Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH


SURAKARTA

Disusun oleh :

Monika Dyah Dewanti (SN182062)


Olvin Diasa (SN182069)
Trivena Andreina Perapi (SN182084)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
RHEUMATOID ARTHRITIS DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH
SURAKARTA

Pokok Bahasan : Rheumatoid Arthritis


Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan pada Rheumatoid Arthritis
Waktu : Rabu, 18 Oktober 2019/09.00 WIB-selesai
Tempat : Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta

I. Pendahuluan

a. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun dimana
persendian mengalami peradangan sehingga terjadi pembengkakan, nyeri
dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (ACR,
2012). Penyebab dari RA terkait dengan keterlibatan persendian simetrik
poliartikular, manifestasi sistemik dan tidak dapat disembuhkan. RA diduga
akibat dari disregulasi sistem imun tubuh sehingga manifestasinya sistemik.
Manifestasi sistemik yang timbul yaitu vaskulitis, inflamasi pada mata,
disfungsi saraf, penyakit kardiopulmoner, limphadenopati dan splenomegali.
Angka kejadian rheumatoid arthritis sering terjadi pada wanita daripada
pria, dengan rasio 6 : 1 pada usia 15 – 45 tahun, di atas 60 tahun
diperkirakan seimbang (Schuna, 2009).
Rheumatoid arthritis lebih sering diderita oleh wanita, terutama yang
berusia antara 40 hingga 60 tahun, dan biasanya terjadi simetris pada sendi
yang sama di kedua sisi tubuh.
Berdasarkan dari American College of Rheumatology 2010, kriteria
diagnosis rheumatoid arthritis yaitu terjadinya kekakuan pada pagi hari di
daerah persendian dan sekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal. Selain itu adanya pembengkakan pada jaringan lunak
atau persendian sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan.

b. Tujuan

1
1) Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 10 menit diharapkan


klien mampu memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan dalam
kehidupan sehari – hari.

2) Tujuan Instruksional Khusus

Setelah penyuluhan 1 x 10 Menit, diharapkan klien mampu ;

a) Menjelaskan pengertian Rheumatoid Arthritis


b) Menyebutkan tanda gejala Rheumatoid Arthritis
c) Menyebutkan penyebab Rheumatoid Arthritis
d) Menyebutkan komplikasi Rheumatoid Arthritis
e) Menyebutkan penatalaksanaan Rheumatoid Arthritis
f) Menyebutkan tujuan kompres es batu untuk pasien Rheumatoid
Arthritis
g) Mendemonstrasikan kompres es batu

II. Rencana Pelaksanaan

a. Sasaran : Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta

b. Target : Lansia yang menderita penyakit rheumatoid atrithis

c. Waktu : Rabu, 18 Oktober 2019/09.00 WIB – Selesai

d. Tempat : Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta

e. Metode :

1. Ceramah

2. Demonstrasi

3. Tanya jawab

f. Media dan bahan

2
1. Leaflet

g. Setting Tempat

Keterangan:
: Leader

: Fasilitator

: Peserta

h. Tahap Kegiatan

No. Kegiatan Penyuluh Waktu Kegiatan Peserta


1. Membuka Penyuluhan 2 Menit - Menjawab Salam
a) Membuka salam - Menyetujui
b) Menyampaikan kontrak waktu - Mendengarkan
c) Menyampaikan tujuan penyuluhan
2. Penyampaian Isi 5 Menit - Mendengarkan
1. Menjelaskan pengertian - Mendemostrasikan
- Mengajukan
Rheumatoid Arthritis
pertanyaan
2. Menyebutkan tanda gejala
Rheumatoid Arthritis
3. Menyebutkan penyebab
Rheumatoid Arthritis
4. Menyebutkan komplikasi
Rheumatoid Arthritis
5. Menyebutkan penatalaksanaan
Rheumatoid Arthritis

3
6. Menyebutkan tujuan kompres es
batu untuk pasien Rheumatoid
Arthritis
7. Mendemonstrasikan kompres es
batu

3. Menutup Penyuluhan 3 Menit - Mendengarkan


a) Evaluasi dan menjawab
b) Membuat kesimpulan - Menjawab salam
c) Menutup dengan salam

i. Evaluasi

1. Evaluasi struktur
a. Membuat preplanning sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Membuat kontrak waktu dengan klien
c. Menyiapkan media dan perlengkapan
d. Mempersiapkan setting sesuai dengan preplanning.
2. Evaluasi Proses
a. Presentator menyampaikan materi tentang Rheumatoid Arthritis.
b. Klien menanggapi positif pelaksanaan kegiatan.
3. Evaluasi Hasil
a. 80% klien hadir dalam acara penyuluhan
b. 90% klien dapat menjawab pertanyaan.

j. DAFTAR PUSTAKA
Wallace, M. (2008). Essential of Gerontological Nursing. New York: Springer
Capezuti, E., Zwicker, D., Mezey, M., Fulmer, T., Miceli, G, D., Kluger. M.
(2008). Evidence –Based Geriatric Nursing Protocols for Best Practice third
editiion. New York: Springer.
Yip, B, Y., Tam, Y, C. (2008). An experimental study on the effectiveness of
massage with aromatic ginger and orange essential oil for moderate-to-
severe knee pain among the elderly in Hong Kong. Journal of complementary
medicine. Elsevier

4
RHEUMATOID ARTHRITIS

A. PENGERTIAN
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak
diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi
membran sinovial, yang menyebabkan,kerusakan pada sendi tulang ankilosis,
dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859). Rematoid Artritis
merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya
adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan
seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006) Artritis Reumatoid adalah gangguan
autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone &
Burke, 2001 : 1248).

B. ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara
pasti.Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal
dan faktor sistem reproduksi.Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor
infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Ada
beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid
yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

C. MANIFESTASI KLINIS
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian

5
2. Bengkak (Rheumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

1. Gerakan menjadi terbatas


2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi

Gejala Extraartikular pada jantung :

1. Rheumatoid heard diseasure


2. Valvula lesion (gangguan katub)
3. Pericarditis
4. Myocarditis

Pada mata :

1. Keratokonjungtivitis
2. Scleritis
3. pada lympa : Lhymphadenopathy
4. pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
5. pada otot : Mycsitis

6
D. KOMPLIKASI
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan
trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.

E. PATOFISIOLOGI
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag
dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α
untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan
bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti
interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan
kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara
langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk
memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari
rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui
secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai
komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga
mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan
gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi
angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada
synovial penderita reumatoid artritis.

7
F. PATHWAY

8
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus
2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
4. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat
5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
6. SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
7. JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
8. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
9. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
10. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
11. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
12. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
13. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen. Kriteria Artritis rematoid menurut
American Reumatism Association ( ARA ) adalah:

1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).


2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.

9
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut : Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan
berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama
6 minggu.
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.

I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a. Termoterapi
b. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
c. Pemberian Obat-obatan :
1. Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan
pada dosis yang telah ditentukan.
2. Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn
salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).
Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak
berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan
dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur
yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.
2. Keperawatan

10
a. Pendidikan :meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini.
b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,
ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6

volume II. ECG. Jakarta : 2006

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

11
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby

Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).

America : Mosby

Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius

12
A. DAFTAR PUSTAKA
Long Barbara C. (2012). Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses
keperawatan. Alih bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran Bandung: Bandung.
Mansjoer Arif, M. (2015). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: media
aeusculapius.
Price Sylvia Anderson. (2011). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, alih bahasa: Peter Anugerah, Buku Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
Sjamsuhidayat, R. dan Jong, W.D. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. 3th ed.
Jakarta: EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai