Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL ULKUS DIABETIKUM

Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu: Ruhyana, S.Kep., Ns,MAN

Disusun Oleh:
Kelompok A3

Triyanti (1910201031) Ayu Asri Fajrian (1910201039)


Saiful Dani Setiawan (1910201032) Ifti Zulfa Abidah (1910201042)
Ikhsanuriyan Happy (1910201034) Jeni Oktavia (1910201043)
Racmat Aditya N (1910201035) Arba Aqifatun N (1910201044)
Fitriana Diana (1910201036) Dita Putri Erlinda (1910201045)
Mila Nur Aini (1910201037) Linda Lestari (1910201046)
Siti Nur Khatijah (1910201038)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Atas Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul “Ulkus Diabetikum” dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang di berikan oleh selaku Dosen Bapak
Ruhyana S.Kep., Ns,MAN. Mata Kuliah Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah III di
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Ulkus Diabetikum. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Ruhyana S.Kep., Ns,MAN. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh kami sebagai penyusun makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Yogyakarta, 30 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................4
B. TUJUAN.........................................................................................................................................5
C. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
A. DEFINISI.......................................................................................................................................6
B. KLASIFIKASI ..............................................................................................................................6
C. ETIOLOGI ...................................................................................................................................6
D. MANIFESTASI KLINIS .............................................................................................................7
E. PATOFISIOLOGI.........................................................................................................................8
F. PATHWAY..................................................................................................................................10
G. FAKTOR RESIKO .................................................................................................................10
H. KOMPLIKASI ........................................................................................................................11
I. PENATALAKSANAAN .............................................................................................................11
J. PENCEGAHAN...............................................................................................................................12
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG…………………………………………………………………12
L. ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................27
PENUTUP................................................................................................................................................27
KESIMPULAN....................................................................................................................................27
SARAN.................................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................28
BAB I

