Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Askan Kasus Umum
Dosen Pembimbing : Muhaji, S.Kep.Ns.,M.Si.M.Tr.Kep
DISUSUN OLEH :
YAQUTIN EVI NURDINI / 2011604063
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Askan Kasus Umum
DISUSUN OLEH :
YAQUTIN EVI NURDINI /2011604063
A. LATAR BELAKANG
Tonsilitis merupakan peradangan yang terjadi pada tonsil yang disebabkan oleh
virus atau bakteri sehingga tonsil menjadi bengkak, merah, melunak, dan memiliki
bintik-bintik putih di permukaannya (G. Z. Prasetya, Kusumastuti, & Kurniawati, 2018).
Tonsilitis dibagi menjadi 2 tipe yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronis (Palandeng,
Tumbel, & Dehoop, 2014). Tonsil adalah salah satu pertahanan tubuh terdepan antigen
yang berasal dari inhalan (kelompok senyawa) maupun ingesti (masuknya makanan)
dapat mudah masuk ke dalam tonsil hingga terjadi perlawanan tubuh (Brodsky, 2006).
Tonsilitis bisa disebabkan oleh beberapa jenis bakteri dan virus. Tonsilitis akut
dan tonsilitis kronik memiliki perbedaan penyebabnya yaitu tonsilitis akut lebih sering
disebabkan oleh kuman grup A streptococcus β- hemolyticus, pneumococcus,
Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes, sedangkan tonsilitis kronik bakteri
penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang pola bakteri berubah
menjadi bakteri dari golongan gram negatif. Selain itu, penggunaan antibiotik yang luas
pada pengobatan ISPA, tanpa bukti empiris yang jelas, telah menyebabkan terjadinya
peningkatan resistensi berbagai strain mikroba dari Streptococcus aureus, Streptococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae, Moraxella catarrhalis dan lainnya terhadap antibiotik.
(Soepardi, 2009)
Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman untuk
pengobatan tonsilitis kronis (Savitri & Vivit, 2013). Penanganan nyeri akut pascaoperasi
yang tidak baik akan menyebabkan komplikasi kesehatan seperti pneumonia, deep vein
thrombosis, infeksi, nyeri kronik, dan depresi (Prabandari, Indriasari, & Maskoen, 2018).
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk
kerusakan tersebut (Bahrudin, 2018). Secara neurofisiologis, nyeri dapat diklasifikasikan
menjadi 2 jenis utama yakni nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik (Fallis, 2018).
Wortd Health Organization (WHO) tidak mengeluarkan data mengenai jumlah
kasus tonsilitis di dunia, namun WHO memperkirakan 287.000 anak di bawah 15 tahun
mengalami tonsilektomi (operasi tonsil), dengan atau tanpa adenoidektomi. 248.000 anak
(86,4%) mengalami tonsilioadenoidektomi dan 39.000 lainnya (13,6%) menjalani
tonsilektomi saja (WHO, 2015). Data epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit
tonsilitis kronis di Amerika merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak usia 5-10
tahun dan dewasa muda usia 15-25 tahun (Endgard, 2010).
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI, angka kejadian penyakit
tonsilitis di Indonesia sekitar 23%. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh
provinsi di Indonesia pada bulan September tahun 2016, prevalensi tonsilitis kronik
tertinggi setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8% (Kemenkes, 2020). Laporan
Dinas Kesehatan Kota Kendari kasus tonsilitis masuk dalam urutan ke 13 dari 20 besar
penyakit dengan prevalensi sebanyak 1,17% kemudian tahun 2014 menurun menjadi
1,07%, namun tahun 2015 prevalensi kasus tonsilitis meningkat menjadi 1,27%.
