Anda di halaman 1dari 46

DR. Firman Turmantara Endipradja, S.H., S.Sos., M.Hum.

Magister Manajemen Rumah Sakit


Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung
2019
9 Pertanyaan Pokok
1. Apakah Perlindungan Terhadap Konsumen Jasa Kesehatan termasuk
Etika Hukum Kesehatan ?
2. Apakah Kesehatan termasuk bidang bisnis ?
3. Apakah Kesehatan termasuk ruang lingkup/sektor Perlindungan
Konsumen ?
4. Apakah Pasien termasuk Konsumen dan Rumah Sakit Sebagai
Penyelenggara Jasa Layanan Kesehatan termasuk Pelaku Usaha ?
5. Mengapa Rumah Sakit Sebagai Penyelenggara Jasa Layanan Kesehatan
Perlu Diawasi ?
6. Bagaimanakah Hubungan Hukum Antara Pasien Dengan Rumah Sakit ?
7. Mengapa Pasien Komplain ke Rumah Sakit ?
8. Seperti Apakah Tanggungjawab Hukum Rumah Sakit Terhadap Pasien ?
9. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Konsumen Jasa Layanan Kesehatan
Yang Diatur Dalam UUPK ?

2
1

Apakah Perlindungan
Terhadap Konsumen Jasa
Kesehatan termasuk Etika
Hukum Kesehatan ?
3
Etika merupakan
PERLINDUNGAN pedoman yang
TERHADAP SEBAGAI dipegang teguh dalam
KONSUMEN/ ETIKA berperilaku sebagai
PASIEN nilai, dan norma
moral.

4
2

Apakah Jasa Kesehatan


termasuk Bidang Bisnis ?

5
Perdagangan dan transaksi jasa kesehatan di dunia telah berkembang pesat akibat globalisasi
dua dekade terakhir ini. Perkembangan pesat tersebut ditandai dengan meningkatnya mobilitas
profesi tenaga ahli kesehatan dari satu negara ke negara lain yang sifatnya sementara atau
permanen. Mobilitas profesional bidang kesehatan tersebut didorong oleh keinginan tenaga
kerja untuk mencari kondisi lingkungan kerja dan sistem pengupahan yang lebih tinggi di
negara lain. Globalisasi jasa kesehatan juga meningkatkan arus investasi di jasa manajemen
rumah sakit, jasa asuransi kesehatan dalam rangka mencari pasar baru yang memiliki tingginya
permintaan.

Saat ini, terjadi pertumbuhan tren negara-negara di dunia untuk membentuk wisata medis
berstandar internasional untukmenjaring kalangan pasien dari negara lain (WTO). Hingga kini,
terdapat hanya 50 negara anggota WTO yang telah mengikuti perundingan jasa kesehatan
terutama subsektor manajemen rumah sakit dan perundingan liberalisasi mobilitas tenaga
profesi bidang kesehatan seperti dokter, perawat, dan apoteker

