Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA

DENGAN PELAKSANAAN DIET PADA PASIEN TYPHOID DI WILAYAH


PUSKESMAS TOROH
Suryani1, Christina Nur Widayati2
Staff pengajar prodi DIII Keperawatan STIKES An Nur Purwodadi
1
Salsabilla189@ymail.com
2
christina.widayati@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Kejadian demam typhoid di dunia sekitar 21,6 juta kasus dan terbanyak di Asia,
Afrika dan Amerika Latin dengan angka kematian sebesar 200.000. Setiap tahunnya, 7 juta kasus
terjadi di Asia Tenggara, dengan angka kematian 600.000 orang. Hingga saat ini penyakit demam
typhoid masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara tropis termasuk Indonesia dengan
angka kejadian sekitar 760 sampai 810 kasus pertahun, dan angka kematian 3,1 sampai 10,4%. Di
Kabupaten Grobogan pada tahun 2012 sebesar 10.388 orang dalam 1 tahun dan pada tahun 2013
sebesar 7.864 orang dalam 11 bulan (Dinkes Kab. Grobogan, 2013). Data penderita typhoid di
Pukesmas Toroh I pada tahun 2012 sebesar 227 orang dalam 1 tahun dan pada tahun 2013 sebesar
225 dalam 1 tahun
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga dengan
dilaksanakan diet pada pasien typhoid di Puskesmas Toroh I.
Metode : penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 20
responden, menggunakan tehnik total sampling dengan uji person corelation
Hasil : menunjukkan pada variabel tingkat pengetahuan dengan perilaku di dapatkan nilai p value
0,274 dan pada variabel sikap dengan perilaku didapatkan nilai p value 0,007
Kesimpulan : tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pada keluarga pasien
typhoid di wilayah Puskesmas Toroh I dan hubungan antara sikap dengan perilaku pada keluarga
pasien typhoid di wilayah Puskesmas Toroh I.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Typhoid
PENDAHULUAN
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia
tahun

2009,

demam

typhoid

paratyphoid juga menempati urutan ke-3

atau

dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat

paratyphoid menempati urutan ke-3 dari 10

inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu

penyakit terbanyak pasien rawat inap di

sebanyak 41.081 kasus, yang meninggal

rumah sakit tahun 2009 yaitu sebanyak

274 orang dengan Case Fatality Rate

80.850 kasus, yang meninggal 1.747 orang

sebesar 0,67 %.
Berdasarkan data yang diambil

dengan Case Fatality Rate sebesar 1,25%.


Sedangkan berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2010 demam typhoid atau

dari Riskesdas 2007, Prevalensi di Provinsi


Banten sebesar 2,2 %. Insiden demam
typhoid bervariasi di tiap daerah dan

biasanya

terkait

dengan

sanitasi

dengan pemberian bubur saring, yang

lingkungan, di daerah rural (Jawa Barat)

dimaksudkan

157

penduduk,

komplikasi pendarahan atau porforasi usus.

sedangkan di daerah urban ditemukan 760

pemberian makanan padat dini, yaitu nasi

sampai 810 kasus per 100.000 penduduk.

dengan lauk pauk rendah selulosa dapat

Data

diberikan

kasus

per

Provinsi

100.000

Jawa

Tengah

dengan

untuk

dengan

aman

menghindari

pada

pasien

prevalensi 1,6%, dan tersebar di seluruh

demam typhoid. pasien demam typhoid

kabupaten/kota dengan rentang 0,2-3,5%.

diberi bubur saring, bubur kasar, akhirnya

Sedangkan di Kota Semarang, angka

nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien

kejadian

(Suntoso dan Angelia, 2005).


Pelaksanaan
diet

Typhoid

Abdominalis

yang

terdiagnosis yaitu sebesar 0,4 % dan yang


disertai dengan gejala sebesar 0,8 %.
Data penderita typhoid

typhoid

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan


di

sikap keluarga dalam pelaksanaan diet

Kabupaten Grobogan pada tahun 2012

typhoid, dimana prevalensi demam typhoid

sebesar 10.388 orang dalam 1 tahun dan

di Indonesia menunjukkan 1100 kasus per

pada tahun 2013 sebesar 7.864 orang

100.000 penduduk pertahunnya dengan

dalam 11 bulan (Dinkes Kab. Grobogan,

angka kematian 3,1-10,4% kejadian ini

2013). Data penderita typhoid di Pukesmas

lebih

Toroh I pada tahun 2012 sebesar 227 orang

kekambuhan (Nasrudin, dkk.,2007).


