Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“10 PERAYAAN MAULID NABI DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : NAHRIL QIROM


KELAS : IX A

MTS SABILAL MUTTAQIN


SINTANG
2022
PERAYAAN MAULID NABI DI INDONESIA
1. Tradisi Bungo Lado di Padang Pariaman 

Warga Padang Pariaman, Sumatera Barat, memperingati Maulid Nabi dengan


memasang Bungo Lado, atau pohon hias yang memiliki daun dari uang. Mereka
menempelkan uang kertas ke ranting pohon hias tersebut.  

Bungo Lado nantinya akan dikumpulkan dari berbagai desa. Tradisi Maulid di
Padang Pariaman ini dilakukan secara bergantian di beberapa Kecamatan. Uang
yang terkumpul pada Bungo Lado akan digunakan untuk menyumbang
pembangunan masjid. Biasanya mencapai puluhan juta rupiah.

Tradisi Bungo Lado berhubungan erat dengan profesi warga Sumatera Barat
yang kebanyakan adalah petani. ‘Bungo’ artinya ‘bunga’, sedangkan ‘Lado’
artinya ‘cabai’. Mereka banyak bertani cabai, dimana pohonnya akan berbunga
sebelum berbuah. Bunga-bunga di pohon cabai itu kemudian disimbolkan
dengan uang sumbangan yang dikumpulkan pada pohon hias. Uang sumbangan
menjadi cerminan rasa syukur terhadap nikmat yang Allah berikan kepada
mereka.
2. Tradisi Ngalungsur Pusaka di Garut

Warga Garut, Jawa Barat, biasa mengadakan upacara Ngalungsur untuk


memperingati Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Dalam
upacara ini, mereka membersihkan dan mencuci pusaka peninggalan Sunan
Rohmat Suci atau Sunan Godog, atau Prabu Kian Santang. Pusaka dibersihkan
dan dicuci dengan air bunga, lalu digosok minyak wangi agar tidak berkarat.
Perayaan serupa berlangsung di beberapa masjid di Banten. Misalnya di Masjid
Agung Banten dan tempat makam para wali lainnya. Pusaka yang ditinggalkan
oleh para sunan menjadi simbol perjuangan mereka dalam menyebarkan agama
Islam, yang harus terus dirawat dan dijaga. 

3. Tradisi Kirab Ampyang di Kudus

Di daerah Loram Kulon, Jati, Kudus, terdapat Masjid Wali. Masjid ini didirikan
oleh murid dan menantu Sunan Kudus, sekaligus ulama setempat kala itu, yaitu
Sultan Hadirin atau Raden Toyib.
Tradisi Kirab Ampyang untuk memperingati Maulid Nabi pertama kali digagas
oleh Sultan hadirin dan istrinya, Ratu Kalinyamat. Di sini disediakan ampyang
atau nasi dan kerupuk yang kemudian diarak keliling desa. Kini tradisi tersebut
diikuti oleh banyak peserta yang menampilkan kesenian dan visualisasi tokoh-
tokoh yang berjasa terhadap pendirian Masjid Wali. 

4. Grebeg Maulud di Yogyakarta

Tradisi Grebeg Maulud diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta, dan bertempat


di Keben Keraton Yogyakarta. Ini merupakan puncak dari perayaan Sekaten
untuk memperingati kelahiran Rasulullah. Perayaan diselenggarakan dengan
menyajikan tujuh gunungan (ditambah satu gunungan yang dikeluarkan 8 tahun
sekali, yaitu Gunungan Bromo). Gunungan-gunungan yang berisi makanan dan
hasil bumi itu akan dibawa ke Masjid Gede, Kepatihan dan Puro Pakualaman
untuk dibagikan kepada warga. 
5. Baayun Maulid di Banjarmasin

Warga di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mengadakan tradisi unik Maulid


Nabi dengan membuat ayunan. Ayunan yang mereka buat dihiasi dengan benda-
benda yang menjadi simbol harapan tertentu. Misalnya ada ayunan yang dihiasi
dengan janur yang bernama ular lidi. Janur tersebut diletakkan di bagian atas
ayunan, dan memiliki makna kebersihan sehingga orang yang menaiki ayunan
tersebut diharapkan selalu senang dengan kebersihan. Selain itu, ada ayunan
yang dihiasi dengan hiasan janur berbentuk bunga dan burung, yang menjadi
simbol kebesaran Kerajaan Banjar di masa lalu. 

6. Dulangan di Lombok 
Warga Lombok memiliki tradisi unik dalam menyambut Maulid Nabi. Setiap
rumah atau keluarga di Lombok memberikan satu Dulang yang berisi nasi lauk,
buah-buahan, dan makanan kecil untuk dibawa ke masjid setempat. Di masjid,
warga kemudian menikmati bersama Dulang yang mereka bawa. Selain
memperingati Maulid Nabi, tradisi dulangan di Lombok ini mencerminkan rasa
kerukunan dan gotong royong di masyarakat. 

7. Perahu Hias di Tangerang 

Warga Kali Pasir, Tangerang, membuat perahu kertas raksasa dan


mengalirkannya di Sungai Cisadane. Perahu kertas dibuat dalam waktu dua
hingga tiga hari, dan biasanya warga mengalirkan sekitar sepuluh perahu kertas
hias. Tradisi ini menjadi tradisi turun temurun yang digelar untuk memperingati
hari kelahiran Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
8. Pawai Telur di Banyuwangi dan Bali 

Warga di Banyuwangi dan Bali memperingati Maulid Nabi dengan cara pawai
telur atau Pawai Endog. Tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini
pertama kali digagas oleh Sunan Giri saat memperkenalkan Islam di daerah
Banyuwangi.  

Pada perayaan Maulid Nabi, warga merebus telur yang kemudian ditusuk
dengan kayu dan dihias. Telur-telur itu kemudian ditancapkan ke batang pohon
pisang, dan diarak untuk kemudian menjadi rebutan warga sekitar. Penggunaan
telur yang kemudian diarak itu menjadi cara warga Banyuwangi untuk
mengekspresikan rasa syukur terhadap rezeki dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 
9. Meuripee di Aceh 

Warga Banda Aceh mengedepankan rasa gotong royong dalam memperingati


Maulid Nabi. Mereka mengadakan tradisi Meuripee, dimana warga memberi
sumbangan sesuai kemampuan untuk konsumsi perayaan Maulid Nabi. Dalam
perayaan, biasanya akan disajikan daging sapi untuk para warga.

Selain menyumbang bahan makanan untuk perayaan, warga juga menyumbang


tenaga untuk memasak hidangan untuk perayaan Maulid Nabi tersebut. Mereka
berbagi tugas untuk memasak hidangan bagi warga yang akan hadir di perayaan
Maulid Nabi. Selanjutnya, pada hari perayaan Maulid Nabi, warga akan
berkumpul di masjid dan berdoa bersama, lalu menyantap hidangan yang telah
dimasak bersama.
10. Telur Hias di Papua 

Warga muslim di Papua menghias telur rebus yang kemudian dipajang pada
tiang masjid. Telur-telur hias ini akan menjadi rebutan bagi warga yang
menghadiri perayaan Maulid Nabi di masjid. Selain menghadirkan kegembiraan,
perayaan Maulid Nabi dengan telur hias tersebut juga menjadi pemersatu umat
muslim di Papua.

Anda mungkin juga menyukai