Subsektor dari jasa kesehatan menurut WTO adalah pelayanan jasa rumah sakit. Jasa kesehatan
menurut WTO tidak memasukkan jasa profesi kesehatan seperti dokter, perawat dan profesi
kefarmasian ke dalam kategori jasa kesehatan. Hal ini disebabkan profesi kesehatan telah masuk
di klasifikasi jasa bisnis. Walaupun begitu, jasa profesi kesehatan dan pelayanan rumah sakit
saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan dalam pengembangannya. 6
Selasa, 11 Jan 2005 18:41 WIB
Indonesia akan Tawarkan Liberalisasi 7 Sektor Jasa di WTO
- detikFinance
Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Departemen Perdagangan (Depdag) akan memberikan 7
initial over atau penawaran perdana di sektor jasa untuk diliberalisasikan dalam kerangka WTO.
Pertemuan anggota WTO itu akan dilakukan dari tangal 7 - 23 Pebruari 2005 nanti."Indonesia
akan memberikan 7 initial over sektor jasa pada 7 Pebruari di Jenewa," kata Dirjen Kerjasama
Industri dan Perdagangan Internasional Depdag Pos M Hutabarat di kantor Depdag Jalan
Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (11/1/2005).Dia mengatakan, ketujuh sektor jasa itu antara lain,
pendidikan kejuruan seperti training sepak bola dan catur. Kedua profesi kesehatan seperti
perawat. Ketiga kepemilikan perbankan kepada warga asing, dari yang semula 49 persen
menjadi 51 persen. "Untuk sektor ini padahal yang terjadi sudah mencapai 90 persen,"
tegasnya.Keempat profesi pengacara, dimana warga asing boleh beroperasi tapi tidak boleh
membuka kantor pengacara sendiri dan harus berbentuk joint venture dan tidak diperbolehkan
memasuki ruang pengadilan.Kelima jasa konstruksi, namun teknisnya rumit untuk dijelaskan.
Keenam rumah sakit, untuk rumah sakit ini minimal mempunyai 400 tempat tidur. Ketujuh
masalah keimigrasian dari yang semula visa berkunjung atau bisnis hanya dua minggu menjadi
empat minggu."Untuk perguruan tinggi belum bisa dibuka karena adanya penolakan dari forum
rektor. WTO meminta tahap revisi over sebagai lanjutan initial over pada bulan Mei nanti,"
demikian Pos M Hutabarat. 7
3

Apakah kesehatan termasuk


ruang lingkup/sektor
Perlindungan Konsumen ?
8
RUANG LINGKUP/OBJEK PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERPRES 50/2017 TTG STRATEGI NASIONAL PERLINDUNGAN KONSUMEN
MENYEBUTKAN ADA 9 SEKTOR PRIORITAS PENGUATAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Ke-9 sektor prioritas penguatan perlindungan konsumen ini didasarkan atas hasil
survei, jumlah pengaduan, dan jumlah sengketa konsumen
Obat,
Makanan Perumahan/Proper Jasa
dan ti Telekomunikasi
Minuman

Jasa Keuangan Barang Tahan Lama


Jasa (Elektronik, Kendaraan
(Perbankan, Asuransi,
Transportasi Bermotor)
Pembiayaan)

Jasa Pelayanan Jasa Layanan


e-Commerce
Publik Kesehatan
(Listrik, Air, Gas)
9
4

Apakah Pasien termasuk


Konsumen dan Penyelenggara
Jasa Layanan Kesehatan
termasuk Pelaku Usaha ?
10
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu perlu diketahui definisi
PASIEN.
1. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (“UU 29/2004”), pasien adalah:
“… setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter
gigi.”
2. Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (“UU 44/2009”), pasien adalah:
“… setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.”
Adapun definisi konsumen terdapat dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU Perlindungan Konsumen”)
yaitu,setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalammasyarakat, baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.
Dari bunyi pasal-pasal di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pasien adalah konsumen
pemakai jasa layanan kesehatan.Sebagai pemakai jasa layanan kesehatan, pasien juga
disebut sebagai konsumen sehingga dalam hal ini berlaku juga ketentuan UUPK.
11
Pasal 1 ayat (3) UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (“UU No.
8/1999”) menyatakan bahwa definisi PELAKU USAHA adalah:
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi“
Penjelasan pasal ini menyatakan bahwa yang termasuk dalam pengertian pelaku usaha
di undang-undang ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir,
pedagang, distributor, dan lain-lain.
Selanjutnya Pasal 13 ayat (2) UU No. 8/1999 menyebutkan bahwa “seorang pelaku usaha
dilarang untuk menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat
tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan
cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain. “
Dari rumusan pasal ini dapat kita simpulkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan
jasa yang tunduk pada UU No. 8/1999 ini. Dengan demikian, pada saat penyelenggara
jasa kesehatan memberikan jasa pelayanan kesehatan, dan menerima pembayaran untuk
jasa yang diberikannya tersebut, maka penyelenggara jasa layanan kesehatan dapat
12
5

Mengapa Rumah Sakit Perlu


Diawasi ?

