2
1
Apakah Perlindungan
Terhadap Konsumen Jasa
Kesehatan termasuk Etika
Hukum Kesehatan ?
3
Etika merupakan
PERLINDUNGAN pedoman yang
TERHADAP SEBAGAI dipegang teguh dalam
KONSUMEN/ ETIKA berperilaku sebagai
PASIEN nilai, dan norma
moral.
4
2
5
Perdagangan dan transaksi jasa kesehatan di dunia telah berkembang pesat akibat globalisasi
dua dekade terakhir ini. Perkembangan pesat tersebut ditandai dengan meningkatnya mobilitas
profesi tenaga ahli kesehatan dari satu negara ke negara lain yang sifatnya sementara atau
permanen. Mobilitas profesional bidang kesehatan tersebut didorong oleh keinginan tenaga
kerja untuk mencari kondisi lingkungan kerja dan sistem pengupahan yang lebih tinggi di
negara lain. Globalisasi jasa kesehatan juga meningkatkan arus investasi di jasa manajemen
rumah sakit, jasa asuransi kesehatan dalam rangka mencari pasar baru yang memiliki tingginya
permintaan.
Saat ini, terjadi pertumbuhan tren negara-negara di dunia untuk membentuk wisata medis
berstandar internasional untukmenjaring kalangan pasien dari negara lain (WTO). Hingga kini,
terdapat hanya 50 negara anggota WTO yang telah mengikuti perundingan jasa kesehatan
terutama subsektor manajemen rumah sakit dan perundingan liberalisasi mobilitas tenaga
profesi bidang kesehatan seperti dokter, perawat, dan apoteker
Subsektor dari jasa kesehatan menurut WTO adalah pelayanan jasa rumah sakit. Jasa kesehatan
menurut WTO tidak memasukkan jasa profesi kesehatan seperti dokter, perawat dan profesi
kefarmasian ke dalam kategori jasa kesehatan. Hal ini disebabkan profesi kesehatan telah masuk
di klasifikasi jasa bisnis. Walaupun begitu, jasa profesi kesehatan dan pelayanan rumah sakit
saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan dalam pengembangannya. 6
Selasa, 11 Jan 2005 18:41 WIB
Indonesia akan Tawarkan Liberalisasi 7 Sektor Jasa di WTO
- detikFinance
Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Departemen Perdagangan (Depdag) akan memberikan 7
initial over atau penawaran perdana di sektor jasa untuk diliberalisasikan dalam kerangka WTO.
Pertemuan anggota WTO itu akan dilakukan dari tangal 7 - 23 Pebruari 2005 nanti."Indonesia
akan memberikan 7 initial over sektor jasa pada 7 Pebruari di Jenewa," kata Dirjen Kerjasama
Industri dan Perdagangan Internasional Depdag Pos M Hutabarat di kantor Depdag Jalan
Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (11/1/2005).Dia mengatakan, ketujuh sektor jasa itu antara lain,
pendidikan kejuruan seperti training sepak bola dan catur. Kedua profesi kesehatan seperti
perawat. Ketiga kepemilikan perbankan kepada warga asing, dari yang semula 49 persen
menjadi 51 persen. "Untuk sektor ini padahal yang terjadi sudah mencapai 90 persen,"
tegasnya.Keempat profesi pengacara, dimana warga asing boleh beroperasi tapi tidak boleh
membuka kantor pengacara sendiri dan harus berbentuk joint venture dan tidak diperbolehkan
memasuki ruang pengadilan.Kelima jasa konstruksi, namun teknisnya rumit untuk dijelaskan.
