Kasus – kasus komplain masyarakat terhadap perusahaan tambang batu bara tersebut
berkaitan dengan masalah pencemaran / kerusakan dan atau gangguan lingkungan yang
berupa perubahan lingkungan secara fisik, kimia dan biologi (tanah, air, udara, dan tanaman)
yang terjadi di sekitar wilayah pertambangan tersebut yang dikaitkan dengan aktifitas
penambangan.
Berbeda dengan yang terjadi di wilayah yang memiliki dua sektor kegiatan
pertambangan, pada wilayah tambang yang hanya merupakan lokasi pit tambang, maka
dampak yang ditimbulkannya terutama bersumber dari kegiatan tambang. Sementara, di
wilayah yang hanya merupakan lintasan transportasi penggangkutan hasil tambang, kasus
lingkungan yang terjadi bersumber dari kegiatan penggangkutan batubara. Kasus lingkungan
yang menonjol di wilayah ini (yang di komplain masyarakat) adalah pencemaran debu dan
kebisingan serta limpasan air permukaan (run off yang membawa material ceceran batubara
ke sawah / kebun) dari badan jalan angkut (haulling road). Perusahaan tambang berdasarkan
KP umumnya transportasi melalui jalan negara (tidak memiliki jalan sendiri), masyarakat
justru melakukan kompalain dengan pola sendiri yaitu memunggut bayaran uang debu.
Dari kasus tuntutan masyarakat terkena dampak tersebut ternyata pada umumnya bahkan
dalam pengertian pencemaran/ perusakan lingkungan melainkan apa yang dinamakan oleh
pejabat pemerintah daerah setempat sebagai gangguan lingkungan. Hal ini dapat diketahui
dari cara mengidentifikasi dampak pencemaran dan penyelesain yang dilakukan.