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular,
semakin maraknya muncul penyakit degenerative seperti diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan
suatu gangguan metabolik dengan adanya karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan pada
kerja insulin, kelainan sekresi insulin atau keduanya (PERKENI, 2015). Terdapat Sembilan persen orang
menderita diabetes mellitus tipe I sedangkan 90% menderita diabetes mellitus tipe II (American Diabetes,
2011). Diabetes mellitus tipe II merupakan diabetes mellitus yang terjadi karena kekurangan hormone
insulin secara relative yang terjadi secara perlahahan-lahan tanpa gejala dan akan bertambah berat
(Soegondo, 2008).
Ulkus diabetikum merupakan suatu komplikasi kronik dari diabetes melllitus sebagai penyebab
utama meningkatnya angka morbiditas, mortalitas serta kecacatan yang ada pada penderita Diabetes.
Adanaya Kadar LDL yang tinggi pada penderita diabetes mellitus memainkan peranan yang penting
untuk terjadinya ulkus diabetik. Terjadi melalui pembentukan plak atherosklerosis yang ada pada dinding
pembuluh darah (Zaidah, 2005).
Prevalensi penderita komplikasi diabetes mellitus salah satunya ulkus diabetik di Amerika Serikat
sekitar 15-20%, Risiko kejadian terjadinya amputasi terjadi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan pada
penderita non DM. Sedangkan di Indonesia komplikasi diabetes mellitus seperti Ulkus Diabetik sekitar
15%. Ulkus Diabetikum adalah suatu penyebab perawatan rumah sakit yang terbanyak sekitar 80%. Pada
Ulkus Diabetika di Indonesia memerlukan biaya yang lumayan tinggi ssekitar 1,3 juta sampai 1,6 juta
perbulan dan 43,5 juta untuk seseorang penderita Setiap tahunnya, lebih dari satu juta orang dengan
kompilikasi diabetes mellitus dapat kehilangan salah satu kakinya. Setiap 30 detik, satu tungkai bawah
hilang akibat Diabetes Mellitus di dunia (Soegondo, 2009).
Ketidakefektifan pada perfusi jaringan perifer pada penderita ulkus diabetikum juga ditandai
dengan lamanya proses penyembuhan luka yang dipengaruhi oleh faktor penyulit edema. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Ely, Osheroff, Chambliss, & Ebell, (2006) edema pada kaki ditemukan pada klien
usia lebih dari 50 tahun disebabkan oleh venous insufficiency. Venous insufficiency dapat mempengaruhi
lebih dari 30% dari populasi dan 1% terjadi pada penderita gagal jantung. Kasus venous insufficiency
banyak terjadi pada diabetes mellitus yang mengalami komplikasi ulkus kaki diabetik (UKD) dengan
manifestasi klinis yang tampak adalah terjadinya edema. Edema menyebabkan terjadinya penurunan
pertukaran bahan-bahan antara darah dan sel. Akumulasi cairan interstisial dapat 5 menyebabkan
terdapatnya jarak yang lebar antara sel dan darah untuk mengirimkan nutrisi, oksigen dan zat-zat sisa
sehingga kecepatan difusi berkurang dan berakibat sel-sel yang ada dalam jaringan edema kurang
mendapatkan pasokan darah (Sherwood, 2015).
Proses angiopati pada penderita diabetes mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian
distal dari tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus kaki diabetes (Tambunan, 2006). Apabila
ulkus diabetic foot (DF) meluas sampai ke tulang atau sendi dan terjadi infeksi yang tidak dapat
dikendalikan, maka tindakan amputasi merupakan penanganan yang harus dilakukan ulkus diabetikum
(Misnadiarly, 2006). Hampir 14%-24% pasien dengan ulkus diabetikum memerlukan amputasi, yang
berarti bahwa setiap 30 detik ekstremitas bawah seseorang hilang karena diabetes. The Global Lower
Extremity Amputation Study Group memperkirakan bahwa 25%-90% dari semua amputasi dikaitkan
dengan diabetes. Amputasi kaki diabetik cenderung akan seiring dengan kenaikan tingkat kematian dari
waktu ke waktu. Angka kejadian kematian bersamaan diyakini menjadi 13% -40% pada 1 tahun, 35%-
65% setelah 3 tahun, dan 39% -80% setelah 5 tahun (Yekta, Pourali, Nezhadrahim, Ravanyar, &
Ghasemi-Rad, 2011).
Upaya yang dilakukan untuk menangani perfusi perifer tidak efektif pada pasien ulkus
diabetikum adalah melakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (misalnya ; memeriksa
denyut perifer, edema, pengisian kapiler, suhu dan warna), monitor ekstremitas pada area yang panas,
kemerahan, nyeri atau pembengkakan, meninggikan daerah ekstremitas sebesar 20 derajat atau lebih 6 di
atas tingkat jantung, jika diperlukan, mengkaji lokasi dan luasnya edema serta mempertahankan hidrasi
yang adekuat untuk mencegah peningkatan kekentalan darah (Buluchek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ulkus diabetikum ?
2. Apa saja klasifikasi dari ulkus diabetikum ?
3. Apa etiologi dari ulkus diabetikum ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari ulkus diabetikum ?
5. Bagaimana patofisiologi dari ulkus diabetikum ?
6. Bagaimana pathway dari ulkus diabetikum ?
7. Apa saja factor resiko dari ulkus diabetikum ?
8. Apa saja komplikasi dari ulkus diabetikum ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari ulkus diabetikum ?
10. Bagaimana pencegahan dari ulkus diabetikum ?
11. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan untuk ulkus diabetikum ?
12. Bagaimana asuhan keperawatan dari ulkus diabetikum ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari ulkus diabetikum.
2. Dapat mengetahui klasifikasi dari ulkus diabetikum.
3. Dapat mengetahui etiologi dari ulkus diabetikum.
4. Dapat mengetahui manifestasi klinis dari ulkus diabetikum.
5. Dapat mengetahui patofisiologi dari ulkus diabetikum.
6. Dapat mengetahui gambaran pathway dari ulkus diabetikum.
7. Dapat mengetahui factor resiko dari ulkus diabetikum.
8. Dapat mengetahui komplikasi dari ulkus diabetikum.
9. Dapat mengetahui penatalaksanaan dari ulkus diabetikum.
10. Dapat mengetahui pencegahan dari ulkus diabetikum.
11. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari ulkus diabetikum.
12. Dapat mengetahu asuhan keperawatan dari ulkus diabetikum.
BAB II

A. Definisi

Diabetes Mellitus menurut WHO (World Health Organization) adalah penyakit kronis serius yang terjadi
karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika
tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya (Khairani, 2016). Diabetes Mellitus adalah
penyakit gangguan metabolik yang terjadi akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah hiperglikemi (Herlambang et al., 2019). Diabetes Mellitus atau
disebut dengan kencing manis adalah suatu penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi
cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan didiagnosa melalui pengamatan kadar
glukosa di dalam darah (Susilowati, 2019). Kesimpulan dari definisi Diabetes Mellitus di atas adalah penyakit yang
menyerang gangguan metabolik akibat fungsi pankreas tidak cukup memproduksi insulin atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan hiperglikemi.

B. Klasifikasi

Klasifikasi Wagner-Meggit dikembangkan pada tahun 1970-an, digunakan secara luas untuk
mengklasifikasi lesi pada kaki diabetes.Tabel . Klasifikasi kaki diabetes berdasarkan Wagner-Meggit7
- Derajat 0 Simptom pada kaki seperti nyeri
- Derajat 1 Ulkus superfisial
- Derajat 2 Ulkus dalam
- Derajat 3 Ulkus sampai mengenai tulang
- Derajat 4 Gangren telapak kaki
- Derajat 5 Gangren seluruh kaki

Klasifikasi Wagner-Meggit dianjurkan oleh International Working Group on Diabetic Foot (IWGDF) dan
dapat diterima semua pihak agar memudahkan perbandingan hasil-hasil penelitian. Dengan klasifikasi ini akan dapat
ditentukan kelainan yang dominan, vaskular, infeksi, atau neuropatik dengan ankle brachial index (ABI), filament test,
nerve conduction study, electromyography (EMG), autonomic testing, sehingga pengelolaan lebih baik. Ulkus
gangren dengan critical limb ischemia lebih memerlukan evaluasi dan perbaikan keadaan vaskularnya. Sebaliknya
jika faktor infeksi menonjol, antibiotik harus adekuat. Sekiranya faktor mekanik yang dominan, harus diutamakan
koreksi untuk mengurangi tekanan plantar.