13
DENGAN MELIHAT PERATURAN
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun
2009, tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 49
Tahun 2013 tentang Badan Pengawas Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 10 Tahun 2014 tentang Dewan Pengawas RS
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. HK 02.02/Menkes/ 346/2014 tentang Badan
Pengawas Rumah Sakit Indonesia

14
Faktor kesehatan,
Keterbatasan standarisasi
pengetahuan tentang proses produksi,
kesehatan dan proses
komposisi, bahan
penyembuhan yang
diterima/dialaminya dll

Keterbatasan Terutama pasien


kemampuan yang kurang
finansial mampu

Keterbatasan Konsumen/pasien
pengetahuan agak sulit
akan membedakan
profesionalisme/ layanan jasa
keahlian dalam kesehatan yg
layanan berkualitas atau
kesehatan tidak
15
PELANGGARAN YANG SERINGKALI DILAKUKAN OLEH KEBANYAKAN RUMAH SAKIT
(Mnrt BPRS)

1. Penolakan/pelayanan yg tidak memadai 12. Memberikan obat/alat kesehatan dgn


terhadap pasien BPJS kualitas yang tdk
2. Penolakan terhadap pasien miskin seharusnya/bekas/kadaluwarsa
3. Memberikan pelayanan kesehatan yg tdk 13. Memberlakukan Klausula Baku/perjanjian
sesuai standar pelayanan tindakan Medis yg tdk sesuai dengan
peraturan yang berlaku
4. Salah diagnosa
14. Mempekerjakan tenaga Asing tanpa izin
5. Salah suntik/takaran suntik
15. Memberikan pelayanan medis kepada
6. Salah memberikan obat/takaran obat pasien tanpa informasi yg Jelas, benar
7. Memberikan keterangan sakit tanpa dan jujur
pemeriksaan 16. Aborsi
8. Memberikan referensi terhadap obat dari 17. Menerima tamu pribadi saat menangani
perusahaan yg menjadi mitra/rekanan pasien.
9. Memberikan pelayanan yg diskriminatif
10. Memperlakukan pasien sebagai
percobaan
16
6

Bagaimanakah Hubungan Hukum


Antara Pasien Dengan Rumah
Sakit ?

17
Peran Hukum
Tidak Terjadi
Sengketa
Peran
Hukum Litigasi
Terjadi Tanpa
Pihak
Sengketa Ketiga
Non-Litigasi
BANI
Melalui
Pihak BPSK
Ketiga
DLL

19
HUBUNGAN KONSUMEN
DENGAN PELAKU USAHA
: KONTRAKTUAL DAN
PERIKATAN
NON-KONTRAKTUAL

20
 Tenaga
Medis
HUBUNGAN  Tenaga
HUKUM Non Medis
 BPJS
(Perikatan)  Suplier
Obat
 Alat
Kesehatan
(penteraan,

RUMAH suplier)
 Laundry
PASIEN  Keamanan
SAKIT Barang
Pasien
 Kantin
 Tempat
Parkir
 Fasilitas
HAK DAN Jenazah
(ruangan,
KEWAJIBAN kendaraan,
dll)
 Sampah
21
 Amdal
KONTRAKTUAL

Perjanjian Wanprestasi Privat Psl. 1320


Hubungan Hukum
(Perikatan) antara
KONSUMEN
dengan
RUMAH SAKIT
Menurut Pasal 1233
Sumber Perikatan

Undang-
PMH Publik Psl. 1365
undang

Perbuatan/peristiwa NON
yang menyangkut KONTRAKTUAL
Perlindungan
Konsumen yg diatur
dlm UUPK 22
PERATURAN (“KEBEBASAN
HUBUNGAN UNDANG- PERUNDANG-
BERKONTRAK
HUKUM UNDANGAN
UNDANG TERKAIT JASA ” Psl. 1338 : 1)
(PERIKATAN)
ANTARA KESEHATAN
KONSUMEN PERJANJIAN
DENGAN RS
MNRT PSL. 1233 MENGIKAT PERJANJIAN
PENTINGNY
KUHPERDATA SBG UU PERLU
(Sumber
PENTINGNYA A DIBUAT
DIBUAT
Perikatan) PERJANJIAN DIBUAT PERJANJIAN
UNTUK
PERJANJIAN ANTARA MENGHIND
ULTIMUM PASIEN ARI
REMEDIUM DENGAN RS TUNTUTAN
KBP PIDANA

PERJANJIAN
TDK BOLEH
MELANGGA
R UU

23
Hubungan Hukum (Perjanjian) RS KBP Dengan Berbagai Pihak

TENAGA MEDIS
KEMENKES 1. Dokter JAMINAN SOSIAL
2. Perawat KESEHATAN
3. Apoteker
BPOM 4. dll
PENERAAN
(Metrologilegal)
DINKES

SUPLIER OBAT PASIEN


DAN ALKES
DISNAKER (Konsumen
Jasa
LINGKUNGAN Kesehatan)
HIDUP
PERIJINAN
TENAGA NON
PLN MEDIS
1. Karyawan admin
LEMBAGA 2. Pekarya LISTRIK/GENSET
PERIJINAN 3. Security
4. Teknisi
INSTITUSI LAIN 5. Supir
PERBANKAN
6. dll
24
-SUATU HUBUNGAN HUKUM/KONTRAK YANG DIBUAT
BERDASARKAN PERJANJIAN, SELAIN TUNDUK PADA HUBUNGAN Bisa
PERJANJIAN TSB, TUNDUK JUGA PADA UNDANG-UNDANG KONTRAKTUAL diselesaika
(BERLAKU
-TAPI, SUATU HUBUNGAN HUKUM BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG, TIDAK SELALU TUNDUK PADA PERJANJIAN YG INDIVIDUAL/PRIV n di BPSK
DIBUAT AT/ wanprestasi-
Psl.1320)

HUBUNGA
HUBUNGA PERJANJIAN
KONTRAK LANGSUNG (ATURANNYA
SENGAJA DIBUAT)
N SOSIAL
N ANTAR -CONTRACTUAL LIABILITY,
MANUSIA (barang dan jasa)
-KONTRAK JASA PERBANKAN

(Mns sbg -PROFESSIONAL LIABILITY -KONTRAK PERUMAHAN


(Jasa) -KONTRAK JASA TRANSPORTASI
mahluk sosial, -KONTRAK JASA KESEHATAN
(DOKTER/BIDAN)

juga serigala HUBUNGA PERIKATA


-KONTRAK KONSUMEN DG RM SIAP
SAJI/TKG GORENGAN

bagi N HUKUM
sesamanya) N (Psl.1233)
KONTRAK TIDAK
LANGSUNG/ATURANNYA SUDAH ADA
PERBUATAN Atas dasar KATA UNDANG- (BERJENJANG/MATARANTAI
PERDAGANGAN)
HUKUM/ SEPAKAT/KESEPAKATAN, UNDANG
(MENIMBULKA Perjanjian bisa
N HAK DAN -PRODUCT LIABILITY (barang)
KEWAJIBAN/
mengesampingkan undang- -STRICT LIABILITY (barang -HAK DAN KEWAJIBAN ORTU DG ANAK

ADA AKIBAT undang (Kebebasan dan jasa) -HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DG
PU DI RITEL (PRODUK LOKAL/IMPOR)

HUKUM) Berkontrak/Psl.1338), tapi tidak -HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DENGAN


RUMAH SAKIT (kasus vaksin palsu) Psl. 1367

boleh melanggar undang- HUBUNGAN NON


KESEPAKATAN TDK BOLEH KONTRAKTUAL
MENGANDUNG UNSUR undang, kesusilaan, ketertiban
(BERLAKU
PAKSAAN, KEKHILAFAN, umum, kepatutan, itikad baik UMUM/PUBLIK/PMH
PENIPUAN DAN
PENYALAHGUNAAN KEADAAN
dan kebiasaan (Ps.1320, 1337 -Psl.1365) 25
dan Ps.1339)
Proses Terjadinya Hubungan Hukum Antara Pasien dengan Rumah Sakit (Bukan
Gawat Darurat)
Perlindungan Konsumen

