Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL

KECEMASAN

Tugas Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa 1

Dosen Pengampu : Dr. Ns. Wahyu Kirana, M. Kep. Sp. Jiwa

Disusun Oleh:

DESSY ANDRIANI (NIM : 821213001)

EKO SUSANTO (NIM : 821213007)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan paper
dengan judul: “Asuhan Keperawatan Psikososial Kecemasan”.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat, M.Kep, selaku Ketua STIkes YARSI Pontianak.
2. Ibu Ns.Yunita Dwi Anggreini, M.Kep selaku ketua program studi Ners Keperawatan Stikes
Yarsi Pontianak
3. Ibu Dr. Ns. Wahyu Kirana, M. Kep. Sp. Jiwa selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa 1.
4. Seluruh staf dan dosen yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian paper di
STIKes Yarsi Pontianak.
5. Rekan-rekan yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu
baik secara moril maupun spiritual sehingga paper ini dapat diselesaikan.
Penulis merasakan dalam penyusunan paper ini begitu banyak hambatan, namun berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan penulis. Kritik dan saran sangat penulis harapkan agar penyusunan
paper ini lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Penulis berharap semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak akan
mendapatkan balasan dari Allah Subhana Wa Ta’ala, dan semoga paper ini sangat bermanfaat
bagi kita semua. Amin ya Robbal’alamin.
Pontianak, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A.Latar Belakang.................................................................................. 1
B.Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
C.Metode Penulisan .............................................................................
D.Ruang Lingkup Penulisan.................................................................
E.Sistematika Penulisan........................................................................

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Kecemasan.........................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan Kecemasan......................................
C. Jurnal Terkait Asuhan Keperawatan Kecemasan...........................
BAB III SKENARIO ROLE PLAY