C. Etiologi

Etiologi ulkus diabetik biasanya memiliki banyak komponen meliputi neuropati sensori perifer, trauma,
deformitas, iskemia, pembentukan kalus, infeksi, dan edema. Selain disebabkan oleh neuropati perifer (sensorik,
motorik, otonom) dan penyakit pembuluh darah perifer (makro dan mikro angiopati) faktor lain yang berkontribusi
terhadap kejadian ulkus kaki adalah deformitas kaki (yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan pada plantar),
gender laki-laki, usia tua, kontrol gula darah yang buruk, hiperglikemia yang berkepanjangan dan kurangnya
perawatan kaki (Menurut Benbow & Oguejiofor, Oli & Odenigbo dalam Yunus, Bahri, 2015).
D. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada pasien dengan ulkus diabetikum yaitu :


1. sering kesemutan,
2. nyeri kaki saat istirahat,
3. sensasi rasa berkurang,
4. kerusakan jaringan (nekrosis),
5. penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea,
6. kaki menjadi atrofi,
7. dingin dan kuku menebal dan kulit kering (Yunus, Bahri. 2015).

E. Patofisiologi

Proses terjadinya masalah ulkus diabetikum diawali adanya hiperglikemia pada penyandang diabetes yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun
motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudian menyebabkan
terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan area yang rentan terhadap tekanan seperti punggung,
bahu, kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabakan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih
lanjut menambah rumitnya pengelolaan ulkus diabetikum. Awal proses pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek pada saraf perifer, kolagen, keratindan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensori perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan area kalus. Selanjutnya akan terbentuk
kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit dan menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal menghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah
ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection.Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang
abnormal, bakteri sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya (Nurarif & Kusuma, 2015).
F. Pathway

Sistem Kardiovaskuler DM Hiperglikemi

Aterosklerosis penyumbatan darah Intake glukosa ke sel


Makroangiopati
pembuluh darah berkurang

Stroke
Aterosklerosis Ketoasidosis

(Penyumbatan pembuluh darah)


Kelemahan
Sekret tertahan

Sirkulasi jaringan
Hambatan Mobilitas Fisik
Batuk tidak efektif

Iskemik
Ketidakefektifan bersihan
jalan nanafas
Nekrosis jaringan

Ulkus diabetikum

Kerusakan integritas kulit

G. Faktor Resiko

1. Faktor resiko primer merupakan faktor resiko yang menyebabkan menurunnya pergerakan (morbiditas)
sehingga terjadi imobilisasi relative/total yaitu:
1. Gangguan neurologis dengan paralisis: stroke, hemiplegia, hemiparesis, paraplegia, tetraplegia.
2. Gangguan fungsi kognitif dan Penurunan kesadaran.
3. Intervensi bedah: anestesi (premedikasi, anestesi, fase pemulihan) untuk jangka waktu yang lama.
4. Gangguan psikiatrik dan obat psikotropik: psikosis akut misalnya katatonia dan depresi akut, obat sedasi misalnya
neuroleptic, benzodiazepine
5. Nyeri hebat.
2. Faktor resiko sekunder yaitu factor yang dapat menurunkan toleransi jaringan.
- Faktor yang menurunkan tekanan intravaskuler:
1. Hipotensi arterial: syok ( hipovolemik, septik, kardiogenik), overdosis obat antihipertensi 2. Dehidrasi: pemakaian
diuretik, diare, sengatan matahari.
- Faktor yang menurunkan transport oksigen ke sel:
Anemia: hemoglobin < 9 g% , Penyakit oklusi arteri perifer, Mikroangiopati diabetic Hipotensi, Bradikardi ,Syok
hipovolemik
- Faktor yang meningkatkan konsumsi oksigen di sel :
Demam 38 ̊C ,Hipermetabolisme , Infeksi, sitokemia
- Faktor yang menyebabkan defisiensi nutrient dalam sel: \
1. Malnutisi: defisiensi protein, vitamin, mineral, trace elements
2. Kakeksia: imobilitas karena katabolisme dan kelemahan otot
3. Limfopenia yang berhubungan dengan malnutrisi: defisiensi imun, gangguan penyembuhan luka.
- Faktor yang melemahkan pertahanan kulit:
1. Proses menua pada kulit: tipis, atrofi, dengan sedikit sel-sel imun
2. Higiene kulit buruk
3. Penyakit kulit: eksema, kandidiasis
4. Kandungan air pada kulit berkurang, daya regang menurun integritas antara dermis dan epidermis menurun.
5. Pemakaian obat steroid yang menyebabkan kulit atrofi, tipis, mudah luka

