Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

Oleh

TANTIANA

2020207209296

PROGAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
TONSILITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian Tonsilitis
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok
A Streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri
jenis lain atau oleh infeksi virus. (Hembing, 2014).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat
sering ditemukan, terutama pada anak-anak. (Sriyono, 2016).
Tonsilitis Kronik adalah tonsilitis akibat dari peradangan, faktor
predisposisi ; rangsangan kronik (rokok dan makanan), pengaruh cuaca,
pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygien mulut yang tidak
baik/buruk.
Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang
berulang. Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu
serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional
tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan
gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan
infeksi (Sacharin, R.M. 2013).

2. Etiologi

Penyebab tonsillitis kronik sama dengan tonsillitis akut yaitu kuman


golongan atreptococcus hemolyticus viridans dan streptococcus pyogenes,
tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram
negatif.
Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini ialah yang menahun
(misalnya : makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak
adekuat, serta hygiene yang buruk.
Etiologi menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah sebagai berikut

1. Streptokokus Beta Hemolitikus


Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat
berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan
infeksi saluran nafas akut.
2. Streptokokus Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar
yang tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi
streptokokus group A. Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab
banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari infeksi khasnya
bermula ditenggorakan dan kulit.
3. Streptokokus Viridans
Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus
komensal yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar
darah. Viridans memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari
glukosa yang memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet
dikatup jantung yang rusak.
4. Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae
(virus influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui
bersin pada manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit
tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk
influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.

3. Anatomi dan fisiologi tonsil


Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di
faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil
lingual, dan tonsil tuba eustachius.
Gambar 1 anatomi tonsil

1. Tonsil palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di
dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar
anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus).
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil.
Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong
diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di
lateral orofaring. Dibatasi oleh:
- Lateral – muskulus konstriktor faring superior
- Anterior – muskulus palatoglosus
- Posterior – muskulus palatofaringeus
- Superior – palatum mole
- Inferior – tonsil lingual

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga


melapisi invaginasi atau kript i tonsila. Banyak limfanodulus terletak
di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli
terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik
difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan
tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh
limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya
memperlihatkan pusat germinal
Fosa Tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior


adalah otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus
dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring
superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian
luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal.

Pendarahan

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis


eksterna, yaitu 1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan
cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden; 2) arteri
maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3)
arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri
faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi
oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina
asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri
tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden
dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk
pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik
melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus
faringeal.

Aliran getah bening

Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah
bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di
bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar
toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya
mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah
bening aferen tidak ada.
Persarafan

Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX


(nervus glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine
nerves.

Imunologi Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.


Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar.
Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel
plasma yang matang (Wiatrak BJ, 2005). Limfosit B berproliferasi di
pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen
komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan
tonsilar (Eibling DE, 2003). Sel limfoid yang immunoreaktif pada
tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel ret ikular, area
ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal
pada folikel limfoid.

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk


diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil
mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan
bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi
dan sensit isasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

2. Tonsil faringeal
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari
jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus
atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah
dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini
tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah,
dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di
nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior,
walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba
eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak.
Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia
3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
3. Tonsil lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior
massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang
terbentuk oleh papilla sirkumvalata
4. Patofisiologi dan patoflow
Tonsilitis menurut Nurbaiti (2015) terjadi karena bakteri dan virus
masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan
infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limpa ke
tonsil. Adanya bakteri virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan
kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna
putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit
tenggorokan, nyeri menelan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu
nyeri yang menjalar ke telinga.

Patway

Tonsilitis berulang

Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis

Proses penyembuhan limfoid

Cicatrik

Tonsilitis kronik
Hipertropi & cicatrik mengkerut dan
hiperemis

Pelebaran kripta timbul lekukan

Tonsil membesar & tonsil tetap kecil


Perubahan fisik Pengangkatan jaringan

Kurang pengtahuan tonsilektomi


adenopati reginal
Takut akan di operasi
nyeri menelan luka insisi Nyeri
Ansietas

MK Nyeri akut MK : Gg Menelan MK : Risiko MK : Nyer


perdarahan akut

5. Manifestasi klinik
Menurut Megantara, Imam (2016) gejalanya berupa nyeri tenggorokan
(yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan
ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama).
Adapun gejala lainnya :

1. Demam

2. Sakit kepala

3. Muntah

Adapun menurut Hembing, (2014) adalah sebagai berikut :

1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah,


sakit saat menelan, kadang-kadang muntah.

2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada
seluruh badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan
keluar nanah pada lekukan tonsil.

6. Pemeriksaan Penunjang

 Kultur dan uji resistensi bila perlu.

 Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.

7. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

 Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan menurut Brunnes dan Suddart (2001), tujuan dari


penatalaksanaan tonsilitis adalah untuk membunuh kuman atau bakteri
yang menyerang tonsil dengan obat antibiotik diantaranya yaitu :

1. Antibiotik baik injeksi maupun otot seperti cefotaxim, penisilin,


amoksilin, eritromisin dan lain-lain.

