Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dokter adalah seseorang yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatan serta

dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Fungsi dan tujuan dari profesi

dokter yaitu sebagai salah satu unsur dimasyarakat dan pemerintahan amat

dibutuhkan perannya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Harapan

masyarakat bila berhadapan dengan tenaga kesehatan adalah dapat memberikan solusi

untuk menyelesaikan masalah kesehatannya baik keluhan hal yang mendasar sampai

hal-hal yang komplikasi ditanyakan kepada mereka. Peran seorang “penyembuh” ini

amat mulia dan dihargai sangat tinggi dimata masyarakat. Biasanya masyarakat hanya

tahu, petugas yang melayani mereka untuk pengobatan mereka panggil dengan

sebutan “dokter”.Padahal seperti yang kita ketahui, tidak hanya seseorang yang

berprofesi sebagai dokter yang melakukan dan memberikan pengobatan.1

Pelayanan jasa dibidang kesehatan di Indonesia masih dirasakan kurang

maksimal, berbagai macam terobosan telah dilakukan oleh pemerintah, misalnya

menambah jumlah fasilitas kesehatan. Untuk itu Indonesia mendatangkan profesi

dokter asing dalam ilmu teknologi dibidang medis. Dikarenakan perkembangan

zaman, Indonesia masih bisa dibilang belum mampu mengimbangi Negara lain

khususnya masalah teknologi di bidang medis, dan lebih pada metode pengobatan

baru.

1
Farini prima, Peran dan fungsi tenaga kesehatan, www.kompasiana.com , 2015, Diakses
Pada Tanggal 21 oktober 2019, Pukul 16:00 WIB.
2

Di Era Globalisasi, setiap orang tidak terikat oleh negara dan batas wilayah.

Artinya pembatasan antar negeri untuk perpindahan barang, jasa, modal, manusia,

teknologi tanpa batas, karena batas antar negara semakin berkurang, sementara

kemajuan teknologi dan informasi berkembang demikian cepat. Globalisasi

mempengaruhi perubahan di semua sektor, termasuk dalam bidang kesehatan.2Begitu

juga bagi Negara ASEAN ikut serta untuk kemajuan teknologi dan informasi di

semua sektor termasuk di bidang kesehatan, khususnya dalam bidang

kedokteran.ASEAN atau Association of Southeast Asian Nation adalah geopolitik dan

ekonomi dari Negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Didirikan di Bangkok, 8

Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh 5 Negara yaitu Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.3

Kerjasama antara Negara ASEAN dijalin, dimana salah satunya adalah

kerangka ekonomi yang dinamakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA

merupakan salah satu bentuk kerjasama antar Negara anggota ASEAN dalam bidang

perekonomian. Diawali dari perjanjian bersama pada Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia. Terdapat dokumen Blueprint (cetak

biru) yang didalamnya memuat empat pilar yang sudah disepakati dalam pertemuan

ke-38 ASEAN Economic Minister Meeting (AEM) di Kuala Lumpur pada bulan

Agustus tahun 2016. Tujuan MEA adalah agar semua negara anggota memiliki

tingkat perekonomian yang sama sehingga tidak menimbulkan kesenjangan dan

2
Ahmad, Pengertian globalisasi, www.yuksinau.id , 2019, diakses pada tanggal 17 oktober
2019, pukul 14.20 WIB
3
Setnas asean, Tentang ASEAN, www.setnas-asean.id , 2017, diakses pada tanggal 17 oktober
2019 , pukul 14:20 WIB
3

kemiskinan. Program ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan negara agar

lebih maju.

Peraturan dokter asing menurut hukum Indonesia ada pada UU No 29 Tahun

2004 Tentang Profesi Dokter, dan Peraturan Mentri Kesehatan No 67 tahun 2013

Tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing. Dalam Undang-

Undang dan Peraturan Kementrian tersebut sudah dijelaskan bahwasanya jika profesi

dokter asing yang melakukan praktek di Indonesia harus memiliki kriteria dan syarat

syarat yang sudah ditetapkan oleh peraturan tertulis yaitu undang-undang di

Indoensia; Undang-Undang No 29 tahun 2004 Pasal 32 Ayat (1) menyatakan;

Surat tanda registrasi bersyarat dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis yang

diberikan oleh Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi kepada peserta

didik untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi

di Indonesia bagi dokter atau doktesr gigi warga negara asing.

Indonesia merupakan salah satu pendiri ASEAN, dan Indonesia telah mampu

menciptakan stabilitas regional di kawasan Asia Tenggara.Indonesia juga turut serta

dalam perkembangan di berbagai bidang tingkat ASEAN.Salah satunya adalah untuk

mengembangkan dalam bidang kesehatan khususnya profesi dokter. Dalam Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor 2025/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran dalam Pasal 18 yang berisi: “dokter dan dokter gigi

warga Negara asing hanya dapat bekerja atas permintaan fasilitas pelayanan

kesehatan tertentu dalam ruang lingkup:


4

a) Pemberi pelatihan dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

b) Pemberi pelayanan.”

Dalam kawasan Ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan berdaya saing

tinggi ditandai dengan kemudahan jasa-jasa dan investasi bebas, maka mendorong

pembangunan ekonomi yang merata, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan

pergerakan tenaga internasional dan jasa secara bebas di kawasan Ekonomi ASEAN.

Terbentuknya MEA dengan visi Kawasan Ekonomi ASEAN yang berdaya saing

tinggi menunjukkan bahwa, persaingan merupakan suatu elemen yang esensial dalam

perekonomian modern.4

MEA kemudian mengatur tentang kemajuan teknologi dan informasi di

bidang jasa yaitu dalam Mutual Recognition Arrangement (MRA). MRA adalah

perjanjian antar dua negara atau lebih untuk mencapai suatu kesepakatan yang di

dalamnya mengatur kepentingan masing-masing negara mengenai suatu hal. MRA

diaplikasikan untuk hal-hal yang berkaitan dengan keprofesian dan tenaga

profesional. Dalam perkembangan MRA ASEAN, telah ditentukan bahwa pada

dasarnya, MRA mengatur mengenai pemfasilitasi di 8 Profesi yang terdapat pada

Pasal 5 Asean Framework Agreement (ASAF), yaitu:

1. Engineering Services (Jasa Insinyur/Engineering)

2. Nursing Services (Jasa Keperawatan)

3. Architectural Services (Jasa Arsitektur)

4. Surveying Qualifications (Jasa Ahli Survey)

4
Syahmin AK, 2006, Hukum Dagang Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, hlm 14
5

5. Accountancy Services (Jasa Akuntan)

6. Medical Practitioners (Jasa Tenaga Dokter)

7. Dental Practitioners (Jasa Tenaga Dokter Gigi)

8. Tourism Professionals (Jasa Tenaga Pariwisata)

Tujuan dari kedelapan bidang profesi ini mirip satu sama lain, seperti saling

menukar informasi dan memfasilitasi mobilitas para ahli profesi yang bersangkutan,

dimana hal ini dinyatakan langsung dalam kedelapan perjanjian MRA tersebut.

Dengan adanya kerjasama antar negara ASEAN maka terjadi perjanjian internasional

diantara negara-negara tersebut.

Berlakunya arus bebas tenaga kerja dalam kerangka Masyarakat Ekonomi

ASEAN menimbulkan dampak terhadap mobilitas tenaga kerja terampil, salah

satunya jasa profesi dokter. Peraturan tersebut dinamakan lebih rinci lagi dengan

Mutual Recognition Arrangement On Medical Practitioners. Mutual Recognition

Arrangements On Medical Practitioners, terdapat didalamnya peraturan yang

mengatur bagaimana perdagangan jasa bagi profesi dokter. Profesi dokter yang

dimaksudkan dalam hal ini yaitu profesi dokter dan dokter gigi. Di Indonesia sendiri

sudah ada peraturan yang mengatur bagaimana kedudukan bagi profesi dokter asing

yang akan masuk ke Indonesia untuk berbagai macam kegiatan. Peraturan tersebut

sudah tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67

Tahun 2013 tentang Pendayagunaan Tenaga Kerja Negara Asing di Indonesia.

MRA on Medical Practitioners ditetapkan pada 26 Februari 2009 di Cha-am,

Thailand.MRA ini bertujuan untuk untuk memfasilitasi mobilitas dokter umum di

kawasan ASEAN.Kemudian bertujuan untuk tukar menukar informasi dan


6

membangun kerjasama pada sektor kesehatan ini.Meningkatkan kualitas pelaksanaan

standarisasi dan yang terakhir untuk memberikan kesempatan program pembangunan

kapasitas dan pelatihan bagi para dokter umum. Sumber Daya Manusia di Indonesia

dalam bidang perekonomian sudah cukup bersaing sebelum adanya MEA, akan tetapi

setelah adanya MEA, masyarakat dari negara-negara anggota ASEAN dapat masuk

ke Indonesia membantu perekonomian Indonesia dan tidak dapat dipungkiri bahwa

satu hal yang pasti ialah masuknya sumber daya manusia dari berbagai negara di

Indonesia mengancam keberadaan ataupun kedudukan subjek ekonomi yang ada di

negara Indonesia. Salah satunya dalam bidang kesehatan.

Pengaturan profesi dokter yang berada di negara Indonesia terkait MRA On

Medical Practitioners masih terdapat kejanggalan atau permasalahan yang terjadi

seperti salah satu contoh kasus yaitu, profesi dokter asing dari Negara Singapura yang

masuk ke Indonesia dalam rangka membagi ilmu tentang teknologi yang sebelumnya

belum pernah digunakan oleh profesi dokter Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi

karena sudah sangat dibutuhkan teknologi yang lebih baru yang akan digunakan di

Indonesia. Dengan terbukanya arus ahli teknologi antar Negara karena adanya MRA

On Medical Practitioners.