KESIAPAN RS PASIEN RS
PROMOSI/
UTK MENJADI DATANG MEMBERIK TERJADI
IKLAN/
PENYELENGG . . MENANYA . AN . KESEPAKA
.
PUBLIKASI
ARA JASA KAN PENJELASA TAN
(PAPAN
KESEHATAN BERBAGAI N
NAMA)
HAL

Malpractice - Negligence (Malpraktik dan Kelalaian)


RAWAT PENCATAT
. JALAN . RESEP OBAT . AN

PERSIAPAN . DIAGNOSA RAWAT


DIAGNOSA
.
JALAN BERBAGAI TAHAPAN

. RAWAT BERBAGAI TAHAPAN


JALAN
ALKES HRS
26
PRIMA
Hubungan hukum antara RUMAH SAKIT/DOKTER dan PASIEN
terbentuk karena kesepakatan.

Kesepakatan dalam kontrak terapeutik terbentuk pada saat PASIEN


memberikan persetujuannya pada RUMAH SAKIT/DOKTER untuk
melakukan tindakan penyembuhan setelah RUMAH
SAKIT/DOKTER memberikan penjelasan kepada PASIEN.

Logika hukumnya, RUMAH SAKIT/DOKTER yang berpraktik telah


melakukan penawaran umum dalam memberikan jasa pelayanan
kesehatan sebagai syarat pertama dari terbentuknya kesepakatan.

Pada dasarnya, PASIEN yang datang menghadap untuk dilayani


RUMAH SAKIT/DOKTER merupakan wujud dari penerimaan
penawaran tersebut. Dalam hal ini, kesepakatan adalah sumber
perikatan umum. (Pasal 1233 BW). 27
7

Mengapa Pasien Komplain ke


Rumah Sakit ?

28
MENGAPA
PASIEN
KOMPLAIN ?
PADA UMUMNYA
KARENA MERASA
DIRUGIKAN AKIBAT
PELAYANAN JASA
KESEHATAN YANG
TIDAK LAYAK

PERLU PEMBINAAN
KEDISIPLINAN, PENGAWASAN
YANG OPTIMAL DAN KONTINYU,
SERTA PENEGAKAN HUKUM YANG
TEGAS TERHADAP TENAGA
MEDIS/NON MEDIS (REWARD &
PUNISHMENT)
29
Mengapa Pasien Komplain ?
KARENA PADA UMUMNYA MERASA DIRUGIKAN

TENAGA
MEDIS/NON ATURAN
PASIEN MEDIS TIDAK JELAS
TIDAK NAKAL/ ATAU
PAHAM LALAI/MELA ATURAN
NGGAR TIDAK ADA
HUKUM

PERLU
REVISI/PERUBAHAN,
PERLU PENDIDIKAN PERLU PEMBINAA,
HARMONISASI/SINKRO
(EDUKASI) ATAU PENGAWASAN DAN
NISASI ATAU MEMBUAT
SOSIALISASI PENEGAKAN HUKUM
REGULASI/HUKUM
BARU
8

Seperti Apakah Tanggungjawab


Hukum Rumah Sakit Terhadap
Pasien ?

