• mengenai perlindungan pasien, adalah pasien di sini merupakan konsumen dalam bidang
jasa medis. Jika pasien rumah sakit adalah konsumen, maka secara umum pasien dilindungi
dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hak-hak
konsumen ini harus dapat dipenuhi oleh BPJS beserta rumah sakit yang bekerja sama
dengan BPJS. Bila tidak terpenuhi hak-hak konsumen, konsumen dapat menggugat melalui
sengketa diluar persidangan diperadilan umum dan melalui peradilan umum yang dalam hal
ini dapat diselesaikan melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan
Lembaga non pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai
kegiatan menangani perlindungan konsumen. Sebagai suatu lembaga yang menangani
perlindungan konsumen seperti LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat). Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran memberikan
perlindungan bagi pasien, dan dalam regulasi tersebut perlindungan hak pasien sebagai
konsumen juga tercantum dalam Pasal 32 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Dilihat dari kedudukan pasien dan konsumen, maka pasien tidak identik dengan
konsumen, sebab hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien, sangat sulit disamakan
hubungan antara konsumen dengan pelaku usaha di bidang ekonomi. Dilihat dari sudut
pasien, maka pengaturan tentang perlindungan pasien tidak dapat diambil dari UU No. 8
Tahun 1999, sebab selain terlalu umum, juga tidak mewakili kepentingan pasien yang
sangat banyak dan juga sangat unik. Dilihat dari sudut tenaga kesehatan, maka tenaga
kesehatan tidak dapat diidentikan dengan pelaku usaha di dalam bidang ekonomi, sebab
pekerjaan dalam bidang kesehatan adalah pekerjaan yang banyak mengandung unsur
sosial. Jadi berkaitan dengan perlindungan hukum pasien sebagai konsumen memang tidak
hanya harus diatur didalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Konsumen tetapi juga harus
dikaitkan dengan apa yang diatur di dalam UU No. 36 Tahun 2009 yang mana didalamnya
diatur secara jelas mengenai hak-hak pasien dan kewajiban pasien, hak-hak tenaga
kesehatan dan kewajiban dari tenaga kesehatan itu sendiri sehingga didalamnya terdapat
suatu pola hubungan antara pasien sebagai konsumen dan tenaga kesehatan sebagai
pemberi jasa kepada konsumen yang akhirnya akan menimbulkan suatu perlindungan
hukum terhadap pasien itu sendiri.
Pengaturan mengenai perlindungan hukum pasien ini tersebar dalam berbagai peraturan perundang-
undangan yaitu :
• penelantaran pasien oleh rumah sakit peserta BPJS kesehatan di mana anak
pertama pasangan muhrowi dan anita ini, diketahui menderita penyakit usus
buntu dan demam tinggi sejak kamis, 24 Maret 2016, oleh orangtuanya, Reva
dibawa ke Klinik Istana Mahkota Intan Kabupaten Tangerang. Lantaran
panasnya tak kunjung turun, pihak klinik merujuk reva ke Rumah Sakit
Keluarga Kita. Di rumah sakit tersebur, reva mendapat perawatan dokter dan
dinyatakan mengidap usus buntu kronis dan harus segera dilakukan operasi.
Karena rumah sakit (keluarga kita-red) ICU nya penuh, pasien pun dirujuk ke
empat rumah sakit, yakni Mulya Insani RSUD Tangerang, Arya Medika dan
Annisa, reva yang menggunakan asuransi BPJS Kesehatan ditolak oleh
empat rumah sakit tersebut. Beragam alasan penolakan yang disampaikan,
mulai dari rumah sakit penuh sampai tidak ada dokter untuk operasi.