Dari contoh kasus yang lainnya, yaitu keberadaan dokter asing illegal yang

membuka praktik medis di Indonesia khususnya Jakarta dengan memakai izin tinggal

sementara untuk bisnis atau wisata.Keberadaan dokter asing illegal ini sudah

melanggar aturan. Dikarenakan dokter asing yang ingin bekerja di Indonesia harus

memenuhi kompetensi, punya surat tanda registrasi dan surat rekomendasi

kementrian kesehatan Negara asal, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 67/2013


7

tentang pendayagunaan tenaga kesehatan warga Negara asing. Seiring pemberlakuan

masyarakat ekonomi asean, pihaknya tidak mempersulit dokter asing yang praktik di

Indonesia.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk

membahas dengan menuangkannya ke dalam proposal penelitian yang berjudul

“Pengaturan Profesi Dokter Asing di Indonesia Dalam Kerangka Masyarakat

Ekonomi ASEAN ”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaturan profesi dokter asing di Indonesia dalam

kerangka MEA?

2. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam menangani kasus pelanggaran

profesi dokter asing di Indonesia?

C. Tujuan penelitian

Penulis akan mencoba menguraikan apa saja sasaran dan tujuan yang akan

dicapai dalam penulisanskripsi ini adalah :

1 Untuk mengetahui pengaturan profesi dokter asing dalam kerangka MEA

2 Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menangani kasus

pelanggaran profesi dokter asing yang terjadi di Indonesia.

D. Metode penelitian

1 Jenis penelitian

Dalam penelitian ini,penulis akan menggunakan metode pendekatan

hukum normatif/yuridis, artinya penelitian hukum yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka/data sekunder atau penelitin ini


8

disebut penelitian hukum doktriner karena peneletian dilakukan hanya

pada peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum lainnya

2 Sumber Data

Data sekunder adalah data penelitian yang di peroleh dari dokumen-

dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek

penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan

perundang-undangan. Sumber data sekunder yang terdiri dari 3, yakni:

a) Bahan hukum primer yaitu bahan penelitian yang berasal dari

peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

judul dan permasalahan yang dirumuskan, mencakup:

1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran

2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan

3. Mutual Recognition Arrangements On Medical Practitioners

4. Peraturan Mentri Kesehatan No 67 Tahun 2013 Tentang

Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

2025/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin Praktik dan

Pelaksanaan Praktik Kedokteran.


9

b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, atau

pendapat pakar hukum, serta penelusuran informasi melalui internet.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder seperti kamus hukum dan ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan melakukan studi pustaka, yaitu data

yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari

peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, dan hasil

penelitian. Dengan cara mempelajari, menganalisa, dan menyimpulkan

bahan-bahan hukum tersebut, yang ada hubungannya dengan pokok

masalah.

Perpustakaan yang dikunjungi oleh penulis adalah :

a) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

b) Perpustakaan Universitas Bung Hatta

4. Analisa data

Analisa data yang digunakan penulis, yaitu kualitatif artinya dengan

mengelompokkan data menurut aspek-aspek yang diteliti atau tanpa

menggunakan angka-angka.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1 Tinjauan Profesi Dokter Asing

1.1 Pengertian dan Pengaturan Profesi Dokter Asing

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dokter adalah lulusan

pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya, dan

spesialis adalah dokter yang mengkhususkan keahliannya dalam satu macam

penyakit, sedangkan dokter spesialis adalah dokter yang mengetahui “semua”

penyakit pada sebagian (satu organ atau satu sistem) tubuh manusia.

Dokter adalah pihak yang mempunyai keahlian di bidang kedokteran.

Pada Kedududukan ini, dokter adalah orang yang dianggap pakar dalam bidang

kedokteran.Dokter juga orang yang memiliki kewenangan dan izin sebagaimana

mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan, khususnya memeriksa dan

mengobati penyakit dan dilakukan menurut hukum dalam pelayanan kesehatan.

Definisi “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang menjadi

tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua

masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi,

golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, kolaborasi dengan

profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang

efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum,

etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi

dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran.


11

Ada terdapat beberapa pengaturan yang berkaitan dengan profesi dokter

asing ini, mencakup ;

1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

2. Undang_undang Nomor 36 tahun 2014 tentag Tenaga Kesehatan

3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2025/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan

Praktik Kedokteran5

1.2 Ruang lingkup profesi dokter asing

Era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) memungkinkan banyak dokter

asing di Indonesia.Meski demikian, dokter asing tak bisa melakukan praktik atau

bekerja di Indonesia secara sembarangan.

Dokter dan Dokter Gigi warga negara asing hanya dapat bekerja atas

permintaan fasilitas pelayanan kesehatan tertentu dalam ruang lingkup:

a. pemberi pelatihan dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan

teknologi; dan

b. pemberi pelayanan.

1.3 Tugas dan wewenang seorang dokter adalah:6

a) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan

standar prosedur operasional serta kebutuhan pasien.

5
KKI, Pedoman praktik dokter dan dokter gigi di Indonesia, www.kki.go.id , 2016
6
Sri Siswati, 2013, Etika dan Hukum Kesehatan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm 58
12

b) Merujuk pasien ke dokter atau drg lain yg memiliki keahlian atau

keterampilan yg lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau pengobatan.

c) Merahasiakan segala sesuatu yg diketahuinya tentang pasien,

bahkan setelah pasien meninggal dunia, serta tunduk pada tata cara

pembukaan Rahasia Kedokteran menurut Hukum yg berlaku.

d) Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kec: ia

yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.

e) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran.

1.4 Tujuan dari profesi dokter asing

Tujuan utama dari profesi dokter asing adalah meningkatkan mutu dokter

dan fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Tujuan lainnya adalah bisa saling

mendapat keuntungan serta dapat memberikan manfaat kepada Negara tuan

rumah, yaitu:

a. Mendapatkan informasi yang lebih baik terkait masalah kesehatan dan

bertukar informasi tentang teknologi, karena telah bekerja sama dengan

Profesi dokter Asing.

b. Dapat mendorong upaya peningkatan kualitas profesi dokter Indonesia secara

terus menerus

c. Meningkatkan efisiensi dan daya saing di tingkat Intenasional.

Efisiensi yang dimaksudkan adalah seperti dapat meningkatkan teknologi

yang digunakan untuk menangani pasien di dalam negeri dan memberikan


13

kesempatan bagi tenaga kerja di ASEAN untuk mengembangkan pengetahuan

dan praktik medis di Negara Anggota ASEAN lainnya. Tujuan utamanya yaitu

agar dapat mengetahui dan mempelajari seperti apa praktik kedokteran terbaik

untuk kemajuan ilmu kedokteran di kawasan ASEAN.

Selain regulasi dan kebijakan yang telah dikembangkan oleh pemerintah

pusat, peran Pemerintah dan lembaga pendidikan juga amat penting untuk

meningkatkan daya saing tenaga kesehatan, diantaranya:

a. Mengembangkan sistem pemantauan (surveilans) tenaga kerja asing di

wilayahnya masing-masing, bekerja sama dengan instansi terkait terutama

pihak imigrasi. Walaupun telah ada Undang-undang Tentang Pendayagunaan

Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing di Indonesia, kemungkinan masuknya

tenaga kesehatan asing secara ilegal masih amat memungkinkan.

b. Pemerintah provinsi/kab/kota terutama dinas kesehatan bekerja sama dengan

instansi terkait, juga perlu memantau dengan ketat standar mutu lulusan

lembaga pendidikan kesehatan di daerahnya masing-masing agar sesuai

dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan

tanggung jawab dan kewenangan pemerintah provinsi/kab/kota yang diatur

dalam Pasal 6 dan 7 Undang-Undang Republik Tahun 2014.

c. Untuk meningkatkan kesempatan tenaga kesehatan bekerja di luar negeri,

pemerintah daerah, terutama dinas tenaga kerja perlu menjalin hubungan

dengan para konsulat negara sahabat yang ada di daerahnya masing-masing

dan dengan Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).


14

Hal ini sejalan dengan Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan

Kementrian Kesehatan Tahun 2011-2025.

d. Semua lembaga pendidikan bidang kesehatan harus meningkatkan kompetensi

dan kemampuan Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya bagi para

mahasiswanya.

2 Tinjauan Tentang MEA

2.1 Sejarah ASEAN

ASEAN (Association of South East Asian Nations) atau Perhimpunan

Bangsa - bangsa Asia Tenggara (Perbara) dirintis oleh 5 negara yaitu Indonesia,

Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Titik mula peringatan sejarah

berdirinya ASEAN ditandai dengan dirumuskannya Deklarasi Bangkok pada 8

Agustus 1967. Dalam buku Association of South East Asian Nations (ASEAN):

Sejarah Konstitusi dan Integrasi Kawasan (2014) karya Koesrianti dituliskan,

Sekretariat ASEAN dibentuk pada 24 Februari 1976 dan berkedudukan di

Jakarta. Hartono Rekso Dharsono dari Indonesia didapuk sebagai Sekretaris

Jenderal (Sekjen) ASEAN pertama. Organisasi dalam lingkup regional ini seolah

menjadi asa dalam upaya memadukan bangsa-bangsa di Asia Tenggara yang

memiliki ragam berbeda-beda. ASEAN juga bertujuan meningkatkan ekonomi,

sosial, kebudayaan, perdamaian dan stabilitas, serta meningkatkan kesempatan

untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai. Selanjutnya,

negara-negara Asia Tenggara lainnya turut bergabung dengan ASEAN, berturut-

turut yaitu Brunei Darussalam pada 7 Januari 1984, Vietnam pada 28 Juli 1995,

Laos dan Myanmar pada 23 Juli 1997, serta Kamboja yang masuk pada 30 April
15

1999.7

2.2 Pengaturan dan Pengertian MEA

MEA adalah bentuk program yang mempunyai tujuan yaitu

menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan yang berbasis

produksi, yang terjadi free flow atas barang, jasa, faktor produksi, investasi dan

modal dan menghapus tariff untuk perdagangan antar Negara ASEAN.

Terwujudnya MEA 2015 merupakan perjalanan panjang ASEAN sejak

dibentuknya Preferential Tariff Arrangement (PTA) tahun 1977. Proses

pembentukan MEA sebelumnya didasari atas prinsip-prinsip keterbukaan,

outwardlooking , inklusif dan berorientasi pasar.