Dalam penelitian lain menunjukan

dalam 1 tahun dan pada tahun 2013 sebesar


225 dalam 1 tahun.
Penatalaksanaan demam typhoid
yaitu

medis

dan non medis,

pada

dikarenakan

demam

kekambuhan

typhoid
didapatkan

adanya

dengan
jumlah

dalam

perempuan sedikit lebih banyak daripada

medis

dengan

laki-laki yaitu perempuan sebanyak 22

kortikosteroid

dianjurkan

orang (51,2%) dan laki-laki sebanyak 21

penatalaksanaan
memberikan

pasien

sering

typhoid

yaitu

orang (48,8%). Dari hasil ini juga nampak

i.v,

seperti yang dikemukakan oleh Rasmilah

dilanjutkan 1mg/kgBB/kali, setiap 6 jam

2001 dalam Dina Mayasari Arum Pratiwi

(penggunaan lebih dari 48 jam akan

2008.

deksametason

meningkatkan
penatalaksanaan

ensefalopati,
3mg/kg/kali

angka

(1x)

relaps).

nonmedis

antara

Untuk
lain

dengan tirah baring,nutrisi (pelaksanaan


diet typhoid), dan monitor perawatan
(KemenKes RI, 2013).
Penatalaksanaan

Kebanyakan

kekambuhan

seseorang cenderung disebabkan karena


memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau
dapat dikatakan sibuk dengan pekerjaan
dan kemudian kurang memperhatikan pola

nonmedis

makannya sehingga timbul typhoid, saat

dengan pemberian diet typhoid, yaitu

menderita demam typhoid penderita tidak

memperhatikan pelaksanaan diet yang

malas memperhatikan diet bagi penderita,

telah dianjurkan, hal ini dipicu juga dari

sehingga tidak sedikit penderita kembali

pengetahuan dan sikap keluarga yang tidak

mengalami keluhan atau kekambuha

mendukung

pelaksanaan

diet

bagi

penderita typhoid (Robert, 2007).

METODE PENELITIAN

Dari hasil tinjauan yang di

Pada penelitian ini peneliti menggunakan

lakukan pada bulan Februari 2014 diwilayah

metode observasional dengan rancangan

kerja Puskesmas toroh I dengan beberapa

cross sectional Sampel dari penelitian ini

keluarga

petugas

berjumlah 20 responden. Teknik sampling

kesehatan rawat inap puskesmas toroh I di

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dapatkan bahwa 6 keluarga dengan anggota

total sampling. Penelitian ini dilakukan di

keluarga yang menderita typhoid yang

wilayah kerja Puskesmas Toroh I, yang

pernah dirawat maupun berobat kembali,

dilakukan pada bulan Mei 2014. Adapun

menyatakan

metode pengumpulan data dalam penelitian

pasien

typhoid

kurang

dan

memperhatikan

kesehatan setelah pulang dari perawatan di

ini

puskesmas. Dari perawat puskesmas juga

(Questionnaires)

menerangkan bahwa sedikitnya 20 pasien

digunakan dalam penelitian ini adalah

dari 6 bulan terakhir yang telah dinyatakan

kuesioner dalam bentuk pertanyaan dan

sembuh setelah perawatan, kembali berobat

pernyataan

dikarenakan saat dirumah pasien tidak

pengetahuan keluarga tentang pelaksanaan

menjaga pola makan yang baik, pasien lebih

diet bagi penderita typhoid, kuesioner yang

sering langsung makan nasi dengan lauk

berhubungan dengan pengetahuan ini terdiri

pauk seperti biasa yang tidak dianjurkan

dari 15 pertanyaan dengan kriteria jawaban

bagi penderita typhoid, lebih senang jajan di

Benar dan Salah. Kuesioner dalam bentuk

luar karena mempunyai banyak pekerjaan

pertanyaan yang berkaitan dengan sikap

dan aktifitas diluar yang bisa dikatakan

keluarga

sibuk. Sebenarnya keluarga sudah berusaha

penderita typhoid, terdiri dari 15 pertanyaan

mengingatkan kepada penderita yang sakit

dengan kriteria jawaban ya dan tidak. Dan

untuk

yang

kuesioner pengukuran perilaku yang terdiri

dianjurkan oleh petugas kesehatan, seperti

dari 15 pernyataan dengan kriteria jawaban

untuk makan bubur terlebih dahulu, akan

selalu, sering, kadang - kadang, tidak

tetapi sebagian penderita enggan untuk

pernah. Tehnik analisa uji reliabilitas dengan

melaksanakan anjuran tersebut sehingga

rumus koefisien korelasi Alpha Cronbach.

