Anda di halaman 1dari 11

ASUMSI DASAR POST POSITIVISME

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Iswahyudi, M. Ag

DISUSUN OLEH :

1. Erra Fazhira Ramadhani 302220038

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN
DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang “Asumsi Dasar Post Positivisme” sebagai
salah satu tugas mata kuliah “Filsafat Komunikasi”.

Dan tidak lupa shalawat serta salam tetap kami curahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad S.A.W. yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang
benderang dan semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Dengan seluruh kerendahan hati tentunya kami meminta kritik dan saran yang membangun
untuk kepada seluruh pembaca makalah kami ini yang tentunya kami yakin bahwa masih
banyak kekurangan, semoga dengan adanya makalah dari kami dapat bermanfaat dan bisa
menjadi bahan pembelajaran bagi kami penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Aamin. cukup sekian pengantar dari kami, mohon maaf jika ada salah salah penulisan karena
kesempurnaan hanya milik Allah semata. Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ponorogo, 10 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar : …………………………………. i Daftar Isi :


…………………………………. ii BAB I Pendahuluan :
…………………………………. 1
A. Latar Belakang : …………………………………. 1 B. Rumusan Masalah :
…………………………………. 1 C. Tujuan Pembelajaran :
…………………………………. 2
BAB II Pembahasan : …………………………………. 3 A. Pengertian Post
Positivisme. : …………………………………. 3 B. Asumsi Dasar Post Positivisme :
…………………………………. 3 C. Pertanyaan Dasar Post Positivisme :
…………………………………. 4 D. Keyakinan Dasar Post Positivism. :
…………………………………. 5 E. Kemunculan Dasar Post Positivisme :
…………………………………. 5
BAB III Penutup : …………………………………. 7 A. Kesimpulan :
…………………………………. 7 B. Daftar Pustaka :
…………………………………. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Positivisme adalah pandangan filsafat yang menekankan pada pentingnya metode
ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Latar belakang asumsi dasar positivisme
adalah bahwa dunia nyata dapat dijelaskan secara objektif melalui pengamatan dan
pengujian yang sistematis dan terkontrol. Selain itu, positivisme juga mengasumsikan
bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan dan pengujian tersebut adalah
pengetahuan yang valid dan dapat diandalkan.

Asumsi dasar positivisme juga mencakup pemisahan antara subjek dan objek. Dalam
hal ini, positivisme mengasumsikan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh dari
objek yang diamati secara objektif, dan tidak dipengaruhi oleh pandangan atau
kepentingan subjek yang mengamati. Selain itu, positivisme juga mengasumsikan
bahwa realitas dunia nyata adalah sama bagi semua orang dan dapat dikenali secara
objektif.

Namun, kritik terhadap positivisme menunjukkan bahwa asumsi-asumsi dasar tersebut


memiliki kelemahan, seperti mengabaikan peran interpretasi dan konteks dalam
memahami pengetahuan, serta tidak mempertimbangkan faktor sosial dan budaya
yang dapat mempengaruhi pengamatan dan pengujian.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Post Positivisme.
2. Asumsi Dasar Post Positivisme.
3. Pertanyaan Dasar Post Positivisme.
4. Keyakinan Dasar Post Positivisme.
5. Kemunculan Dasar Post Positivisme.

1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Post Positivisme.
2. Untuk Memahami Asumsi Dasar Post Positivisme.
3. Untuk Menganalisa Pertanyaan Dasar Post Positivisme.
4. Untuk Mempelajari Keyakinan Dasar Post Positivisme.
5. Untuk Mengetahui Kemunculan Dasar Post Positivisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POST POSITIVISME


Postpositivisme adalah aliran yang ingin memperbaiki kelemahan pada Positivisme.
Satu sisi Postpositivisme sependapat dengan Positivisme bahwa realitas itu memang
nyata ada sesuai hukum alam. Tetapi pada sisi lain Postpositivisme berpendapat
manusia tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari realitas apabila peneliti membuat
jarak dengan realitas atau tidak terlibat secara langsung dengan realitas. Hubungan
antara peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif, untuk itu perlu menggunakan
prinsip triangulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, data,
dan lain-lain.
1. Banyak post positivisme yang berpengaruh yang merupakan penganut sebuah
kenyataan. Realisme mengungkapkan bahwa semua pandangan itu benar
sedangkan realis hanya berkepentingan kepada pandangan yang dianggap baik
dan benar.
2. Pandangan positivisme bukan suatu realitas yang menolak adanya realitas dari
suatu teori. Realism modern bukanlah perkembangan dari aliran positivisme
melainkan perkembangan akhir dari pandangan post positivisme.
3. Karena pandangan persepsi setiap orang berbeda. Maka tidak ada sesuatu yang
benar benar pasti. Pandangan ini tidak bisa diterima karena objektivitas
merupakan indikator kebenaran yang melandasi penyelidikan yang ingin
ditekankan bahwa objektivitas tidak menjamin mencapai kebenaran

