Dosen Pengampu
Fitria Dwi Prasetyaningtyas, S. Pd., M. Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Rombel C
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “Implementasi Wawasan Nusantara dalam
Hubungan antara Negara Indonesia dengan Bangsa-Bangsa Lain di Dunia” dengan baik tanpa
ada halangan suatu apapun. Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat
luas.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Kesimpulan.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah seharusnya kita mempelajari dan melestarikan budaya-budaya yang ada agar
generasi penerus masih bisa menikmatinya, serta mengembangkan nilai-nilai budaya daerah
yang membangun kebanggaan masyarakat terhadap daerah, sekaligus bangsa Indonesia.
iii
Wawasan Nasional adalah cara pandang suatu bangsa yang telah menegara tentang diri dan
lingkungannya dalam eksistensinya yang serba terhubung (interaksi & interelasi) serta
pembangunannya di dalam bernegara di tengah-tengah lingkungannya baik nasional,
regional, maupun global.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, ian yaitu benua
Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan Pasifik. Berdasarkan
pengertian modern, kata “nusantara” digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.
a. Menurut prof. Wan Usman, “Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek
kehidupan yang beragam.”
b. Hasnan Habib, wawasan nusantara merupakan kebulatan wilayah nasional, termasuk satu
kesatuan bangsa, satu tujuan, dan tekad perjuangan, satu kesatuan hukum, satu kesatuan
social budaya, satu kesatuan ekonomi, dan satu kesatuan pertahanan dan keamanan
(hanakam).
c. Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
d. Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi tap. MPR, yang
dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu “cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
v
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehipan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, secara sederhana wawasan nusantara
berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sedangkan pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia adalah: cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan
menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan
nasional.
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras, segenap
aspek kehidupan nasional.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungan-nya. Peranan ini
berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan ketergantungan
antara bangsa dengan ruang hi-dupnya. Oleh karena itu pemanfaatan lingkungan harus
bertanggung jawab. Bila tidak, maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang pada
akhirnya akan merugikan bangsa itu sendiri.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. Kepentingan nasional
menjadi dasar hubungan antara bangsa. Apabila satu bangsa kepentingan nasionalnya
sejalan atau paralel dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu
akan mu-dah terjalin hubungan persahabatan.Merentang hubungan internasional dalam
upaya ikut menegakkan perdamaian.
vi
vii
C. Wawasan Nasional Indonesia
viii
Dengan demikian nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah bersemayam dan
berkembang dalam hati sanubari dan kesadaran bangsa Indonesia, termasuk didalam
menggali dan mengembangkan Wawasan Nasional.
Wawasan Nasional merupakan pancaran dari Pancasila oleh karena itu
menghendaki terciptanya persatuan dan kesatuan dengan tidak menghilangkan ciri, sifat
dan karakter dari kebhinekaan unsur-unsur pembentuk bangsa (suku bangsa, etnis dan
golongan).
2. Pemikiran berdasarkan aspek kewilayahan
Dalam kehidupan bernegara, geografi merupakan suatu fenomena yang mutlak
diperhatikan dan diperhitungkan baik fungsi maupun pengaruhnya terhadap sikap dan
tata laku negara ybs. Wilayah Indonesia pada saat merdeka masih berdasarkan peraturan
tentang wilayah teritorial yang dibuat oleh Belanda yaitu “Territoriale Zee en Maritieme
Kringen Ordonantie 1939” (TZMKO 1939), dimana lebar laut wilayah/teritorial
Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah masing-masing pulau Indonesia.
TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah Indonesia sebab antara satu
pulau dengan pulau yang lain menjadi terpisahpisah, sehingga pada tgl. 13 Desember
1957 pemerintah mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang isinya :
1) Segala perairan disekitar, diantara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang
termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas/lebarnya adalah bagian-
bagian yang wajar daripada wilayah daratan Indonesia.
2) Lalu-lintas yang damai di perairan pedalaman bagi kapalkapal asing dijamin
selama dan sekedar tidak bertentangan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan
negara Indonesia.
