Di Indonesia, kurikulum yang pertama kali lahir ialah Kurikulum 1947 atau dikenal sebagai
Kurikulum Rentjana Pelajaran 1947. Pada skurikulum ini, kaitannya dengan kajian bidang PPKn,
dikenal istilah civics (kewarganegaraan). Istilah ini muncul di Kurikulum 1947 menggambarkan
pelajaran sekolah yang menggambarkan pelajaran tata negara. Pada saat itu isinya hanya
caracara mendapatkan dan kehilangan kewarganegaraan.
Kaitannya dengan PPKn, di kurun waktu berlakunya kurikulum ini, Samsuri (2012: 23)
memaparkan bahwa di tahun 1959/1960an ketika gegap gempita Demokrasi Terpimpin begitu
kuat di panggung politik ketika itu, telah diperkenalkan mata pelajaran Civics dalam dunia
pendidikan Indonesia.
Pokokpokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana”
(Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/ artistik, keprigelan, dan
jasmani.
d. Kurikulum 1968
Dalam konteks bidang warga negara, subjek pembangunan selanjutnya, warga negara, kemudian
diubah menjadi warga negara pada tahun 1962 dan secara resmi disebut “warga negara” dalam
kurikulum 1968. Dalam kurikulum ini penjabaran idealisme Pancasila dianggap sebagai mata
pelajaran yang diprioritaskan dalam studi administrasi negara dan sejarah perjuangan bangsa,
meskipun aspek moralnya belum terlihat (Aman et al., 1982:11). Untuk sekolah dasar, mata
pelajaran pendidikan sipil nasional meliputi program sejarah Indonesia, sipil dan ilmu bumi.
Contoh: Silabus 1984, "Peningkatan Silabus 1975". Dalam konteks PPKn, dari GBHN1973
hingga GBHN1998, masa terakhir Orde Baru, banyak nama teknis yang disematkan di samping
pendidikan politik dalam perumusan zaman, seperti Deklarasi Pendidikan Membentuk Karakter
Warga Negara yang Baik. . . Pendidikan Pancasila. Materi P4 Pendidikan Kewarganegaraan
untuk mata kuliah PMP lebih ditingkatkan lagi pada mata kuliah kurikulum PMP 1984.
Penjelasan pokok-pokok bahasan sebagai materi PMP dijelaskan sesuai urutan sila Pancasila.
Tafsir Amalan Pancasila. Meskipun sisi emosional kurikulum PMP 1984 menonjol, materi yang
dibahas mata pelajaran seperti hak asasi manusia, prinsip dan makna keadilan, UUD 1945,
lembaga negara, otoritas kehakiman, dan kemerdekaan Indonesia lebih banyak mengandung
aspek pengetahuan (kognisi). ) dalam melakukan, bekerja sama dengan urusan internasional dan
mempelajari Pancasila itu sendiri.
Untuk PPKn, nama Pendidikan Moral Pancasila diganti dengan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) pada tahun 1994. Isi kelas publik tidak jauh berbeda dengan isi kelas
PMP. Selain itu, pada tahun 1999 ditambahkan suplemen (tambahan) materi sipil untuk
mencerminkan perubahan kehidupan berkonstitusi pasca reformasi. Kurikulum 1994
menjelaskan pengertian kewarganegaraan sebagai berikut:
“PPKn adalah sarana untuk mengembangkan dan memelihara nilai-nilai luhur dan moral yang
mengakar dalam budaya bangsa Indonesia, dan diharapkan dapat tercermin dalam kehidupan
sehari-hari peserta didik. Sebagai individu, anggota masyarakat. Bahkan sebagai warga negara
dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa itu terwujud” (Kepmendikbud No. 060/U/1993,
Kurikulum Pendidikan Dasar, Mata Pelajaran GBPP SD PPKn, 25 Februari 1993).
Adapun pada tahun 2004 kurikulum PKn SD diintegrasikan dengan mata pelajaran IPS, menjadi
PKPS (Pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial). Kurikulum Berbasis Kompetensi
kewarganegaraan tampak telah mengarah pada tiga komponen PKn yang bermutu seperti yang
diajukan oleh Centre for Civic Education pada tahun 1999 dalam National Standard for Civics
and Government. Ketiga komponen tersebut yaitu civic knowledge (pengetahuan
kewarganegaraan), civic skills (keterampilan kewarganegaraan), dan civic disposition (karakter
kewarganegaraan).
Kurikulum 2013 Berbasis Kompetensi menitikberatkan pada pemerolehan peserta didik dengan
kompetensi tertentu. Perubahan kurikulum juga mempengaruhi mata pelajaran kewarganegaraan
Indonesia. Awalnya menggunakan istilah kewarganegaraan dan menjadi lebih umum dikenal
sebagai warga negara, Pancasila, warga negara, atau lebih umum sebagai warga negara.
Setiawati (2016, hal. 70) Perubahan nomenklatur didasarkan pada banyak kontribusi untuk
meningkatkan pembelajaran kewarganegaraan di PPC yang telah muncul selama lima tahun
terakhir. Kandungan moral Pancasila tidak ditekankan secara proporsional. (2) Secara sistematis,
ketika ranah kemampuan (psikomotor) belum berkembang secara optimal dan utuh (konsisten),
terdapat bias belajar yang mengutamakan pengembangan ranah sikap (emosi) dan pengetahuan
(kognitif). .. Dalam perdebatan tentang negara, ideologi, dan Pancasila sebagai dasar pandangan
hidup bernegara, UUD 1945 merupakan dasar konstitusional kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sebagai dasar hukum tertulis Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(Santoso et al., 2015) sebagai wujud dari falsafah persatuan di balik kemajemukan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagai kesepakatan akhir tentang bentuk negara
kesatuan, Republik Indonesia. Untuk K13 modifikasi, ubahan substansi Civic tidak begitu
penting.