MEA 2015 dibangun dengan 4 (empat) karakterristik utama yakni:

(a) ASEAN sebagai pasar tunggal dan Basis Produksi,

(b) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi,

(c) ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi merata dan

berimbang,

(d) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan

perekonomian global.

Dalam mewujudkan karekteristik, ASEAN telah menandatangani ASEAN

Trade in Goods Agreement (ATIGA), ASEAN Framework Agreement on Services

(AFAS), dan ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) untuk

menjamin arus peredaran barang, jasa dan investasi yang bebas di kawasan

ASEAN. Disamping itu, ASEAN juga telah memiliki kesepakatan tentang

7
Iswara Raditya, Sejarah berdirinya ASEAN, www.tirto.id , 2019
16

Mutual Recognition Arrangement (MRA) yang bertujuan untuk memfasilitasi

perpindahan tenaga kerja terampil yang sejauh ini difokuskan kepada 8 (delapan)

profesi.

Untuk dapat bersaing dalam MEA 2015, peningkatan produksi secara

kuantitas harus diimbangi oleh peningkatan kualitas dan inovasi. Oleh karenanya,

Pilar 2 pondasi MEA 2015, “kawasan dengan daya saing ekonomi”, akan

tercapai melalui berbagai kerja sama dibidang kebijakan kompetisi, perlindungan

konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur,

perpajakan dan e-commerce.8

AFAS adalah persetujuan dan kerjasama dalam rangka liberalisasi

perdagangan dibidang jasa dan forum ASEAN. Awal mulanya terbentuk AFAS 9

Yaitu berdasarkan oleh General Agreement on Trade in Service

(GATS).GATS adalah perjanjian multilateral pertama dibidang jasa yang dibuat

dalam rapat perdagangan multilateral Uruguay tahun 1994 dan juga dikenal

sebagai perjanjian multilateral pertama mengatur tentang perdagangan lintas

batas dibidang jasa.

Dasar dibentuknya AFAS berasal dari kesepakatan pemimpin di rapat

umum kepala Negara di Bangkok pada tahun 1995 yang membuahkan hasil

berupa Deklarasi Bangkok Summit 1995.

8
Ditjen PPI, MEA 2015 resmi berlaku dan ASEAN sepakati Lima Pilar Era Baru MEA
2025, www.ditjenppi.kemendag.go.id , 2019, Diakses Pada Tanggal 17 Maret 2019, pukul 14:00.
9
AEC Council Indonesia, Mengenal Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa (AFAS),
www.aec.ekon.go.id , 2019
17

Dalam dokumen AFAS (ASEAN Framework Arrangement on Services)

ini dinyatakan beberapa hal yang menyangkut Trade in Services (perdagangan di

bidang jasa), yaitu: 10

(a) Kesepakatan untuk melakukan integrasi ekonomi.

(b) ASEAN akan terus bergerak menignkatkan kerjasama

perdagangan jasa yang lebih terbuka melalui pelaksanaan The

ASEAN Framework Agreement on Services.

(c) Anggota ASEAN akan melakukan negosiasi specific commitment

on market acces, national treatment, dan additional commitments

yang mencakup seluruh modes of supply sektor jasa .

(d) Liberalisasi sektor jasa dilakukan secara bertahap sampai tercapai

tingkat liberalisasi yang lebih tinggi.

(e) Negara anggota ASEAN diberikan fleksibilitas dalam melakukan

offer (penawaran).

Dalam Pasal 5 dinyatakan bahwa setiap Negara anggota dapat

mengakui pendidikan atau pengalaman yang didapat, kualifikasi yang dipenuhi,

atau lisensi atau sertifikat yang didapat dari Negara anggota lainnya, dengan

tujuan untuk melisensi atau mesertifikasi pemasok layanan. Pengakuan seperti ini

dapat didasarkan melalui persetujuan (Agreement) maupun pengaturan

10
Andini, ASEAN Framework Agreement on Service, www.repository.usu.ac.id , diakses pada
tanggal 12 november 2019
18

(Arrangement) dengan Negara anggota yang bersangkutan atau dapat

diberlakukan secara mandiri.11

2.3 Keberadaan MEA Dalam ASEAN

Dunia yang dari hari ke hari terus berubah disikapi negara-negara di

Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN dengan memperkuat hubungan

antarnegara. Hubungan yang terjalin biasanya diwujudkan dalam bentuk kerja

sama di beberapa bidang. Salah satu bidang yang menjadi fokus adalah bidang

ekonomi.Saat ini beberapa negara ASEAN menunjukkan perkembangan

signifikan, bahkan posisinya termasuk yang diperhitungkan di kancah

internasional.Sebut saja Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura.

Dimulai dari perkembangan dari masa ke masa sesuai dengan cita-cita

para pendiri ASEAN untuk menjalin persahabatan dan kerjasama dalam

menciptakan wilayah yang aman, damai dan makmur12.

11
Ibid hlm 14
Edisi ke-20, 2012, “ASEAN Selayang Pandang”, Sekretariat Direktorat Jenderal Kerjasama
12

ASEAN, Jakarta, hlm 5 19


19

Negara-negara tersebut kini bukan sekadar konsumen, melainkan juga

menjadi produsen bagi negara-negara lain. Hal ini adalah nilai yang positif

tentunya. Keberadaan Uni Eropa dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika

Utara mendorong negara-negara ASEAN dalam menggagas kerja sama dalam

bidang perdagangan yang lebih luas lagi.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) digagas untuk membentuk pasar

tunggal dan menciptakan kondisi yang kompetitif antarnegara demi peningkatan

negara-negara anggota.

Sejarah MEA diawali dari perjanjian bersama pada Konferensi Tingkat

Tinggi (KTT) yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia yang menghasilkan satu

visi bersama negara-negara Asia Tenggara (ASEAN Vision 2020).Tujuannya

menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang makmur dengan

pembangunan serta pengembangan ekonomi yang merata di tiap-tiap negara yang

menjadi anggotanya.

KTT di Bali, Indonesia pada Oktober 2003 menelurkan hasil yang

hampir sama dengan KTT 1997. Pada KTT di Bali tersebut, para pemimpin

negara-negara ASEAN menyatakan pentingnya mengintegrasikan Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai satu tujuan utama dalam integrasi perilaku

ekonomi di kawasan regional yang akan diterapkan tahun 2020.

KTT selanjutnya pada 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia melahirkan

konsensus baru.Isinya menyatakan bahwa tahun diberlakukannya MEA


20

dimajukan.Yang awalnya tahun 2020 menjadi tahun 2015.Konsensus tersebut

melahirkan deklarasi yang disebut dengan Deklarasi Cebu.Dengan

ditandatanganinya Deklarasi Cebu maka keputusan konsensus dari tahun ke

tahun menjadi satu langkah nyata untuk menjadikan ASEAN sebagai daerah

perdagangan bebas yang meliputi seluruh komponen aktivitas ekonomi.Mulai

dari barang, tenaga kerja (terampil), investasi, modal, sampai jasa.

Dengan terbentuknya kawasan ekonomi terintegrasi di wilayah Asia

Tenggara yang dikenal dengan istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau

ASEAN Economic Community (AEC), Indonesia dan sembilan anggota ASEAN

lainnya memasuki persaingan yang sangat ketat di bidang ekonomi. Pada

dasarnya, MEA merupakan wadah yang sangat penting bagi kemajuan negara-

negara ASEAN dalam mewujudkan kesejahteraan sehingga keberadaannya harus

disikapi dengan positif. Dan diharapkan negara-negara di kawasan Asia

Tenggara bisa berkompetisi dan bisa menempatkan ASEAN masuk ke dalam

pasar terbesar di dunia.

Diharapkan terbentuknya pasar tunggal tersebut mendorong negara-

negara di ASEAN untuk mencapai stabilitas dan kemajuan ekonomi yang kuat

dalam menghadapi arus persaingan secara global. Meskipun adanya MEA

sampai sekarang masih menjadi pro dan kontra yang mana perdebatan tersebut

cenderung mempertanyakan kesiapan negara-negara anggota dalam menghadapi

iklim ekonomi baru di wilayah Asia Tenggara.

Dalam menunjang tujuan MEA tersebut, setidaknya ada empat fokus

utama yang dijalankan pada era pasar bebas ini. Sebagai masyarakat yang
21

dinamis, sudah selayaknya WNI harus bisa melihat lebih banyak dampak positif

dari adanya pasar bebas Asia Tenggara atau MEA. ASEAN Economic Community

atau MEA secara garis besar terfokus dalam empat hal, yaitu:

1. MEA sebagai pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara yang difungsikan

sebagai sebuah kawasan kesatuan pasar dan basis produksi. Terciptanya

kesatuan pasar dan basis produksi tersebut akan menghilangkan batasan

terhadap arus barang, investasi, modal, jasa, dan tenaga profesional

antarnegara di Asia Tenggara.

2. MEA berorientasi untuk membentuk kawasan ekonomi yang memiliki daya

saing tinggi dengan kebijakan-kebijakan, perlindungan konsumen, dan

berbagai macam perjanjian untuk saling menciptakan kondisi ekonomi yang

adil.

3. Menumbuhkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki

daya saing tinggi serta ditunjang dengan kemudahan dalam mendapatkan

modal.

4. MEA terintegrasi dengan perekonomian global sehingga jangkauan pasar

yang diraih negara-negara di kawasan Asia Tenggara jauh lebih optimal.

Dengan demikian, negara peserta ditantang untuk bersaing secara ketat satu

sama lain. Pasar bebas harus disadari betul kondisinya agar terus bisa

mengembangkan kemampuan dalam mengikuti persaingan di bidang apa pun.

Sebenarnya adanya MEA memberi peluang bagi Indonesia. Mengingat

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang terbesar di Asia Tenggara. Total

jumlah penduduk Indonesia hampir 40% dari total keseluruhan penduduk ASEAN.
22

Fakta ini bisa dijadikan acuan untuk menguasai pasar ASEAN jika didukung

dengan produktivitas yang tinggi. Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya

alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang potensial.