31
Tanggung jawab penyelenggara kesehatan yaitu keadaan yang dipercaya dan
terpercaya. Cara penyelengaraan kesehatan dapat mengkomunikasikan tanggung
jawabnya, antara lain: menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada pengguna jasa
kesehatan; memberikan pelayanan yang optimal. Tanggung jawab (responsibility)
penyelenggara kesehatan adalah penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap
tugas- tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari penyelenggara kesehatan,
agar tetap kompeten dalam pengetahuan, sikap dan bekerja sesuai dengan kode etik.
Sedangkan menurut Berten (1993), tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan
memberikan jawaban atas tindakan- tindakan yang sudah dilakukan penyelenggara
kesehatan pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat dimasa yang akan datang.
Adapun tanggung jawab penyelenggara kesehatan diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
tanggung jawab terhadap Tuhannya saat merawat klien; tanggung jawab dengan klien;
tanggung jawab dengan teman sejawat (misal, memberikan teguran kepada temana
sejawat bila melakukan kesalahan/menyalahi standar). Secara umum ada dua alasan
terhadap pentingnya penyelenggara kesehatan tahu tentang hukum yang mengatur
praktiknya. Alasan (1) untuk memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan
penyelenggara kesehatan yang dilakukan konsisten dengan prinsip- prinsip hukum, (2)
untuk melindungi penyelenggara kesehatan dari liabilitas.
32
Menurut Sabir Alwy,malpraktik berarti praktik yang jelek/buruk. Hal yang
termasuk kategori malpraktik dilihat dari 3 aspek.
1. Internasional profesional misconduct, yaitu bahwa seorang tenaga
kesehatan dinyatakan bersalah/buruk berpraktik bilamana
penyelenggara kesehatan tersebut dalam berpraktik melakukan
pelanggaran- pelanggaran terhadap standar- standar dan dilakukan
dengan sengaja.
2. Negligence sengaja (kelalaian) yaitu seorang tenaga kesehatan yang
karena kelalaiannya (culpa) yang mana berakibat cacat/meninggalnya
pasien.
3. Lack of skill yaitu seorang yang melakukan tindakan medis tetapi diluar
kopetensinya/kurang kopetensinya.Suatu tindakan malpraktik kriminal
apabila memenuhi kriteria: perbuatan tersebut merupakan perbuatan
tercela; dilakukan dengan sikap batin yang salah; merupakan perbuatan
sengaja, ceroboh, kealpaan.

33
1. Sengketa Medik: adanya prjanjian hak dan kewajiban disalah satu pihak tidak puas muncul suatu
gugatan.
2. Transaksi Terapeutik: perjanjian timbal balik informed concent ispaning veerbentenis daya upaya
tidak dapat digugat wanprestasi.
3. Beban sengketa medik: tanggung jawab/pidana; tanggung gugat/ perdata; tanggung jawab
adminstrasi.
4. Kepercayaan dan komunikasi: hubungan patnernalistik dan holistic menimbulkan komunikasi
kepercayaan.
5. Penyelesaian sengketa konvensional: melalui litigasi (peradilan umum) dan non litigasi.
6. Gugatan dalam sengketa medik: penyelesaian medik yang ideal harus dilihat menguntungkaan dari
sisi pasien, tenaga kesehatan/RS dan prosedurnya juga menguntungkan semua pihak yang bertikai.
7. Alternatif dispute resolution: penyelesaian dianggap ideal bagi para pihak adalah penyelesaiannya
melibatkan para pihak secara langsung dan pertemuan para pihak bersifat tertutup.
8. Penyebab terjadinya sengketa medik: ketidakpuasan pasien terhadap tenaga/ sarana kesehatan;
kelalaian dalam pelayanan medik.
9. Contoh dasar tuntutan maupun gugatan: Pasal 359 KUHPBarangsiapa karenaa kesalahaannyaa
(kelalaiannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun/pidana kurungan paling lama satu tahun.
10.Mediasi sebagai alternatif penyelesaian secara non litigasi: mediation artinya penyelesaian sengkea
yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian sengketa secara menengahi.
34
KEPEGAWAIAN