2. Antiperetik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.

3. Apabila penyakit tonsil sudah kronis harus dilakukan tindakan operatif


(tonsilektomi) karena penyakit tonsilitis yang sudah kronis akan
terjadinya pembesaran pada tonsil sehingga dapat mengakibatkan sesak
nafas karena jalan nafas yang tidak efektif sehingga harus dilakukan
tindakan tonsilektomi.

 Penatalaksanaan keperawatan

1. Anjurkan pasien untuk makan dan minum 6 jam setelah oprasi.

2. Untuk sementara hindari makanan yang berminyak, manis, pedas, dan


lainnya yang dapat mengiritasi tenggorokan

3. Memantau tanda-tanda pendarahan.

4. istirahat yang cukup.

5. Menawarkan makan seperti es cream dingin dan hindari jus jeruk.


6. Mengatasi ketidak nyamanan pada tenggorokan dengan ( komprs es ) bila
mau.

7. pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien.

8. Menghindari pasien untuk menghindari latihan berlbihan, batuk, bersin,


berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
suku, pekerjaan, dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
i. Keluhan utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll

ii. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden,


perkembangan, efek terapi dll.

iii. Riwayat kesehatan masa lalu

- Riwayat imunisasi
- Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis
media )

- Riwayat hospitalisasi

- Riwayat alergi

c. Pemeriksaan fisik
i. Keadaan umum
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll

ii. Pemeriksaan persistem ( B1-B6 )

- B1 (Breathing) : Pembesaran tonsil , kesulitan bernafas dan batuk.


- B2 (Blood) : Takikardia, hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas).

- B3 (Brain) : depresi, gelisah, sakit tenggorokan kronis, penyebaran nyeri


ke telinga, nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan,
nyeri tekan pada daerah sub mandibula dan demam.

- B4 (Bleader) : Perubahan pola berkemih dan warna urine pekat.

- B5(Bowel) : Kesulitan menelan, anoreksia, membran mukosa kering dan


mual.

- B6 (Bone) : kelemahan, Turgor kulit jelek dan pucat.

iii. Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :

- T0 : bila sudah dioperasi


- T1 : ukuran yang normal ada
- T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
- T3 : pembesaran mencapai garis tengah
- T4 : pembesaran melewati garis tengah
 Nutrisi
sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan
dan minum, turgor kurang
 aktifitas / istirahat
tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
 keamanan / kenyamanan
kecemasan anak terhadap hospitalisasi
iv. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium: Darah lengkap, bleeding time, cloting time.

d. Analisa data
- Pre Operasi/tonsilektomi
Data Etiologi Masalah Keperawatan
 DS – Tonsilitis kronik Nyeri akut
 DO –
Hipertropi & cicatrik

Pelebaran kripta

Tonsil membesar
&Pengangkatan
jaringan

adenopati reginal

nyeri menelan

 DS - Tonsilitis kronik Gg Menelan


 DO –
Hipertropi & cicatrik

Pelebaran kripta

Tonsil membesar
&Pengangkatan
jaringan

adenopati reginal

nyeri menelan
 DS – Tonsil membesar & Ansietas
 DO – Pengangkatan jaringan

Perubahan fisik

Kurang pengetahuan

Takut akan di operasi

Ansieta

- Post operasi/ tonsilektomi

Data Etiologi Masalah Keperawatan


 DS – Tonsilitis kronik Risiko perdarahan
 DO –

mengkerut dan hiperemis


timbul lekukan

tonsil tetap kecil

tonsilektomi

luka insisi

 DS – Tonsilitis kronik Nyeri akut


 DO –

mengkerut dan hiperemis

timbul lekukan

tonsil tetap kecil

Tonsilektomi

Nyeri

e. Masalah keperawatan ( Prioritas )

- Pre operasi/tonsilektomi

a. Nyeri akut

b. Gangguan menelan
c. Ansietas

- Post operasi/tonsilektomi

d. Nyeri akut

e. Risiko perdarahan

f. Disgnosa keperawatan

- Pre operasi/tonsilektomi

a. Nyeri akut b/d agen cidera fisik ( tonsillitis kronis )

b. Gangguan menelan b/d obsruksi mekanis ( pembesaran tonsil )

c. Ansietas b/d ancaman pada satatu kesehatan

- Post operasi/tonsilektomi

a. Nyeri akut b/d agen cidera fisik ( tonsilektomi )

b. Risiko perdarahan

g. Nursing Care Plan ( NCP ) terdiri dari tujuan/Outcome ( NOC )


dan intervensi ( NIC )