Keenam rumah sakit, untuk rumah sakit ini minimal mempunyai 400 tempat tidur. Ketujuh
masalah keimigrasian dari yang semula visa berkunjung atau bisnis hanya dua minggu menjadi
empat minggu."Untuk perguruan tinggi belum bisa dibuka karena adanya penolakan dari forum
rektor. WTO meminta tahap revisi over sebagai lanjutan initial over pada bulan Mei nanti,"
demikian Pos M Hutabarat. 7
3
13
DENGAN MELIHAT PERATURAN
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun
2009, tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 49
Tahun 2013 tentang Badan Pengawas Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 10 Tahun 2014 tentang Dewan Pengawas RS
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. HK 02.02/Menkes/ 346/2014 tentang Badan
Pengawas Rumah Sakit Indonesia
14
Faktor kesehatan,
Keterbatasan standarisasi
pengetahuan tentang proses produksi,
kesehatan dan proses
komposisi, bahan
penyembuhan yang
diterima/dialaminya dll
Keterbatasan Konsumen/pasien
pengetahuan agak sulit
akan membedakan
profesionalisme/ layanan jasa
keahlian dalam kesehatan yg
layanan berkualitas atau
kesehatan tidak
15
PELANGGARAN YANG SERINGKALI DILAKUKAN OLEH KEBANYAKAN RUMAH SAKIT
(Mnrt BPRS)
17
Peran Hukum
Tidak Terjadi
Sengketa
Peran
Hukum Litigasi
Terjadi Tanpa
Pihak
Sengketa Ketiga
Non-Litigasi
BANI
Melalui
Pihak BPSK
Ketiga
DLL
19
HUBUNGAN KONSUMEN
DENGAN PELAKU USAHA
: KONTRAKTUAL DAN
PERIKATAN
NON-KONTRAKTUAL
20
Tenaga
Medis
HUBUNGAN Tenaga
HUKUM Non Medis
BPJS
(Perikatan) Suplier
Obat
Alat
Kesehatan
(penteraan,
RUMAH suplier)
Laundry
PASIEN Keamanan
SAKIT Barang
Pasien
Kantin
Tempat
Parkir
Fasilitas
HAK DAN Jenazah
(ruangan,
KEWAJIBAN kendaraan,
dll)
Sampah
21
Amdal
KONTRAKTUAL
Undang-
PMH Publik Psl. 1365
undang
Perbuatan/peristiwa NON
yang menyangkut KONTRAKTUAL
Perlindungan
Konsumen yg diatur
dlm UUPK 22
PERATURAN (“KEBEBASAN
HUBUNGAN UNDANG- PERUNDANG-
BERKONTRAK
HUKUM UNDANGAN
UNDANG TERKAIT JASA ” Psl. 1338 : 1)
(PERIKATAN)
ANTARA KESEHATAN
KONSUMEN PERJANJIAN
DENGAN RS
MNRT PSL. 1233 MENGIKAT PERJANJIAN
PENTINGNY
KUHPERDATA SBG UU PERLU
(Sumber
PENTINGNYA A DIBUAT
DIBUAT
Perikatan) PERJANJIAN DIBUAT PERJANJIAN
UNTUK
PERJANJIAN ANTARA MENGHIND
ULTIMUM PASIEN ARI
REMEDIUM DENGAN RS TUNTUTAN
KBP PIDANA
PERJANJIAN
TDK BOLEH
MELANGGA
R UU
23
Hubungan Hukum (Perjanjian) RS KBP Dengan Berbagai Pihak
TENAGA MEDIS
KEMENKES 1. Dokter JAMINAN SOSIAL
2. Perawat KESEHATAN
3. Apoteker
BPOM 4. dll
PENERAAN
(Metrologilegal)
DINKES
HUBUNGA
HUBUNGA PERJANJIAN
KONTRAK LANGSUNG (ATURANNYA
SENGAJA DIBUAT)
N SOSIAL
N ANTAR -CONTRACTUAL LIABILITY,
MANUSIA (barang dan jasa)
-KONTRAK JASA PERBANKAN
bagi N HUKUM
sesamanya) N (Psl.1233)
KONTRAK TIDAK
LANGSUNG/ATURANNYA SUDAH ADA
PERBUATAN Atas dasar KATA UNDANG- (BERJENJANG/MATARANTAI
PERDAGANGAN)
HUKUM/ SEPAKAT/KESEPAKATAN, UNDANG
(MENIMBULKA Perjanjian bisa
N HAK DAN -PRODUCT LIABILITY (barang)
KEWAJIBAN/
mengesampingkan undang- -STRICT LIABILITY (barang -HAK DAN KEWAJIBAN ORTU DG ANAK
ADA AKIBAT undang (Kebebasan dan jasa) -HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DG
PU DI RITEL (PRODUK LOKAL/IMPOR)
KESIAPAN RS PASIEN RS
PROMOSI/
UTK MENJADI DATANG MEMBERIK TERJADI
IKLAN/
PENYELENGG . . MENANYA . AN . KESEPAKA
.