H. Komplikasi

1.Diabetes dan hipertensi 35,1


2.Diabetes, hipertensi, dan katarak 19,8
3.Diabetes dan katarak 18,0
4.Diabetes, jantung, dan hipertensi 7,0
5.Diabetes, stroke, dan hipertensi 3,9
6.Diabetes dan jantung 3,8
7.Diabetes, jantung, katarak, dan hipertensi 3,5
8.Diabetes, katarak, stroke, hipertensi 3,4
9.Diabetes, jantung, dan katarak 2,3
10.Diabetes, jantung, stroke, dan hipertensi 1,3
11.Diabetes, jantung, stroke, katarak, dan hipertensi 0,9
12.Diabetes dan stroke 0,4
13.Diabetes, katarak, dan stroke 0,3
14.Diabetes, jantung, dan stroke 0,2

Prevalensi tertinggi adalah lansia pengidapdiabetes melitus dengan satu penyakit komplikasi, yaitu
hipertensi.status komplikasi diabetes melitus,tidak semua penyakit komplikasi kronis disertakan seperti gagal ginjal,
glaukoma, retinopati, impoten, gangren, dan tuberkulosis. Hipertensi merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
(35,1%). Lebih dari 70% penderita diabetes mellitus juga menderita tekanan darah tinggi.24 Diabetes mellitus
bersama dengan hipertensi akan meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Peningkatan 10
mmHg sistolik berhubungan dengan peningkatan 12% setiap komplikasi diabetes, 15% kematian berhubungan
dengan diabetes, 11% peningkatan infark miokardial, dan 13% peningkatan komplikasi mikrovaskular diabetes
melitus. Kematian akibat penyakit jantung dua sampai empat kali lebih tinggi pada penderita diabetes melitus
dibandingkan yang non diabetes. Penyandang diabetes 2 berisiko sekitar empat kali lebih besar untuk berkembang
menjadi stroke. Oleh sebab itu, penyandang diabetes yang disertai hipertensi harus lebih menjaga kesehatan
menghindari penyakit kronis lain akibat kondisi ini.

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ulkus diabetikum mencakup beberapa aspek yaitu kendali metabolik,


kendali vaskular, kendali luka, kendali tekanan, kendali infeksi, dan edukasi mengenai perawatan kaki
mandiri.
Langkah awal penatalaksanaan ulkus diabetikum adalah mengklasifikasikan luka tersebut. Klasifikasi yang
umum digunakan adalah klasifikasi Wagner, yang dapat membantu menentukan intensitas dan durasi
terapi.
- Lesi Grade 0 : Pasien di kategori ini memerlukan konseling atau edukasi mengenai perawatan kaki
yang baik, terutama pada pasien dengan neuropati.
- Lesi Grade 1 dan 2 : Luka di kategori ini memerlukan tatalaksana debridemen yang ekstensif,
perawatan luka yang baik, mengurangi tekan/beban di ulkus, dan kontrol infeksi.
- Lesi Grade 3 : Terapi untuk lesi grade 3 mencakup debridemen, kontrol infeksi, perawatan luka,
dan mengurangi tekanan/beban ulkus. Pasien di kategori ini berrrisiko untuk amputasi dan
memerlukan tatalaksana holistik dan koordinasi antara pekerja kesehatan.
- Lesi Grade 4 dan 5 : Luka grade 4 dan 5 mengalami lesi yang rumit, seringkali memerlukan
perawatan inap di rumah sakit, konsultasi operasi dan terkadang amputasi.

J. Pencegahan

Langkah Pencegahan Ulkus Diabetikum Meski setiap penderita diabetes memiliki kemungkinan mengalami
ulkus diabetikum, namun kondisi ini dapat dihindari dengan beberapa langkah pencegahan sebagai berikut :

1. Periksa kaki secara rutin untuk melihat apakah ada retakan atau kapalan yang memungkinkan munculnya luka.
2. Bersihkan kaki dengan menggunakan sabun dan air hangat, terutama di antara jari-jari kaki, kemudian keringkan
secara menyeluruh.
3. Potonglah kuku secara rutin.
4. Gunakan sepatu dengan ukuran yang nyaman dan berbahan lembut, serta segera ganti kaus kaki apabila sudah
terasa basah atau berkeringat.
K. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik pada ulkus diabetikum adalah :


a. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
2. Denervasi kulit menyebabkan produktivitas keringat menurun,sehingga kulit kaki kering,
pecah, rabut kaki / jari ( - ), kalus , claw toe Ulkus tergantung saat ditemukan ( 0 – 5 )
3. Palpasi
a. Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
b. Klusi arteri dingin,pulsasi ( – )
c. Ulkus :kalus tebal dank eras.
a) Pemeriksaan fisik
1. Penting pada neuropati untuk cegah ulkus
2. Nilon monofilament 10 G
3. Nilai positif : nilon bengkok, tetapi tidak terasa 26
4. Positif 4 kali pada 10 tempat berbeda : spesifisitas (97%), sensitifitas (83%)
b) Pemeriksaan vaskuler
Tes vaskuler noninvasive : pengukuran oksigen transkutaneus, ankle brachial index (ABI),
absolute toe systolic pressure. ABI : tekanan sistolik betis dengan tekanan sistolik lengan.
c) Pemeriksaan Radiologis :
Gas subkutan, benda asing, osteomielitis
d) Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
d. Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
e. Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
f. Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman (Doenges, 2010).
L. Asuhan Keperawatan

LAMPIRAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN (LENGKAP)

Tgl. Pengkajian : 30 Oktober 2021 No. Register :


Jam Pengkajian : 10.00 Tgl. Masuk : 30 Oktober 2021
Ruang/Kelas : Kamboja kelas 1

I. IDENTITAS

Identitas pasien Identitas Penanggung Jawab

1. Nama : Ny.xx 1. Nama : Tn.bb


2. Umur : 59 Tahun 2. Umur Jenis Kelamin : 60 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Agama : Islam
4. Agama : Islam 4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Pendidikan : SMP 5. Alamat : Yogyakarta
: Ibu Rumah Tangga : Suami
6. Pekerjaan 6. Hubungan dengan Klien
: -
7. Gol. Darah
: Yogyakarta
8. Alamat

II. KELUHAN UTAMA

1. Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit


Ibu XX mengalami stroke 4 bulan yang lalu, mengalami kelumpuhan pada sinistra

2. Keluhan Utama saat Pengkajian


Kondisinya lemah, hanya dapat berbaring dan tampak luka DM dinistra kaki tampak atropi, sendi
kontrakturejuga terdapat luka decubitus dipunggung dengan slought 90%, Nekrotik 9% dan
mengeluh batuk dengan sputum yang banyak tetapi tertahan dan belum dapat dikeluarkan.

III.DIAGNOSA MEDIS
Ulkus Diabetikum
IV. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Penyakit Sekarang


Kondisi saat ini lemah, hanya dapat berbaring dan tampak luka DM dikaki sinistra, kaki tampak
atropi, sendi kontrakturejuga terdapat luka decubitus dipunggung, dan mengeluh batuk dengan
sputum yang banyak tetapi tertahan dan belum dapat dikeluarkan.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Mengalami stoke 4 bulan yg lalu, dan mengalami kelumpuhan pada sinistra

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


-
V. PENGKAJIAN FUNGSIONAL

1. Aktivitas sehari-hari (ADL):

a. Pola nutrisi dan cairan


-
b. Pola eliminasi
-
c. Pola aktifitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktifitas dikarenakan pasien mengalami stroke
d. Pola istirahat tidur
Pola istirahat pasien tidak teratur
e. Pola kebersihan diri (Personal Hygiene)
Pasien dibantu keluarga
f. Pola seksual dan reproduksi
-
2. Kondisi Psikologi, Sosial dan Spriritual

a. Pola kognitif dan persepsi


-
b. Pola persepsi diri dan konsep diri
-
c. Pola hubungan dan peran
Hubungan dan peran pasien baik,tetap berhubungan dengan keluarga.
d. Pola koping dan toleransi stress
-

e. Pola nilai dan kepercayaan


-
f. Dampak perawatan di rumah sakit
-
A. Survey keadaan umum

1. Penampilan dan perilaku:


a. Tingkat kesadaran secara kualitatif
Klien memiliki kesadaran penuh,klien terlihat,lemah
b. Gender dan ras
Perempuan ras Jawa
c. Usia
59 Tahun
d. Ekspresi wajah
Kondisi Ny.xx saat ini Lemah dan lesu
e. Jenis tubuh
-
f. Postur
-
g. Gaya berjalan
Tidak bisa melakukan aktifitas ( lumpuh )
h. Gerakan tubuh
Klien tidak beraktifat ( lumpuh )
i. Higiene dan dandanan
Pasien tidak terurus
j. Afek dan mood
Mood dan afek pasien menjadi sedikit kacau akibat kelumpuhan dan bantuk dengan sputum
yang tertahan
k. Komunikasi
Cukup baik , pasien masih bisa untuk diajak berbicara pada umumnya
l. Kekerasan terhadap klien
-
2. Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah (TD) :-
- Nadi :-
- Suhu :-
- Respiratory Rate (RR) : -