- Pre operasi

No. Diagnosa Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC )


keprawatan

1. Nyeri akut b/d NOC : NIC :


agen cidera fisik
 Pain Pain Management
(tonsillitis
Level,  Monitor vital sign
kronis )  Pain  Lakukan pengkajian
control, nyeri secara
 Comf komprehensif termasuk
ort level lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil : kualitas dan faktor
presipitasi
 Mamp
 Gunakan teknik
u mengontrol
komunikasi terapeutik
nyeri (tahu
untuk mengetahui
penyebab nyeri,
pengalaman nyeri pasien
mampu
 Kaji kultur yang
menggunakan
mempengaruhi respon
tehnik
nyeri
nonfarmakologi
 Kontrol lingkungan yang
untuk
dapat mempengaruhi
mengurangi
nyeri seperti suhu
nyeri, mencari
ruangan, pencahayaan
bantuan)
dan kebisingan
 Melap
 Kurangi faktor
orkan bahwa
presipitasi nyeri
nyeri berkurang
 Kaji tipe dan sumber
dengan
nyeri untuk menentukan
menggunakan
intervensi
manajemen
 Ajarkan tentang teknik
nyeri
non farmakologi seperti
 Mamp
rileksasi, tarik nafas
u mengenali
dalam.
nyeri (skala,
 Evaluasi keefektifan
intensitas,
kontrol nyeri
frekuensi dan
 Tingkatkan istirahat
tanda nyeri)
 Kolaborasi dengan doktr
 Meny
dalam pemberian
atakan rasa
nyaman setelah analgetik untuk
nyeri berkurang mengurangi nyeri
 Tanda  Kolaborasikan dengan
vital dalam dokter jika ada keluhan
rentang normal dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic Administration

 Cek instruksi dokter


tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2. Gangguan NOC: NIC :
menelan b/d  Pencegahan  Kaji tingkat kesadaran,
obsruksi mekanis aspirasi refleks batuk, refleks
( pembesaran  Status menelan muntah, dan
tonsil ) kriteria hasil: kemampuan menelan
 Menunjukkan  Bantu pasien untuk
kemampuan mengatur posisi kepala
menelan fleksi ke depan untuk
 Menunjukkan menyiapkan makanan
kemampuan  Kolaborasi dengan ahli
mengosongkan gizi tentang makanan
rongga mulut yang mudah ditelan
 Menunjukkan
kenyamanan
dengan menelan
 Peningkatan
upaya menelan
3. Ansietas NOC : NOC :
 Anxiety self- Anxiety reduction
control  Gunakan pendekatan
 Anxiety level yang menen
 Coping  Dorong pasien untuk
Kriteria Hasil : mengungkapkan pikiran
 Koping pasien dan perasaan.
adaptif  Dengarkan dengan penuh
 Vital sign dalam perhatian
batas norma  Berikan lingkungan
 Tampak rileks terbuka dimana pasien
merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan
atau menolak untu bicara.
- Post oprerasi/tonsilektomi

No. Diagnosa Tujuan ( NOC ) Intervensi ( NIC )


keprawatan

1. Nyeri akut b/d NOC : NIC :


agen cidera fisik (
 Pain Pain Management
tonsilektomi )
Level,  Monitor vital sign
 Pain  Lakukan pengkajian
control, nyeri secara
 Comf komprehensif termasuk
ort level lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil : kualitas dan faktor
presipitasi
 Mamp
 Gunakan teknik
u mengontrol
komunikasi terapeutik
nyeri (tahu
untuk mengetahui
penyebab nyeri,
pengalaman nyeri pasien
mampu
 Kaji kultur yang
menggunakan
mempengaruhi respon
tehnik
nyeri
nonfarmakologi
 Kontrol lingkungan yang
untuk
dapat mempengaruhi
mengurangi
nyeri seperti suhu
nyeri, mencari
ruangan, pencahayaan
bantuan)
dan kebisingan
 Melap
 Kurangi faktor
orkan bahwa
presipitasi nyeri
nyeri berkurang
 Kaji tipe dan sumber
dengan
nyeri untuk menentukan
menggunakan
intervensi
manajemen
 Ajarkan tentang teknik
nyeri
non farmakologi seperti
 Mamp rileksasi, tarik nafas
u mengenali dalam.
nyeri (skala,  Evaluasi keefektifan
intensitas, kontrol nyeri
frekuensi dan  Tingkatkan istirahat
tanda nyeri)  Kolaborasi dengan doktr
 Meny dalam pemberian
atakan rasa analgetik untuk
nyaman setelah mengurangi nyeri
nyeri berkurang  Kolaborasikan dengan
 Tanda dokter jika ada keluhan
vital dalam dan tindakan nyeri tidak
rentang normal berhasil
Analgesic Administration

 Cek instruksi dokter


tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Risiko perdarahan NOC NIC

 Blood lose  Monitor ketat tanda-


severity tanda perddarahan

 Blood  Monitor vital sign


koagulation
 Identifikasi penyebab
Kriterial hasil : pendarahan

 Tidak ada  Monitor status cairan


hematuria dan yang meliputi intake dan
hematemesisi output

 Kehilanngan  Instruksi pasien untuk


membatasi aktivitas
 Tekanan darah
dalam batas
normal sistol dan
diastol

Daftar Pustaka
NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications
2012-2014. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2020. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. FKUI. Jakarta.

NANDA NIC-NOC.Jilid 2. Yogyakarta : Medication Publishing 2013

Wilkinson,Judith M,2017.Buku saku Diagnosa Keperawatn dengan Intervensi


NIC NOC dan Kriteria hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

http://www.medicastore.com diakses tanggal 18 Disember 2015

http://fkui.firmansriyono.org.com diakses tanggal 18 Disember 2015 .

http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/tonsilitis.html diakses
tanggal 18 Disember 2015

Anda mungkin juga menyukai