PENDAHULUAN
Kampung Naga juga merupakan salah satu dari kampung yang masih
memegang tradisi dan adat istiadat leluhur, namun bisa hidup berdampingan
dengan kehidupan masyarakat lain yang lebih modern. Kampung Naga memang
memiliki keunikan tersendiri. Melihat dari dekat kehidupan sederhana dan
bersahaja yang masih tetap lestari di tengah peradaban modern.Kampung Naga
kerap menjadi objekkajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan
Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa
Barat. Meski pun demikian masyarakat Kampung Naga sepenuhnya beragama
Islam. Namun masih tertutup terhadap perubahan.
Saat ini kita semua berada dalam era modernisasi dengan segala aspek
negatif maupun positifnya. Arus modernisasi tidak bisa dihindari, cepat atau
lambat pasti mempunyai pengaruh dan menimbulkan berbagai perubahan
kehidupan sosial, tidak terkecuali di pelosok desa terpencil sekalipun
dan KampungNaga juga yang dulunya tidak pernah tersentuh arus modernisasi
sekarang sudah terlihat adanya arus modernisasi mulai tumbuh di kehidupan
masyarakat kampung naga. Buktinya, ketika memasuki kawasan Kampung Naga,
kita bisa melihat beberapa antene TV menjulang tinggi. Beberapa rumah sudah
memiliki TV, dan radio serta telepon genggam bahkan pola perilaku masyarakat
Kampung Naga telah bergeser, begitu pula dengan pakaian dan alat keseharian
yang dipergunakan oleh masyarakat. Dan hal tersebut disadari sebagai
westernisasi yang dibawa oleh Televisi salah satunya.
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
PEMBAHASAN
Sejarah asal usul Kampung Naga menurut salah satu versi nya bermula pada masa
kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang
bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah barat.
Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari,
Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana
oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari
ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya
Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang
sekarang disebut Kampung Naga.
Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya ke Kampung Naga sekitar 30 Km, sedangkan
dari Kota Garut jaraknya +26 Km. Untuk mencapai perkampungan ini tidaklah
terlalu sulit. Untuk menuju Kampung Naga dari arah jalan raya Garut-
Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah di tembok (Sunda sengked)
sampai ketepi Sungai Ciwulan dengan kemiringan sekitar45 derajat dengan jarak
kira-kira 500 meter. Kemudian melalui jalan setapak menyusuri Sungai Ciwulan
sampai kedalam Kampung Naga
Sistem Kemasyarakatan
5. Sistem Politik
Dalam sistem politik di tekankan pada penyelesaian masalah di pimpin oleh ketua
adat yaitu dengan cara bermusyawarah untuk mufakat dimana hasi yang diperoleh
adalah merupakan hasil mufakat yang demokratis dan terbuka.
6. Sistem Hukum
Sistem hukum di kampung Naga hanya berlandaskan kepada kata pamali, yakni
sesuatu ketentuan yang telah di tentukan oleh nenek moyang Kampung Naga yang
tidak boleh di langgar. Sanksi untuk pelanggaran yang dilakukan tidaklah jelas,
mungkin hanyalah berupa teguran, karena masyarakat Sanaga memegang prinsip
bahwa siapa yang melakukan pelanggaran maka dia sendiri yang akan menerima
akibatnya.
Penduduk Kampung Naga Mengaku mayoritas adalah pemeluk agama islam, akan
tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang
adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.
Sistem hukum di kampung Naga hanya berlandaskan kepada kata pamali, yakni
sesuatu ketentuan yang telah di tentukan oleh nenek moyang Kampung Naga yang
tidak boleh di langgar. Sanksi untuk pelanggaran yang dilakukan tidaklah jelas,
mungkin hanyalah berupa teguran, karena masyarakat Sanaga memegang prinsip
bahwa siapa yang melakukan pelanggaran maka dia sendiri yang akan menerima
akibatnya.
Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih dilaksanakan
dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkenaan
dengan aktivitas kehidupannya.pantangan atau pamali merupakan ketentuan
hukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh setiap
orang. Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah
rumah,pakaian upacara, kesenian, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Lanlan, Risdina. (2012). Kampung Naga. Diakses Pada 24 Maret 2019 dari
w.w.w. : http://lanlanrisdiana.blogspot.com/2013/03/makalah-kampung-
naga.html