Tentu saja hal tersebut sejalan dengan ASEAN Economic Community

Blueprint yang intinya adalah MEA sangat diperlukan dalam mengurangi

kesenjangan antarnegara ASEAN. MEA juga dapat digunakan sebagai jembatan

dalam membangun rantai suplai makanan dan bisa menjadi perantara untuk

melakukan kegiatan ekspor-impor dengan negara-negara non-ASEAN.

Kesempatan baik tersebut dapat dimanfaatkan Indonesia untuk mengurangi

hambatan perdagangan. Dengan tidak adanya hambatan di bidang perdagangan,

Indonesia mampu meningkatkan kegiatan ekspor-impor sehingga bisa

meningkatkan gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB).

Karena itu, Indonesia sanggup berkompetisi dengan produk-produk unggulannya

di perikanan, pertanian, dan perkebunan.

Selain sektor jasa dan sumber daya alam, Pemerintah juga fokus dalam

mengembangkan sektor investasi dan SDM. Di sektor investasi, mengingat potensi

yang dimiliki Indonesia cukup besar maka diprediksi akan sangat mudah untuk

meningkatkan masuknya Foreign Direct Investment (FDI). Masuknya FDI ini

bakal mampu memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui perkembangan

teknologi, penciptaan lapangan kerja, dan pengembangan SDM.

Indonesia sangat mungkin memposisikan diri sebagai negara tujuan

investor karena tingkat kebutuhan akan barang dan jasa yang tinggi serta jumlah

populasinya yang tinggi juga. Di bidang ini banyak sekali para pengusaha yang
23

melirik investasi, termasuk properti. Sebagai lahan investasi yang sangat potensial,

masyarakat Indonesia bisa mengambil kesempatan emas tersebut untuk

memanfaatkan aliran modal asing.

Dilihat dari aspek ketenagakerjaan Indonesia juga memiliki kesempatan

yang sangat besar karena dengan jumlah populasi yang dimiliki akan

meningkatkan penyerapan tenaga kerja apalagi jika mereka sudah memiliki

kualitas SDM yang mumpuni. Dengan begitu, tenaga kerja Indonesia bisa mengisi

kekosongan-kekosongan posisi yang ada di luar negeri. Ini juga menjadi kabar

baik bagi para wirausaha karena mereka akan lebih mudah dalam mencari tenaga

kerja yang lebih berkompeten dari berbagai negara di wilayah Asia Tenggara.

Seiring dengan terciptanya peluang-peluang bisnis yang telah disebutkan di

atas, ternyata setiap peluang tersebut juga memiliki risikonya masing-masing.

Risiko tersebut bukan menjadi titik akhir yang tidak bisa diatasi. Akan tetapi, lebih

menjadi tantangan bagi Indonesia untuk meminimalkan berbagai kemungkinan

yang terjadi setiap adanya peluang bisnis tersebut. Berikut ini adalah beberapa

tantangan yang harus dihadapi dengan adanya peluang-peluang yang telah

disebutkan di atas.

a. Tantangan di Bidang Perdagangan Barang dan Jasa

Arus perdagangan bebas entah itu barang maupun jasa akan

memunculkan competition risk. Artinya, selain menjadi negara pengekspor,

Indonesia juga menjadi sasaran empuk eksportir dari negara lain. Hal ini

mengakibatkan munculnya produk-produk luar yang beragam dalam jumlah

banyak ke Indonesia. Hal ini perlu diwaspadai jika produk-produk yang


24

datang dari luar negeri memiliki kualitas yang lebih bagus. Industri lokal pun

akan terancam akibat hal tersebut. Efek besar yang ditimbulkan adalah adanya

defisit neraca perdagangan.

Oleh karena itu, para pelaku usaha khususnya para produsen

menciptakan produk yang memiliki standar terbaik sehingga produk lokal

tetap memiliki kualitas. Pada sektor ini, yang memiliki peluang besar adalah

para pelaku UMKM. Mulai dari diberlakukannya MEA sejak awal Januari

2016, Pemerintah telah bekerja keras melalui Balai Riset dan Standarisasi

Industri (Baristand) di bawah komando Kementerian Perindustrian

(Kemenperin) dalam melakukan sosialiasi dan melakukan peningkatan

kualitas SDM.

b. Tantangan di Bidang Investasi

Pada sektor ini, Indonesia terbilang memiliki risiko yang sangat tinggi

karena adanya exploitation risk. Sebabnya, Indonesia kurang memiliki aturan

dan regulasi yang ketat sehingga sektor-sektor riil semisal pertambangan

mudah saja dikelola negara asing. Untuk yang satu ini, tentunya tidak banyak

yang bisa diperbuat masyarakat. Padahal, Pemerintah memiliki kekuasaan

penuh untuk mencegah adanya eksploitasi alam yang dilakukan perusahaan-

perusahaan asing.

c. Tantangan di Bidang Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan Indonesia memiliki tantangan yang luar

biasa. Kalau dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih

kalah jauh dari negara-negara tetangga, seperti Singapura, Thailand, dan


25

Malaysia. Seperti halnya yang dilansir Republika, pada 2013, Indonesia masih

berada di peringkat ke-4 dalam hal pendidikan dan produktivitas yang

dimiliki. Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki posisi yang aman

dalam hal ini. Mengingat standar upah yang berlaku di Indonesia masih

tergolong kecil sehingga tenaga kerja asing masih enggan untuk bekerja di

sini. Malah sebaliknya, tenaga kerja Indonesia lebih memiliki peluang untuk

bekerja di luar negeri untuk mendapatkan gaji yang lebih layak.

d. Tantangan di Bidang UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu

sasaran dan fokus Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dalam menciptakan

stabilitas dan perkembangan ekonomi di wilayah regional ASEAN. UMKM

Indonesia memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama tentang

kualitas barang yang dihasilkan. Kebanyakan kualitas produk UKM Indonesia

belum memenuhi standar. Hal itu disebabkan beberapa faktor. Pertama, biaya

produksi dalam negeri yang sangat mahal sehingga tidak mampu menciptakan

efisiensi produksi. Kedua, kurangnya pengetahuan para pelaku usaha kecil

menengah (UKM) dalam menghasilkan barang ataupun jasa yang berkualitas.

Kedua hal tersebut sangat berkaitan dan perlu sesegera mungkin diupayakan

solusinya, baik oleh Pemerintah maupun pelaku usaha sendiri.

Dalam menghadapi MEA, kita harus bisa memanfaatkan peluang dan

menghadapi tantangan yang datang. Kreativitas dan inovasi dalam menghasilkan

produk dan jasa bisa menunjang eksisnya produk dan jasa dari dalam negeri

untuk terus bersaing dengan produk luar negeri. Di luar itu, peningkatan kualitas
26

SDM dan pemanfaatan SDA harus terus dilakukan seoptimal mungkin agar tak

jatuh di hadapan negara-negara lain dalam persaingan di pasar bebas ini.

2.4 Sektor – sektor MEA

Ada beberapa sektor yang diatur dalam MEA yaitu ;13

1. Perdagangan ASEAN

a. Perdagangan Barang ASEAN

1) Liberalisasi perdagangan ASEAN dimulai sejak

terbentuknya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 1992.

Untuk memfasilitasi perdagangan yang lebih lancar,

disahkan ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada

Februari 2009. ASEAN secara keseluruhan telah mengeliminasi

96,01% pos tarif.

2) Negosiasi perdagangan barang ASEAN dilakukan

dalam Coordinating Committee on ATIGA (CCA). CCA

membahas isu-isu terkait praktik perdagangan barang oleh tiap

negara anggota ASEAN dan kesesuaiannya dengan ATIGA,

seperti isu transposisi tarif, non-tariff measures (NTMs), dan rules

of origin(ROO).

3) AEC 2025 Trade Facilitation Strategic ActionPlan (ATF-SAP)

telah diadopsi pada 31st AFTA Council Meeting di bulan

September 2017, dengan tujuan untuk merealisasikan target dari

mandat AEM yaitu pengurangan biaya transaksi perdagangan

13
Kemlu, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), www.kemlu.go.id , 2019
27

sebesar 10% di tahun 2020, dan menggandakan jumlah

perdagangan intra-ASEAN antara tahun 2017 dan 2025.

4) Untuk memfasilitasi perdagangan di kawasan, ASEAN telah

meluncurkan ASEAN Solutions for Investments, Services, and

Trade (ASSIST) yang dapat digunakan secara langsung oleh

pelaku usaha untuk menyampaikan keluhan atas Non-Tariff

Barriers (NTB) maupun kendala lain yang dihadapi ketika

melakukan hubungan bisnis dengan AMS lainnya.

5) ASEAN juga memiliki ASEAN Trade Repository (ATR) yang

mengkompilasi National Trade Repository masing-masing AMS.

ATR ini berisikan kebijakan dan regulasi AMS terkait

perdagangan barang. ASEAN juga telah meluncurkan Tariff

Finder yang merupakan mekanisme online untuk mendapatkan

informasi terkait preferensi tarif yang masuk dalam skema ATIGA

maupun ASEAN+1 Free Trade Agreement (FTA).

6) Untuk ASEAN Single Window, sejak 1 Januari 2018, 5 (lima)

negara AMS yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan

Vietnam telah melaksanakan Live Operation e-Form D.

Diharapkan agar AMS lain yang belum bergabung dapat

mempercepat penyelesaian proses internalnya agar dapat segera

bergabung sehingga ASEAN dapat segera

mengimplementasikannya secara penuh.


28

7) Strategic Action Plan (SAP) Trade in Goods (TIG)

mengandung outcome untuk meliberalisasi tarif yang belum 0%,

berdampak pada produk minuman beralkohol yang masih

Indonesia taruh dalam General Exclusion List(GEL) dan produk

beras dan gula dalam Highly Sensitive List (HSL). Terdapat

keinginan para negara anggota ASEAN untuk review ATIGA guna

mengakomodasi MEA 2025.

b. Perdagangan Jasa ASEAN

1) Dalam upaya meningkatkan kerja sama ekonomi melalui

liberalisasi perdagangan di bidang jasa, negara-negara ASEAN

telah menyepakati dan mengesahkan ASEAN Framework

Agreement on Services (AFAS) pada tanggal 15 Desember 1995 di

Bangkok, Thailand. Sejak disepakatinya AFAS pada tahun 1995,

liberalisasi jasa dilakukan melalui negosiasi

ditingkat Coordinating Committee on Services (CCS) dalam

bentuk paket.

2) Saat ini perundingan perdagangan jasa telah memasuki ASEAN

Framework Agreement on Services (AFAS) Package 10.

Sementara itu, khusus untuk jasa keuangan dan transportasi udara

negosiasinya dilakukan di tingkat Menteri terkait lainnya (Menteri

Perhubungan dan Menteri Keuangan). Perundingan liberalisasi

jasa keuangan sedang menegosiasikan AFAS 8 sementara jasa

transportasi sudah menandatangani AFAS ke-10.Perundingan


29

liberalisasi perdagangan jasa ASEAN digunakan pendekatan

positif.

3) Dengan demikian, sektor jasa yang dibuka terbatas pada sektor-

sektor yang dikomitmenkan setiap negara. Sektor yang dibuka

setiap negara dicantumkan dalam Schedule of Commitment (SOC).

4) Hingga Desember 2017, sudah 5 (lima) negara yang telah

memenuhi Paket ke-10 AFAS yaitu Brunei Darussalam, Indonesia,

Myanmar, Singapura dan Thailand.

2. Perpindahan Tenaga Kerja Terampil

1) Pergerakan tenaga kerja terampil di ASEAN diatur melalui Mutual

Recognition Agreement (MRA). ASEAN saat ini telah memiliki 8

(delapan) MRA yakni untuk profesi insinyur, arsitek, surveyor,

dokter umum, dokter gigi, perwawat, jasa pariwisata dan akuntan.

2) ASEAN juga mengatur pergerakan tenaga kerja profesional

lainnya melalui penandatanganan ASEAN Agreement on the

Movement of Natural Persons(MNP) pada November 2012.

Kesepakatan ini memberikan jaminan hak dan aturan tambahan

yang sudah diatur di AFAS tentang MNP dan juga memfasilitasi

MNP dalam menjalankan pergdangan dalam jasa dan investasi.

3. Investasi

1) Kerja sama investasi dipandu oleh ASEAN Comprehensive

Investment Agreement (ACIA) yang telah berlaku (entry into

force/EIF) mulai tanggal 29 Maret 2012. Tujuan utama yang


30

hendak dicapai adalah menciptakan kawasan investasi ASEAN

yang liberal dan transparan sehingga dapat meningkatkan arus

investasi ke kawasan. Indonesia telah meratifikasi ACIA tanggal 8

Agustus 2011 melalui Perpres No. 49 Tahun 2011 tentang

Pengesahan ASEAN Comprehensive Investment Agreement

2) ACIA memuat empat pilar kerja sama investasi ASEAN, yakni

liberalisasi, proteksi, fasilitasi, dan promosi. Prinsip utamanya

adalah keterbukaan/transparansi, perlakuan yang sama,

dan international best practices.

3) Forum kerja sama investasi di ASEAN berada di bawah ASEAN

Investment Area(AIA) Council yang merupakan Ministerial

Body yang berada dibawah koordinasi ASEAN Economic

Ministers yang bertanggung jawab untuk mengawal implementsi

ACIA. Dalam melaksanakan tugasnya AIA dibantu

oleh Coordinating Committee on Investment (CCI).

4) Negara-negara ASEAN 6 (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina,

Singapura dan Thailand) tetap menjadi sumber utama dalam intra -

ASEAN FDI, dengan rata - rata share sebesar 97.6% sejak tahun

2008-2016. Coordinating Commitee on Investment (CCI) telah

menyusun Protocol to Amend ACIA. Indonesia dalam hal ini, telah

meratifikasi Protocol to Amend ACIA tersebut pada tanggal 12

Agustus 2015 melalui Perpres No. 92 Tahun 2015 tentang

Pengesahan Protocol to Amend ACIA.


31

5) Empat prioritas capaian CCI untuk dapat disepakati oleh kepala

negara ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT

ASEAN) tahun 2017 yaitu: (i) penyelesaian penandatangan the

Second Protocol to Amend ACIA oleh seluruh negara ASEAN, (ii)

penyelesaian ketentuan the Third Protocol to Amend the

ACIAkhususnya oleh Thailand, (iii) menyelenggarakan Regional

Forum on Investment Disputes, Resolution, and Prevention, serta

(iv) Focused and Strategic (FAST) Action Agenda on Investment.

4. Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC)

Untuk meningkatkan konektivitas antarnegara anggota,

ASEAN telah menyusun Master Plan on ASEAN

Connectivity (MPAC) atau Rencana Induk Konektivitas ASEAN

(RIKA) yang berisikan berbagai proyek dan program pengembangan

infrastruktur, kelembagaan, dan hubungan antar masyarakat negara

anggota.ASEAN juga membentuk ASEAN Infrastructure

Fund (AIF) atau Dana Infrastruktur ASEAN (DIA) untuk menunjang

konektivitas antar negara anggota ASEAN.

5. Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)

1) Pada KTT ASEAN ke-19 tahun 2011 saat Keketuaan Indonesia,

para Pemimpin ASEAN sepakat

untuk mengkonsolidasikan perjanjian ASEAN Free Trade

Agreement + 1 (FTA +1) yang telah ada dan membentuk Regional

Comprehensive Economic Partnership (RCEP).


32

2) RCEP memiliki arti penting untuk mendukung laju pertumbuhan

ekonomi di kawasan melalui integrasi Free Trade

Agreements ASEAN yang telah ada. RCEP akan mencakup 3,4

milyar penduduk dunia (48%), PDB USD 21,7 trilyun (29% PDB

dunia), dan total ekspor USD 5,1 trilyun (29% ekspor dunia).

3) Cakupan RCEP antara lain meliputi Trade in Goods (TIG), Trade

in Services (TIS), Investment, Economic and Technical

Cooperation (ETC), Intellectual Property (IP), Competition, Legal

and Institutional Issue (LII), E-Commerce, SME, Government

Procurement, dan Movement of Natural Persons (MNP).

4) Perundingan RCEP telah memasuki putaran ke-21 di Yogyakarta,

Indonesia pada tanggal 5-9 Februari 2018. Dari 18 chapter yang

direncanakan, perundingan baru berhasil menyelesaikan 2 chapter

yaitu mengenai Economic and Technical

Cooperation (ECOTECH) pada putaran ke-15 di Tianjin, Oktober

2016 dan chapter mengenai Small and Medium

Enterprises (SMEs) pada putaran ke-16 di Banten, Desember

2016.

6. Pariwisata

1) Kerja sama ASEAN di bidang pariwisata diatur dalam ASEAN

Tourism Strategic Plan (ATSP) 2016 - 2025. ATSP mengusung

visi ASEAN as single destination, dengan tagline “One

Community Towards Sustainability".


33

2) Indonesia telah meratifikasi Agreement on the Establishment of

the ASEAN Regional Secretariat on the Implementation of

MRA TP melalui Perpres Nomor 61 Tahun 2017. Sebagai

tindak lanjut Agreement tersebut, saat ini rancangan Host

Country Agreement (HCA) yang disusun oleh Indonesia, selaku

tuan rumah, masih dinegosiasikan

dengan Regional Secretariat yang diwakili oleh negara

ASEAN sebagai Governing Council. Per negosiasi terakhir

pada Desember 2017 di Nay Pyi Taw, HCA disepakati tidak

memuat pasal tentang tax exemption dan privilieges and

immunities bagi Regional Secretariat dan pejabatnya.

Negosiasi HCA masih berlanjut di tahun 2018.

7. Kerja Sama Ekonomi ASEAN dengan Mitra Eksternal

ASEAN memiliki kerja sama ekonomi dengan pihak eksternal

yang diwujudkan dalam ASEAN+1 Free Trade Area Partners (AFPs),

yakni perdagangan bebas dengan Tiongkok (RRT), Jepang, Korea

Selatan, Australia dan Selandia Baru, serta India. Sedangkan FTA antara

ASEAN dan Hong Kong telah selesai dinegosiasikan pada tahun 2017.

8. UMKM

Sejak tahun 2016, Kementerian Koperasi dan UKM bertindak

sebagai focal point dalam kerja sama ASEAN Coordinating Committee on

Micro, Small, and Medium Enterprises (ACCMSME). Forum kerja sama

tersebut menjembatani sinergi dan integrasi program-program kerja di


34

level ASEAN dengan program kerja nasional, khusunya dalam

pengembangan UMKM. Partisipasi Kementerian Koperasi dan UKM

dalam ACCMSME diwujudkan melalui keterlibatan dalam kegiatan

dan program-program pengembangan UMKM yang diimplementasikan

di negara anggota ASEAN, yang mengacu pada Rencana Aksi Strategis

Pengembangan UMKM ASEAN (Strategic Action Plan on

SMEs Development).

2.5 Dampak adanya MEA14

MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) memiliki suatu pola yang

mengintegrasikan ekonomi negara-negara ASEAN (Association of Southeast

Asia Nations) dengan cara membentuk sistem perdagangan yang bebas / free

trade antara negara-negara anggota ASEAN. Seluruh anggota ASEAN pun telah

menyepakati perjanjian tersebut, termasuk Indonesia.MEA adalah istilah dari

Indonesia, istilah internasionalnya adalah AEC atau Asean Economic Community.

Dengan adanya MEA, akan dapat mengatasi kesenjangan pembangunan

dan melakukan percepatan integrasi kepada negara-negara ASEAN seperti Laos,

Myanmar, Kamboja, dan Vietnam melalui initiative for ASEAN integration dan

inisiatif dari regional lainnya. Dengan diberlakukannya MEA, seluruh negara

anggota ASEAN harus meleburkan batas teritori dalam sebah pasar bebas, pasar

di seluruh anggota ASEAN akan menyatu dan menjadi pasar tunggal.