B. ASUMSI DASAR POST POSITIVISME


1. Fakta tidak bebas nilai, melainkan bermuatan teori.
2. Falibilitas Teori, tidak satupun teori yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan
bukti- bukti empiris, bukti empiris memiliki kemungkinan untuk menunjukkan
fakta anomali.
3. Fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai.
4. Interaksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian bukanlah reportase
objektif melainkan hasil interaksi manusia dan semesta yang penuh dengan
persoalan dan senantiasa berubah.
5. Asumsi dasar post-positivisme tentang realitas adalah jamak individual. 3

6. Hal itu berarti bahwa realitas (perilaku manusia) tidak tunggal melainkan hanya
bisa menjelaskan dirinya sendiri menurut unit tindakan yang bersangkutan.
7. Fokus kajian postpositivisme adalah tindakan-tindakan (actions) manusia
sebagai ekspresi dari sebuah keputusan.
C. PERTANYAAN DASAR POST POSITIVISME
Empat pertanyaan postpositivisme dasar berikut, akan memberikan gambaran tentang
posisi aliran ini dalam kancah paradigma ilmu pengetahuan ;
1. Bagaimana sebenarnya posisi postpositivisme di antara paradigma-paradigma
ilmu yang lain? Apakah ini merupakan bentuk lain dari positivisme yang
posisinya lebih lemah? Atau karena aliran ini datang setelah positivisme
sehingga dinamakan postpositivisme? Harus diakui bahwa aliran ini bukan
suatu filsafat baru dalam bidang keilmuan, tetapi memang amat dekat dengan
paradigma positivisme. Salah satu indikator yang membedakan antara
keduanya bahwa postpositivisme lebih mempercayai proses verifikasi terhadap
suatu temuan hasil observasi melalui berbagai macam metode. Dengan
demikian suatu ilmu memang betul mencapai objektivitas apabila telah
diverifikasi oleh berbagai kalangan dengan berbagai cara.
2. Bukankah postpositivisme bergantung pada paradigma realisme yang sudah
sangat tua dan usang? Dugaan ini tidak seluruhnya benar. Pandangan awal
aliran positivisme (old-positivism) adalah anti realis, yang menolak adanya
realitas dari suatu teori. Realisme modern bukanlah kelanjutan atau luncuran
dari aliran positivisme, tetapi merupakan perkembangan akhir dari pandangan
postpositivisme.
3. banyak postpositivisme yang berpengaruh yang merupakan penganut realisme.
Bukankah ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui adanya sebuah
kenyataan (multiple realities) dan setiap masyarakat membentuk realitas
mereka sendiri? Pandangan ini tidak benar karena relativisme tidak sesuai
dengan pengalaman sehari- hari dalam dunia ilmu. Yang pasti postpositivisme
mengakui bahwa paradigma hanyalah berfungsi sebagai lensa bukan sebagai
kacamata. Selanjutnya, relativisme mengungkap bahwa semua pandangan itu
benar, sedangkan realis hanya berkepentingan terhadap pandangan yang
dianggap terbaik dan benar. Postpositivisme menolak pandangan bahwa

4
masyarakat dapat menentukan banyak hal sebagai hal yang nyata dan benar
tentang suatu objek oleh anggotanya.
4. karena pandangan bahwa persepsi orang berbeda, maka tidak ada sesuatu yang
benar-benar pasti. Bukankah post positivisme menolak kriteria objektivitas?
Pandangan ini sama sekali tidak bisa diterima. Objektivitas merupakan
indikator kebenaran yang melandasi semua penyelidikan. Jika kita menolak
prinsip ini, maka tidak ada yang namanya penyelidikan. Yang ingin ditekankan
di sini bahwa objektivitas tidak menjamin untuk mencapai kebenaran.

D. KEYAKINAN DASAR POST POSITIVISME


Menurut Guba (1990:23) sistem keyakinan dasar pada peneliti Postpositivisme
adalah sebagai berikut:
1. Ontologi: Realitas itu memang ada, tetapi tidak akan pernah dapat
dipahami sepenuhnya. Realitas diatur oleh hukum-hukum alam yang
tidak dipahami secara sempurna.
2. Epistomologi: Objektivis modifikasi - artinya objektivitas tetap
merupakan pengaturan (regulator) yang ideal, namun objektivitas
hanya dapat diperkirakan dengan penekanan khusus pada penjaga
eksternal, seperti tradisi dan komunitas yang kritis.
3. Eksperimental/manipulatif yang dimodifikasi, maksudnya menekankan
sifat ganda yang kritis. Memperbaiki ketidakseimbangan dengan
melakukan penelitian dalam latar yang alamiah, yang lebih banyak
menggunakan metode-metode kualitatif, lebih tergantung pada teori-
grounded (grounded-theory) dan memperlihatkan upaya (reintroducing)
penemuan dalam proses penelitian.

E. KEMUNCULAN DASAR POST POSITIVISME


Munculnya gugatan terhadap positivisme di mulai tahun 1970-1980an. Pemikirannya
dinamai “post-positivisme”. Tokohnya; Karl R. Popper, Thomas Kuhn, para filsuf
mazhab Frankfurt (Feyerabend, Richard Rotry). Paham ini menentang positivisme,
alasannya tidak mungkin menyamaratakan ilmu-ilmu tentang manusia dengan ilmu
alam, karena tindakan manusia tidak bisa diprediksi dengan satu penjelasan yang
mutlak pasti, sebab manusia selalu berubah.Post-positivisme merupakan perbaikan

5
positivisme yang dianggap memiliki kelemahan-kelemahan, dan dianggap hanya
mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

Secara ontologis aliran post-positivisme bersifat critical realism dan menganggap


bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan dan hukum alam tapi
mustahil realitas tersebut dapat dilihat secara benar oleh peneliti.

Secara epistomologis: Modified dualist/objectivist, hubungan peneliti dengan realitas


yang diteliti tidak bisa dipisahkan tapi harus interaktif dengan subjektivitas seminimal
mungkin. Secara metodologis adalah modified experimental/ manipulatif

6
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Postpositivisme adalah aliran yang memperbaiki kelemahan pada Positivisme bahwa
realitas memang nyata ada sesuai hukum alam. Realism mengungkapkan bahwa
semua pandangan itu benar sedangkan realis hanya berkepentingan kepada pandangan
yang dianggap baik dan benar.
Empat pertanyaan postpositivisme dasar berikut, akan memberikan gambaran tentang
posisi aliran ini dalam kancah paradigma ilmu pengetahuan yang lain. Salah satu
indikator yang membedakan antara keduanya bahwa positivisme lebih mempercayai
proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi melalui berbagai macam
metode. Bukankah positivisme bergantung pada paradigma realisme yang sudah
sangat tua dan usang? Dugaan ini tidak seluruhnya benar. Pandangan awal aliran
positivisme (old-positivism) adalah anti realis, yang menolak adanya realitas dari
suatu teori.

Sistem keyakinan dasar pada peneliti Postpositivisme adalah realitas, objektivis


modifikasi, ketidakseimbangan, metode-metode kualitatif, teori-grounded, dan upaya
(reintroducing) penemuan dalam proses penelitian.

Post-positivisme merupakan perbaikan positivisme yang dianggap memiliki


kelemahan-kelemahan, dan dianggap hanya mengandalkan kemampuan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologis bersifat critical realism dan
menganggap bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan dan hukum
alam. Secara epistemologis adalah modified experimental/ manipulatif.

7
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2021.
"https://hi.unida.gontor.ac.id/perspektif-post-positivis-dalam-hubungan-internasional"
diakses 9 April 2023 pukul 22.10

Pingge, Delu. 2013.


"https://www.kompasiana.com/amp/delupingge/552ad88af17e615848d6243a/filsafat-
i lmu-pendekatan-postpositivistik" diakses pada 9 April 2023 pukul 23.37
8

Anda mungkin juga menyukai