3. Antropometri
Tinggi badan :-
Berat badan : -
LLA :-
LK :-

B. Pemeriksaan fisik sistem tubuh (head to toe)

1. Kulit, rambut dan kuku :


-

2. Kepala dan leher


a. Kepala : -

b. Mata : -

c. Telinga : -
d. Hidung dan sinus : -

e. Mulut : -

f. Leher : -

g. Kelenjar Tiroid : -

3. Mata : -

4. Dada dan paru : -

5. Kardiovaskuler dan sistem vaskuler peripheral : -

6. Payudara : -

7. Abdomen: -
8. Muskuloskeletal : -

9. Genito-urinari : -

10.Neurologis : -

Yogyakarta, 30 Oktober 2021


Ttd

(nama perawat)
FORMAT ANALISA DATA

No Hari/Tangga Sign and Sympton/ Data Problem/ Masalah Etiology/ Penyebab


l
1. Senin, 01 Ds :
November Pasien mengatakan batuk dengan Ketidakefektifan Sekresi yang tertahan
2021 sputum yang banyak tetapi tertahan bersihan jalan napas
dan belum dapat dikeluarkan oleh
pasien

Do :
-

2. Senin, 01 Ds : Hambatan mobilitas fisik Penurunan massa otot


November -
2021
Do :
-mengalami struke 4 bulan yang lalu
- mengalami kelumpuhan pada
sinistra
- kondisinya lemah hanya dapat
berbaring
- kaki tampak atropi sendi
kontrakture

3. Senin, 01 Ds : Kerusakan integritas Kerusakan jaringan


November - jaringan
2021
Do :
- Tampak luka DM di kaki sinistra,
terdapat luka dekubitus di punggung
dengan slought 90% , nekrotik 9%

4. Senin, 01 Ds : Defisiensi pengetahuan Kurang informasi


November - keluarga mengatakan tidak
2021 mengetahui mengapa bisa terjadi
luka di area punggung,
- keluarga mengatakan supec
pneumonia karena berbaring lama

Do :
-

Prioritas Diagnosa keperawatan:


1. Ketidakefektifan bersihin jalan nafas b.d sekresi yang tertahan
2. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan massa otot
3. Kerusakan integritas jaringan b.d kerusakan jaringan
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
FORMAT PERENCANAAN KEPERAWATAN

N Hari/Tanggal Diagnosa Perencanaan


o Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasionalisasi

1. Senin, 01 Ketidakbersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (3140). 1. Dapat mengetahui status
November jalan napas b.d. keperawatan 1x 24 jam, 1. Monitor status pernapasan pernapasan dan oksigenasi
2021 sekresi yang diharapkan ketidakbersihan dan oksigenasi, sebagaimana pada pasien.
tertahan. jalan napas yang mestinya.
berhubungan dengan sekresi 2. Posisikan pasien untuk 2. Dapat memperlancar
yang tertahan pada pasien memaksimalkan ventilasi. ventilasi pernapasan pasien.
dapat teratasi dengan kriteria 3. Lakukan fisioterapi dada,
hasil : sebagaimana mestinya. 3. Dapat mengeluarkan
4. Buang sekret dengan sekret yang tertahan pada
Status Pernapasan (0415) memotivasi pasien untuk pasien.
1. Frekuensi Pernapasan (4) melakukan batuk atau menyedot
2. Irama pernafasan (4) lendir. 4. Dapat mengeluarkan
3. Kepatenan jalan napas (4) 5. Instruksikan bagaimana agar sekret yang tertahan
4. Batuk (4) bisa melakukan batuk efektif. sehingga pernapasan pasien
6. Motivasi pasien untuk akan lebih lega.
bernafas pelan, dalam, berputar
dan batuk. 5. Dapat menurunkan
spasme jalan napas.

Terapi latihan: kontrol otot


2. Senin, 01 Hambatan (0226) - Untuk melatih pasien agar
November mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan mengetahui bagian tubuh
2021 b.d penurunan keperawatan selama 1x24 jam 1. Latih pasien secara visual yang sakit
massa otot dihraoakan hmabatan untuk melihat bagian tuibuh - Agar pasien dapat
mobilitas fisik berkurang yang sakit ketika melakukan melakukan gerakan secara
dengan kriteria hasil : ADL (kegiatan sehati-hari) atau mandiri
latihan jika diindikasik an - Untuk mengetahui
Pergerakan (0208) 2. Instuksikan pasien untuk peningkatan perkembangan
1. Keseimbanagn (skala 4-5) mengulangi gerakan setiap kali pasien
2. Koordinasi (skala 4-5) latihan selesai dilakukan - Agar pasien
3. Cara berjalan (skala 4-5) 3. Evaluasi perkemban agn mengetahui protikol dan
4. Gerakan otot (skala 4-5) pasien terhadap peningkatan rasionalisasi katihan
atau restorasi fungsi dan - Untuk
pergerakan tubuh mengembangan sebuah
4. Jelaskan protokal dan program terapi fisik
rasionalisasi latihan pada pasien
5. Kolaborasi kan dengan ahli
terapi fisik, okupasional dan
rekreasionl dalam mengemba
ngkan dan menerapkan program
latihan, sesuai kebutuhan.