14
Susana widya, Dampak positif dan dampak negatif MEA terhadap indonesia,
www.kumparan.com , 2018
35

Pada sisi ketenagakerjaan, dampak negatif dapat dilihat dari sisi

pendidikan dan produktivitas Indonesia yang masih kalah bersaing dengan tenaga

kerja dari Malaysia, Thailand, dan Singapura. Dengan adanya pasar barang dan

jasa secara bebas tersebut, akan mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah

masuk dan bekerja di Indonesia, sehingga mengakibatkan persaingan tenaga

kerja yang semakin ketat.


36

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengaturan Profesi Dokter Asing di Indonesia dalam Kerangka MEA

Dalam kerjasama yang terjalin antar Negara ASEAN, terdapat kerangka

ekonomi yang dinamakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan

salah satu bentuk kerjasama antar Negara anggota ASEAN dalam bidang

perekonomian. MEA kemudian mengatur tentang kemajuan teknologi dan informasi

di bidang jasa yaitu dalam Mutual Recognition Arrangement (MRA).

Mutual Recognition Arrangement (MRA) adalah salah satu perjanjian

internasional yang dibuat dan dijalankan oleh Negara-negara anggota ASEAN. MRA

merupakan program ASEAN yang dibentuk dibawah AFAS (ASEAN Framework

Agreement on Services) dibentuk pada tanggal 15 Desember 1995. MRA

dipergunakan untuk memudahkan perpindahan tenaga professional antar Negara-

negara ASEAN, khususnya dalam rangka integrasi pasar dengan tetap

mempertahankan kekhususan masing-masing Negara.

Dalam ketentuan Mutual Recognition Arrangement On Medical Practitioners

dijelaskan terlebih dahulu dalam MRA On Medical Practitioners tentang profesi

dokter asing tercantum bahwa untuk bekerja di setiap negara ASEAN dengan syarat

harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan di masing-masing negara seperti

tercantum di Article III masing-masing MRA yang antara lain disebutkan bahwa bila

tenaga kesehatan akan bekerja di negara-negara ASEAN maka harus mengikuti


37

undang-undang atau peraturan di host country (in accordance with the laws and

regulations of the host country concerned). Maksud dari pernyataan ini adalah

bahwasanya Profesi dokter Asing yang berasal dari Negara ASEAN manapun harus

tunduk terhadap peraturan yang sudah ada Negara-negara yang menyetujui perjanjian

ini

Sesuai ketentuan pengaturan profesi dokter asing berdasarkan Mutual

Recognition Arrangement yang terdapat dalam Chapter II terkait tentang Profesi

Dokter Asing yaitu15 :

1. Spesialis merujuk pada Praktisi Medis yang memiliki pelatihan

spesialis medis dan kualifikasi pascasarjana yang diakui oleh Negara Asal dan

telah terdaftar dan / atau dilisensikan sebagai spesialis jika pendaftaran

tersebut berlaku di Negara Asal;

2. Praktisi Medis Asing merujuk pada Praktisi Medis termasuk Spesialis yang

memegang kewarganegaraan dari Negara Anggota ASEAN, terdaftar untuk

praktik kedokteran di Negara Asal dan mengajukan permohonan untuk

terdaftar / dilisensikan untuk praktik kedokteran di Negara Tuan Rumah.

3. Negara Asal mengacu pada Negara Anggota ASEAN di mana Praktisi

Medis memiliki registrasi saat ini dan yang sah untuk praktik kedokteran.

15
Chapter II MRA on medical practitioner
38

4. Negara Tuan Rumah merujuk pada Negara Anggota ASEAN di mana

Praktisi Medis Asing mengajukan permohonan pendaftaran untuk praktik

kedokteran.

5. Otoritas Pengatur Medis Profesional (selanjutnya disebut PMRA) mengacu

pada badan yang diberi wewenang oleh pemerintah di setiap Negara Anggota

ASEAN untuk mengatur dan mengendalikan Praktisi Medis dan praktik

kedokteran mereka.

Didalam peraturan MRA on Medical Practitioners diatur juga terlebih dahulu terkait

profesi dokter asing tentang Pengakuan dan Persyaratan Praktisi Medis Asing yang

terdapat dalam Chapter III yaitu :

a. Pengakuan Praktisi Medis Asing, Praktisi Medis Asing dapat mengajukan

permohonan registrasi di Negara Tuan Rumah untuk diakui sebagai yang

memenuhi syarat untuk praktek pengobatan di Negara Tuan Rumah sesuai

dengan Peraturan Domestiknya dan tunduk pada ketentuan berikut,

b. yang memiliki kualifikasi medis yang diakui oleh PMRA Negara Asal dan

Negara Tuan Rumah;

c. memiliki registrasi profesional yang valid dan sertifikat praktik terkini untuk

mempraktikkan obat yang dikeluarkan oleh PMRA Negara Asal;

d. telah berpraktik aktif sebagai Praktisi Medis umum atau spesialis, karena

kasusnya mungkin, tidak kurang dari lima (5) tahun terus menerus di Negara

Asal;
39

e. sesuai dengan CPD pada tingkat yang memuaskan sesuai dengan kebijakan

CPD yang diamanatkan oleh PMRA Negara Asal;

f. telah disertifikasi oleh PMRA Negara Asal karena tidak melanggar standar

profesional atau etika, lokal dan internasional, sehubungan dengan

praktik kedokteran di Negara Asal dan di negara lain sejauh PMRA sadar;

g. telah menyatakan bahwa tidak ada investigasi atau proses hukum yang

tertunda terhadapnya di Negara Asal atau negara lain; dan

h. sesuai dengan penilaian atau persyaratan lain apa pun yang dapat dikenakan

pada setiap pemohon untuk pendaftaran yang dianggap sesuai oleh PMRA

atau otoritas terkait lainnya dari Negara Tuan Rumah.

i. Kelayakan Seorang Praktisi Medis Asing Praktisi Medis Asing yang

memenuhi persyaratan di atas harus diakui memenuhi syarat untuk

melakukan praktik kedokteran di Negara Tuan Rumah.

j. Melakukan Praktisi Medis Asing: Seorang Praktisi Medis Asing yang

diizinkan untuk mempraktikkan kedokteran di Negara Tuan Rumah harus

tunduk pada Peraturan dan ketentuan Domestik yang termasuk tetapi tidak

terbatas pada hal-hal berikut:

k. oleh Kode Etik Profesional dan Etika dan standar praktik medis yang

diberlakukan oleh PMRA Negara Tuan Rumah;

l. diikat oleh hukum yang berlaku di Negara Tuan Rumah;

m. untuk berlangganan persyaratan apa pun untuk skema kewajiban asuransi di

Negara Tuan Rumah; dan

n. menghormati budaya dan praktik keagamaan di Negara Tuan Rumah.


40

Berdasarkan Mutual Recognition Arrangement On Medical Practitioners

telah dijelaskan tentang profesi dokter asing bahwa untuk bekerja di setiap negara

ASEAN dengan syarat harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan di masing-

masing negara tujuan. Prosedur pembuatan perjanjian internasional diatur oleh

konstitusi atau hukum kebiasaan masing-masing, seperti Indonesia yang hanya

memberikan izin profesi dokter asing untuk melakukan alih teknologi, bakti sosial,

dan untuk pergi menuntut ilmu di Indonesia.16

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran pada Pasal 6 menjelaskan tentang Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

mempunyai fungsi dan wewenang pengaturan, pengesahan, penetapan, serta

pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam

rangka meningkatkan mutu pelayanan medis.

KKI mempunyai fungsi dan tugas yang diamanatkan dalam Pasal 7 Undang-

Undang Praktik Kedokteran nomor 29 tahun 2004 (UUPK) yaitu melakukan

registrasi dokter dan dokter gigi, mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan

dokter gigi dan melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran

yang dilaksanakan bersama lembaga terkait dalam rangka meningkatkan mutu

pelayanan medis. Untuk itu, KKI mempunyai wewenang sesuai Pasal 8 UUPK yaitu:

a. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi dokter dan dokter gigi

b. Menerbitkan dan mencabut surat tanda registrasi

16
Edy Suryono, 1984, Praktek Ratifikasi Perjanjian International di Indonesia, PT.
Ramadjakarya, Bandung, Halaman 17
41

c. Mengesahkan standar kompetensi. Melakukan pengujian terhadap persyaratan

registrasi dokter dan dokter gigi

d. Mengesahkan penerapan cabang ilmu kedokteran dan kedokteran gigi

e. Melakukan pembinaan bersama terhadap dokter dan dokter gigi mengenai

pelaksanaan etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi

f. Melakukan pencatatan terhadap dokter dan dokter gigi yang dikenakan sanksi

oleh organisasi profesi atau perangkatnya karena melanggar ketentuan etika

profesi.17

Dalam kawasan Masyarakat Ekonomi Asean, dokter asing yang masuk ke

Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR), yang telah diatur dalam

peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Pasal 13 :

1. Dokter / dokter gigi warga Negara asing yang akan melakukan kegiatan
dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, dan atau pelayanan
dibidang kedokteran atau kedokteran gigi di Indonesia wajib melakukan
registrasi sementara untuk mendapatkan STR sementara.
2. Dokter / dokter gigi warga negara asing yang akan mengikuti pendidikan
dan pelatihan kedokteran spesialis atau kedokteran gigi spesialis di
Indonesia wajib melakukan registrasi bersyarat untuk mendapatkan STR
bersyarat.
3. Dokter / dokter gigi warga negara asing yang akan memberikan
pendidikan atau pelatihan dalam rangka alih iptekdok untuk waktu
tertentu harus mendapatkan surat persetujuan dari KKI.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi sementara, registrasi bersyarat
dan surat persetujuan diatur dengan peraturan KKI.15
Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan dokumen hukum/tanda bukti tertulis

bagi dokter dan dokter spesialis bahwa yang bersangkutan telah mendaftarkan diri

dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan serta telah diregistrasi pada Konsil

Kedokteran Indonesia. Masa berlaku STR dokter dan dokter spesialis di Indonesia

16
KKI, Pedoman praktik dokter dan dokter gigi di Indonesia, www.kki.go.id , 2016
42

adalah 5 (lima) tahun. STR Sementara STR yang diberikan kepada dokter dan dokter

spesialis warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan,

pelatihan,penelitian, pelayanan kesehatan di bidang kedoktran yang bersifat di

bidang kedokteran yang bersifat sementara di Indonesia berlaku selama 1 (satu)

tahun. STR Bersyarat STR bersyarat diberikan oleh KKI kepada peserta program

pendidikan dokter spesialis warga negara asing yang mengikuti pendidikan dan

pelatihan di Indonesia.

Menurut ketua KKI, Prof. Dr. dr. Bambang Supriyanto, Sp. A mengatakan

bahwa sejuh ini, KKI sebagai lembaga yang berwenang mengeluarkan Surat Tanda

Registrasi (STR) bagi dokter dan dokter gigi di Indonesia tidak pernah mengeluarkan

STR untuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia. Sejauh ini tenaga asing

untuk keperluan medis hanya bisa bekerja untuk manajemen, seperti direktur SDM

rumah sakit swasta.

STR menjadi instrument penting bagi dokter dan dokter gigi yang akan

bekerja di Indonesia. Tanpa STR, dokter atau dokter gigi tersebut tidak dapat bekerja

dan mendapatkan Surat Izin Praktik (SIP) yang sah jika tidak memiliki STR yang

berarti dokter tersebut bekerja secara illegal.

Kasus yang terjadi di Jakarta Selatan, yaitu terkait keberadaan dokter asing di

Indonesia, dengan memakai izin tinggal sementara untuk bisnis atau wisata, sehingga

keberadaan dokter asing ini adalah ilegal dan melanggar aturan. Dikarenakan dokter

asing yang ingin bekerja di Indonesia harus memenuhi kompetensi, mempunyai surat

tanda registrasi.
43

Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 Tahun 2013 tentang pendayahgunaan

tenaga kesehatan warga negara asing, dalam Pasal 2 menjelaskan bahwa:

1. Pendayagunaan TK-WNA dapat dilakukan sepanjang terdapat hubungan


bilateral antara Negara Republik Indonesia dengan Negara asal TK-WNA.
2. Pendayagunaan TK-WNA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan melalui Pengguna atau Penyelenggara.
3. Pengguna atau penyelenggara TK-WNA harus menyatakan kegiatan
pendayagunaan TK-WNA yang akan dilakukan.
4. Kegiatan pendayagunaan TK-WNA sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi:
a. Pelayanan kesehatan;
b. Pendidikan dan pelatihan kesehatan;
c. Bakti sosial bidang kesehatan; dan
d. Penelitian kesehatan.
5. Dalam hal pendayagunaan TK-WNA dilakukan di bidang pelayanan
kesehatan tradisional dan/atau komplementer alternatif, akan ditetapkan
tersendiri oleh Menteri.
Dalam Pasal 5 juga menjelaskan, Pendayagunaan TK-WNA dalam kegiatan

pelayanan kesehatan hanya dapat dilakukan apabila kompetensi yang dimiliki oleh

TK-WNA belum dimiliki oleh tenaga kesehatan Indonesia dan/atau telah dimiliki

oleh tenaga kesehatan Indonesia dalam jumlah yang sedikit. Serta terdapat larangan

pada tenaga kerja warga negara asing yang tercantum pada Pasal 40 yang

menjelaskan bahwa:

1. TKWNA yang didayagunakan di Indonesia dilarang:


a. melaksanakan tugas dan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kompetensi, jabatan, fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat atau
wilayah kerja yang telah ditentukan dalam IMTA atau izin
penyelenggaraan;
b. melakukan praktik mandiri; dan
c. menduduki jabatan personalia dan jabatan tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Praktik mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
pemberian pelayanan langsung kepada pasien/klien diluar fasilitas yang
dinyatakan Pengguna dalam RPTKA.
44

B. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Kasus Pelanggaran Profesi Dokter

Asing di Indonesia

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) telah

menyusun Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) dan Izin

Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) kepada sponsor atau lembaga yang

mempekerjakan TKWNA, bukan kepada individu yang bersangkutan. Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa para

TKWNA profesi (misalnya Pengacara, dokter, akuntan) tidak dibolehkan untuk

melakukan praktek perorangan. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang bersifat

protektif yang bertujuan menghindari adanya pelanggaran profesi dokter asing serta

untuk melindungi tenaga kesehatan warga Negara Indonesia.

Upaya pemerintah dalam menangani kasus pelanggaran profesi dokter asing

salah satunya adalah dengan cara mengadakan beberapa produk kebijakan yang harus

dipatuhi oleh TKWNA dalam melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan di

Indonesia yaitu18;

a. Perijinan

Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (TKWNA) harus mempunyai

visa, ijin tinggal, dan ijin kerja. Pemberi Kerja wajib memiliki ijin dari

menteri/pejabat yang ditunjuk. Peraturan ini tertuang dalam UU No. 13 tahun

2003 Pasal 1 yang berbunyi tenaga kerja asing adalah warga negara asing

pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia, dan Pasal 42

18
Tri Juni Angkasawati, 2014, Peraturan Perundangan Dalam Pendayagunaan Tenaga
Kesehatan Warga Negara Asing (TKWNA) di Indonesia, www.media.nelti.com
45

ayat 1 menyatakan setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja

asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Perlunya pemberian ijin tersebut dimaksudkan agar penggunaan tenaga kerja

warga negara asing dilaksanakan secara selektif dalam rangka pendayagunaan

tenaga kerja Indonesia secara optimal.

Pasal 43 ayat 1 dan 2 menyebutkan pemberi kerja harus membuat

rencana penggunaan tenaga kerja warga negara asing (RPTKA) yang

merupakan persyaratan untuk mendapatkan ijin kerja untuk tenaga asing

(IKTA). RPTKA harus memuat alasan penggunaan tenaga kerja asing,

kedudukan yang bersangkutan, jangka waktu dan penunjukan pendamping

untuk tenaga asing yang akan dipekerjakan.

UU no. 29 tahun 2004 Pasal 30 ayat 3 menyebutkan bahwa tenaga

medis yaitu dokter dan dokter gigi harus melengkapi surat izin kerja sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kemampuan berbahasa

Indonesia. Sedangkan pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Keimigrasian, maka kebijakan yang telah ditetapkan dan tertuang dalam

Pasal-Pasal yang mengatur masuknya tenaga kesehatan warga negara asing

(TKWNA) adalah khususnya kebijakan yang terkait dengan aturan visa dan

izin tinggal.

b. Sertifikasi dan Registrasi

TKWNA harus melalui evaluasi dan melakukan registrasi secara resmi

sebelum bekerja di Indonesia. Hal ini tertuang dalam UU No. 29 tahun 2004,

Pasal 30, 31 dan 32. Pasal 30 ayat 1, 2 dan 4 disebutkan dokter dan dokter
46

gigi lulusan luar negeri yang akan melaksanakan praktek kedokteran di

Indonesia harus dilakukan evaluasi yang meliputi: 1) Ke‘sah’an ijazah; 2)

Kemampuan untuk melakukan praktik kedokteran yang dinyatakan dengan

surat keterangan telah mengikuti program adaptasi dan sertifikat kompetensi;

3) Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter atau dokter gigi;

4) Surat keterangan sehat fisik dan mental; 5) Pernyataan akan mematuhi dan

melaksanakan ketentuan etika profesi. Surat Tanda Registrasi (STR) akan

diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) bila semua ketentuan

diatas telah dipenuhi.

Surat tanda registrasi dapat bersifat sementara atau bersyarat. Hal ini

tertuang dalam Pasal 31 dan 32 yang menyebutkan STR sementara diberikan

oleh KKI kepada pada dokter dan dokter gigi warga negara asing yang

melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian,

pelayanan kesehatan di bidang kedokteran atau kedokteran gigi yang bersifat

sementara di Indonesia, berlaku satu tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun

berikutnya. Sedangkan STR bersyarat diberikan kepada peserta program

pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis warga negara asing yang

mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi di

Indonesia. Bila pendidikan dan pelatihan dalam rangka alih ilmu pengetahuan

dan teknologi untuk waktu tertentu, maka tidak memerlukan surat tanda

registrasi bersyarat, namun harus mendapat persetujuan dari Konsil

Kedokteran Indonesia.
47

Undang-undang no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menyatakan

kebijakan yang telah ditetapkan terkait sertifikasi dan perijinan diatur dengan

Peraturan Pemerintah, di mana hal ini tertuang dalam Pasal 14 ayat 3 bahwa

rumah sakit dapat mempekerjakan TKWNA yang telah memiliki surat tanda

registrasi dan surat ijin praktek.

c. Kompetensi

TKWNA harus mempunyai kompetensi sesuai standar di Indonesia

dan sesuai kebutuhan tenaga kesehatan yang diperlukan. UU No. 13 tahun

2003 Pasal 44 mengatur tentang ketentuan mengenai jabatan dan standar

kompetensi yang berlaku. Standar kompetensi adalah kualifikasi yang harus

dimiliki oleh tenaga kerja warga negara asing antara lain pengetahuan,

keahlian, keterampilan di bidang tertentu, dan pemahaman budaya Indonesia,

yang secara teknis selanjutnya diatur dengan Keputusan Menteri.

Pengakuan kompetensi yang dimiliki oleh TKWNA dibuktikan

dengan adanya STR yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

Kompetensi yang memenuhi syarat dibutuhkan agar TKWNA dapat bekerja di

rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lain serta mengikuti

pendidikan , pelatihan dan penelitian di Indonesia sesuai dengan bidangnya.

d. Area Kegiatan TKWNA dan Tenaga Pendamping

Penerimaan TKWNA dilakukan dalam rangka pembentukan sumber

daya manusia di Indonesia dan bekerja dengan mempertimbangkan alih ilmu

pengetahuan dan teknologi. Mereka dilarang menduduki jabatan yang

mengatur personalia dan jabatan struktural di rumah sakit Indonesia.


48

UU No. 13 tahun 2003 Pasal 42 menyebutkan bahwa Tenaga kerja

asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk

jabatan tertentu dan waktu tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri. Pasal 45 mengatur tentang pendamping TKWNA terkait dengan

pemberdayaan TKWNA. Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib menunjuk

tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai tenaga pendamping TKWNA

yang bertujuan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari TKWNA. Tenaga

kerja pendamping tidak secara otomatis menggantikan atau menduduki

jabatan tenaga kerja asing yang didampinginya. Pendampingan tersebut lebih

dititikberatkan pada alih teknologi dan alih keahlian agar tenaga kerja

pendamping tersebut dapat memiliki kemampuan sehingga pada waktunya

diharapkan dapat mengganti tenaga kerja asing yang didampinginya.

Tenaga pendamping akan diberi pendidikan dan pelatihan kerja yang

sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing yang

didampinginya. Pendidikan dan pelatihan tersebut dapat dilaksanakan baik di

dalam negeri maupun dengan mengirimkan tenaga kerja Indonesia untuk

berlatih di luar negeri. Selanjutnya ketentuan mengenai penggunaan tenaga

kerja asing serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja

pendamping diatur dengan Keputusan Presiden, hal ini tercantum pada Pasal

49.

Area kegiatan dan pemberdayaan TKWNA dibatasi melalui UU No.

13 tahun 2003 Pasal 46 yang menyebutkan tenaga kerja asing dilarang

menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan


49

tertentu, yang diatur dengan keputusan Menteri. Hal ini ditegaskan juga dalam

UU No. 44 tahun 2009 Pasal 34 yang menyebutkan bahwa tenaga struktural

rumah sakit yang menduduki jabatan sebagai pimpinan harus

berkewarganegaraan Indonesia. Pimpinan dimaksud adalah Direktur utama,

direktur medik dan keperawatan serta direktur sumber daya manusia.

Area kegiatan yang dapat dilakukan TKWNA yang diatur dalam UU

No. 29 tahun 2004 Pasal 31 dan 32 antara lain adalah kegiatan dalam rangka

pendidikan, pelatihan, penelitian dan pelayanan kesehatan di bidang

kedokteran atau kedokteran gigi. UU No. 44 tahun 2009 Pasal 14 ayat 1 dan 2

menetapkan kebijakan bahwa pendayagunaan TKWNA di rumah sakit

dilakukan sesuai kebutuhan pelayanan dengan mempertimbangkan

kepentingan alih teknologi dan ilmu pengetahuan serta ketersediaan tenaga

kesehatan setempat.

e. Pembatasan Waktu

Pembatasan waktu/masa bekerja bagi TKWNA bertujuan untuk

melindungi dan memberi peluang pendayagunaan tenaga kesehatan Indonesia.

TKWNA hanya bekerja untuk waktu tertentu sesuai yang ditetapkan dalam

peraturan UU No. 13 tahun 2003 Pasal 4, 5 dan 6 di mana mereka dapat

dipekerjakan dalam waktu tertentu dengan keputusan menteri. Tenaga kerja

asing yang masa kerjanya habis dan tidak dapat diperpanjang dapat digantikan

oleh tenaga kerja asing lainnya. Penyusunan rencana penggunaan tenaga kerja

asing pemberi kerja harus mencantumkan jangka waktu penggunaan tenaga


50

kerja asing dan wajib memulangkan tenaga kerja asing ke negara asalnya

setelah hubungan kerjanya berakhir.

f. Kompensasi

Pembayaran kompensasi diatur dalam UU No. 13 tahun 2003 Pasal 47,

di mana pemberi kerja wajib membayar kompensasi pada TKWNA untuk

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada konsumen.

Kewajiban membayar kompensasi juga dimaksudkan dalam rangka

menunjang upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Besarnya kompensasi dan penggunaannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

g. Sanksi

Pemberian sanksi pidana dikenakan pada TKWNA yang bekerja di

Indonesia yang tidak melakukan registrasi di Indonesia. Dalam UU No. 29

tahun 2004 Pasal 75 menetapkan sanksi pada setiap dokter atau dokter gigi

warga negara asing yang dengan sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa

memiliki STR sementara atau STR bersyarat. Pelanggaran dapat

menyebabkan TKWNA dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)

tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pemberian sanksi ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum

bagi masyarakat pengguna pelayanan kesehatan yang ditangani oleh tenaga

kesehatan asing.
51

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, tidak ada

kebijakan pengaturan tenaga kesehatan warga negara asing yang dituangkan

secara tegas dan jelas dalam pasal-pasalnya. Mencermati bunyi konsideran

`Menimbang’ huruf b dapat ditemukan pertimbangan filosofis yang

seharusnya dijadikan dasar pengambilan kebijakan pada tataran aplikasinya,

yaitu arah yang jelas dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan termasuk

dengan menerima masuk dan bekerjanya TKWNA harus dalam rangka

“pembentukan sumber daya manusia Indonesia”. Selengkapnya bunyi

konsideran `Menimbang’ huruf b yang dimaksud yaitu bahwa setiap kegiatan

dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non-

diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan

sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing

bangsa bagi pembangunan nasional.

Kemudian dengan mempelajari dan meneliti normatif dalam pasal-

pasal yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan yang mengatur tentang tenaga kesehatan, terutama dengan normatif

ketentuan dalam Pasal 21 ayat (3), maka pengaturan mengenai tenaga

kesehatan ternyata diatur dengan Undang-Undang tersendiri. Terkait dengan

pengaturan tenaga kesehatan dengan Undang-Undang tersendiri tersebut,

sampai dengan sekarang telah tersusun Rancangan Undang-Undang tentang

Tenaga Kesehatan. Dalam kajian ini RUU tentang Tenaga Kesehatan tidak

dilakukan kajiannya ini karena masih dalam proses penyusunan.


52

Menyangkut hal pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas,

kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara asing dapat

berfungsi sebagai “pagar” agar pasien-pasien potensial yang akan berobat

keluar negeri, bisa dicegah. Lebih lanjut akan dapat meningkatkan pangsa

pasar luar negeri, agar dapat dilayani di dalam negeri.

Terkait kebebasan mendapatkan pekerjaan sebagai hak asasi manusia

diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, namun negara dalam menjalankan tugasnya harus melindungi

hak asasi dari setiap warga negaranya. Produk hukum yang dibuat oleh negara

dalam menjalankan tugasnya juga harus melindungi dan menjamin

ditegakkannya hak asasi manusia dari setiap warga negaranya.

Ketentuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 dan Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 2009. Masalah tenaga kesehatan asing tidak selesai

dengan memberlakukan Undang-Undang, namun perlu komitmen untuk

melaksanakannya. Menurut Roberia, dalam diskusi pembahasan, penetapan

suatu Undang-Undang yang mengandung instrumen hukum masih diuji

dengan pelaksanaan (uitvoering atau implementation) dan merupakan bagian

dari mata rantai pengaturan (regulatory chain) upaya pelayanan kesehatan.

Dalam merumuskan kebijakan tenaga kesehatan asing di Indonesia,

pemerintah lazimnya menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Kebijakan

praktek pelayanan kesehatan yang dilakukan tenaga kesehatan asing di

Indonesia disertai tindak lanjut pengarahan dengan cara bagaimana penetapan

tujuan dapat dicapai agar ditaati masyarakat.


53

Upaya penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah secara ketat dan

konsisten sesuai dengan kewenangan yang ada berdampak bagi penegakan

hukum, dalam rangka menjaga kualitas pelayanan kesehatan. Sehubungan

dengan hal ini, penegakan sanksi administrasi merupakan garda terdepan

untuk penegakan hukum dalam pemberian pelayanan kesehatan yang

dilakukan tenaga kesehatan asing. Jika sanksi administrasi dinilai tidak

efektif, barulah dipergunakan sarana sanksi pidana.


54

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pengaturan profesi dokter asing di Indonesia dalam kerangka MEA sudah

diatur dalam Mutual Recognition Arrangement On Medical Practitioners

yang menjelaskan tentang pengaturan profesi dokter asing, dan pengaturan

profesi dokter asing di Indonesia juga tercantum dalam UU No. 29 Tahun

2004 tentang profesi dokrter dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 67

Tahun 2013 tentang pendayagunaan tenaga kesehatan warga asing yang

mana juga menjelaskan bahwa peraturan profesi dokter asing di Inonesia

ini berada dibawah wewenang KKI (Konsil Kedokteran Indonesia), dan

juga menjelaskan tentang profesi dokter asing tidak terlepas dari peraturan

negara tuan rumah yaitu Indonesia dan tunduk berdasarkan kedaulatan

yang ada di Indonesia.

2. Upaya pemerintah dalam menangani kasus pelanggaran profesi dokter

asing yang terjadi di Indonesia harus sesuai dengan ketentuan hukum yang

berlaku, para TKWNA profesi seperti pengacara, dokter, akuntan) tidak

dibolehkan untuk melakukan praktek perorangan, serta upaya pemerintah

dengan cara mengadakan beberapa produk kebijakan yang harus dipatuhi

oleh TKWNA dalam melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan di

Indonesia yang merupakan; Perijinan; Sertifikasi dan registrasi;

Kompetensi; Area kegiatan TKWNA dan tenaga pendamping; Pembatasan

waktu; Kompensasi dan Sanksi.


55

B. Saran

1. Diharapkan perlu dilakukan sosialisasi kebijakan pendayagunaan tenaga

kesehatan warga negara asing yang menyeluruh dan terus menerus, agar

pengaturan profesi dokter asing di Indonesia ini dapat diketahui oleh dokter

asing yang akan bekerja ke Indonesia, dokter warga negara Indonesia serta

Masyarakat sehingga dapat menekan angka terjadinya pelanggaran oleh

dokter asing di Indonesia.

2. Sebaiknya perlu dilakukan pengembangan kebijakan Surat Keputusan

Bersama antar Kementerian terkait serta melibatkan organisasi profesi

tentang perencanaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara

asing di Indonesia.

3. Diharapkan perlu dilakukan pengembangan kebijakan tingkat pemerintah

daerah, yaitu peraturan daerah tentang perencanaan dan pendayagunaan

tenaganaga kesehatan warga negara asing di daerah.

Anda mungkin juga menyukai