semakin lama keluarga membiarkan dan

Analisis data Person Corelation.

makan

makanan

seperti

adalah

Angket

Instrument

yang

tentang

atau

Kuesioner
yang

berkaitan

pemberian

akan

dengan

diet

bagi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa Univariat
1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Keluarga
Pasien Typhoid Di Wilayah Puskesmas Toroh I bulan Maret 2014 (n = 20)
Umur
< 20 tahun
21-30 tahun
> 30 tahun
Jumlah

Frekuensi
8
7
5
20

Prosentase %
40,0
35,0
25,0
100,0

Distribusi responden berdasarkan umur didapatkan frekuensi yang tertinggi pada


umur < 20 tahun dengan nilai frekuensi sebanyak 8 (40,0%) responden, sedangkan frekuensi
yang terendah pada umur > 30 tahun dengan nilai frekuensi sebanyak 5 (25,0%) responden.
2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Keluarga Pasien
Typhoid Di Wilayah Puskesmas Toroh I bulan Maret 2014 (n = 20)
Pendidikan
Frekuensi
Prosentase %
SD
6
30,0
SMP
4
20,0
SMA
10
50,0
Jumlah
20
100,0
Distribusi responden berdasarkan pendidikan didapatkan frekuensi yang paling
tinggi pada tingkat pendidikan SMA dengan nilai frekuensi sebanyak 10 (50,0%) responden,
dan yang rendah adalah pada tingkat pendidikan SMP dengan nilai frekuensi sebanyak 4
(20,0%) responden.
A. Analisa Bivariat
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan perilaku Pada Keluarga Pasien Typhoid Di
Wilayah Puskesmas Toroh
Tabel 3. Distribusi pengetahuan dengan perilaku pada keluarga pasien typhoid di wilayah
Puskesmas Toroh I
Pengetahuan Kat* kategori perilaku crosstabulation

Pengetahuan

Kurang
Baik

Total

Count
% of total
Count
% of total
Count
% of total

Hubungan tingkat pengetahuan dengan


perilaku

Kategori perilaku
Buruk
Baik
7
3
35.0%
15.0%
3
7
15.0%
35.0%
10
10
50.0%
50.0%

Pearson
correlation
0,257

P value
0,274

Total
10
50.0%
10
50.0%
20
100.0%

N
20

Berdasarkan tabel 3. didapatkan jumlah responden sebanyak 20 orang, nilai p


adalah 0,274 dengan taraf signifikan 5 % nilai adalah 0,05% yang berarti bahwa p> maka
Ho diterima.berarti tidak ada hubungan antara tingkat pemgetahuan dengan perilaku pada
keluarga pasien typhoid di wilayah Puskesmas Toroh I.
2. Hubungan sikap dengan perilaku Pada Keluarga Pasien Typhoid Di Wilayah Puskesmas
Toroh
Tabel 4. Distribusi sikap dengan perilaku pada keluarga pasien typhoid di wilayah
Puskesmas Toroh I
Kategori Sikap Kat* kategori perilaku crosstabulation

Sikap

Buruk
Baik

Total

Count
% of total
Count
% of total
Count
% of total

Hubungan sikap dengan perilaku

Kategori perilaku
Buruk
Baik
8
4
40.0%
20.0%
2
6
10.0%
30.0%
10
10
50.0%
50.0%

Pearson
correlation
0,579

Total
12
60.0%
8
40.0%
20
100.0%

P value

0,007

20

Berdasarkan tabel 4. didapatkan jumlah responden sebanyak 20 orang, nilai p


adalah 0,007 dengan taraf signifikan 5 % nilai adalah 0,05% yang berarti bahwa p< maka
Ho ditolak & Ha diterima. berarti ada hubungan antara sikap dengan perilaku pada keluarga
pasien typhoid di wilayah Puskesmas Toroh I dan nilai koefisien kolerasinaya adalah sebesar
0,579 artinya hubungan antara sikap dengan perilaku pada keluarga pasien typhoid di
wilayah Puskesmas Toroh I menunjukkan korelasi sedang.
B. Pembahasan
Karakteristik Responden
a. Umur
Hasil penelitian berdasarkan
umur

didapatkan

frekuensi

yang

Semakin bertambah usia akan semakin


berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan
dan sikap yang diperolehnya semakin
didukung

tertinggi pada umur < 20 tahun dengan

membaik. Hal tersebut

nilai frekuensi sebanyak 8 (40,0%)

pada penelitian Fakultas Kedokteran

responden, sedangkan frekuensi yang

Universitas Diponegoro. Dalam ilmu

terendah pada umur > 30 tahun dengan

psikologi perkembangan, umur dapat

nilai frekuensi sebanyak 5 (25,0%)

menggambarkan kematangan psikis

responden.
Hal ini menunjukkan bahwa

dan

usia (umur) mempengaruhi terhadap


daya tangkap dan pola pikir seseorang.

sosial

seseorang

mempengaruhi
seseorang
mengajar.

baik

dalam

sehingga
tidaknya

proses

belajar

Bertambahnya

usia

seseorang

mempengaruhi

pengetahuan dan sikap dalam perilaku

bertambahanya pengetahuan dan sikap

keluarga untuk melaksanakan diet

yang

dari

typhoid. Hal tersebut didukung oleh

pengalamannya. Hal ini sesuai dengan

Feist, 2009 dalam Sutrimo (2011)

penelitian yang dilakukan Handayani

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi

& Sudarmiati (2012) dikutip dari

memiliki respon adaptasi yang lebih

Surajiyo (2007) yang mengatakan

baik karena respon yang diberikan

semakin bertambah usia seseorang

lebih rasional dan juga memengaruhi

maka pengalaman dan pengetahuan

kesadaran dan pemahaman terhadap

akan semakin bertambah. Hal ini

stimulus.

didukung

dengan

hasil

diperkuat oleh Notoatmodjo (2003)

penelitian

Kusmarjhati

(2009)

bahwa di Indonesia tingkat pendidikan

(2012)

mempengaruhi

bisa

dalam

juga

diperoleh

Uskenat

dkk

Serta

pendapat

tersebut

perilaku

dan

mengemukakan bahwa kematangan

menghasilkan banyak perubahan di

usia berpengaruh pada sikap seseorang

segala bidang, termasuk pengetahuan

dalam menyikapi situasi/penyakitnya

masyarakat dibidang kesehatan. Hal

dalam mengatasi kecemasan yang

ini

dialami. Hal ini menunjukkan bahwa

menyatakan dengan pendidikan tinggi

umur dapat mempengaruhi proses

maka seseorang akan cenderung untuk

perilaku seseorang dalam pelaksanaan

mendapatkan informasi, baik dari

diet typhoid.
b. Pendidikan
Hasil penelitian berdasarkan

orang lain maupun dari media massa.

pendidikan didapatkan frekuensi yang

sesuai

dengan

teori

yang

Semakin banyak infomasi yang masuk


makin banyak pula pengetahuan yang

paling tinggi pada tingkat pendidikan

didapatkan tentang kesehatan.


Hal tersebut sesuai dengan

SMA dengan nilai frekuensi sebanyak

penelitian Astuti (2010) ini didapatkan

10 (50,0%) responden, dan yang

hasil

rendah adalah pada tingkat pendidikan

sebanyak

SMP dengan nilai frekuensi sebanyak

pendidikan

4 (20,0%) responden.
Hal ini menunjukkan bahwa

42,4%.

pendidikan

mempengaruhi

pada

perilaku keluarga dalam pelaksanaan


diet pada pasien typhoid. Maka dalam
penelitian

ini

semakin

pendidikan

semakin

tinggi

tinggi
pula

tingkat
57,6

pendidikan
%

dan

menengah

Hasil

dasar
tingkat

sebanyak

pengetahuan

pada

kelompok kasus mayoritas adalah


tingkat pendidikan dasar sebanyak
57,6%

dan

tingkat

pendidikan

menengah sebanyak 60,6 %. Dari hasil


perhitungan

dengan

Odds

Ratio

diperoleh Odds Ratio (OR) sebesar

sesuatu

2,2. Angka ini berarti bahwa mereka

sikapnya. Sikap positif maupun negatif

yang mempunyai tingkat pendidikan

tergantung dari pemahaman individu

dasar mempunyai resiko 2,2 kali lebih

tentang suatu hal tersebut, sehingga

besar untuk menderita Demam Tifoid

sikap ini selanjutnya akan mendorong

dibandingkan yang memiliki tingkat

individu melakukan perilaku tertentu

pendidikan

pada saat dibutuhkan, tetapi kalau

menengah.

Hal

ini

hal

menunjukkan bahwa dalam proses

sikapnya

pelaksanaan diet di pengaruhi pula

menghindari

oleh

perilaku

pendidikan

pendidikan

pasien

pendidikan

yang

tidak

hanya

tersebut.

melakukan
Hal

tersebut

oleh

yang menyatakan bahwa pengetahuan


tidak berhubungan bermakna dengan

Pengetahuan
Di

Wilayah
tabel

jumlah

5.3

responden

sebanyak 20 orang, nilai p adalah


0,274 dengan taraf signifikan 5 % nilai
adalah 0,05% yang berarti bahwa
p> maka Ho diterima. Berarti tidak
antara

tingkat

pemgetahuan dengan perilaku pada


keluarga pasien typhoid di wilayah
Puskesmas Toroh I.
Hal tersebut

untuk

akan

dimiliki

Typhoid

hubungan

justru

didukung penelitian Rahmi (2010)

Puskesmas Toroh
Berdasarkan

ada

negatif,

juga

dengan perilaku Pada Keluarga

didapatkan

mempengaruhi

tetapi

keluarga pasien.
c. Hubungan Tingkat
Pasien

akan

perilaku

orangtua

terhadap

anak

dengan PJB. Ada faktor-faktor lain


yang lebih mempengaruhi perilaku
orang tua. Menurut Sunaryo (2004),
faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang meliputi faktor endogen
(dari dalam individu itu sendiri) dan
faktor eksogen (dari luar individu itu).
Faktor endogen antara lain jenis ras,
jenis

kelamin,

sifat

fisik,

sifat

kepribadian, bakat pembawaan, serta


inteligensi.

Beberapa

faktor

eksogennya antara lain lingkungan,


menunjukkan

pendidikan, agama, sosial ekonomi

bahwa tidak ada hubungan antara

dan

tingkat pengetahuan dengan perilaku

dikatakan bahwa pengetahuan terdapat

keluarga

dalam

faktor lain yang berpengaruh dalam

pelaksanaan diet typoid di wilayah

perilaku keluarga dalam pelaksanaan

Puskesmas Toroh I, ada faktor lain

diet dianatanya faktor endogen dan

yang mempengaruhi perilaku keluarga.

eksogen.

pasien

typhoid

Menurut Azwar (2003), hal tersebut


karena pengetahuan seseorang tentang

kebudayaan.

Hal

ini

dapat

d. Hubungan sikap dengan perilaku

menunjukkan bahwa ada hubungan

Pada Keluarga Pasien Typhoid Di

sikap ibu tentang demam typhoid

Wilayah Puskesmas Toroh


Berdasarkan
tabel

dengan kejadian demam typhoid pada

didapatkan

jumlah

5.4

responden

sebanyak 20 orang, nilai p adalah


0,007 dengan taraf signifikan 5 % nilai
adalah 0,05% yang berarti bahwa
p< maka Ho ditolak & Ha diterima.
berarti ada hubungan antara sikap
dengan perilaku pada keluarga pasien
typhoid di wilayah Puskesmas Toroh I
dan nilai koefisien kolerasinaya adalah
sebesar 0,579 artinya hubungan antara
sikap dengan perilaku pada keluarga
pasien typhoid di wilayah Puskesmas

anak.

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan bahwa sikap keluarga


mempunyai hubungan yang erat antara
sikap keluarga dan perilaku dalam
pelaksanaan diet tersebut semakin baik
sikap seseorang maka semakin baik
pula perilakunya adapun penelitian ini
frekuensi sikap responden diatas ratarata

(mean)

adalah

responden

sebanyak

(60%).

12

Sedangkan

responden yang mempunyai perilaku


buruk adalah 10 responden (50%)
artinya sikap yang baik menentukan

Toroh I menunjukkan korelasi sedang.


Hasil penelitian menyatakan

keberhasilan

bahwa ada hubungan yang bermakna

typhoid.
Pada penelitian ini peneliti hanya

antara sikap dengan perilaku keluarga


pasien typhoid dalam pelaksanaan diet
typoid di wilayah Puskesmas Toroh I,
Adanya hubungan ini menunjukkan
bahwa

sikap

memegang

peranan

penting dalam menentukan perilaku


seseorang. Hal tersebut didukung oleh
Azwar

(2007)

yang

menyatakan

bahwa sikap merupakan

kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu objek


dengan cara-cara tertentu.