Perawatan luka (3660)


1. Monitor karakteristik luka,
3. Senin, 01 Kerusakan termasuk drainase, warna, 1. Dengan memonitor
November intergitas kulit Setelah di lakukan tindakan ukuran, dan bau karakteristik luka dapat lebih
2021 b.d kerusakan keperawatan 1x24 jam, 2. Ukur luas luka yang sesuai mengetahui drainase,warna,
jaringan diharapkan kerusakan 3. Berikan perawatan ulkus ukuran dan bau lebih lanjut
integritas jaringan dapat pada kulit, yang di perlukan
teratasi dengan kriteria hasil : 4. Berikan salep yang sesuai 2. Dapat memberikan
dengan kulit/lesi perawatan luka pada kulit
Intergitas jaringan : kulit dan 5. Bandingkan dan catat setiap
membran mukosa (1101) perubahan luka 3. Dapat mengetahui setiap
1. Intergitas kulit (4) 6. Posisikan untuk menghindari perubahan luka
2. Nekrosis (4) menempatkan ketegangan pada
3. Perfusi jaringan (4) luka 4. Dapat menghindari posisi
7. Reposisi pasien setidaknya ketegangan luka
setiap 2 jam dengan tepat
8. Anjurkan pasien atau anggota 5. Dapat membatu keluarga
keluarga pada prosedur untuk memahami jenis luka
perawatan luka dan tanda gejala pada luka
9. Anjurkan pasien dan keluarga yang akan terjadi infeksib
untuk mengenal tanda dan
gejala infeksi
10. Dokumentasikan lokasi
luka,ukuran, dan tampilan.
Pengajaran: proses penyakit
(5602)
4. Senin, 01 Defisien 1. Dapat meningkatkan
November pengetahuan Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pengetahuan pasien terkait
2021 b.d kurang perawatan 1x24 jam, pasien terkait dengan proses penyakitnya agar mudah
informasi diharapkan kurang sumber penyakit yang spesifik melakukan intervensi
pengetahuan pasien dapat 2. Kenali pengetahuan pasien
teratasi dengan kriteria hasil : mengenai kondisinya 2. Dapat membantu pasien
3. Jelaskan tanda dan gejala mengenali penyakitnya
Pengetahuan proses penyakit yang umum dari penyakit,
(1803) : sesuai kebutuhan 3. Dapat menjelaskan
1. Faktor-faktor penyebab dan 4. Jelaskan mengenai proses tentang tanda dan gejala
faktor yg berkontribusi (4) penyakit, sesuai kebutuhan yang umum dari penyakit
2. Faktor risiko (4) 5. Berikan informasi pada
3. Tanda dan gejala penyakit pasien mengenai kondisinya, 4.dapat menjelaskan proses
4. Proses perjalanan penyakit sesuai kebutuhan penyakit pasien sesuai
biasanya (4) kebutuhan
5. Tanda dan gejala
komplikasi penyakit 5. Dapat memberikan
6. Efek psikososial penyakit informasi yang tepat kepada
pada individu pasien terhadap kondisinya
7. Manfaat menejemen
penyakit (4)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Hari / Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal Keperawatan
1. Senin, 01 Ketidakbersihan 08.00 wib S : Pasien mengatakan masih sesak
November jalan napas b.d. Memonitor status pernapasan dan napas, batuk berdahak yang
2021 sekresi yang oksigenasi, sebagaimana mestinya. masih sulit dikeluarkan
tertahan.
08: 30 Wib O:
Memposisikan pasien untuk 1. Frekuensi napas 24 x/menit
memaksimalkan ventilasi. 2. Terpasang oksigen 3 l/mnt
3. Batuk masih disertai sputum
09: 00 Wib 4. Posisi semi fowler
Melakukan fisioterapi dada, 5.
sebagaimana mestinya. A : Masalah ketidak bersihan jalan
napas belum teratasi
09 : 30 Wib
Membuang sekret dengan P : Lanjutkan intervensi :
memotivasi pasien untuk Menganjurkan pasien
melakukan batuk atau menyedot mengeluarkan sputum dengan
lendir. batuk efektif, mempertahankan
posisi pasien semi fowler.
10 : 00 Wib
Menginstruksikan bagaimana agar
bisa melakukan batuk efektif.
Memotivasi pasien untuk bernafas
pelan, dalam, berputar dan batuk.
2. Senin, 01 Hambatan 08.00 S : - Pasien mengatakan anggota
November mobilitas fisik - Melatih pasien secara visual gerak bagaian ekstermitas bawah
2021 b.d penurunan untuk melihat bagian tuibuh yang masih lemah
massa otot sakit ketika melakukan ADL - Pasien mangakatan semua ktivitas
(kegiatan sehati-hari) atau latihan dilakukan diatas tempat tidur .
jika diindikasikan O:
08.15 - Kekuataan otot ekstermitas bawah
- Meginstruksikan pasien untuk masih 1
mengulangi gerakan setiap kali A:
latihan selesai dilakukan -Hambatan mobilitas fisik b.d
08.30 penurunan massa otot, belum
- Mengevaluasi perkembanagn teratasi
pasien terhadap peningkatan atau P:
restorasi fungsi dan pergerakan - Intervensi dilnjutkan dengan
tubuh mengajarkan pasien melakukan
08.45 aktivitas fisik seperti ROM dan
- Menjelaskan protokal dan mobilisasi dan penggunaan alat
rasionalisasi latihan pada pasien bantu.
08.50
- Mengkolaborasi kan dengan ahli
terapi fisik, okupasional dan
rekreasionl dalam mengemba
ngkan dan menerapkan program
latihan, sesuai kebutuhan
3. Senin, 01 Kerusakan integritas 08.00 S: Pasien mengatakan bahwa
jaringan b.d Memonitor karakteristik luka, lukanya sudah mulai mengering
November kerusakan jaringan termasuk drainase, warna, ukuran,
2021 dan bau.
08.15 O: Warna da bau luka pada pasien
Mengukur luas luka yang sesuai sudah membaik dan tidak berbau
08.30
Memberikan perawatan ulkus pada
kulit, yang di perlukan A: Masalah keperawatan pasien
08.45 mengenai Kerusakan integritas kulit
Memberikan salep yang sesuai b.d kerusakan jaringan telah teratasi
dengan kulit/lesi
09.00
Membandingkan dan catat setiap P: Hentikan Intervensi
perubahan luka
09.15
Memposisikan untuk menghindari
menempatkan ketegangan pada
luka
09.30
Mereposisi pasien setidaknya
setiap 2 jam dengan tepat
09.45
Menganjurkan pasien atau anggota
keluarga pada prosedur perawatan
luka
10.00
Menganjurkan pasien dan keluarga
untuk mengenal tanda dan gejala
infeksi
10.15
Mendokumentasikan lokasi
luka,ukuran, dan tampilan

4. Senin, 01 Defisiensi 08.00 S : Pasien mengatakan sudah


Mengkaji tingkat pengetahuan memahami tentang kondisinya
November pengetahuan b.d
pasien terkait dengan proses
2021 kurang informasi penyakit yang spesifik
08.15 O : Tampak pasien telah mengerti
Mengenali pengetahuan pasien akan kondisinya saat ini
mengenai kondisinya
08.30
Menjelaskan tanda dan gejala yang A : Masalah keperawatan pasien
umum dari penyakit, sesuai mengenai defisien pengetahuan b.d
kebutuhan kurang informasi telah teratasi
08.45
Menjelaskan mengenai proses
penyakit, sesuai kebutuhan P : Hentikan Intervensi
09.00
Memberikan informasi pada pasien Ttd
mengenai kondisinya, sesuai
kebutuhan Perawat

BAB III

A. KESIMPULAN
Ulkus diabetikum merupakan suatu komplikasi kronik dari diabetes melllitus sebagai penyebab
utama meningkatnya angka morbiditas, mortalitas serta kecacatan yang ada pada penderita Diabetes.
Adanaya Kadar LDL yang tinggi pada penderita diabetes mellitus memainkan peranan yang penting
untuk terjadinya ulkus diabetik. Terjadi melalui pembentukan plak atherosklerosis yang ada pada dinding
pembuluh darah.
Upaya yang dilakukan untuk menangani perfusi perifer tidak efektif pada pasien ulkus
diabetikum adalah melakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (misalnya ; memeriksa
denyut perifer, edema, pengisian kapiler, suhu dan warna), monitor ekstremitas pada area yang panas,
kemerahan, nyeri atau pembengkakan, meninggikan daerah ekstremitas sebesar 20 derajat atau lebih 6 di
atas tingkat jantung, jika diperlukan, mengkaji lokasi dan luasnya edema serta mempertahankan hidrasi
yang adekuat untuk mencegah peningkatan kekentalan darah (Buluchek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013).

B. SARAN
Dapat menjadi referensi, informasi dan wawasan bagi mahasiswa ilmu keperawatan dibidang
integumen khususnya ulkus diabetic, Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi para
penderita ulkus diabetik mengenai bagaimana dukungan keluarga memberikan pengaruh terhadap citra
tubuh, Pasien yang mengalami ulkus diabetik harus memiliki dukungan yang baik dari keluarga,Kepada
tenaga kesehatan diharapkan tidak lupa mengingatkan kepada keluarga yang mendampingi pasien
melakukan perawatan kaki untuk selalu memberikan dukungan dan motivasi kepadanya.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprintslib.ummgl.ac.id/2434/1/17.0601.0053_BAB%20I_BAB%20II_BAB%20III_BAB
%20V_DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
http://eprints.umbjm.ac.id/84/7/BAB%205.pdf
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmr/article/download/22188/21887
http://repo.stikesperintis.ac.id/611/1/27%20WITRA%20SARI.pdf
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/11/14
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/899/5/BAB%20II.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/542/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai