Disusun Oleh:
Kelompok A3
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Atas Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul “Ulkus Diabetikum” dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang di berikan oleh selaku Dosen Bapak
Ruhyana S.Kep., Ns,MAN. Mata Kuliah Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah III di
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Ulkus Diabetikum. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Ruhyana S.Kep., Ns,MAN. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh kami sebagai penyusun makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................4
B. TUJUAN.........................................................................................................................................5
C. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
A. DEFINISI.......................................................................................................................................6
B. KLASIFIKASI ..............................................................................................................................6
C. ETIOLOGI ...................................................................................................................................6
D. MANIFESTASI KLINIS .............................................................................................................7
E. PATOFISIOLOGI.........................................................................................................................8
F. PATHWAY..................................................................................................................................10
G. FAKTOR RESIKO .................................................................................................................10
H. KOMPLIKASI ........................................................................................................................11
I. PENATALAKSANAAN .............................................................................................................11
J. PENCEGAHAN...............................................................................................................................12
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………………………………………12
L. ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................27
PENUTUP................................................................................................................................................27
KESIMPULAN....................................................................................................................................27
SARAN.................................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................28
BAB I
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular,
semakin maraknya muncul penyakit degenerative seperti diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan
suatu gangguan metabolik dengan adanya karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan pada
kerja insulin, kelainan sekresi insulin atau keduanya (PERKENI, 2015). Terdapat Sembilan persen orang
menderita diabetes mellitus tipe I sedangkan 90% menderita diabetes mellitus tipe II (American Diabetes,
2011). Diabetes mellitus tipe II merupakan diabetes mellitus yang terjadi karena kekurangan hormone
insulin secara relative yang terjadi secara perlahahan-lahan tanpa gejala dan akan bertambah berat
(Soegondo, 2008).
Ulkus diabetikum merupakan suatu komplikasi kronik dari diabetes melllitus sebagai penyebab
utama meningkatnya angka morbiditas, mortalitas serta kecacatan yang ada pada penderita Diabetes.
Adanaya Kadar LDL yang tinggi pada penderita diabetes mellitus memainkan peranan yang penting
untuk terjadinya ulkus diabetik. Terjadi melalui pembentukan plak atherosklerosis yang ada pada dinding
pembuluh darah (Zaidah, 2005).
Prevalensi penderita komplikasi diabetes mellitus salah satunya ulkus diabetik di Amerika Serikat
sekitar 15-20%, Risiko kejadian terjadinya amputasi terjadi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan pada
penderita non DM. Sedangkan di Indonesia komplikasi diabetes mellitus seperti Ulkus Diabetik sekitar
15%. Ulkus Diabetikum adalah suatu penyebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sekitar 80%. Pada
Ulkus Diabetika di Indonesia memerlukan biaya yang lumayan tinggi ssekitar 1,3 juta sampai 1,6 juta
perbulan dan 43,5 juta untuk seseorang penderita Setiap tahunnya, lebih dari satu juta orang dengan
kompilikasi diabetes mellitus dapat kehilangan salah satu kakinya. Setiap 30 detik, satu tungkai bawah
hilang akibat Diabetes Mellitus di dunia (Soegondo, 2009).
Ketidakefektifan pada perfusi jaringan perifer pada penderita ulkus diabetikum juga ditandai
dengan lamanya proses penyembuhan luka yang dipengaruhi oleh faktor penyulit edema. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Ely, Osheroff, Chambliss, & Ebell, (2006) edema pada kaki ditemukan pada klien
usia lebih dari 50 tahun disebabkan oleh venous insufficiency. Venous insufficiency dapat mempengaruhi
lebih dari 30% dari populasi dan 1% terjadi pada penderita gagal jantung. Kasus venous insufficiency
banyak terjadi pada diabetes mellitus yang mengalami komplikasi ulkus kaki diabetik (UKD) dengan
manifestasi klinis yang tampak adalah terjadinya edema. Edema menyebabkan terjadinya penurunan
pertukaran bahan-bahan antara darah dan sel. Akumulasi cairan interstisial dapat 5 menyebabkan
terdapatnya jarak yang lebar antara sel dan darah untuk mengirimkan nutrisi, oksigen dan zat-zat sisa
sehingga kecepatan difusi berkurang dan berakibat sel-sel yang ada dalam jaringan edema kurang
mendapatkan pasokan darah (Sherwood, 2015).
Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian
distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006). Apabila
ulkus diabetic foot (DF) meluas sampai ke tulang atau sendi dan terjadi infeksi yang tidak dapat
dikendalikan, maka tindakan amputasi merupakan penanganan yang harus dilakukan ulkus diabetikum
(Misnadiarly, 2006). Hampir 14%-24% pasien dengan ulkus diabetikum memerlukan amputasi, yang
berarti bahwa setiap 30 detik ekstremitas bawah seseorang hilang karena diabetes. The Global Lower
Extremity Amputation Study Group memperkirakan bahwa 25%-90% dari semua amputasi dikaitkan
dengan diabetes. Amputasi kaki diabetik cenderung akan seiring dengan kenaikan tingkat kematian dari
waktu ke waktu. Angka kejadian kematian bersamaan diyakini menjadi 13% -40% pada 1 tahun, 35%-
65% setelah 3 tahun, dan 39% -80% setelah 5 tahun (Yekta, Pourali, Nezhadrahim, Ravanyar, &
Ghasemi-Rad, 2011).
Upaya yang dilakukan untuk menangani perfusi perifer tidak efektif pada pasien ulkus
diabetikum adalah melakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (misalnya ; memeriksa
denyut perifer, edema, pengisian kapiler, suhu dan warna), monitor ekstremitas pada area yang panas,
kemerahan, nyeri atau pembengkakan, meninggikan daerah ekstremitas sebesar 20 derajat atau lebih 6 di
atas tingkat jantung, jika diperlukan, mengkaji lokasi dan luasnya edema serta mempertahankan hidrasi
yang adekuat untuk mencegah peningkatan kekentalan darah (Buluchek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ulkus diabetikum ?
2. Apa saja klasifikasi dari ulkus diabetikum ?
3. Apa etiologi dari ulkus diabetikum ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari ulkus diabetikum ?
5. Bagaimana patofisiologi dari ulkus diabetikum ?
6. Bagaimana pathway dari ulkus diabetikum ?
7. Apa saja factor resiko dari ulkus diabetikum ?
8. Apa saja komplikasi dari ulkus diabetikum ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari ulkus diabetikum ?
10. Bagaimana pencegahan dari ulkus diabetikum ?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan untuk ulkus diabetikum ?
12. Bagaimana asuhan keperawatan dari ulkus diabetikum ?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari ulkus diabetikum.
2. Dapat mengetahui klasifikasi dari ulkus diabetikum.
3. Dapat mengetahui etiologi dari ulkus diabetikum.
4. Dapat mengetahui manifestasi klinis dari ulkus diabetikum.
5. Dapat mengetahui patofisiologi dari ulkus diabetikum.
6. Dapat mengetahui gambaran pathway dari ulkus diabetikum.
7. Dapat mengetahui factor resiko dari ulkus diabetikum.
8. Dapat mengetahui komplikasi dari ulkus diabetikum.
9. Dapat mengetahui penatalaksanaan dari ulkus diabetikum.
10. Dapat mengetahui pencegahan dari ulkus diabetikum.
11. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari ulkus diabetikum.
12. Dapat mengetahu asuhan keperawatan dari ulkus diabetikum.
BAB II
A. Definisi
Diabetes Mellitus menurut WHO (World Health Organization) adalah penyakit kronis serius yang terjadi
karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (Khairani, 2016). Diabetes Mellitus adalah
penyakit gangguan metabolik yang terjadi akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah hiperglikemi (Herlambang et al., 2019). Diabetes Mellitus atau
disebut dengan kencing manis adalah suatu penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi
cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan didiagnosa melalui pengamatan kadar
glukosa di dalam darah (Susilowati, 2019). Kesimpulan dari definisi Diabetes Mellitus di atas adalah penyakit yang
menyerang gangguan metabolik akibat fungsi pankreas tidak cukup memproduksi insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan hiperglikemi.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Wagner-Meggit dikembangkan pada tahun 1970-an, digunakan secara luas untuk
mengklasifikasi lesi pada kaki diabetes.Tabel . Klasifikasi kaki diabetes berdasarkan Wagner-Meggit7
- Derajat 0 Simptom pada kaki seperti nyeri
- Derajat 1 Ulkus superfisial
- Derajat 2 Ulkus dalam
- Derajat 3 Ulkus sampai mengenai tulang
- Derajat 4 Gangren telapak kaki
- Derajat 5 Gangren seluruh kaki
Klasifikasi Wagner-Meggit dianjurkan oleh International Working Group on Diabetic Foot (IWGDF) dan
dapat diterima semua pihak agar memudahkan perbandingan hasil-hasil penelitian. Dengan klasifikasi ini akan dapat
ditentukan kelainan yang dominan, vaskular, infeksi, atau neuropatik dengan ankle brachial index (ABI), filament test,
nerve conduction study, electromyography (EMG), autonomic testing, sehingga pengelolaan lebih baik. Ulkus
gangren dengan critical limb ischemia lebih memerlukan evaluasi dan perbaikan keadaan vaskularnya. Sebaliknya
jika faktor infeksi menonjol, antibiotik harus adekuat. Sekiranya faktor mekanik yang dominan, harus diutamakan
koreksi untuk mengurangi tekanan plantar.
C. Etiologi
Etiologi ulkus diabetik biasanya memiliki banyak komponen meliputi neuropati sensori perifer, trauma,
deformitas, iskemia, pembentukan kalus, infeksi, dan edema. Selain disebabkan oleh neuropati perifer (sensorik,
motorik, otonom) dan penyakit pembuluh darah perifer (makro dan mikro angiopati) faktor lain yang berkontribusi
terhadap kejadian ulkus kaki adalah deformitas kaki (yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan pada plantar),
gender laki-laki, usia tua, kontrol gula darah yang buruk, hiperglikemia yang berkepanjangan dan kurangnya
perawatan kaki (Menurut Benbow & Oguejiofor, Oli & Odenigbo dalam Yunus, Bahri, 2015).
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiologi
Proses terjadinya masalah ulkus diabetikum diawali adanya hiperglikemia pada penyandang diabetes yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun
motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan
terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan area yang rentan terhadap tekanan seperti punggung,
bahu, kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabakan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih
lanjut menambah rumitnya pengelolaan ulkus diabetikum. Awal proses pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek pada saraf perifer, kolagen, keratindan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensori perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan area kalus. Selanjutnya akan terbentuk
kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit dan menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal menghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah
ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection.Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang
abnormal, bakteri sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya (Nurarif & Kusuma, 2015).
F. Pathway
Stroke
Aterosklerosis Ketoasidosis
Sirkulasi jaringan
Hambatan Mobilitas Fisik
Batuk tidak efektif
Iskemik
Ketidakefektifan bersihan
jalan nanafas
Nekrosis jaringan
Ulkus diabetikum
G. Faktor Resiko
1. Faktor resiko primer merupakan faktor resiko yang menyebabkan menurunnya pergerakan (morbiditas)
sehingga terjadi imobilisasi relative/total yaitu:
1. Gangguan neurologis dengan paralisis: stroke, hemiplegia, hemiparesis, paraplegia, tetraplegia.
2. Gangguan fungsi kognitif dan Penurunan kesadaran.
3. Intervensi bedah: anestesi (premedikasi, anestesi, fase pemulihan) untuk jangka waktu yang lama.
4. Gangguan psikiatrik dan obat psikotropik: psikosis akut misalnya katatonia dan depresi akut, obat sedasi misalnya
neuroleptic, benzodiazepine
5. Nyeri hebat.
2. Faktor resiko sekunder yaitu factor yang dapat menurunkan toleransi jaringan.
- Faktor yang menurunkan tekanan intravaskuler:
1. Hipotensi arterial: syok ( hipovolemik, septik, kardiogenik), overdosis obat antihipertensi 2. Dehidrasi: pemakaian
diuretik, diare, sengatan matahari.
- Faktor yang menurunkan transport oksigen ke sel:
Anemia: hemoglobin < 9 g% , Penyakit oklusi arteri perifer, Mikroangiopati diabetic Hipotensi, Bradikardi ,Syok
hipovolemik
- Faktor yang meningkatkan konsumsi oksigen di sel :
Demam 38 ̊C ,Hipermetabolisme , Infeksi, sitokemia
- Faktor yang menyebabkan defisiensi nutrient dalam sel: \
1. Malnutisi: defisiensi protein, vitamin, mineral, trace elements
2. Kakeksia: imobilitas karena katabolisme dan kelemahan otot
3. Limfopenia yang berhubungan dengan malnutrisi: defisiensi imun, gangguan penyembuhan luka.
- Faktor yang melemahkan pertahanan kulit:
1. Proses menua pada kulit: tipis, atrofi, dengan sedikit sel-sel imun
2. Higiene kulit buruk
3. Penyakit kulit: eksema, kandidiasis
4. Kandungan air pada kulit berkurang, daya regang menurun integritas antara dermis dan epidermis menurun.
5. Pemakaian obat steroid yang menyebabkan kulit atrofi, tipis, mudah luka
H. Komplikasi
Prevalensi tertinggi adalah lansia pengidapdiabetes melitus dengan satu penyakit komplikasi, yaitu
hipertensi.status komplikasi diabetes melitus,tidak semua penyakit komplikasi kronis disertakan seperti gagal ginjal,
glaukoma, retinopati, impoten, gangren, dan tuberkulosis. Hipertensi merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
(35,1%). Lebih dari 70% penderita diabetes mellitus juga menderita tekanan darah tinggi.24 Diabetes mellitus
bersama dengan hipertensi akan meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Peningkatan 10
mmHg sistolik berhubungan dengan peningkatan 12% setiap komplikasi diabetes, 15% kematian berhubungan
dengan diabetes, 11% peningkatan infark miokardial, dan 13% peningkatan komplikasi mikrovaskular diabetes
melitus. Kematian akibat penyakit jantung dua sampai empat kali lebih tinggi pada penderita diabetes melitus
dibandingkan yang non diabetes. Penyandang diabetes 2 berisiko sekitar empat kali lebih besar untuk berkembang
menjadi stroke. Oleh sebab itu, penyandang diabetes yang disertai hipertensi harus lebih menjaga kesehatan
menghindari penyakit kronis lain akibat kondisi ini.
I. Penatalaksanaan
J. Pencegahan
Langkah Pencegahan Ulkus Diabetikum Meski setiap penderita diabetes memiliki kemungkinan mengalami
ulkus diabetikum, namun kondisi ini dapat dihindari dengan beberapa langkah pencegahan sebagai berikut :
1. Periksa kaki secara rutin untuk melihat apakah ada retakan atau kapalan yang memungkinkan munculnya luka.
2. Bersihkan kaki dengan menggunakan sabun dan air hangat, terutama di antara jari-jari kaki, kemudian keringkan
secara menyeluruh.
3. Potonglah kuku secara rutin.
4. Gunakan sepatu dengan ukuran yang nyaman dan berbahan lembut, serta segera ganti kaus kaki apabila sudah
terasa basah atau berkeringat.
K. Pemeriksaan Penunjang
LAMPIRAN
I. IDENTITAS
III.DIAGNOSA MEDIS
Ulkus Diabetikum
IV. RIWAYAT KESEHATAN
3. Antropometri
Tinggi badan :-
Berat badan : -
LLA :-
LK :-
b. Mata : -
c. Telinga : -
d. Hidung dan sinus : -
e. Mulut : -
f. Leher : -
g. Kelenjar Tiroid : -
3. Mata : -
6. Payudara : -
7. Abdomen: -
8. Muskuloskeletal : -
9. Genito-urinari : -
10.Neurologis : -
(nama perawat)
FORMAT ANALISA DATA
Do :
-
Do :
-
1. Senin, 01 Ketidakbersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (3140). 1. Dapat mengetahui status
November jalan napas b.d. keperawatan 1x 24 jam, 1. Monitor status pernapasan pernapasan dan oksigenasi
2021 sekresi yang diharapkan ketidakbersihan dan oksigenasi, sebagaimana pada pasien.
tertahan. jalan napas yang mestinya.
berhubungan dengan sekresi 2. Posisikan pasien untuk 2. Dapat memperlancar
yang tertahan pada pasien memaksimalkan ventilasi. ventilasi pernapasan pasien.
dapat teratasi dengan kriteria 3. Lakukan fisioterapi dada,
hasil : sebagaimana mestinya. 3. Dapat mengeluarkan
4. Buang sekret dengan sekret yang tertahan pada
Status Pernapasan (0415) memotivasi pasien untuk pasien.
1. Frekuensi Pernapasan (4) melakukan batuk atau menyedot
2. Irama pernafasan (4) lendir. 4. Dapat mengeluarkan
3. Kepatenan jalan napas (4) 5. Instruksikan bagaimana agar sekret yang tertahan
4. Batuk (4) bisa melakukan batuk efektif. sehingga pernapasan pasien
6. Motivasi pasien untuk akan lebih lega.
bernafas pelan, dalam, berputar
dan batuk. 5. Dapat menurunkan
spasme jalan napas.
BAB III
A. KESIMPULAN
Ulkus diabetikum merupakan suatu komplikasi kronik dari diabetes melllitus sebagai penyebab
utama meningkatnya angka morbiditas, mortalitas serta kecacatan yang ada pada penderita Diabetes.
Adanaya Kadar LDL yang tinggi pada penderita diabetes mellitus memainkan peranan yang penting
untuk terjadinya ulkus diabetik. Terjadi melalui pembentukan plak atherosklerosis yang ada pada dinding
pembuluh darah.
Upaya yang dilakukan untuk menangani perfusi perifer tidak efektif pada pasien ulkus
diabetikum adalah melakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (misalnya ; memeriksa
denyut perifer, edema, pengisian kapiler, suhu dan warna), monitor ekstremitas pada area yang panas,
kemerahan, nyeri atau pembengkakan, meninggikan daerah ekstremitas sebesar 20 derajat atau lebih 6 di
atas tingkat jantung, jika diperlukan, mengkaji lokasi dan luasnya edema serta mempertahankan hidrasi
yang adekuat untuk mencegah peningkatan kekentalan darah (Buluchek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013).
B. SARAN
Dapat menjadi referensi, informasi dan wawasan bagi mahasiswa ilmu keperawatan dibidang
integumen khususnya ulkus diabetic, Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi para
penderita ulkus diabetik mengenai bagaimana dukungan keluarga memberikan pengaruh terhadap citra
tubuh, Pasien yang mengalami ulkus diabetik harus memiliki dukungan yang baik dari keluarga,Kepada
tenaga kesehatan diharapkan tidak lupa mengingatkan kepada keluarga yang mendampingi pasien
melakukan perawatan kaki untuk selalu memberikan dukungan dan motivasi kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprintslib.ummgl.ac.id/2434/1/17.0601.0053_BAB%20I_BAB%20II_BAB%20III_BAB
%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
http://eprints.umbjm.ac.id/84/7/BAB%205.pdf
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmr/article/download/22188/21887
http://repo.stikesperintis.ac.id/611/1/27%20WITRA%20SARI.pdf
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/11/14
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/899/5/BAB%20II.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/542/2/BAB%20I.pdf