Anda di halaman 1dari 5

PENUGASAN BLOK 3.

4 MASALAH PADA DEWASA I


LAPORAN PROGRAM PENGENALAN KLINIK (PPK)

TONSILOFARINGITIS AKUT

Disusun oleh :

Hisyam Ilham / 15711101

Raakuma Ayuzahra Ariibahakim / 15711115

Tutorial 13

Tutor: dr. Sani Rahman Soleman, M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2017 / 2018
Tinjauan Pustaka

Tonsilofaringitis Akut

Tonsil merupakan salah satu organ bagian dari sistem imun manusia,
yang terbagi menjadi beberapa susunan. Secara umum terdapat empat susunan
tonsil meliputi tonsil palatina yang termasuk bagian dari cincin Waldeyer yang
terdiri dari susunan kelenjar limfa dalam rongga mulut, tonsil adenoid / faringeal,
tonsil lingua pada pangkal lidah, dan yang terakhir adalah tonsil tuba
Eustachius / Gerlach’s tonsil (Rusmarjono, et al., 2012).

Tonsilofaringitis akut adalah peradangan pada tonsil dan faring yang


masih bersifat ringan dan belum lama terjadi. Radang pada faring biasanya
mengenai organ didekatnya seperti tonsil sehingga disebut tonsilofaringitis.
Penyebab tersering dari penyakit tersebut yaitu Streptococcus Beta Hemolitikus,
Streptococcus Viridans, dan Virus Influensa yang dapat menular melalui air
borne droplet bahkan disemua usia, terutama pada anak [ CITATION Ada02 \l
1057 ].

Bakteri dan virus yang menyebabkan tonsilofaringitis tersebut masuk


dalam tubuh melalui saluran napas atas dan menyebabkan terjadinya inflamasi
akut pada faring kemudian menyebar melalui sistem limfa dan menuju tonsil
sehingga menyebabkan inflamasi pada tonsil. Akibat dari inflamasi tersebut,
tonsil tampak hiperemis, kadang ditemukan eksudat berwarna putih keabuan
pada tonsil akibat kerusakan epitel mukosa, dan terjadi pembesaran tonsil yang
berakibat terhambatnya jalan masuk udara [ CITATION Eka10 \l 1057 ].

Gejala lain yang ditemukan biasanya demam tinggi, nyeri saat menelan,
dan bau mulut. Pada kasus tonsilofaringitis biasanya dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa usap tenggorokan untuk melihat patogen yang meginfeksi,
serta pemeriksaan darah rutin. Tatalaksana yang diberikan pada penyakit ini
biasanya antibiotik golongan penisilin, atau bisa juga diberikan alternatif
golongan makrolid apabila ditemukan alergi terhadap penisilin dan antipiretik
untuk gejala demamnya. Selain itu pasien juga harus diberikan edukasi untuk
tidak meminum es secara berlebihan ataupun makan makanan yang
mengandung MSG berlebihan, serta dimbangi dengan istirahat yang cukup, dan
bisa juga kumur menggunakan air hangat apabila ditemukan rasa tidak nyaman
pada rongga mulut[ CITATION Sap13 \l 1057 ].
Ringkasan Kasus

Seorang pasien perempuan berinisial N berusia 6 tahun datang bersama


ibunya ke puskesmas Muntilan pada tanggal 28 Maret 2018. Pasien
mengeluhkan nyeri menelan, batuk, dan pusing sudah 3 hari. Keluhan disertai
nyeri saat berbicara, dan betuk kering. Ibu pasien mengatakan sudah memberi
obat penurun panas berupa paracetamol namun tidak kunjung sembuh. Pasien
memiliki kebiasaan meminum air es. Saat ini kaka pasien sedang menderita
tonsilitis akut. Tidak ada riwayat alergi maupun penyakit lainnya dalam keluarga.

Keadaan umum pasien tampak lemas, kesadaran kompos mentis, dan


pada pemeriksaan tanda vital terdapat demam subfebris. Pada pemeriksaan
tenggorokan, terdapat pembesaran tonsil di T1/T1, faring dan tonsil hiperemis,
kripta tidak melebar, nyeri saat menelan dan berbicara, namun tidak ditemukan
plak maupun detritus. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Sebenarnya
dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin dan swab tonsil untuk pemeriksaan
mikroskopis hanya saja mengingat di pelayanan primer belum tersedia sehingga
tidak dapat dilakukan.

Dokter mendiagnosis pasien dengan tonsilofaringitis akut et causa viral,


dengan diagnosis banding tonsilofaringitis akut et causa bakteri, tonsilitis akut,
dan faringitis akut. Terapi yang diberikan dokter yaitu antibiotik amoxicillin 40
mg / KgBB 3 dd tab 1 selama 6 – 10 hari, paracetamol 15 mg / KgBB 3 dd tab 1
selama 3 hari jika masih disertai demam, dan CTM 0,1 mg / KgBB untuk anak,
dan 4 mg untuk dewasa tiap 8 jam. Selain itu ibu pasien diberi edukasi agar
pasien banyak istirahta, mengurangi konsumsi air es, mengurangi makan yang
mengandung MSG, serta obat dimnum teratur.
Daftar Pustaka

Adam, G. L., Boies, L. R. & Higler, P. A., 2002. Buku Ajar Penyakit TH. In:
Jakarta: EGC.

ANGGRAINI , S. M., 2011. HUBUNGAN FARINGITIS KRONIK DENGAN


RIWAYAT KONSUMSI MAKANAN MINUMAN EKSTREM SECARA SUHU DAN
RASA.

Eka, P., 2010. Tonsilofaringitis Akut. Hang Tuah University, Volume 8.

Sapitri, P., 2013. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan


Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi. Universitas Jambi.

Shalihat, A. O., 2015. Hubungan Umur, Jenis Kelamin dan Perlakuan


Penatalaksanaan Dengan Ukuran Tonsil pada Penderita Tonsilitis Kronis di
Bagian THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan
Andalas.

Tasar, M. A. et al., 2013. Prevalence of Group C and G Streptococcus in


Pediatric Acute Tonsilopharyngitis in Turkey.

Anda mungkin juga menyukai