TEMPAT RUANG GAWAT


IBADAH DARURAT

KAMAR
GENSET
OPERASI

KAMAR RAWAT
KAMAR MAYAT
INAP

RUMAH
SAKIT

KAMAR
KANTIN
PERIKSA

DATA/
TEMPAT PARKIR DOKUMENTASI
PASIEN

BENGKEL/
LAUNDRY
TEKNISI
Fasilitas Jasa Kesehatan di
Rumah Sakit KBP
12. Dokter Dokter Kulit & Kelamin
1. Dokter Umum
13. Dokter Bedah Tulang (Orthopaed)
2. Dokter Gigi
14. Dokter Bedah Mulut
3. Dokter Anak
15. Dokter Rehabilitasi Medik
4. Dokter Kebidanan & Kandungan
16. Dokter Konservasi Gigi
5. Dokter Kesehatan Jiwa
17. Dokter Bedah Syaraf
6. Dokter Penyakit Dalam
18. Dokter Bedah Ginjal & Saluran Kencing (Urolog)
7. Dokter Bedah Umum
19. Dokter Radiologi
8. Dokter Saraf
20. Dokter Anasthesi
9. Dokter Mata
21. Dokter Patologi Klinik
10. Dokter THT
22. Klinik Rehabilitasi Medik
11. Dokter Paru
23. Klinik Kecantikan

36
Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan (Regulasi) yg
berlaku di Rumah Sakit berkaitan dgn berbagai hal ttg :

 Per-Rumah-Sakit-an  Standarisasi (SOP/SNI) pelayanan/jasa &


 Kesehatan barang/makanan.
 Kedokteran  Pen-tera-an alkes
 Keperawatan  Laundry
 Pegawai lain (security, OB, dll)  Bengkel las
 Obat-obatan  Peralatan Kesehatan/
 Makanan/minuman Kedokteran/Keperawatan
 Gizi  Perjanjian/klausula Baku
 Lingkungan Hidup (amdal, saluran  Pengawasan terhadap pegawai (barang2
pembuangan, sampah RS) pasien)
 Perparkiran  Akreditasi RS
 Perizinan (segala hal perlu dicek ijinnya.  Masa/Batas waktu Ijin Praktek
Mis, ijin bilboard, listrik, HO/tetangga)  Implementasi BPJS
 Relasi dg marketing/sales obat/Alkes  Kantin/dapur RS
 Sarana/prasarana/fasiltas RS (petugas,  Alat Pemadam Kebakaran
ketersediaannya)  Kamar jenazah 37
Psl.1367 (1) KUHPdt : ”Seseorang tidak hanya bertanggung
TENAGA
jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, Psl. 1367
melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-
MEDIS perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau KUHPdt
disebabkan barang-barang yang berada di bawah
pengawasannya. “

TENAGA
NON MEDIS
OBAT/ALAT
KESEHATAN PIMPINA
N RS

LAIN-LAIN
PERJA
NJIAN
(Perikatan,
Hubungan
Hukum, KALAU TERJADI
H&K)
S
KERUGIAN
TERHADAP
PASIEN, RS
HARUS
1.Tgjwb Hkm Privat
BERTANGGUNG
(ganti rugi) KUALITAS PELAYANAN JAWAB SECARA
2.Tgjwb Hkm Publik KESEHATAN MUTLAK, TANPA
(administrasi PERLU ADA
dan/atau pidana) PEMBUKTIAN
TENTANG
ADANYA
PROGRAM MASSAL VAKSIN/IMUNISASI DARI PEMERINTAH
DI LUAR FALKES DI DALAM FALKES K
(Product Liability) (Professional Liability) O P
N A
S S

S
U I
Retail/ Pemasaran Farmasi Direktur Dokter
Produsen Agen
apotik / sales M E
E N
N
Strict Liability/tanggung jawab mutlak Pelaku usaha dianggap bersalah kecuali
dibuktikan lain (pembuktian dibebankan
(UU/PMH) kpd pelaku usaha/tergugat)
S

PENGGUNAAN VAKSIN ATAS INISIATIF PASIEN

TENAGA Contractual Liability/tanggung jawab langsung


KONSUMEN
MEDIS/FALKES (Perjanjian/Wanprestasi)

39
PERDATA GANTI RUGI

TUNTUTA
N PASIEN
KE KURUNGAN/
PIDANA
RUMAH DENDA
SAKIT

ADMINSTR -PENCABUTAN IJIN


ASI -LAPOR INSTANSI
LBH TINGGI
-OMBUDSMAN
-INSPEKTORAT

40
9

Bagaimana Penyelesaian
Sengketa Konsumen Jasa
Layanan Kesehatan Yang Diatur
Dalam UUPK ?
41
TAHAPAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MENURUT UU NO.8/1999 TTG
PERLINDUNGAN KONSUMEN