PUBLIKASI
ARA JASA KAN PENJELASA TAN
(PAPAN
KESEHATAN BERBAGAI N
NAMA)
HAL
28
MENGAPA
PASIEN
KOMPLAIN ?
PADA UMUMNYA
KARENA MERASA
DIRUGIKAN AKIBAT
PELAYANAN JASA
KESEHATAN YANG
TIDAK LAYAK
PERLU PEMBINAAN
KEDISIPLINAN, PENGAWASAN
YANG OPTIMAL DAN KONTINYU,
SERTA PENEGAKAN HUKUM YANG
TEGAS TERHADAP TENAGA
MEDIS/NON MEDIS (REWARD &
PUNISHMENT)
29
Mengapa Pasien Komplain ?
KARENA PADA UMUMNYA MERASA DIRUGIKAN
TENAGA
MEDIS/NON ATURAN
PASIEN MEDIS TIDAK JELAS
TIDAK NAKAL/ ATAU
PAHAM LALAI/MELA ATURAN
NGGAR TIDAK ADA
HUKUM
PERLU
REVISI/PERUBAHAN,
PERLU PENDIDIKAN PERLU PEMBINAA,
HARMONISASI/SINKRO
(EDUKASI) ATAU PENGAWASAN DAN
NISASI ATAU MEMBUAT
SOSIALISASI PENEGAKAN HUKUM
REGULASI/HUKUM
BARU
8
31
Tanggung jawab penyelenggara kesehatan yaitu keadaan yang dipercaya dan
terpercaya. Cara penyelengaraan kesehatan dapat mengkomunikasikan tanggung
jawabnya, antara lain: menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada pengguna jasa
kesehatan; memberikan pelayanan yang optimal. Tanggung jawab (responsibility)
penyelenggara kesehatan adalah penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap
tugas- tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari penyelenggara kesehatan,
agar tetap kompeten dalam pengetahuan, sikap dan bekerja sesuai dengan kode etik.
Sedangkan menurut Berten (1993), tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan
memberikan jawaban atas tindakan- tindakan yang sudah dilakukan penyelenggara
kesehatan pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat dimasa yang akan datang.
Adapun tanggung jawab penyelenggara kesehatan diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
tanggung jawab terhadap Tuhannya saat merawat klien; tanggung jawab dengan klien;
tanggung jawab dengan teman sejawat (misal, memberikan teguran kepada temana
sejawat bila melakukan kesalahan/menyalahi standar). Secara umum ada dua alasan
terhadap pentingnya penyelenggara kesehatan tahu tentang hukum yang mengatur
praktiknya. Alasan (1) untuk memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan
penyelenggara kesehatan yang dilakukan konsisten dengan prinsip- prinsip hukum, (2)
untuk melindungi penyelenggara kesehatan dari liabilitas.
32
Menurut Sabir Alwy,malpraktik berarti praktik yang jelek/buruk. Hal yang
termasuk kategori malpraktik dilihat dari 3 aspek.
1. Internasional profesional misconduct, yaitu bahwa seorang tenaga
kesehatan dinyatakan bersalah/buruk berpraktik bilamana
penyelenggara kesehatan tersebut dalam berpraktik melakukan
pelanggaran- pelanggaran terhadap standar- standar dan dilakukan
dengan sengaja.
2. Negligence sengaja (kelalaian) yaitu seorang tenaga kesehatan yang
karena kelalaiannya (culpa) yang mana berakibat cacat/meninggalnya
pasien.
3. Lack of skill yaitu seorang yang melakukan tindakan medis tetapi diluar
kopetensinya/kurang kopetensinya.Suatu tindakan malpraktik kriminal
apabila memenuhi kriteria: perbuatan tersebut merupakan perbuatan
tercela; dilakukan dengan sikap batin yang salah; merupakan perbuatan
sengaja, ceroboh, kealpaan.
33
1. Sengketa Medik: adanya prjanjian hak dan kewajiban disalah satu pihak tidak puas muncul suatu
gugatan.
2. Transaksi Terapeutik: perjanjian timbal balik informed concent ispaning veerbentenis daya upaya
tidak dapat digugat wanprestasi.
3. Beban sengketa medik: tanggung jawab/pidana; tanggung gugat/ perdata; tanggung jawab
adminstrasi.
4. Kepercayaan dan komunikasi: hubungan patnernalistik dan holistic menimbulkan komunikasi
kepercayaan.
5. Penyelesaian sengketa konvensional: melalui litigasi (peradilan umum) dan non litigasi.
6. Gugatan dalam sengketa medik: penyelesaian medik yang ideal harus dilihat menguntungkaan dari
sisi pasien, tenaga kesehatan/RS dan prosedurnya juga menguntungkan semua pihak yang bertikai.
7. Alternatif dispute resolution: penyelesaian dianggap ideal bagi para pihak adalah penyelesaiannya
melibatkan para pihak secara langsung dan pertemuan para pihak bersifat tertutup.
8. Penyebab terjadinya sengketa medik: ketidakpuasan pasien terhadap tenaga/ sarana kesehatan;
kelalaian dalam pelayanan medik.
9. Contoh dasar tuntutan maupun gugatan: Pasal 359 KUHPBarangsiapa karenaa kesalahaannyaa
(kelalaiannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun/pidana kurungan paling lama satu tahun.
10.Mediasi sebagai alternatif penyelesaian secara non litigasi: mediation artinya penyelesaian sengkea
yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian sengketa secara menengahi.
34
KEPEGAWAIAN
KAMAR
GENSET
OPERASI
KAMAR RAWAT
KAMAR MAYAT
INAP
RUMAH
SAKIT
KAMAR
KANTIN
PERIKSA
DATA/
TEMPAT PARKIR DOKUMENTASI
PASIEN
BENGKEL/
LAUNDRY
TEKNISI
Fasilitas Jasa Kesehatan di
Rumah Sakit KBP
12. Dokter Dokter Kulit & Kelamin
1. Dokter Umum
13. Dokter Bedah Tulang (Orthopaed)
2. Dokter Gigi
14. Dokter Bedah Mulut
3. Dokter Anak
15. Dokter Rehabilitasi Medik
4. Dokter Kebidanan & Kandungan
16. Dokter Konservasi Gigi
5. Dokter Kesehatan Jiwa
17. Dokter Bedah Syaraf
6. Dokter Penyakit Dalam
18. Dokter Bedah Ginjal & Saluran Kencing (Urolog)
7. Dokter Bedah Umum
19. Dokter Radiologi
8. Dokter Saraf
20. Dokter Anasthesi
9. Dokter Mata
21. Dokter Patologi Klinik
10. Dokter THT
22. Klinik Rehabilitasi Medik
11. Dokter Paru
23. Klinik Kecantikan
36
Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan (Regulasi) yg
berlaku di Rumah Sakit berkaitan dgn berbagai hal ttg :
TENAGA
NON MEDIS
OBAT/ALAT
KESEHATAN PIMPINA
N RS
LAIN-LAIN
PERJA
NJIAN
(Perikatan,
Hubungan
Hukum, KALAU TERJADI
H&K)
S
KERUGIAN
TERHADAP
PASIEN, RS
HARUS
1.Tgjwb Hkm Privat
BERTANGGUNG
(ganti rugi) KUALITAS PELAYANAN JAWAB SECARA
2.Tgjwb Hkm Publik KESEHATAN MUTLAK, TANPA
(administrasi PERLU ADA
dan/atau pidana) PEMBUKTIAN
TENTANG
ADANYA
PROGRAM MASSAL VAKSIN/IMUNISASI DARI PEMERINTAH
DI LUAR FALKES DI DALAM FALKES K
(Product Liability) (Professional Liability) O P
N A
S S
S
U I
Retail/ Pemasaran Farmasi Direktur Dokter
Produsen Agen
apotik / sales M E
E N
N
Strict Liability/tanggung jawab mutlak Pelaku usaha dianggap bersalah kecuali
dibuktikan lain (pembuktian dibebankan
(UU/PMH) kpd pelaku usaha/tergugat)
S
39
PERDATA GANTI RUGI
TUNTUTA
N PASIEN
KE KURUNGAN/
PIDANA
RUMAH DENDA
SAKIT
40
9
Bagaimana Penyelesaian
Sengketa Konsumen Jasa
Layanan Kesehatan Yang Diatur
Dalam UUPK ?
41
TAHAPAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MENURUT UU NO.8/1999 TTG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Psl.47
MUSYAWARAH
TIMBUL
BPSK
KERUGIAN DITOLAK/
KOMPLAIN
YG TDK PENGADILAN
DIDERITA DITANGGAPI
KONSUMEN PIDANA
Psl. 23 & 45
Psl. 19
42
Prosedur Penyelesaian Sengketa Yg Diatur Dlm UUPK
Penyelesaian sengketa Konsumen dapat diajukan melalui badan peradilan
yaitu Pengadilan Negeri (Pasal 23 UUPK)
Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan
diatur dalam Pasal 48 UUPK yang menyebutkan bahwa penyelesaian
sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada ketentuan tentang
peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan Pasal 45.
Dengan demikian sengketa konsumen yang diselesaikan melalui pengadilan
menggunakan hukum acara perdata (sebagaimana diatur dalam HIR/Rbg.)
atau menggunakan hukum acara pidana (sebagaimana diatur dalam KUHAP)
jika pelaku usaha melanggar ketentuan pidana dalam Undang-undang
Perlindungan Konsumen.
Sedangkan penyelesaian sengketa di BPSK dasar hukum acaranya
Kepmenperindag No. 350/2001 dan PERMA No. 1 Tahun 2006 ttg Tata Cara
43
Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan BPSK.
Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui BPSK
Gugatan
Konsumen Putusan
ke BPSK MA
21 30
hari hari
Kerja MA
14
Putusan hari
Para pihak kerja
BPSK dapat 14 21
mengajukan
hari PN hari Putusan
kerja kerja PN
f&m keberatan
Pelaku Usaha
menerima putusan
7 hari
kerja
Keduanya
Pelaku Usaha wajib BPSK menyerahkan
TIDAK putusannya kepada
melaksanakan
putusan dijalankan penyidik sesuai Hukum Acara
Pidana
44
UPAYA HUKUM KEBERATAN YG DILAKUKAN PENYELENGGARA JASA LAYANAN KESEHATAN
Dasar hukumnya :
1). UU No.8/1999 ttg Perlindungan Konsumen (Pasal 56 ayat (2))
2). Kepmenperindag Nomor : 350/MPP/Kep/12/2001 (Pasal 41
ayat (3))
3). PERMA No. 1/2006 (Ps. 5 ayat (3))