3) Batas laut teritorial adalah 12 mil diukur dari garis yang menghubungkan titik-
titik ujung yang terluar pada pulaupulau negara Indonesia.
Sebagai negara kepulauan yang wilayah perairan lautnya lebih luas dari pada
wilayah daratannya, maka peranan wilayah laut menjadi sangat penting bagi kehidupan
bangsa dan negara.
Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut
Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut
ix
Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982. Wilayah perairan laut
Indonesia dapat dibedakan tiga macam, yaitu zona Laut Teritorial, zona Landas kontinen,
dan zona Ekonomi Eksklusif.
x
zona ekonomi eksklusif ini kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel serta pipa di
bawah permukaan laut tetap diakui sesuai dengan prinsipprinsip Hukum Laut
Internasional, batas landas kontinen, dan batas zona ekonomi eksklusif antara dua
negara yang bertetangga saling tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis yang
menghubungkan titik yang sama jauhnya dari garis dasar kedua negara itu sebagai
batasnya. Pengumuman tetang zona ekonomi eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia tanggal 21 Maret 1980.
Melalui Konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional ke3 tahun 1982,
pokok-pokok negara kepulauan berdasarkan Archipelago Concept negara Indonesia
diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the
Law of the Sea) atau konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Indonesia meratifikasi Unclos 1982 melalui UU No.17 th.1985 dan sejak 16
Nopember 1993 Unclos 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara sehingga menjadi
hukum positif (hukum yang sedang berlaku di masing-masing negara).
Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya pemanfaatan laut bagi
kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)
dan Landas Kontinen Indonesia.
Perjuangan tentang kewilayahan dilanjutkan untuk menegakkan kedaulatan
dirgantara yakni wilayah Indonesia secara vertikal terutama dalam memanfaatkan
wilayah Geo Stationery Orbit (GSO) untuk kepentingan ekonomi dan pertahanan
keamanan.
Ruang udara adalah ruang yang terletak diatas ruang daratan dan atau ruang
lautan sekitar wilayah negara dan melekat pada bumi dimana suatu negara
mempunyai hak yurisdiksi. Ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara merupakan
satu kesatuan ruang yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, telah meratifikasi Konvensi
Geneva 1944 (Convention on International Civil Aviation) sehingga kita menganut
pemahaman bahwa setiap negara memiliki kedaulatan yang lengkap dan eksklusif
terhadap ruang udara di atas wilayahnya, dan tidak dikenal adanya hak lintas damai.
Jadi tidak satu pun pesawat udara asing diperbolehkan melalui ruang udara nasional
suatu negara tanpa izin negara yang bersangkutan.
xi
3. Pemikiran berdasarkan Aspek Sosial Budaya
Budaya/kebudayaan secara etimologis adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh
kekuatan budi manusia. Kebudayaan diungkapkan sebagai cita, rasa dan karsa (budi,
perasaan, dan kehendak).
Sosial budaya adalah faktor dinamik masyarakat yang terbentuk oleh keseluruhan
pola tingkah laku lahir batin yang memungkinkan hubungan sosial diantara anggota-
anggotanya. Secara universal kebudayaan masyarakat yang heterogen mempunyai unsur-
unsur yang sama :
- Sistem religi dan upacara keagamaan
- Sistem masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
- Sistem pengetahuan
- Bahasa
- Keserasian
- Sistem mata pencaharian
- Sistem teknologi dan peralatan
Berdasar ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi,
masyarakat Indonesia sangat heterogen dan unik sehingga mengandung potensi konflik
yang sangat besar, terlebih kesadaran nasional masyarakat yang relatif rendah sejalan
dengan terbatasnya masyarakat terdidik. Besarnya potensi antar golongan di masyarakat
yang setiap saat membuka peluang terjadinya disintegrasi bangsa semakin mendorong
perlunya dilakukan proses sosial yang akomodatif. Proses sosial tersebut mengharuskan
setiap kelompok masyarakat budaya untuk saling membuka diri, memahami eksistensi
budaya masing-masing serta mau menerima dan memberi.
xii
Proses sosial dalam upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan
kesamaan persepsi atau kesatuan cara pandang diantara segenap masyarakat tentang
eksistensi budaya yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina
kehidupan bersama secara harmonis.
xiii
diwakili Adam Malik pernah ditunjuk untuk menjadi presiden di Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
d. Indonesia berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia sebagai anggota
PBB yakni sebagai berikut: Indonesia menyelenggarakan Konferensi Asia
Afrika yang melahirkan Dasasila Bandung, Indonesia menjadi pelopor dari
ZOFTAN dan SEANWFZ, Indonesia merupakan salah satu pelopor sejarah
berdirinya ASEAN dan sejarah berdirinya Gerakan Non Blok.
2) Implementasi dalam kehidupan Ekonomi
a. Hubungan antara Indonesia dengan Fillipina berpusat pada kerja sama di
bidang perdagangan ekspor-impor.Indonesia mengekspor minyak bumi, baja,
besi, dan alumunium ke Filipina.Sementara Filipina mengekspor gla dan kopra
ke Indonesia.
b. .Indonesia mengimpor beras dan gula,sebaliknya Indonesia mengeskspor kayu
lapis dan pesawat terbang ke Thailand. Dalam pertemuan terakhir antara
Indonesia dan Thailand akan membahas lebih jauh kerja sama bilateral di
bidang perikanan. Alasan perikanan menjadi pembahasan kedua negara karena
Indonesia memiliki kekayaan laut dan perikanan yang berlimpah. Di sisi lain
Thailand merupakan salah satu negara dengan kapal penangkapan terbanyak
dan memiliki Fishery Prolessing terbesar di dunia. Oleh karena itu, permasalah
ini pun dibahas. Diharapkan dapat menjaga hubungan baik dan menyatukan
antara Indonesia dan Thailand.
c. Indonesia mengekspor sayur-sayuran, buah-buahan, pakaian jadi, dan
kendaraan ke Brunei Darussalam.
d. Setelah Myanmar masuk menjadi anggota Asean, hubungan antara Indonesia
dengan Myanmar semakin erat. Adapun Indonesia dan Myanmar
mengutamakan kerja sama di bidang ekonomi,sosial,dan budaya. Di sisi lain
Indonesia dengan Myanmar akan membahas kerja sama dalam bidang
transportasi demi memperkuat sektor ekonomi dan bisnis, terutama bidang
perkereta apian sebagai contoh kerja sama yang direncanakan Indonesia.
xiv
3) Implementasi dalam kehidupan Sosial Budaya
a. Memberikan bantuan kemanusiaan, Indonesia mengirimkan bantuan
kemanusiaan untuk negara-negara asean yang dilanda bencana alam ataupun
konflik. Contohnya saja Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada
korban topan haiyan di negara Filipina.
b. Indonesia selalu berusaha berperan aktif untuk memberikan bantuan
kemanusiaan di berbagai negara. Bantuan kemanusiaan tersebut diantaranya
mengirimkan bantuan ke Ethiopia pada tahun 1984. Bantuan tersebut
disalurkan melalui FAO untuk Ethiopia yang saat itu dilanda bencana
kelaparan.
4) Implementasi dalam Pertahanan dan Keamanan
a. Dalam pertahanan dan keamanan Indonesia, Malaysia dan Singapura saling
menjaga Selat Malaka, Karena Selat Malaka merupakan lalu-lintas laut
Internasional. Dalam perdagangan, hubungan Indonesia, Malaysia, dan
Singapura membentuk kawasan Segitiga Emas yang terkenal dengan nama
Sijori (Singapura, Johor, dan Riau). Kerjasama yang dibentuk oleh Indonesia
pada pemerintahan Presiden SBY dengan Singapura bertujuan untuk
memperkuat hubungan bilateralnya,pemerintah mengadakan kerjasama dalam
bidang pertahanan perjanjian ekstradisi,dan perjanjian kontrak terorisme,
perjanjian tersebut di bicarakan pada tahun 2006 dimana Presiden SBY
berkunjung ke singapura dan membahas perjanjian tersbut.
b. Indonesia juga pernah berperan dalam membantu menyelesaikan konflik di
berbagai negara, diantaranya, pada tahun 1989 berhasil membantu
menyelesaikan konflik yang pernah terjadi di Kamboja.dan berperan sebagai
negara yang memediasi atau mediator penyelesaian konflik antara Filiphina
dan Moro National Front Liberation (MNFL).
xv
E. Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara
1. Pemberdayaan Masyarakat
John Naisbit dalam bukunya Global Paradox menyatakan negara harus dapat
memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya. Pemberdayaan masyarakat
dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas dan partisipasi masyarakat untuk
mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh negara-negara maju dengan
Buttom Up Planning, sedang untuk negara berkembang dengan Top Down Planning
karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan landasan
operasional berupa GBHN.
Kondisi nasional (Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan
keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi integritas. Pemberdayaan masyarakat
diperlukan terutama untuk daerah-daerah tertinggal.
2. Dunia Tanpa Batas
a. Perkembangan IPTEK
Mempengaruhi pola, pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam aspek kehidupan.
Kualitas sumber daya Manusia merupakan tantangan serius dalam menghadapi
tantangan global.
b. Kenichi Omahe dalam bukunya Borderless Word dan The End of Nation State
menyatakan : dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara
dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, namun kehidupan dalam satu
negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi,
investasi, industri dan konsumen yang makin individual. Untuk dapat menghadapi
kekuatan global suatu negara harus mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih
memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat.
c. Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia
tanpa batas dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara, mengingat
perkembangan tsb akan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam pola pikir,
pola sikap dan pola tindak di dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
xvi
3. Era Baru Kapitalisme
a. Sloan dan Zureker
Dalam bukunya Dictionary of Economics menyatakan Kapitalisme adalah suatu
sistim ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang
dan kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk
berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan
kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba guna diri sendiri.
Di era baru kapitalisme,sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan
melakukan aktivitasaktivitas secara luas dan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat sehingga diperlukan strategi baru yaitu adanya keseimbangan.
b. Lester Thurow Dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan : untuk dapat
bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan
(balance) antara paham individu dan paham sosialis. Di era baru kapitalisme, negara-
negara kapitalis dalam rangka mempertahankan eksistensinya dibidang ekonomi
menekan negara-negara berkembang dengan menggunakan isu-isu global yaitu
Demokrasi, Hak Azasi Manusia, Lingkungan hidup.
4. Kesadaran Warga Negara
a. Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban
Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Hak dan
kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
b. Kesadaran bela negara
Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non fisik
untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, memberantas
KKN, menguasai Iptek, meningkatkan kualitas SDM, transparan dan memelihara
persatuan. Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela negara mengalami penurunan
yang tajam dibandingkan pada perjuangan fisik.
xvii
F. Prospek Implementasi Wawasan Nusantara
Dari rumusan-rumusan diatas ternyata tidak ada satupun yang menyatakan tentang perlu
adanya persatuan, sehingga akan berdampak konflik antar bangsa karena kepentingan
nasionalnya tidak terpenuhi. Dengan demikian Wawasan Nusantara sebagai cara pandang
bangsa Indonesia dan sebagai visi nasional yang mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa masih tetap valid baik saat sekarang maupun mendatang, sehingga prospek wawasan
nusantara dalam era mendatang masih tetap relevan dengan norma-norma global.
Dalam implementasinya perlu lebih diberdayakan peranan daerah dan rakyat kecil, dan
terwujud apabila dipenuhi adanya faktor-faktor dominan : keteladanan kepemimpinan
nasional, pendidikan berkualitas dan bermoral kebangsaan, media massa yang memberikan
informasi dan kesan yang positif, keadilan penegakan hukum dalam arti pelaksanaan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
xviii
G. Keberhasilan Implementasi Wasantara
Agar ke-2 hal dapat terwujud diperlukan sosialisasi dengan program yang teratur, terjadwal
dan terarah.
Beberapa wilayah terluar NKRI baik daerah perairan maupun daratan sering terjadi
perseteruan antara batas negara Indonesia dengan negara-negara tentangga. Hal ini
dikarenakan perselisihan penetapan batas-batas wiilayah negara yang berseteru. Namun
pemerintah Indonesia tetap gigih mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI.
Pada tahun 1969 Malaysia mengumumkan bahwa lebar wilayah perairannya menjadi 12
mil laut diukur dari garis dasar seseuai ketetapan dalam Konvensi Jenewa 1958. Namun
sebelumnya Indonesia telah lebih dulu menetapkan batas-batas wilayahnya sejauh 12 mil laut
dari garis dasar termasuk Selat Malaka. Hal ini menyebabkan perseteruan antara dua negara
mengenai batas laut wilayah mereka di Selat Malaka yang kurang dari 24 mil laut.
Penyelesaian
Pada tahun 1970 tepatnya bulan Februari-Maret dilaksanakan perundingan mengenai hal
tersebut, sehingga menghasilkan perjanjian tentang batas-batas Wilayah Perairan kedua
negara di Selat Malaka. Penentuan titik kordinat ditetapkan berdasarkan garis pangkal
masing-masing negara. Dengan diberlakukannya Konvensi Hukum Laut Internasional 1982,
maka penentuan titik dasar dan garis pangkal dari tiap-tiap negara perlu diratifikasi
berdasarkan aturan badan internasional yang baru. Namun belum ditetapkannya batas ZEE
(Zona Ekonomi Eksklusif) menyebabkan seringnya tangkap-menangkap nelayan di wilayah
xix
perbatasan. Berdasarkan ketentuan UNCLOS-82, sebagai coastal state, Malaysia tidak
diperbolehkan menggunakan Pulau Jara dan Pulau Perak sebagai base line yang31dua pulau
tersebut lebih dari 100 mil laut.
Di sebelah utara Pulau Karimun Besar dan Pulau Bintan merupakan wilayah perbatasan
tiga negara, yakni Indonesia, Singapura dan Malaysia. Kedua wilayah ini belum mempunyai
perjanjian batas laut. Permasalahan muncul setelah Singapura dengan gencar melakukan
reklamasi pantai di wilayahnya. Sehingga terjadi perubahan garis pantai ke arah laut (ke arah
perairan Indonesia) yang cukup besar. Bahkan dengan reklamasi, Singapura telah
menggabungkan beberapa pulaunya menjadi daratan yang luas.
Penyelesaian
Negosiasi antara kedua belah pihak yang dilakukan sejak tahun 2005 akhirnya berbuah
kesepakatan bahwa Batas laut yang ditentukan adalah Pulau Nipa dan Pulau Tuas, sepanjang
12,1 kilometer. Kesepakatan ini mulai berlaku tertanggal 30 Agustus 2010.
Pulau Miangas yang terletak dekat Filipina, diklaim miliknya. Hal itu didasarkan atas
ketentuan konstitusi Filipina yang masih mengacu pada treaty of paris 1898. Sementara
Indonesia berpegang pada wawasan nusantara (the archipelagic principles) sesuai dengan
ketentuan Konvensi PBB tentang hukum laut (UNCLOS 1982).
Penyelesaian
Dinyatakan lebih lanjut dalam protocol perjanjian ekstradisi Indonesia – Filiphina mengenai
defisi wilayah Indonesia yang menegaskan Pulau Miangas adalah Milik Indonesia atas dasar
putusan Mahkamah Arbitrase Internasional 4 April 1928.
xx
4. BATAS DARATAN INDONESIA-MALAYSIA MENGENAI AMBALAT
Sengketa Ambalat ini diakibatkan oleh negara Malaysia yang ingin merebut Ambalat
karena keistimewaan Ambalat yang memiliki kakayaan laut dan bawah laut, khususnya untuk
pertambangan minyak. Hal ini dapat dibuktikan ketika Malaysia membuat peta baru pada
tahun 1969 yang memasukan pulau Sipadan dan Ligitan pada wilayah negaranya, tentu
negara Indonesia tidak terima dengan pengakuan sepihak tanpa dasar aturan yang jelas.
Pengajuan sepihak itu membuat Indonesia tidak mengakui peta baru Malaysia tersebut. Lalu
Indonesia menyelesaikan sengketa ini dengan penandatanganan kembali Persetujuan Tapal
batas Laut Indonesia dan Malaysia.
Penyelesaian
Malaysia kembali membuat sengketa dengan Indonesia atas pembuatan peta baru pada tahun
1979 yang secara sepihak membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan memasukan blok
maritim Ambalat ke dalam wilayahnya. Indonesia kembali tidak mengakui peta baru
Malaysia karena melanggar perjanjian yang telah disepakati. Ancaman perbatasan yang
dilakukan Malaysia ini semakin diperparah ketika Mahkamah Internasional menyatakan
pulau Sipadan dan Ligitan yang berada di blok Ambalat dinyatakan bagian dari wilayah
Malaysia. Namun Pulau Ambalat tetap berada dalam wilayah Indonesia.
Sengketa mengenai penambangan pasir laut di perairan sekitar Kepulaun Riau yang
dilakukan oleh Singapura harus ditangani serius oleh pemerintah Indonesia. Penambangan
pasir tersebut mengakibatkan kerusakan parah pada ekosistem pesisir pantai sehingga banyak
para nelayan kita yang kehilangan mata pencaharian. Lebih parahnya penambangan pasir laut
yang dilakukan itu mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil di Indonesia karena telah
ada kasus tenggelamnya pulau Nipah. Jika hal ini dibiarkan saja maka diatakutkan terjadi
perubahan batas laut dengan Singapura karena perubahan geografis di Indonesia.
Penyelesaian
Kementrian Pertahanan Mengkampanyekan Untuk Mereklamasi Pulau Nipa karena pada
tahun 2004 sampai 2008 penduduk menjual pasir pantai Pulau Nipa kepada Singapura.
Langkah KemHan ini menghabiskan dana lebih dari 300 Milyar Rupiah.
xxi
Ini hanya sebagian kecil permasalahan perbatasan Indonesia dengan negara tentangga.
Usaha pemerintah dalam mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI bukanlah isapan
jempol belaka, berkali-kali wilayah Indonesia terselamatkan atas klaim-klaim negara luar.
Meskipun beberapa wilayah Indonesia jatuh ketangan asing seperti Pulau Sipadan dan
Ligitan. Kita sebagai calon penerus bangsa harus jeli dan ikut serta mengawasi wilayah
perbatasan negara kita. Semoga tidak terjadi lagi permasalahan wilayah perbatasan yang
dapat merugikan negara.
xxii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wawasan nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Adapun peranan
wawasan nusantara yaitu mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang
serasi dan selaras, segenap aspek kehidupan nasional, menumbuhkan rasa tanggung
jawab atau pemanfaatan lingkungan-nya, dan menegakkan kekuasaan guna melindungi
kepentingan nasional.
Wawasan nasional Indonesia dikembangkan berdasarkan wawasan nasional
secara universal sehingga dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik
yang dipakai negara Indonesia. Pada implementasinya terdapat dalam berbagai bidang
seperti politik, wkonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan. Namun,
tantangan yang dihadapi dapat berupa pemberdayaan masyarakat, dunia tanpa batas atau
IPTEK, kapitalisme, hingga kesadaran warga negara. Tantangan lain yang dihadapi juga
dapat dari bangsa lain seperti batas perairan indonesia-malaysia di selat malaka, yang
mana hanyalah sebagian kecil permasalahan perbatasan Indonesia dengan negara
tentangga.
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
Lemhannas RI. 2017. Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi-27. Jakarta: Biro Humas Settama
Lemhannas RI.
Astawa, Putu Ari. 2017. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik di Indonesia. Bali: UNUD.
xxiv