pada saat jatuh tempo akan sama dengan nilai nominalnya. Nila buku utang
obligasi dapat dihitung dengan cara mengurangkan nilai nominal utang obligasi dengan besarnya
diskonto utang obligasi yang belum diamortisasi.
Besarnya diskonto utang obligasi (Rp. 184.025) akan diamortisasi sebagai beban bunga
sepanjang umur obligasi. Jika obligasi dijual di antara tanggal bunga, maka pengertian umur
obligasi yg dimaksud di sini adalah lamanya periode waktu antara pada saat obligasi dijual
(bukan pada saat diterbitkan) hingga utang obligasi tersebut jatuh tempo. Ini adalah logis
mengingat bahwa tujuan daripada dilakukannya amortisasi adalah supaya nilai buku utang
obligasi pada saat jatuh tempo akan sama dengan nilai nominalnya.
Ada 2(dua) metode yang sering dipakai dalam mengamortisasi besarnya diskonto utang obligasi,
yaitu metode garis lurus (straight line method) dan metode bunga efektif (effective interest rate
of method). Dalam buku ini, asumsi bahwa besarnya diskonto utang obligasi akan diamortisasi
dengan menggunakan metode garis lurus. Metode bunga efektif akan dijelaskan nanti dalam
buku akuntansi lanjutan.
Amortisasi dengan menggunakan metode garis lurus akan memberikan besarnya amortisasi yang
sama untuk setiap bulannya. Amortisasi dapat dilakukan (dicatat) bersamaan dengan tanggal
pembayaran bunga dan atau pada setiap akhir periode akuntansi. Perlu diperhatikan di sini,
bahwa jika amortisasi dilakukan bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga maka ayat jurnal
penyesuaian (AJP) pada akhir periode akuntansi tetap akan diperlukan untuk mencatat besarnya
amortisasi. Melanjutkan contoh di atas, jika amortisasi dilakukan dengan menggunakan metode
garis lurus dan dicatat bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga, maka ayat jurnal yang
diperlukan sepanjang tahun 2010 dan 2011 untuk mencatat amortisasi diskonto utang obligasi
adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Agst’10 Beban Bunga 18.403 -
Diskonto Utang Obligasi - 18.403
(Rp. 184.025 : 60 bulan x 6 bulan)

31 Des’10 Beban Bunga 15.335 -


(AJP) Diskonto Utang Obligasi - 15.335
(Rp. 184.025 :60 bulan x 5 bulan)

1 Febr’11 Beban Bunga 3.067 -


Diskonto Utang Obligasi - 3.067
(Rp. 184.025 :60 bulan x 1 bulan)

1 Agst’11 Beban Bunga 18.403 -


Diskonto Utang Obligasi - 18.403
(Rp. 184.025 : 60 bulan x 6 bulan)

31 Des’11 Beban Bunga 15.335 -


(AJP) Diskonto Utang Obligasi - 15.335
(Rp. 184.025 : 60 bulan x 5 bulan)

Setelah ayat jurnal di atas diposting, berikut adalah tampilan dari akun utang obligasi dan akun
diskonto utang obligasi yang tampak dalam neraca perusahaan per 31 Desember 2011 :
Kewajiban Jangka Panjang :
Utang Obligasi = Rp. 5.000.000
Diskonto Utang Obligasi = (Rp. 113.482)
Nilai Buku Utang Obligasi = Rp. 4.886.518,-
Besarnya amortisasi diskonto utang obligasi dari 1 Februari 2010 hingga 31 Desember 2011
adalah Rp. 70.543 (Rp. 184.025 : 60 bulan x 23 bulan), sehingga besarnya diskonto utang
obligasi yang belum diamortisasi adalah Rp. 113.482 (Rp. 184.025 – Rp. 70.543). Besarnya
diskonto utang obligasi yang belum diamortisasi ini juga dapat dihitung dengan cara mengalikan
antara besarnya amortisasi per bulan (Rp. 184.025 : 60 bulan = Rp. 3.067,08) dengan lamanya
sisa umur obligasi yaitu untuk periode waktu antara 31 desember 2011 sampai 1 Februari 2015
(37 bulan).
8. Obligasi Dijual pada Tingkat Premiun
Jika tingkat suku bunga nominal lebih besar dibanding tingkat suku bunga pasar, maka berarti
obligasi tersebut dijual dengan kurs di atas 100, yaitu di atas nilai nominalnya atau dengankata
lain dijual pada tingkat premiun. Dalam hal ini, besarnya PV obligasi (PV pokok + PVA bunga)
melebihi nilai nominal dari obligasi bersangkutan.
Untuk mengilustrasikannya, asumsi bahwa pada tanggal 1 Februari 2010 perusahaan
menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal Rp. 5.000.000,-. Obligasi ini akan jatuh
tempo dalam waktu 5 tahun, dan memiliki tingkat suku bunga nominal 13% per tahun serta
tingkat suku bunga pasar 12% per tahun. Bunga atas utang obligasi akan dibayarkan sebanyak 2
kali dalam setia tahunnya, yaitu setiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus.
Dengan menggunakan rumus present value, besarnya harga jual obligasi dapat dihitung sebagai
berikut :
PV obligasi = PV pokok + PVA bunga
= (Rp.5.000.000,-xPVF 6%;10) + (6,5%xRp. 5.000.000,-xPVAF 6%;10)
= (Rp. 5.000.000,- x 0,55839) + (Rp. 325.000 x 7,36009)
= Rp. 2.719.950,- + Rp. 2.392.029,-
= Rp. 5.183.979,-

Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat penjualan obligasi, pembayaran bunga, dan bunga
terutang tahun 2010 adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Febr’10 Kas 5.183.979 -
Premiun Utang Obligasi - 183.979
Utang Obligasi - 5.000.000

1 Beban Bunga 325.000 -


Aggst’10 Kas - 325.000
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
(5 juta x 13% : 12 bulan x 6 bulan)

Beban Bunga 270.833 -


31 Des’10 Utang Bunga - 270.833
(5 juta x 13% : 12 bulan x 5 bulan)

Dalam neraca, akun premiun utang obligasi akan dilaporkan sebagai akun penambah (adjunct
account) dari akun utang obligasi. Akun utang obligasi akan dilaporkan dalam neraca sebesar
nilao nominalnya. Hasil penjumlahan antara besarnya akun utang obligasi dengan akun premiun
utang obligasi dinamakan sebagai nilai buku atau nilai tercatat utang obligasi. Dengan
melanjutkan ilustrasi di atas, berikut adalah tampilan dari akun utang obligasi dan akun premiun
utang obligasi yang tampak dalam neraca perusahaan per 1 Februari 2010 :
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Obligasi Rp. 5.000.000,-
Premiun Utang Obligasi Rp. 183.979,-
Nilai buku Utang Obligasi Rp. 5.183.979,-
Pada saat obligasi dijual (1 Februari 2010), nilai buku utang obligasi mencerminkan harga pasar
dari obligasi bersangkutan. Nanti, pada saat utang obligasi jatuh tempo, akun premiun utang
obligasi harus bersaldo nol, sehingga nilai buku utang obligasi pada saat jatuh tempo akan sama
dengan nilai nominalnya. Nilai buku utang obligasi dapat dihitung dengan cara menjumlahkan
nilai nominal utang obligasi dengan besarnya premiun utang obligasi yang belum diamortisasi.
Besarnya premiun utang obligasi (Rp. 183.979,-) akan diamortisasi sebagai pengurang beban
bunga (kebalikan dari amortisasi diskonto utang obligasi). Melanjutkan contoh di atas, jika
amortisasi dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus dan dicatat bersamaan dengan
tanggal pembayaran bunga, maka ayat jurnal yang diperlukan sepanjang tahun 2010 dan 2011
untuk mencatat amortisasi premiun utang obligasi adalah
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Agst’10 Premiun Utang Obligasi 18.398 -
Beban Bunga - 18.398
(Rp. 183.979 : 60 bulan x 6 bulan)

31 Des’10 Premiun Utang Obligasi 15.332 -


(AJP) Beban Bunga - 15.332
(Rp. 183.979 : 60 bulan x 5 bulan)
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

1 Febr’11 Premiun Utang Obligasi 3.066 -


Beban Bunga - 3.066
(Rp. 183.979 : 60 bulan x 1 bulan)

1 Agst’11 Premiun Utang Obligasi 18.398 -


Beban Bunga - 18.398
(Rp. 183.979 : 60 bulan x 6 bulan)

31 Des’11 Premiun Utang Obligasi 15.332 -


(AJP) Beban Bunga - 15.332
(Rp. 183.979 : 60 bulan x 5 bulan)

Setelah ayat jurnal di atas diposting, berikut adalah tampilan dari akun utang obligasi dan akun
premiun utang obligasi yang tampak dalam neraca perusahaan per 31 Desember 2011 :
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Obligasi Rp. 5.000.000,-
Premiun Utang Obligasi Rp. 113.454,-
Nilai buku Utang Obligasi Rp. 5.113.454,-
Besarnya amortisasi premiun utang obligasi dari 1 Februari 2010 hingga 31 Desember 2011
adalah Rp. 70.525,- (Rp. 183.979 : 60 bulan x 23 bulan), sehingga besarnya premiun utang yang
belum diamortisasi adalah Rp. 113.454,- (Rp. 183.979,- - Rp. 70.525,-). Besarnya premiun utang
obligasi yang belum diamortisasi ini juga dapat dihitung dengan cara mengalikan antara besarnya
amortisasi per bulan (Rp. 183.979,- : 60 bulan=Rp. 3.066,32) dengan lamanya sisa umur obligasi
yaitu untuk periode waktu antara 31 Desember 2011 sampai 1 Februari 2015 (37 bulan).
9. PENEBUSAN KEMBALI OBLIGASI
Perusahaan (debitur) dapat menembus kembali obligasinya sebelum tanggal jatuh tempo. Hal ini
dilakukan jika tingkat suku bunga pasar mengalami penurunan secara dratis setelah obligasi
dijual. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan biasanya akan menerbitkan dan menjual obligasi
yang baru dengan tingkat suku bunga yang lebih rendah, kemudian hasil dari penjualan obligasi
yang baru tersebut akan dipergunakan untuk menebus kembali obligasinya yang telah terlanjur
diterbitkan dan dijual pada beberapa waktu yang lalu (pada saat tingkat suku bunga pasar masih
tinggi).
Perusahaan biasanya akan menebus kembali obligasinya dengan harga yang berbeda dari nilai
buku utang obligasi. Ingat kembali, nilai buku utang obligasi dapat dihitung dengan cara
mengurangkan nilai nominal utang obligasi dengan besarnya diskonto utang obligasi yg belum
diamortisasi atau menjumlahkan nilai nominal utang obligasi dengan besarnya premiun utang
obligasi yang belum diamortisasi. Jika harga yang dibayarkan untuk penebusan kembali obligasi
lebih kecil dibandingkan dengan nilai buku utang obligasi, maka selisihnya akan dicatat sebagai
keuntungan dari penebusan obligasi. Sebaliknya jika harga yang dibayarkan untuk penebusan
kembali obligasi lebih besar dari nilai buku utang obligasi, maka selisihnya akan dicatat sebagai
kerugian dari penebusan obligasi. Keuntungan akan disajikan dalam laporan laba rugi sebagai
pendapatan atau beban lain-lain (bukan pendapatan atau beban operasional).
Komisi broker yang dibayarkan sehubungan dengan penebusan kembali obligasi sifatnya akan
menambah jumlah uang kas yang dibayarkan dan memperkecil jumlah keuntungan penebusan
obligasi atau memperbesar jumlah kerugian penebusan obligasi. Dalam jurnal, komisi broker
yang dibayarkan tidak perlu dibuatkan akun terpisah/khusus (akun komisi broker), mengingat
bahwa penebusan obligasi ini adalah merupakan salah satu dari aktivitas pembiayaan, bukan
aktivitas operasional perusahaan.
Jika obligasi ditebus di antara tanggal bunga, maka sebelum jurnal penebusan obligasi dibuat,
perlu dibuat terlebih dahulu jurnal untuk mencatat pembayaran bunga amortisasi diskonto atau
premiun utang obligasi atas obligasi yang ditebus. Sebagai contoh, asumsi bahwa pada tanggal 1
Februari 2010 perusahaan menerbitkan dan menjual obligasi yang bernilai nominal Rp.
5.000.000,-. Obligasi ini akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun (yaitu 1 Februari 2015), dan
memiliki tingkat suku bunga nominal 11% per tahun serta tingkat suku bunga pasar 12% per
tahun. Bunga atas utang obligasi akan dibayarkan sebanyak 2 kali dalam setiap tahunnya, yaitu
setiap tanggal 1 Februari dan 1 Agustus. Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya
amortisasi diskonto utang obligasi per bulan adalah Rp. 3.067,- yang dicatat bersamaan dengan
tanggal pembayaran bunga. Pada tanggal 1 April 2012, sebesar tiga per lima (60%) dari nilai
nominal obligasi ditebus kembali dengan kurs 120.
Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat penebusan obligasi adalah :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 April’12 Beban Bunga 55.000 -
Kas - 55.000
(60% x 5 juta x 11%:12 bulan x 2 bulan)
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit

Beban Bunga 3.680 -


Diskonto Utang Obligasi - 3.680
(60% x Rp. 3.067 x 2 bulan)

Utang Obligasi 3.000.000 -


Kerugian dari Penebusan Obligasi 662.567 -
Diskonto Utang Obligasi* - 62.567
Kas** - 3.600.000
*(60% x Rp.3.067 x 34 bulan)
**(1,2 x 3 juta)
Perhatikanlah cara menghitung besarnya kerugian dari penebusan obligasi :
Nilai nominal obligasi yang ditebus Rp. 3.000.000,-
Diskonto utang obligasi yg belum diamortisasi (Rp. 62.567) (1/4/12 s/d 1/2/15)
Nilai buku utang obligasi yg ditebus Rp. 2.937.433,-
Harga penebusan (Rp. 3.600.000)
Kerugian dari penebusan obligasi (Rp. 662.567)
Berikut adalah ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat besarnya pembayaran bunga,
amortisasi diskonto utang obligasi, dan bunga terhutang atas sisa obligasi yang tidak ditebus :
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
1 Agst’12 Beban Bunga 110.000 -
Kas - 110.000
(40% x 5 juta x 11% : 12 bulan x 6 bulan)

