Anda di halaman 1dari 14

TRADISI OMPANGAN DALAM ETNIS MADURA

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Lokal

Dosen Pengampu :

Dra. Dewi Salindri, M.Si

Disusun oleh :

Siti Aisyah (180110301026)

Agustin Eka Wahyuningtyas (180110301035)

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab segala rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Tradisi Ompangan dalam Etnis
Madura” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Kami menyadari masih banyak
kesalahan didalamnya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Dewi
Salindri, M. Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Lokal yang telah
membimbing dan memberikan tugas ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih
baik kedepannya.

Jember, 16 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Permasalahan...............................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
2.1 Awal mula Tradisi Ompangan Etnis Madura.............................................................3
2.2 Bentuk Tradisi Ompangan Etnis Madura..................................................................5
2.3 Dampak Tradisi Ompangan Bagi Masyarakat Madura..............................................7
BAB 3......................................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keragaman budaya.


Masyarakat di masing-masing tempat atau suku memiliki tradisi yang
berbeda-beda, dipengaruhi oleh kondisi tertentu dalam masyarakat
berdasarkan kesadaran kolektif yang timbul dalam pikirannya. Masyarakat
etnis Madura berpegang teguh pada ajaran islam yang sifatnya tradisional dan
kebudayaannya banyak dikembangkan melalui nilai agama dan penghormatan
terhadap budaya lokal.
Tradisi pada etnis Madura sangat beragam, salah satunya yaitu tradisi
ompangan. Ompangan merupakan tradisi yang dilakukan oleh etnis Madura
dalam hal memberikan bantuan kepada anggota keluarga, tetangga, dan rekan
kerja. Tradisi ompangan sendiri dapat dikatakan sebagai tradisi yang memiliki
unsur tolong menolong. Ompangan sendiri dilakukan saat ada hajatan
pernikahan atau acara lainnya.
Tradisi ompangan awalnya hanya dilakukan oleh masyarakat
Pamekasan dan Sumenep saja. Seiring berjalannya waktu karena etnis Madura
yang sering merantau, tradisi ompangan tidak hanya ada di Pulau Madura
tetapi tersebar di wilayah yang ada keturunan etnis Madura. Bantuan yang
dapat diberikan dari tradisi ompangan ini awalnya hanya berupa kebutuhan
pokok. Saat ini dalam tradisi ompangan masyarakat dapat memberikan
bantuan berupa perlengkapan acara hajatan. Tradisi ompangan sampai saat ini
masih terus dilaksanakan. Dampak dari adanya tradisi ompangan ini dapat
meringankan beban orang yang sedang memiliki hajatan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana awal mula tradisi ompangan ini berlangsung?
2. Bagaimana bentuk tradisi ompangan dalam masyarakat etnis Madura?
3. Apa dampak dari adanya tradisi ompangan bagi masyarakat Etnis
Madura?

1.3 Tujuan Permasalahan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan
pembahasan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan awal mula tradisi ompangan dalam etnis Madura.
2. Mengetahui bentuk tradisi ompangan dalam masyarakat etnis Madura.
3. Mengetahui dampak adanya tradisi ompangan bagi masyarakat etnis
Madura?

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan pembahasan di atas, maka terdapat beberapa manfaat
sebagai berikut :
1. Penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca
2. Makalah ini dapat digunakan referensi mengenai tradisi etnis Madura.
3. Bagi penulis, sarana aplikasi teori yang didapat selama kegiatan
perkuliahan.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Awal mula Tradisi Ompangan Etnis Madura