Psl.47

MUSYAWARAH

TIMBUL
BPSK
KERUGIAN DITOLAK/
KOMPLAIN
YG TDK PENGADILAN
DIDERITA DITANGGAPI
KONSUMEN PIDANA
Psl. 23 & 45
Psl. 19

42
Prosedur Penyelesaian Sengketa Yg Diatur Dlm UUPK
 Penyelesaian sengketa Konsumen dapat diajukan melalui badan peradilan
yaitu Pengadilan Negeri (Pasal 23 UUPK)
 Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan
diatur dalam Pasal 48 UUPK yang menyebutkan bahwa penyelesaian
sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu pada ketentuan tentang
peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan Pasal 45.
 Dengan demikian sengketa konsumen yang diselesaikan melalui pengadilan
menggunakan hukum acara perdata (sebagaimana diatur dalam HIR/Rbg.)
atau menggunakan hukum acara pidana (sebagaimana diatur dalam KUHAP)
jika pelaku usaha melanggar ketentuan pidana dalam Undang-undang
Perlindungan Konsumen.
 Sedangkan penyelesaian sengketa di BPSK dasar hukum acaranya
Kepmenperindag No. 350/2001 dan PERMA No. 1 Tahun 2006 ttg Tata Cara
43
Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan BPSK.
Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui BPSK

Gugatan
Konsumen Putusan
ke BPSK MA

21 30
hari hari
Kerja MA
14
Putusan hari
Para pihak kerja
BPSK dapat 14 21
mengajukan
hari PN hari Putusan
kerja kerja PN
f&m keberatan
Pelaku Usaha
menerima putusan
7 hari
kerja
Keduanya
Pelaku Usaha wajib BPSK menyerahkan
TIDAK putusannya kepada
melaksanakan
putusan dijalankan penyidik sesuai Hukum Acara
Pidana
44
UPAYA HUKUM KEBERATAN YG DILAKUKAN PENYELENGGARA JASA LAYANAN KESEHATAN

Dasar hukumnya :
1). UU No.8/1999 ttg Perlindungan Konsumen (Pasal 56 ayat (2))
2). Kepmenperindag Nomor : 350/MPP/Kep/12/2001 (Pasal 41
ayat (3))
3). PERMA No. 1/2006 (Ps. 5 ayat (3))

Pasal 5 ayat 3 PERMA 1/2006 yaitu ttg Keberatan yang


Menggugat ke BPSK dilakukan konsumen dan/atau pelaku usaha mengacu pada
(Pasal 23 dan Pasal 45 UUPK) Pasal 70 UU 30/1999 ttg AAPS

Pasal 70 UU 30/1999 ttg AAPS berkaitan dg Syarat


Di Sidang BPSK Bank Pembatalan Putusan ARBITRASE
Menyampaikan "Pembuktian
Terbalik" Penjelasan : Unsur2 yg ada dlm Pasal 70 UU AAPS hrs ada
(Pasal 22 dan Pasal 28 UUPK) putusan pengadilan

1.- Antara Pasal 70 dgn Penjelasan nya tidak sinkron


Putusan BPSK (Pasal 54 ayat 2. Bertentangan dgn Pasal 71 UU AAPS (waktu arbitrase 30
(2) dan Pasal 56 ayat (4) UUPK) hari)
3.TIDAK ADA KEPASTIAN HUKUM

Penyelenggara Jasa Layanan Adanya gugatan ke MK ttg Permohonan Pembatalan


Penjelasan Pasal 70 UU Arbitrase
Kesehatan Mengajukan Upaya
Keberatan atas Putusan BPSK Putusan MK Nomor 15/PUU-XII/2014 ttg Pmbatalan Penjelasan
45
Pasal 70 UU Arbitrase krn dianggap bertentangan dg UUD
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai