DISUSUN OLEH :
Bungo Lado nantinya akan dikumpulkan dari berbagai desa. Tradisi Maulid di
Padang Pariaman ini dilakukan secara bergantian di beberapa Kecamatan. Uang
yang terkumpul pada Bungo Lado akan digunakan untuk menyumbang
pembangunan masjid. Biasanya mencapai puluhan juta rupiah.
Tradisi Bungo Lado berhubungan erat dengan profesi warga Sumatera Barat
yang kebanyakan adalah petani. ‘Bungo’ artinya ‘bunga’, sedangkan ‘Lado’
artinya ‘cabai’. Mereka banyak bertani cabai, dimana pohonnya akan berbunga
sebelum berbuah. Bunga-bunga di pohon cabai itu kemudian disimbolkan
dengan uang sumbangan yang dikumpulkan pada pohon hias. Uang sumbangan
menjadi cerminan rasa syukur terhadap nikmat yang Allah berikan kepada
mereka.
2. Tradisi Ngalungsur Pusaka di Garut
Di daerah Loram Kulon, Jati, Kudus, terdapat Masjid Wali. Masjid ini didirikan
oleh murid dan menantu Sunan Kudus, sekaligus ulama setempat kala itu, yaitu
Sultan Hadirin atau Raden Toyib.
Tradisi Kirab Ampyang untuk memperingati Maulid Nabi pertama kali digagas
oleh Sultan hadirin dan istrinya, Ratu Kalinyamat. Di sini disediakan ampyang
atau nasi dan kerupuk yang kemudian diarak keliling desa. Kini tradisi tersebut
diikuti oleh banyak peserta yang menampilkan kesenian dan visualisasi tokoh-
tokoh yang berjasa terhadap pendirian Masjid Wali.
6. Dulangan di Lombok
Warga Lombok memiliki tradisi unik dalam menyambut Maulid Nabi. Setiap
rumah atau keluarga di Lombok memberikan satu Dulang yang berisi nasi lauk,
buah-buahan, dan makanan kecil untuk dibawa ke masjid setempat. Di masjid,
warga kemudian menikmati bersama Dulang yang mereka bawa. Selain
memperingati Maulid Nabi, tradisi dulangan di Lombok ini mencerminkan rasa
kerukunan dan gotong royong di masyarakat.
Warga di Banyuwangi dan Bali memperingati Maulid Nabi dengan cara pawai
telur atau Pawai Endog. Tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini
pertama kali digagas oleh Sunan Giri saat memperkenalkan Islam di daerah
Banyuwangi.
Pada perayaan Maulid Nabi, warga merebus telur yang kemudian ditusuk
dengan kayu dan dihias. Telur-telur itu kemudian ditancapkan ke batang pohon
pisang, dan diarak untuk kemudian menjadi rebutan warga sekitar. Penggunaan
telur yang kemudian diarak itu menjadi cara warga Banyuwangi untuk
mengekspresikan rasa syukur terhadap rezeki dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
9. Meuripee di Aceh
Warga muslim di Papua menghias telur rebus yang kemudian dipajang pada
tiang masjid. Telur-telur hias ini akan menjadi rebutan bagi warga yang
menghadiri perayaan Maulid Nabi di masjid. Selain menghadirkan kegembiraan,
perayaan Maulid Nabi dengan telur hias tersebut juga menjadi pemersatu umat
muslim di Papua.