Berdasarkan data yang diperoleh di RSUD Kota Kendari tahun 2018 jumlah penderita
tonsilitis adalah sebesar 231 kasus, kasus tersebut meningkat hingga sebesar 305 kasus
tahun 2019 (Dinkes Kota Kendari, 2019)
Terdapat data mengenai prevalensi tonsilitis kronis di berbagai Negara, yaitu di
Islamabad, Pakistan pada tahun 1998-2007 terdapat 15.067 kasus atau dengan prevalensi
22%. Di Amerika Serikat prevalensi tonsilitis kronis sebesar 1,59%. Sedangkan menurut
penelitian di Rusia mengenai prevalensi dan pencegahan keluarga dengan tonsilitis
kronis yang dilakukan pada 321 keluarga dan 335 anak-anak (umur 1-15 tahun)
didapatkan data sebanyak 84 (26,3%) dari 307 ibu-ibu usia reproduktif didiagnosa
tonsilitis kronis. Namun, dari beberapa rumah sakit di Indonesia, jumlah kunjungan
pasien rawat jalan yang disebabkan penyakit tonsilitis pada dua tahun terakhir, yaitu
pada tahun 2012-2013 berjumlah sebanyak ±55.383 orang sedangkan pasien rawat jalan
yang disebabkan tonsillitis berjumlah ±37.835 orang (Ramadhan, Sahrudin, & Ibrahim,
2017). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi ISPA selama tahun 2013 mencapai 25,0%
dengan total kasus sekitar 2,33 juta (G. Z. Prasetya et al., 2018). Tonsilitis merupakan
salah satu dari 10 kasus penyakit terbanyak yang terjadi di kabupaten Gresik. Pada tahun
2017, terdapat 11.715 kasus Tonsilitis yang terjadi di kabupaten Gresik. Kasus Tonsilitis
menempati peringkat ke-8 dari 10 kasus penyakit terbanyak yang terjadi di kabupaten
Gresik pada rentang waktu tersebut (Hughes, 2008).
Tonsil merupakan salah satu pertahanan tubuh terdepan. Antigen yang berasal
dari inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil hingga terjadi
perlawanan tubuh dan bisa menyebabkan peradangan oleh virus yang tumbuh di
membran mukosa kemudian terbentuk fokus infeksi. Keadaan ini akan semakin berat
jika daya tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus sebelumnya. Tonsilitis
akut yang disebabkan oleh bakteri disebut peradangan lokal primer. Setelah terjadi
serangan tonsilitis akut, tonsil akan sembuh atau bahkan tidak dapat kembali sehat
seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna akan menyebabkan peradangan
ringan pada tonsil. Peradangan dapat menyebabkan keluhan tidak nyaman kepada
penderita berupa rasa nyeri saat menelan karena sesuatu yang ditelan menyentuh daerah
yang mengalami peradangan (Maulana Fakh, Novialdi, & Elmatris, 2016). Sedangkan
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada tenggorokan
terutama pada usia muda. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh
karena kegagalan atau ketidakesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut
(Palandeng et al., 2014).
Tonsilitis kronis masih menjadi masalah kesehatan utama dalam bidang THT
sehingga dalam penatalaksanaannya tonsilektomi menjadi pilihan yang terbaik dan harus
sesuai dengan indikasi, baik indikasi absolut maupun indikasi relatif pada setiap pasien
berbeda-beda (Savitri & Vivit, 2013). Tonsilitis dapat menyebabkan nyeri jika
mengalami peradangan akibat penyembuhan yang tidak sempurna. Jika tonsilitis tidak
teratasi, nyeri akan bertambah dan menyebabkan keluhan yang tidak nyaman pada
penderita (Maulana Fakh et al., 2016). Jika penyakit dasar ditangani secara efektif, maka
juga dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri. Jika mengalami infeksi dan
mengkonsumsi antibiotik, antibiotik itu dapat membasmi infeksi, juga dapat
menghilangkan nyeri akibat infeksi itu. Walaupun, penyakit dasarnya dapat diobati,
seringkali analgesik masih diperlukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri
(Fallis, 2018).
Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan, penulis tertarik untuk
membuat laporan asuhan kepenataan anestesi dengan kasus “Asuhan Kepenataan
Anestesi pada pasien anak dengan diagnosa Tonsilitis di di Instalasi Bedah Sentral RS
PKU Muhammadiyah Gombong”
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan perianestesi dengan diagnosa medis Tonsilitis di
di Instalasi Bedah Sentral RS PKU Muhammadiyah Gombong
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan perianestesi dengan
diagnosa Tonsilitis di IBS RS PKU Muhammadiyah Gombong
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep teori General Anestesi
b. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep teori Tonsilitis
c. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep teori asuhan kepenataan anestesi
dengan General Anestesi
d. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pre anestesi dan post anestesi pada
pasin Tonsilitis di IBS RS PKU Muhammadiyah Gombong
e. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Tonsilitis
di IBS RS PKU Muhammadiyah Gombong
f. Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan pada pasien Tonsilitis di
IBS RS PKU Muhammadiyah Gombong
D. METODE
Studi kasus pada An. S usia 13 tahun dengan diagnosa medis Tonsilitis di IBS RS
PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 08 Februari 2023
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jkss/article/view/4698/4129
Krisna, Dwi Nur Patria. 2011. Faktor Resiko Penyakit Tonsilitis . Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/download/1793/198 4