Beban bunga 7.361 -


Diskonto Utang Obligasi - 7.361
(40% x Rp. 3.067 x 6 bulan)

31 Des’12 Beban Bunga 6.134 -


Diskonto Utang Obligasi - 6.134
(40% x Rp. 3.067 x 5 bulan)

Beban Bunga 91.667 -


Utang Bunga - 91.667
(40% x 5 Juta x 11% : 12 bulan x 5 bulan)
C. LATIHAN SOAL/TUGAS
PT. Angin Ribut pada tanggal 1 Juni 2010 menerbitkan 10 lembar obligasi yang memiliki nilai
nominal Rp. 500.000,- per lembar. Besarnya tingkat suku bunga nominal adalah 18% per tahun
dan obligasi akan jatuh tempo dalam waktu 3 tahun. Bunga obligasi dibayarkan setahun dua kali,
yaitu setiap tanggal 1 Juni dan 1 Desember. Keseluruhan obligasi tersebut pada tanggal 1 Juni
2010 dijual dengan kurs 98. Pada tanggal 1 September 2012, sebanyak 4 lembar dari obligasi
tersebut ditebus kembali oleh PT. Angin Ribut dengan kurs 90, sedangkan sisanya akan dilunasi
pada saat jatuh tempo. PT. Angin Ribut melakukan amortisasi diskonto/premiun utang obligasi
dengan menggunakan metode garis lurus yang dicatat bersamaan dengan tanggal pembayaran
bunga.
Diminta : buatlah ayat jurnal untuk mencatat :
1. Penjualan 10 lembar obligasi pada tanggal 1 Juni 2010
2. Pembayaran bunga dan amortisasi diskonto/premiun utang obligasi selama tahun 2010,
termasuk ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2010.
3. Ayat jurnal balik atas beban bunga yang masih harus dibayar, pembayaran bunga dan
amortisasi diskonto/premiun utang obligasi, termasuk ayat jurnal penyesuaian di tahun 2011.
4. Ayat jurnal balik atas beban bunga yang masih harus dibayar (1 Januari 2012), serta
pembayaran bunga dan amortisasi diskonto/premiun utang obligasi (1 Juni 2012).
5. Penebusan sebagian utang obligasi pada tanggal 1 September 2012, pembayaran bunga dan
amortisasi diskonto/premiun utang obligasi pada tanggal 1 Desember 2012 serta ayat jurnal
penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2012.
6. Pelunasan utang obligasi pada saat jatuh tempo (1 Juni 2013).

D.DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan;
2. Ilyas B.Wiryawan, Diaz.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
3. Yusuf Al Haryono. 2014.Dasar – dasar Akuntansi Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit STIE YKPN.
4. Samryn.2011. Pengantar Akuntansi. EdisiIFRS. Buku 1. Jakarta: Penerbit PT.Raja Grafindo
Perkasa.
5.Hery.2014. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Penerbit PT. GramediaWidiasarana Indonesia.
6.Purwono Hery.2010. Dasar – dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit
Erlangga
7.Bina Fiscal Indonesia.2016. Brevet A dan B. Jakarta: Penerbit Tax Center Unpam
8.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas
undang- undang nomor 6 tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan tata cara Perpajakan

E.GLOSARIUM
1. Hutang : kewajiban suatu badan usaha/perusahaan kepada pihak ketiga yang dibayar dengan
cara menyerahkan aktiva atau jasa dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat dari transaksi
di masa lalu.
2. Hutang obligasi : utang jangka panjang yang diperoleh melalui Penjualan surat-surat obligasi.
3. Kreditur : pihak (perorangan, organisasi, perusahaan atau pemerintah) yang memiliki tagihan
kepada pihak lain (pihak kedua) atas property atau layanan jasa yang diberikan (biasanya
dalam bentuk kontrak atau perjanjian) dimana diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan
mengembalikan property yang nilainya besar.
4. Beban bunga : beban yang dibayarkan kepada nasabah atau pihak lain yang berkaitan dengan
kegiatan penghimpunan dana.
5. Nilai nominal : nilai intrinsik dari uang.
6. Amortisasi : pengurangan nilai aktiva tak berwujud, seperti merk dagang, hak cipta, dan lain-
lain, secara bertahap dalam jangka waktu tertentu pada setiap periode akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai