maglev dalam
Kata
POTENSI DAN KENDALAL DALAM PENGAKTIFAN
KEMBALI
JALURcampuran.
REL KERETA
'train' berasal dari bahasa Perancis Tua
API BANJAR CIJULANG
Angga Rizki Pratama (222012189)
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kereta api adalah bentuk transportasi
rel yang terdiri dari serangkaian kendaraan
yang didorong sepanjang jalur kereta api
untuk mengangkut kargo atau penumpang.
Gaya gerak disediakan oleh lokomotif
yang terpisah atau motor individu dalam
beberapa unit. Meskipun propulsi historis
mesin uap mendominasi, bentuk-bentuk
modern yang paling umum adalah mesin
diesel dan listrik lokomotif, yang
disediakan oleh kabel overhead atau rel
tambahan. Sumber energi lain termasuk
kuda, tali atau kawat, gravitasi, pneumatik,
baterai, dan turbin gas. Rel kereta api
biasanya terdiri dari dua, tiga atau empat
rel, dengan sejumlah monorel dan
1.2 Tujuan
Untuk memberikan wawasan kepada
pembaca bahwa jalur rel Banjar cijulang
ini mempunyai potensi dalam segi
ekonomi, sosial dan pariwisata dan
kendala pengaktifan kembali dari jalur
Banjar Cijulang
1.3 Ruang lingkup
- Latar belakang pembangunan Jalur
Banjar Cijulang
- Mengapa Jalur Banjar cijulang
ditutup ?
- Pengaruh penutupan jalur Banjar
Cijulang
- Potensi dari pengaktifan kembali
jalur banjar cijulang
BAB II
Pembahasan
2.1 Latar belakang pembangunan
jalur Banjar - cijulang
Jalur kereta api ini, menghubungkan
kota-kota kecamatan di kawasan Ciamis
selatan yang sekarang masuk dalam
administrasi Kabupaten Ciamis dan Kota
Banjar.
Adapun kota-kota yang dihubungkan
dengan jalur kereta api ini yakni Banjar Banjarsari - Padaherang - Kalipucang Ciputrapinggan - Pangandaran Parigi dan
berakhir di Cijulang.
Pembangunan jalur kereta api ini
diusulkan oleh pihak swasta pada masa
pemerintah Hindia Belanda. Terdapat
berbagai argumentasi tentang perlunya
dibangun jalur kereta api ini, yakni sebagai
berikut:
Pada
tahun
Nellensteyn mengajukan
1898,
F.J
konsesi
pembangunan
trem
penghubung
Pameungpeuk - Rancaherang - Klapagenep
Cijulang Parigi - Cikembulan
Kalipucang Padaherang - Banjar.
Konsesi tersebut diterima pemerintah,
tetapi Nellensteyn sendiri tak mengerjakan
proyek yang diajukan itu.
Pada tahun yang sama, usul datang
dari H.J Stroband. Ia mengajukan konsesi
pembangunan trem uap dengan jalur yang
lebih pendek dari usulan Nellensteyn, yaitu
Banjar Banjarsari Kalipucang
Cikembulan Parigi Cijulang. Namun,
usulannya ditolak pemerintah.
Kemudian Eekhout van Pabst dan Lawick
van Pabst. Akan tetapi, seperti usul
sebelumnya, usul Eekhout dan van Pabst
pun tidak ditindaklanjuti.
Latar
belakang
dari
pengajuan
pembangunan jalur kereta-api tersebut
dilatarbelakangi kepentingan ekonomi. Di
sekitar Banjar terdapat banyak perkebunan
yang
sangat
memerlukan
sarana
transportasi memadai untuk proses
pengangkutan. Di antara perkebunan itu
adalah
perkebunan Lawang
Blengbeng, Leuweung Kolot I, Leuweung
Kolot
II,Bantardawa
I, Bantardawa
II, Cikaso I, Cikaso II, Banjarsari I,
dan Banjarsari II. Semua perkebunan itu
milik kalangan swasta dari Eropa.
Di samping itu, hasil pertanian yang
melimpah di Priangan tenggara dan
lembah Parigi merupakan pertimbangan
lain di balik usul pembangunan jalur
tersebut. Di kawasan itu banyak padi hasil
panen petani yang sudah disimpan lebih
dari enam tahun karena kesulitan dalam
yakni Terowongan
Batulawang (281,5
meter),Terowongan
Hendrik (105
meter), Terowongan
Juliana (147,70
meter),
dan
Terowongan
Sumber
atau Wilhelmina (1.116,10 meter).
Salah
satu
jembatan
dan
terowongan merupakan paling panjang di
Indonesia
yaitu Jembatan
Cikacepit
dengan panjang 290 meter dan
Terowongan
Sumber
atau Wilhelmina dengan
panjang
1.116,10 meter.
Manfaat ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat
sangat berkaitan dengan produksi,
distribusi, dan pertukaran kekayaan.
Kegiatan tersebut membutuhkan modal
transportasi. Dengan tranportasi bahanbahan baku dibawa menuju tempat
b. Manfaat sosial
Untuk
kepentingan
sosial
transportasi sangat membantu dalam
berbagai kemudahan yaitu: pelayanan
perorangan atau kelompok, pertukaran
atau penyampaian informasi, perjalanan
untuk bersantai dan lain-lain.
Dalam aspek sosial ini pada musim
mudik banyak sekali masyarakat yang
melakukan tradisi tahunan tersebut
sehingga
sehingga
lalu
lintas
menggunakan transportasi darat ini terjadi
kemacetan yang panjang hingga berjam
jam, dengan adanya transportasi rel ini
akan mengurai kemacetan lalu lintas, serta
membuat transportasi yang praktis dari
banjar menuju pangandaran.
Tak hanya itu dengan pengaktifan
kembali jalur rel ini akan meningkatkan
taraf sosial untuk daerah yang terlewati
oleh jalur rel tersebut.
2.4 Kendala Peng- aktifan jalur rel
Banjar Cijulang
Dalam suatu langkah pengaktifan
kembali ruas jalur rel Banjar Cijulang
terdapat beberapa kendala yang harus
diperhatikan dan dihadapi oleh Badan
pengelola jalan kereta api di Indonesi di
atur oleh Dirjen Perkeretapiaan. Dibawah
ini terdapat beberap kendala yang dihadapi
dalam langkah pnegaktifan kembali jalur
rel banjar cijulang, diantaranya,
1) Finansial
Kondisi dari eksisting jalur kereta
api Banjar cijulang sangat
Mulyana,
Ekonomi
dan
Pengembangan Wilayah: Latar
Belakang Pembangungan Jalan