Tradisi ompangan merupakan tradisi yang dilakukan secara turun – temurun


oleh etnis Madura. Ompangan merupakan pemberian yang diberikan oleh
seseorang kepada orang yang hendak melaksanakan hajatan atau acara. Tradisi
ompangan sudah ada sekitar tahun 1960-an, akan tetapi sampai saat ini masih
belum diketahui secara pasti dimana dan siapa yang mengadakan tradisi
ompangan1. Munculnya tradisi ompangan ini berasal dari Pulau Madura bagian
barat yaitu Sampang dan Bangkalan. Dua daerah tersebut mempunyai tradisi yang
hampir sama dengan tradisi ompangan yaitu tradisi to’– oto’ dan remo.
Tradisi ompangan dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai hajatan
khususnya acara pernikahan. Perkembangan tradisi ompangan semakin
bermacam– macam mengikuti kebutuhan hajatan masyarakat itu sendiri. Sekitar
tahun 1960-an tradisi ompangan masih bersifat sederhana. Bentuk pemberian
masyarakat pada saat itu berupa beras, gula, minyak, dan kopi. Semakin
berkembangnya acara hajatan, pemberian masyarakat berupa makanan seperti
dodol, donat, dan kue kering lainnya.
Tradisi ompangan merupakan pemberian yang diberikan oleh undangan
kepada orang yang mengadakan acara hajatan. Ompangan yang diberikan dicatat,
karena ompangan ini sifatnya adalah hutang piutang. Hutang piutang dalam
ompangan ini suatu saat akan ditagih oleh orang yang memberikan bantuan

1
Skripsi “Tradisi Ompangan sebagai Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal di Desa Dempo
Barat Pamekasan Madura” (Jakarta : UIN Jakarta, 2018) hlm 59

3
tersebut. Ompangan ini dapat disebut juga sebagai investasi jangka panjang
masyarakat etnis Madura.
Setiap orang menginginkan pesta pernikahan yang hanya dilakukan sekali
seumur hidup. Bagi orang tua etnis Madura tujuan pernikahan secara mewah dan
meriah untuk membuat anak bahagia. Mengadakan pesta pernikahan secara
mewah dapat memberikan pandangan tersendiri bagi masyarakat sekitar. Ada nilai
atau pengakuan dari saudara atau tetangga bahwa orang tersebut mampu.
Ompangan mempunyai tujuan yaitu membantu dan meringankan beban orang
yang hendak menyelenggarakan acara pernikahan. Selain tujuannya untuk
meringankan beban masyarakat, tradisi ini dapat mempererat tali silaturrahmi antar
tetangga dan saudara. Beban yang ditanggung oleh orang yang mempunyai
hajatan menjadi lebih ringan.
Pada dasarnya tradisi ompangan sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad
SAW. Pemberian ompangan atau bantuan bagi keluarga yang mengadakan acara
pernikahan. Saat pernikahan Nabi Muhammad SAW menikah dengan Ummul
Mukminin Shafiyah binti Huyyai. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Anas bin
Malik r.a Rasulullah bersabda “ Barang siapa yang memiliki sesuatu, hendaklah ia
membawanya.” Beliau kemudian menggelar tikar dari kulit. Sahabat beliau datang
membawa keju, kurma, dan minyak samin. Kemudian mereka membuat bubur,
itulah jamuan makan yang diberikan saat acara walimah Rasulullah2.
Tradisi ompangan ini merupakan penerapan dari ajaran agama untuk saling
tolong menolong atau membantu masyarakat lainnya. Tradisi ompangan ini sudah
menjadi hal yang lazim bagi masyarakat etnis Madura. Orang yang menerima
undangan berupa rokok atau sabun menganggap hal tersebut sudah biasa.
Sumbangan yang diberikan dapat diminta kembali saat orang yang diundang
mempunyai hajatan atau acara lainnya.
Ompangan atau sumbangan merupakan jaminan atau investasi jangka panjang
masyarakat etnis Madura. Jaminan sosial ini bukan pengeluaran yang sia – sia.

2
Syaikh Hafizh Ali S. 2007. Kado Pernikahan (Bandung : PT Mizan Pustaka) hlm 93

4
Saat orang yang memberikan bantuan mempunyai hajatan tidak perlu repot karena
ada bantuan yang diberikan kepada orang lain.

5
2.2 Bentuk Tradisi Ompangan Etnis Madura

Tradisi ompangan merupakan tradisi masyarakat dalam membantu sesama.