Hal ini

sesuai dengan penelitian Sarwanto


(2008) yang

menunjukkan

bahwa

dalam

meneliti

perilaku

hubungan

refraksi pada anak. Hal tersebut


didukung penelitian Kusuma (2011)

anatara

pengetahuan dan sikap dengan prilaku


keluarga dalam pelaksanaan diet pada
pasien

typhoid

saja

sedangkan

perilaku keluarga tidak hanya ditinjau


dari faktor umur dan pendidikan saja
tetapi faktor-faktor lainnya seperti
sosial,dan ekonomi. Peneliti tidak
memberikan perlakuan apapun kepada
responden

hanya

pengetahuan,
responden

sikap

sebatas
dan

dengan

kuesioner saja

terdapat hubungan antara sikap dan


perilaku orangtua terhadap kelainan

diet

KESIMPULAN DAN SARAN

menilai
perilaku

menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisi yang


dilakukan

penulis,

maka

dapar

kesimpulan sebagai berikut :


1. Hubungan
pengetahuan

ditarik

Hidayat, Aziz. (2009). Metode


Penelitian Keperawatan dan Tekhnik
Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.

dengan

perilaku keluarga hasilnya nilai p


adalah 0,274 dengan taraf signifikan 5
% nilai adalah 0,05% yang berarti
bahwa p> maka Ho diterima.berarti
tidak ada hubungan antara tingkat
pemgetahuan dengan perilaku pada
keluarga pasien typhoid di wilayah
2.

Alimul

Puskesmas Toroh I.
Hubungan sikap dengan

perilaku

keluarga hasilnya nilai p adalah 0,007


dengan taraf signifikan 5 % nilai
adalah 0,05% yang berarti bahwa p<
maka Ho ditolak & Ha diterima.
berarti ada hubungan antara sikap
dengan perilaku pada keluarga pasien
typhoid di wilayah Puskesmas Toroh I
dan nilai koefisien kolerasinaya adalah
sebesar 0,579 artinya hubungan antara

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur


Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Azwar, S. (2009). Sikap Manusia teori dan
pengukurannya.
Yogyakarta
:
Pustaka Pelajar Offset.
Badan Litbangkes Departemen Kesehatan RI.
Laporan Riset Kesehatan Dasar
Provinsi Jawa Tengah (2007).
Jakarta:Departemen Kesehatan, 2008
(online),
(http://www.dinkesjatengprov.go.id/d
ownload/mi/riskesdas_jateng2007.pd
f diakses tanggal 15 November
2012).
Kemenkes RI. (2010). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia N0.
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak.
Mahfoedz, I. (2007). Metodologi Penelitian
bidang Kesehatan, keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

sikap dengan perilaku pada keluarga


pasien typhoid di wilayah Puskesmas
Toroh I menunjukkan korelasi sedang.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
acuan

untuk

memperdalam

ilmu

dan

pengetahuan mengenai hubungan anatara


pengetahuan

dan

sikap

dengan

prilaku

Ngastiyah. (2005), Perawatan Anak Sakit.


Edisi 2. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku .
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.

keluarga dalam pelaksanaan diet pada pasien


typhoid dan dapat digunakan sebagai ilmu
dasar dalam mengembangkan penelitian bagi
peneliti selanjutnya.
REFERENSI

Oktarina., Hanafi, F., Budisuari, M.A. (2009).


Hubungan Antara
Karakteristik
Responden,
Keadaan
Wilayah
Dengan
Pengetahuan,
Sikap
Terhadap
HIV/AIDS
Pada
Masyarakat
Indonesia.
Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, Volume
12 No. 4, Oktober 2009.

Riskesda, Riset Kesehatan Dasar. (2010).


Laporan Nasional. Retrieved 25
September,
2013,
From
:
http://kgm.bappenas.go.id/index.php
?hal=13&keyIdHead=10.
Soedarmo SS, Garna H, Garna H, Hadinegoro
SR. (2010). Buku Ajar Infeksi
Penyakit dan Pediatri Tropis. Jakarta
: IDAI.

Taufiqurrahman, M. A. (2008). Pengantar


Metodologi Penelitian untuk Ilmu
Kesehatan.Surakarta :LPP UNS.
Sugiyono, (2010). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung : Penerbit Alfabeta.
Walgito B, (2003). Psikologi Sosial (Suatu
Pengantar). Yogyakarta : Andri
Offset.

Anda mungkin juga menyukai