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar
tidak diketahui dan berasal dari dalam (Wahyuni, 2018). Kecemasan merupakan respon
tubuh terhadap peristiwa yang terjadi, dimana respons tubuh terhadap peristiwa yang terjadi,
dimana respon tubuh tersebut lebih bersifat negatif sehingga menimbulkan ketidaknyamanan
bagi klien (Zaini, 2019). Kecemasan merupakan respon takut yang tidak jelas penyebabnya
dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Kecemasan dapat dirasakan oleh setiap orang jika
mengalami tekanan dan perasaan mendalam yang menyebabkan masalah psikiatrik dan dapat
berkembang dalam jangka waktu lama. (Marbun, Pardede & Perkasa, 2019).
Kecemasan bisa dialami oleh siapapun, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Kecemasan ini terjadi karena diri individu tersebut menghadapi hal yang baru, yang
menantang hidupnya, yang dianggap tidak nyaman dan berakibat negative pada dirinya.
Seorang anak bisa mengalami kecemasan ketika ditinggal orang tuanya. Orang dewasa juga
bisa mengalami kecemasan ketika hilang pekerjaannya. Banyak yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami kecemasan baik ditinjau dari factor yang melatarbelakangi maupun
dari factor yang mencetus terjadinya kecemasan.
Banyak keadaan dapat membuat orang mengalami kecemasan. Perubahan status
social bisa mencetuskan kecemasan. Perubahan pekerjaan, perubahan status kesehatan,
perubahan lingkungan tempat tinggal sampai perubahan cuaca juga bisa menimbulkan
kecemasan, misalnya ketika musim kemarau yang berkepanjangan, orang mengalami
kecemasan karena susahnya mendapatkan air bersih. Begitu juga dengan wabah pandemic
yang kita alami sekarang ini, sudah 2 tahun pandemi covid-19 dialami oleh seluruh
masyarakat di dunia. Banyak masyarakat yang tertular, sakit, dirawat dan diisolasi. Banyak
juga yang meninggal dunia akibat wabah covid-19 ini. Hal ini juga memicu kecemasan pada
masyarakat dunia.
Kementerian kesehatan (Kemenkes) menyebutkan angka kecemasan yang dialami
oleh masyarakat naik 6,8 persen selama masa pandemic covid-19. Berdasarkan data
Kemenkes sepanjang tahun 2020, sebanyak 18.373 jiwa mengalami gangguan kecemasan,
lebih dari 23.000 mengalami depresi dan sekitar 1.193 jiwa melakukan percobaan bunuh diri
(Antara, 2020).
Data angka kecemasan akibat covid-19 diatas merupakan salah satu contoh bahwa
memang kecemasan merupakan masalah psikososial yang sering dialami. Masih banyak
penyebab kecemasan lain yang tidak penulis sebutkan disini, akan tetapi penulis paparkan
pada bab selanjutnya. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk membahas asuhan
keperawatan pada gangguan psikososial kecemasan.
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Agar Mahasiswa mengetahui konsep kecemasan.
2. Agar Mahasiswa mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kecemasan
3. Agar Mahasiswa dapat mempraktekkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kecemasan.
C. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan dalam makalah ini yaitu dengan pengumpulan data melalui studi
literatur pada jurnal dan e-book yang terkait dengan masalah jiwa dan asuhan keperawatan
kecemasan..
D. RUANG LINGKUP PENULISAN
Penulis membatasi pembahasan pada makalah ini hanya seputar konsep kecemasan dan
konsep asuhan keperawatan pada kecemasan..
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan makalah ini meliputi :
BAB I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini meliputi penjelasan mengenai :
1. Konsep kecemasan
2. Konsep asuhan keperawatan kecemasan
BAB III Role Play Asuhan Keperawatan Kecemasan
BAB IV Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran kepada pembaca. Kesimpulan mencakup semua
pembahasan mengenai konsep kecemasan dan asuhan keperawatan kecemasan. Pada saran,
penulis memberikan masukan kepada mahasiswa maupun perawat agar memperhatikan
masalah jiwa atau psikososial kecemasan pada masyarakat baik di rumah sakit jiwa maupun
di rumah sakit umum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KECEMASAN
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada rasa
takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui
masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020). Kecemasan merupakan suatu respon
psikologis maupun fisiologis individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan,
atau reaksi atas situasi yang dianggap mengancam (Hulu & Pardede, 2016).
Kecemasan adalah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak jelas atau tidak
nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam. Kecemasan adalah perasaan tidak
nyaman atau khawatir yang samar disertai otonom (sumber seringkali tidak spesifik atau
tidak diketahui individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
(NANDA, 2018).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
ansietas merupakan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal
ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya
dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. (Herdman &
Kamitsuru, 2018).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah
perasaan tidak nyaman, takut dan khawatir atas suatu keadaan yang dianggap mengancam
bagi individu. Kecemasan merupakan respon psikologis terhadap suatu keadaan yang
menimbulkan sikap waspada dan reaksi untuk menghadapi ancaman yang datang, baik
dengan reaksi yang adaptif maupun yang maladaptif
2. Etiologi Kecemasan
a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005 dalam Anna Lasse, 2021).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005 dalam Anna Lasse, 2021).
Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat
tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
 Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

3. Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau (1963) dalam (Stuart, 2016) mengidentifikasi empat tingkat kecemasan
dengan penjelasan efeknya, yaitu :
a. Kecemasan ringan
Terjadi pada saat ada ketegangan dalam hidup sehari-hari. Selama ini seseorang
waspada dan lapang persepsi meningkat. Kemampuan seseorang untuk melihat,
mendengar, dan menangkap lebih dari sebelumnya. Jenis ansietas ini dapat
memotivasi belajar, menghasilkan pertumbuhan, dan meningkatkan kreativitas.
b. Kecemasan sedang
Terjadi ketika seseorang hanya berfokus pada hal yang penting saja dan lapang
persepsi meyempit. Sehingga kurang dalam melihat,mendengar,dan menangkap.
Seseorang memblokir area tertentu tetapi masih mampu mengikuti perintah jika
diarahkan untuk melakukannya.
c. Kecemasan berat
Terjadi ditandai dengan penurunan yang signifikan dilapang persepsi. Ansietas jenis
ini cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak berfikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ansietas dan banyak arahan yang
dibutuhkan untuk fokus pada area lain.
d. Panik
Panik dikaitkan dengan rasa takut dan terror. Pada sebagian orang yang mengalami
kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan arahan. Gejala panik yang
sering muncul adalah peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyempit dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak dapat bertahan tanpa batas waktu, karena
tidak kompatibel dengan kehidupan. Kondisi panik yang berkepanjangan akan
mengakibatkan kelelahan dan kematian, tetapi panik dapat diobati dengan aman dan
efektif.
4. Tanda dan Gejala Kecemasan
Menurut Utami, Astuti & Livana (2017) tanda dan gejala kecemasan adalah :
a. Respons fisik :
1) Kardiovaskular : Palpitasi, Jantung Bedebar, Tekanan Darah Meninggi, Denyut
Nadi Cepat
2) Pernafasan : Napas Cepat, Napas Pendek, Tekanan Pada Dada , Napas Dangkal,
Pembengkakan Pada Tenggorokan, Terengah-Engah
3) Neuromuskular : Refleks Meningkat, Insomnia, Tremor, Gelisah, Wajah Tegang,
Kelemahan Umum, Kaki Goyah, Gerakan Yang Janggal
4) Gastrointestinal : Anoreksia, Diare/Konstipasi, Mual, Rasa Tidak Nyaman Pada
Abdomen
5) Traktur Urinarius : Sering Berkemih Dan Tidak Dapat Menahan Kencing
6) Kulit : Wajah Kemerahan, Berkeringat, Gatal, Rasa Panas Pada Kulit
b. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya
c. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman.
d. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
perihatin.
5. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008 dalam Novia, N. 2021) penatalaksanaan kecemasan pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik,
yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang berigizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Olahraga yang teratur
4) Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
b. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate
dan alprazolam.
c. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
1) Psikoterapi Suportif
2) Psikoterapi Re-Edukatif
3) Psikoterapi Re-Konstruktif
4) Psikoterapi Kognitif
5) Psikoterapi Psikodinamik
6) Psikoterapi Keluarga
e. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stressor psikososial.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN


1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas
(Waryuningsih,2021) :
1) Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya
2) Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik.Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
3) Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa
dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4) Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga.Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin
disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori (Pratiwi, Widianti &
Solehati, 2017):
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-
hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga


diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
c. Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi
dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan tingkat kecemasan.
1) Respon Fisiologis Terhadap Ansietas
Sistem Tubuh Respons
Kardiovaskuler  Palpitasi.
 Jantung berdebar.
 Tekanan darah meningkat dan
denyut nadi menurun.
 Rasa mau pingsan dan pada
akhirnya pingsan.
Pernafasan  Napas cepat.
 Pernapasan dangkal.
 Rasa tertekan pada dada.
 Pembengkakan pada
tenggorokan.
 Rasa tercekik.
 Terengah-engah.
Neuromuskular  Peningkatan reflek.
 Reaksi kejutan.
 Insomnia.
 Ketakutan.
 Gelisah.
 Wajah tegang.
 Kelemahan secara umum.
 Gerakan lambat.
 Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal  Kehilangan nafsu makan.
 Menolak makan.
 Perasaan dangkal.
 Rasa tidak nyaman pada
abdominal.
 Rasa terbakar pada jantung.
 Nausea.
 Diare.
Perkemihan  Tidak dapat menahan kencing.
 Sering kencing.
Kulit  Rasa terbakar pada mukosa.
 Berkeringat banyak pada
telapak tangan.
 Gatal-gatal.
 Perasaan panas atau dingin
pada kulit.
 Muka pucat dan bekeringat
diseluruh tubuh.

2) Respon Perilaku Kognitif


Sistem Respons
Perilaku  Gelisah.
 Ketegangan fisik.
 Tremor.
 Gugup.
 Bicara cepat.
 Tidak ada koordinasi.
 Kecenderungan untuk celaka.
 Menarik diri.
 Menghindar.
 Terhambat melakukan aktifitas.

Kognitif  Gangguan perhatian.


 Konsentrasi hilang.
 Pelupa.
 Salah tafsir.
 Adanya bloking pada pikiran.
 Menurunnya lahan persepsi.
 Kreatif dan produktif menurun.
 Bingung.

d. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil(Sulastri, Trilianto & Ermaneti,2019).
e. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas
tingkatringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.Tingkat ansietas sedang dan
berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping (Sumoked, Wowiling& Rompas,
2019):
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
2) Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stress.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan sesuai dengan SDKI yaitu Ansietas. Ansietas /
kecemasan merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab :
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap konsep diri
e. Ancaman terhadap kematian
f. Kekhawatiran mengalami kegagalan
g. Disfmgsi sistem keluarga
h. Hubungan orang tua anak-anak tidak memuaskan
i. Faktor keturunan (tempramen, mudah teragitasi sejak lahir)
j. Penyalahgunaan zat
k. Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dan lain-lain)
l. Kurang terpapar informasi

No Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor Kondisi Terkait
1 Subjektif Subjektif 1. Penyakit kronis
1. Merasa bingung 1. Mengeluh pusing progresif (mis, kanker,
2. Merasa khawatir dengan 2. Anoreksia penyakit autoimun)
akibat dari kondisi yang 3. Palpitasi 2. Penyakit akut
dihadapi 3. Hospitalisasi
3. Sulit bekonsentrasi 4. Merasa tidak berdaya 4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis
2 Objektif Objektif penyakit belum jelas
1. Tampak gelisah 1. Frekuensi napas meningkat 6. Penyakit neurologis
2. Tampak tegang 2. Frekuensi nadi meningkat 7. Tahap tumbuh
3. Sulit tidur 3. Tekanan darah meningkat kembang
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa
lalu

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil sesuai SLKI dan Intervensi Keperawatan sesuai SIKI akan
dijabarkan dalam table berikut:

No Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)


1 Luaran Utama : Terapi Relaksasi
Tingkat ansietas Observasi
Luaran Tambahan : 1. Identifikasi penurunan tingkat energy,
1. Dukungan sosial ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
2. Harga diri gejala lain mengganggu kemampuan
3. Kesadaran diri kognitif
4. Kontrol diri 2. Identifikasi teknik relaksasi yang
5. Proses informasi pernah efektif digunakan
6. Status kognitif 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
7. Tingkat agitasi penggunaan teknik sebelumnya
8. Tingkat pengetahuan 4. Periksa ketegangan otot, frekkuensi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
selama ….. x 24 jam maka ansietas dan sesudah latihan
menurun dengan kriteria hasil : 5. Monitor respons terhadap terapi
1. Verbalisasi kebingungan menurun relaksasi
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi Terapeutik
yang dihadapi menurun 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
3. Perilaku gelisah menurun gangguan dengan pencahayaan dan
4. Perilaku tegang menurun suhu ruang nyaman, jika
5. Keluhan pusing menurun memungkinkan
6. Anoreksia menurun 2. Berikan informasi tertulis tentang
7. Palpitasi menurun persiapan dan prosedur teknik relaksasi
8. Diaforesis menurun 3. Gunakan pakaian longgar
9. Tremor menurun 4. Gunakan nada suara lembut dengan
10. Pucat menurun irama lambat dan berirama
11. Konsentrasi membaik 5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
12. Pola tidur membaik penunjang dengan analgetik atau
13. Frekuensi pernapasan membaik tindakan medis lain, jika sesuai
14. Frekeunsi nadi membaik Edukasi
15. Tekanan darah membaik 1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
16. Kontak mata membaik 2. dan jenis relaksasi yang tersedia (mis,
17. Pola berkemih membaik meditasi, napas dalam, relaksasi otot
18. Orientasi membaik progresif)
3. Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
4. Anjurkan mengambil posisi nyaman
5. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis, napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)

C. JURNAL TERKAIT DENGAN ASUHAN KEPERAWATAN KECEMASAN


Berdasarkan penelitian oleh Kurniati Puji Lestari & Asih Yuswiyanti (2015), dalam
Jurnal keperawatan Maternitas Volume 3 yang berjudul Pengaruh Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien
pre operasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. R Soeprapto Cepu. Hasil penelitiannya
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. R Soeprapto Cepu
tahun 2015.
Penelitian yang senada juga dilakukan Rihiantoro, Tori dkk (2018), dalam Jurnal
Ilmiah Keperawatan Sai Betik Volume 14 yang berjudul Pengaruh Teknik Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi yang meneliti tentang pengaruh
pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kecemasan pada pasien pre
operasi di Rumah Sakit dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Hasil dari penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa terapi relaksasi otot progresif berpengaruh untuk menurunkan
kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2018.
Dari kedua penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa terapi relaksasi otot
progresif dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi.
Terapi ini juga dapat diterapkan pada kasus kecemasan yang lain, yang intinya terapi
relaksasi ini dapat mengurangi ketegangan dan membuat individu merasa nyaman dan dapat
menghadapi masalahnya dengan sikap yang terarah (adaptif).
BAB III

SKENARIO ROLE PLAY

A. Strategi Komunikasi
Pemeran dalam komunikasi ini adalah :
1. Eko Susanto (sebagai Perawat)
2. M. Qiemas (sebagai Pasien)

Proses Keperawatan pada pasien dengan gangguan psikososial (kecemasan) :


1. Kondisi Klien
Tn. M menderita penyakit Hernia Inguinalis Dekstra, dia akan menjalani operasi di
Rumah Sakit Universitas Tanjungpura. Pada saat tiba diruang persiapan operasi, Tn.M
tampak gelisah, dan banyak bertanya. Hasil Tanda-tanda vital menunjukkan TD: 140/90
mmHg, dan HR 110 x/menit, pasien mengatakan takut menjalani operasi, pasien
mengatakan jantungnya berdebar-debar. Pasien juga mengatakan ingin membatalkan
rencana operasi yang telah dijadwalkan dokter. Pasien mengalami kecemasan karena
akan menjalani operasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
3. Rencana Keperawatan
Memberikan terapi rileksasi nafas dalam untuk menurunkan tingkat ansietas
4. Tujuan Tindakan
Menurunkan atau menghilangkan kecemasan/Ansietas yang dialami pasien

Tahapan Komunikasi
a. Fase Pra Interaksi
Perawat mempelajari keadaan pasien dengan melihat catatan perkembangan. Perawat
mempersiapkan diri sebelum bertemu dengan pasien.
Nama Pasien : Tn. M. Qiemas
Umur : 22 Th
Keluhan : Benjolan pada perut kanan bawah
Masalah : Pasien mengalami ansietas karena akan menjalani pembedahan.
b. Fase Orientasi
a) Salam terapeutik
Perawat : Assalamualaikum bang
Pasien : Waalaikumsalam
Perawat : Perkenalkan nama saya perawat Eko, saye perawat yang nanti nemankan
abang operasi didalam, biase dipanggil bang Eko, boleh tahu nama abang
siapa ya? Coba sebutkan nama dan tanggal lahirnya, sambil saya cek
gelangnya bang.

Pasien : Nama saya M. Qiemas bang, tanggal lahir ……….


Perawat : Oh, sudah sesuai dengan gelangnya ya bang, abang senang dipanggil
siapa ya?
Pasien : Panggil MQ jak bang
b) Evaluasi/validasi
Perawat : Oh, bang MQ, bise tidur ndak tadi malam? Ape keluhan sekarang nii?
Pasien : tadi malam, saye kurang tidur bang, saye tu kepikiran terus, gmna
rasanya kenak operasi tuu, takut saye bang.

c) Kontrak (topic, waktu, tempat)


Perawat : bang MQ, ini kan jadwal operasi abang masih setengah jam, gimna kalo
kita bincang-bincang sebentar, sekita 15 menit lah, saye akan jelaskan gimna sih
operasi tu, sehingga abang tu ndak takut, abang siap ndak ngobrol dengan saye?

Pasien : oh gitu bang, boleh lah bang, saye tu takut benar bang,

c. Fase Kerja
Perawat : saya lihat abang ni gelisah sejak masuk ruangan persiapan nii, menurut
jadwal abang ni akan operasi hernia ya.
Pasien : Itulah bang, saye nii dah dari tadi malam ndak tidur nii, saya kepikiran
bang nak operasi nii, orang bilang tu operasi tu sakit bang, macam diiris-iris pisau
gitu, banyak darah, saye ni bang jak takut kenak tusuk, liat darah jak saye takut bang.
Dah lah bang, saye balik ke ruangan jak ye bang,
Perawat : et, tenang bang, operasi itu ndak sesakit yang abang pikirkan kok.
Sebelom di operasi, abang akan dibius lewat tulang belakang, jadi bagian perut
sampai kaki, terasa sebal, abang ndak merasekan ape2.

Pasien : tapi dibius kan disuntik kan bang, saye tuu takut benar yang
namanya disuntik bang, dulu waktu SD, saye belari keluar kelas pas jadwal imunisasi.
Perawat : Nanti tu bang, abang disuntik lewat tulang belakang, jarumnye kecil
sekali bang, abang tenang jak, namenye disuntik ya sakit sedikit bang, tapi kan untuk
kesembuhan abang juga, abang dah lmak ke sakit hernia nii
Pasien : dah 2 tahun bang, sejak saye kerje di pasar tu, sering bawa beras
50 Kg jadi kuli panggul bang, sejak itu tu, kok ade benjolan di perut saye bang. Sekali
saye perikse ke dokter, dokter bilang ndak ada obatnya bang.
Perawat : oh gitu bang, iye bang, penyakit ini satu-satu caranya ya dengan operasi
bang, untuk memperbaiki dinding perut yang bocor supaye bagian dalam perut tu
ndak keluar gitu bang, pasti sakit tu bang kalo die agik keluar tu
Pasien : itulah bang, kalo lagi turun tu, kadang mual saye bang, sakit
perut, rase ndak nyaman gitulah bang. Tapi sakit ndak bang pas dibelah perut nanti
tuu
Perawat : kalo abang sudah dibius, insya Allah abang ndak bakalan
merasekan sakit, kalau abang takut pun nanti dokter akan kasi obat tidur bang pas
abang operasi, jadi abangndak merasekan sakit, eh bangun-bangun udah selesai
operasinya. Saya cek dulu tekanan daranya ya bang?
Pasien : Oh gitu ye bang, silekan lah bang
Perawat : tekanan darah abang 140/90 mmHg, nadinye 110 x/menit, abang masih
takut ya?
Pasien : iya bang asli, saya baru kali ini operasi bang, saya tu sering nonton film
bang, orang yang operasi tu, tibe2 meninggal bang pas di operasi, saye tu kepikiran it
uterus?
Perawat : tenang bang, tadi kan udah saye bilang, nanti kalau abang sudah dibius
abang tidak merasakan sakit, nanti di dalam pun saye akan nemankan abang, saye bantu
dokter dalam operasi hernia abang, didalam pun banyak petugasnya bang, ade dokter
anestesi, peñata anestesi, dokter bedah dan perawat bedah juga bang, dan kami sering kok
operasi seperti ini bang, dan ndak ada kejadian sampai meninggal bang, operasinya
aman2 jak bang, biase lah bang kalo difilm itu memang dibuat tegang biar laku bang,
hehe

Pasien : oh gitu ke bang, mudah2an lah lancer bang, lamak ndak sih bang
operasinya

Perawat : operasinya ndak lamak bang, sekita 1 jam. kalau abang masih cemas,
masih takut, saye ajarkan cara supaya abang ndak takut lagi, jadi kite belajar teknik nafas
dalam, coba abang tarik nafas, keluarkan lewat mulut bang, sebanyak 3 kali

Pasien : begini ke bang,

Perawat : iya bang, dengan nafas dalam ini, kita lebih rileks bang sehinga
menurunkan cemas dan takut, abang ndak usah khawatir, nanti saya temankan sampai
abang selesai operasi

d. Fase Terminasi
a. Evaluasi klien (evaluasi subjektif)
Perawat : Gimana bang MQ, setelah saye jelaskan mengenai operasi dan nafas
dalam, masih takut ke?
Pasien : Alhamdulillah bang, udah agak tenang saye bang, saye piker tu kyak
susah benar orang operasi tu, setelah abang jelaskan dah bekurang cemas saye bang,
b. Evaluasi perawat (evaluasi objektif)
”Saat diskusi dan latihan nafas dalam, pasien tampak kooperatif
c. Rencana tindak lanjut
Perawat : alhamdulillah kalo gitu bang, nanti kalo pas masuk kamar operasi abang
masih cemas, abang ulang jak teknik nafas dalam 3 kali hembusan tadi tu, berulang-
ulang sampai hilang cemasnya bang
Pasien : Iya bang, nanti saya coba, terima kasih bang
d. Kontrak yang akan dating
Perawat : Baik bang, saya mau siapkan alat dulu di dalam untuk operasi abang,
kalau didalam sudah siap, nanti saya kesini lagi untuk bawa abang ke dalam pakai
tempat tidur bang
Pasien : Iya bang, terima kasih ya bang udah menenangkan saye
Perawat : baik bang, saya permisi dulu
Assalamualaikum
Pasien : Waalaikumsalam
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman, takut dan khawatir atas suatu keadaan
yang dianggap mengancam bagi individu. Kecemasan merupakan respon psikologis terhadap
suatu keadaan yang menimbulkan sikap waspada dan reaksi untuk menghadapi ancaman
yang datang, baik dengan reaksi yang adaptif maupun yang maladaptive
Derajat kecemasan itu bertingkat-tingkat sesuai dengan koping dari individu yang
mengalaminya. Tingkat kecemasan ini tergantung bagaimana individu tersebut dalam
menghadapi keadaan yang mengancam dirinya, ada yang bersifat adaptif dan ada yang
bersifat maladaptive. Tingkat kecemasan menurut Peplau terdiri dari Kecemasan ringan,
kecemasan sedang, kecemasan berat dan panic.
Tanda dan gejala kecemasan itu meliputi beberapa respons diri terhadap sumber
kecemasan seperti respons fisik, kognitif, perilaku dan emosi. Respons fisik itu seperti
jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi, nadi cepat dan berkeringat. Respons kognitif
berupa Lapang persepsi menyempit dan tidak mampu menerima rangsang luar. Respon
perilaku berupa gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, dan perasaan tidak
aman. Respon emosi berupa perasaan takut, gugup, ketidakberdayaan, dan khawatir.
Penatalaksanaan kecemasan pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Adapun asuhan keperawatan psikososial pada
kecemasan dengan melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu dengan teknik relaksasi. Teknik relaksasi ini berfungsi
untuk mengurangi ketegangan otot, tekanan darah dan nadi sehingga individu tersebut tenang
dan mampu menghadapi sumber kecemasan yang dihadapinya. Jenis relaksasi yang bisa
diterapkan seperti meditasi, napas dalam dan relaksasi otot progresif.
B. SARAN
Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik, tentang
konsep kecemasan dan asuhan keperawatan kecemasan. Mahasiwa perawat harus
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Lasse (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Psikososial Pada Ny. E Dengan Masalah
Kecemasan Di Jalan Classic 2 Setia Budi.
Antara (2020). Kemenkes: Angka Kecemasan naik 6,8 persen selama pandemic. Dimuat dalam :
https://www.antaranews.com/berita/2444893/kemenkes-angka-gangguan-kecemasan-
naik-68-persen-selama-pandemi. diakses tanggal 7 April 2022
Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal Keperawatan, 2(1).
Kurniati Puji Lestari & Asih Yuswiyanti (2015) Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Wijaya Kusuma
RSUD Dr. R Soeprapto Cepu. Jurnal keperawatan Maternitas Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Volume 3 ISSN :
2338-2066
Novia, N (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Psikososial Dengan Masalah Kecemasan
Pada Penderita Hipertensi Di Subulussalam. Dimuat dalam :
https://www.google.com/search?
q=Manajemen+Asuhan+Keperawatan+Psikososial+Dengan+Masalah+Kecemasan+Pad
a+Penderita+Hipertensi+Di+Subulussalam&sxsrf=APq-. Diakses tanggal 1/4/2022
Pardede, J. A., & Simangunsong, M. M. (2020). Family Support With The Level of Preschool
Children Anxiety in the Intravenous Installation. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ):
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 8(3), 223-234.
https://doi.org/10.26714/jkj.8.3.2020.223-234
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Pratiwi, S. R., Widianti, E., & Solehati, T. (2017). Gambaran faktor-faktor yang berhubungan
dengan kecemasan pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(2), 167-174.
Rihiantoro, Tori dkk (2018) Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi di Rumah Sakit dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Tanjungkarang Bandar Lampung Volume 14 P-ISSN: 1907-0357, E-ISSN : 2655-2310
Sulastri, S., Trilianto, A. E., & Ermaneti, Y. (2019). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi. Jurnal Keperawatan
Profesional, 7(1). https://doi.org/10.33650/jkp.v7i1.503
Sumoked, A., Wowiling, F., & Rompas, S. (2019). Hubungan Mekanisme Koping Dengan
Kecemasan Pada Mahasiswa Semester Iii Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Yang Akan Mengikuti Praktek Klinik Keperawatan. Jurnal Keperawatan,
7(1).
Wahyuningsih, A. S., Saputro, H., & Kurniawan, P. (2021). Analisis Faktor Kecemasan terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Hernia di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan
Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 9(3), 613-620.

Anda mungkin juga menyukai