Dalam tradisi ompangan tidak ada kelompok formal yang mengaturnya,
melainkan secara individual yang mempunyai kepentingan. Pelaksanaan tradisi
ompangan ini hanya dua individu yaitu pemberi dan penerima ompangan itu
sendiri. Pelaksana hajatan yang mempunyai banyak relasi atau kenalan, maka
dapat pula menerima ompangan atau sumbangan dari orang yang mempunyai
hubungan dengan pelaksana hajatan.
Jaringan atau lingkup sosial dari seseorang menjadi sangat penting. Semakin
banyak jaringan atau kenalan, maka semakin besar sumbangan yang akan
diperoleh saat ada hajatan. Modal utama dari tradisi ompangan adalah sikap saling
percaya antar masyarakat.
Bentuk tradisi ompangan etnis Madura bermacam – macam, melihat dari
kebutuhan acara pernikahannya yaitu :
1. Jumlah besaran ompangan yang akan diberikan, besaran ompangan itu
berupa bahan makanan pokok yaitu pemberian beras dari 5kg sampai 1
kwintal, gula, telur, minyak dll. Pemberian uang mulai dari 30ribu,
50ribu, bahkan 1juta. Selain bahan makanan pokok dan uang, ompangan
dapat berupa sound sistem, tenda, pelaminan dan dekorasinya.
2. Penetapan waktu pelaksanaan dan siapa saja yang dilibatkan. Penetapan
waktu untuk mengatur jumlah undangan dan yang terlibat dalam acara
tersebut. Kedekatan hubungan dengan orang yang mempunyai hajatan
besar kemungkinan bahwa orang tersebut akan di undang.
3. Cara memberikan ompangan
Dapat dilakukan secara individu, namun saat ini ada beberapa kelompok
masyarakat yang melakukan koordinasi pemberian ompangan kepada
orang yang mempunyai hajatan. Kelompok masyarakat ini secara tidak
langsung mengadakan semacam arisan yang dikenal dengan “arisan
bahan.”

6
Berdasarkan bentuk tradisi ompangan tesebut, tidak semuanya dapat
memenuhi pemberian orang tersebut. Jumlah permintaan atau pemberiam
dalam ompangan ini tidak terbatas. Pelaksanaan tradisi ompangan
dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Permintaan
Kebutuhan hajatan yang banyak, membuat masyarakat etnis Madura
meminta bantuan atau ompangan kepada orang lain, baik kepada
saudara, tetangga, atau relasi kerja. Beberapa bulan sebelum acara
pernikahan, orang yang mempunyai acara berkunjung ke rumah yang
ingin dimintai ompangan. Topik pembicaraanya yaitu waktu acara
pernikahan, kebutuhan yang diperlukan, bentuk ompangan yang
diminta, dan yang terakhir waktu pengembalian dari ompangan
tersebut. Tidak semua orang yang diminta sumbangan langsung setuju
dengan permintaan yang mempunyai hajatan, apabila yang diminta
sumbangan tidak setuju, harus melakukan negosiasi kembali.
Ompangan tersebut dapat berupa uang atau barang tergantung
kesepakatan kedua belah pihak.
2. Tanpa Permintaan
Ompangan dalam hal ini karena inisiatif sendiri dan ingin membantu
dengan harapan nanti jika mempunya hajatan juga akan dikembalikan
atau mendapat bantuan yang sama. Ompangan dalam bentuk ini
diberikan pada saat acara sedang berlangsung, khususnya seseorang
yang diundang untuk menghadiri pesta pernikahan. Barang yang
dibawa dapat berupa beras, roti, dan lain – lain. Orang yang
mempunyai hajatan akan menunjuk seseorang yang dipercayanya
untuk mencatat barang yang dibawa orang para undangan3. Barang
tersebut akan dikembalikan di kemudian hari. Catatan tersebut harus

3
Artikel “Mengenal Tradisi “Ompangan” di Madura”

7
disimpan dengan baik agar tidak terjadi kesalahpahaman saat
pengembalian barang ompangan.
3. Pengembalian Ompangan
Ompangan atau bantuan yang diberikan bukan sekedar bantuan secara
Cuma – Cuma. Ompangan yang telah diberikan merupakan investasi
jangka panjang. Ada pola umum dan pola khusus dalam
pengembalian ompangan. Pola umumnya yaitu ompangan yang
diterima, akan dikembalikan pada saat orang yang memberi bantuan
mempunyai acara yang sama. Pola umum ini akan dikembalikan tepat
waktu. Pola khusus dalam tradisi pengembalian ompangan,
pengembalian dapat dilakukan dimana saja, dengan catatan karena
kebutuhan yang mendesak. Orang yang akan meminta pengembalian
harus melakukan komunikasi terlebih dahulu. Saat meminta
pengembalian kita tidak boleh menuntut untuk harus ada. Pelaku yang
berbohong akan mendapat sangsi sosial di masyarakat.

2.3 Dampak Tradisi Ompangan Bagi Masyarakat Madura


Pelaksanaan pesta pernikahan di Madura dengan sangat mewah ada rasa
bangga dan prestise tersendiri di semua lapisan masyarakat. Pesta pernikahan yang
besar maka semakin tinggi pula tingkat kepuasaan yang diperoleh di masyarakat
lingkungannya.
Tradisi ompangan membawa dampak positif dan negatifnya bagi masyarakat
etnis Madura. Dampak positif dari adanya tradisi ompangan ini adalah :
1. Semakin kuatnya rasa solidaritas antar saudara, tetangga, dan rekan kerja.
2. Saudara atau tetangga yang mengadakan acara menjadi ringan
kebutuhannya.
3. Mengenal orang – orang baru dalam jumlah yang besar.
4. Sisi kepercayaan terhadap orang lain semakin meningkat.

8
Dampak negatif dari tradisi ompangan ini adalah ketika orang yang
mempunyai hajatan tersebut meninggal, maka seluruh hutang piutang ompangan
pernikahan tersebut menjadi tanggung jawab dari anaknya untuk mengembalikan
sesuai dengan buku catatan yang ada. Hal tersebut dapat menjadi beban bagi orang
yang baru memulai hidup berumah tangga. Tanggung jawab pengembalian ompangan
akan terus menerus secara turun temurun.

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tradisi ompangan merupakan tradisi memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan hajatan pernikahan dalam etnis Madura. Ompangan ini awalnya ada
di wilayah Pamekasan dan Sumenep, kemudian menyebar mengikuti
perpindahan etnis Madura yang suka merantau. Tradisi ompangan memiliki
tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan orang lain dan sebagai investasi jangka
panjang. Investasi jangka panjang ini nanti akan diminta kembali saat orang
yang memberikan bantuan ini mengadakan acara juga.
Penerimaan ompangan ada dua proses yaitu dengan permintaan dan tanpa
permintaan. Tanpa permintaan ini berarti orang tersebut memberikan bantuan
saat acara sedang berlangsung. Secara permintaan, beberapa bulan sebelum
acara berlangsung.
Barang yang diterima saat ompangan berupa makanan pokok seperti beras,
gula, minyak. Selain bahan makanan pokok ompangan juga dapat berupa
perlengkapan acara pernikahan yaitu sound system, tenda, dan dekorasi
pelaminan.
Tradisi ompangan memiliki dampak positif dan negative. Dampak positifnya
yaitu meningkatkan hubungan silaturahmi antar saudara, tetangga, dan rekan
kerja. Dampak negatifnya yaitu ompangan menjadi hutang piutang yang akan
menjadi tanggung jawab anak apabila orang tuanya meninggal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Skripsi “Tradisi Ompangan sebagai Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal di Desa
Dempo Barat Pamekasan Madura” (Jakarta : UIN Jakarta, 2018)

Ali, Syaikh Hafizh. 2007. Kado Pernikahan (Bandung : PT Mizan Pustaka)

https://www.emadura.com/2015/04/mengenal-tradisi-ompangan-di-madura.html

11

Anda mungkin juga menyukai