Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. S DENGAN FEBRIS

DIRUANGAN CATUR PRASATYA RS BHAYANGKARA ANTON SOEJARWO

Disusun oleh :

IMAMATUL AILI

NIM. SRP21318028

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

A. Pengertian
Demam merupakan proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terjadi pada suhu >37,2 oC, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur atau parasit), penyakit autoimun, keganasan ataupun obat-obatan
(Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit=penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh. Selain itu, demam mungkin berperan dalam meingkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan
gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran. Demam thypoid biasanya suhu meningkat pada sore
atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya (Lestari, 2016).
B. Etiologi
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam di bagi menjadi 3 yaitu :
1. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan
infeksi bakteri (demam tifoid dan pharingitis).
2. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor atau adanya penyakit
autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
3. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi) suhu udara terlal
panas dan kelelahan setelah bermain di siang hari.
Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak adalah demam
akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry & Marendra,2010).
C. Klasifikasi
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses


patologis

Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada


makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya
karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound
atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
Hyperthermia kekakuan otot karena anestesi total
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap inveksi bakterial.

D. Manifestasi Klinis
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada
fase demam meliputi:
Fase 1 awal ( dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala :
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala :
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013).
E. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau
zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari
dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap
benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan
dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh
sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang
disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas
menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh.
F. Pathway
Agen infeksius Dehidrasi
Mediator inflamasi

Monosit/makrofag Tubuh kehilangan cairan

Sitokin pirogen

Mempengaruhi hipothalamus penurunan cairan intrasel


Anterior

Demam

Peningkatan evaporasi meningkatnya Ph berkurang peningkatan suhu


Metabolik tubuh tubuh

anoreksia
Mk: resiko
defisit volume
Kelemahan intake makanan Mk :
cairan
berkurang hipertermi

Mk: intoleransi Mk: nutrisi


aktivitas kurang dari
kebutuhan
gangguan rasa nyaman

gelisah tidak bisa tidur

kurang pengetahuan
Mk: gangguan
istirahat tidur

Mk : ansietas
G. Komplikasi
1. Dehidrasi : demam tinggi penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan

H. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji
coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.

I. Penatalaksanaan Medis
1. Secara fisik
- Pakaian anak diusahakan untuk tidak tebal
- Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
- Memberikan kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar:
 Kompres dengan menggunakan air hangat, air dingin atau es
 Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah
dibasahi air hangat
 Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
 Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air
hangat
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal
dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.
Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan
pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis
terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis
maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan
baik.
Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan prostaglandin.Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.

J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
6. Diagnosa keperawatan
No DiagnosaKeperawatan
1. Hipertermia b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
2. Defisit volume cairan b.d kehilangan volume ciranaktif
3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake & Output
yang tidak adekuat
4. Ansietas b.d kondisi klien

7. Intervensi
No No Dx Tujuan&KriteriaHasil Intervensi
1. 1. Setelah dilakukan tindakan Mandiri:
keperawatan diharapkan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
masalah hipertermi dapat 2. Rencanakan monitor suhu secara
teratasi dengan KH: kontinue
- suhu dalam rentang 3. Monitor tanda –tanda vital
normal 4. Tingkatkan intake cairan dan
- Nadi dan RR dalam nutrisi
rentang normal 5. Monitor nadi dan RR
- Tidak ada 6. Lakukankompreshangat
perubahan warna Kolaborasi:
kulit dan tidak 1. Kolaborasidengandokteruntukpe
warna kulit dan mberianobatantipiretik
tidak pusing (Paracetamolsupp)
2. Kolaborasidengandokteruntukpe
mberianobat anti
kejang(diazepam 5 mg)

2. 2. Setelah dilakukan tindakan Mandiri:


keperawatan selama proses
1. Kaji perubahan tanda-tanda vital
keperawatan diharapkan
2. Kaji turgor kelembapan
devisit volume cairan
membrane mukosa
teratasi, dengan kriteria
3. Catat laporan mual atau muntah
hasil :
4. Pantau masukan dan haluaran
- Turgor kulit
5. Pertahankan cairan sedikitnya
membaik
2500 ml/hari atau sesuai kondisi
- Membran mukosa
lembab inividual
- Nadi normal sesuai 6. Anjurkankeluargaklienuntukme
usia mberiklienminum
- Intake dan output 7. Observasitanda-tandadehidrasi
seimbang
Kolaborasi:

1. Kolaborasidengandokteruntukpe
mberiancairanNaCl
3. 3. Setelah dilakukan tindakan Mandiri:
keperawatan selama proses
1. Anjurkankeluargaklienuntukme
keperawatan
mberiklienmakansedikittapiserin
diharapkannutrisiklienterpe
g
nuhi, dengan KH:
2. Anjurkanibuklienuntukmemberi
- Klientidakmualdan
klien ASI
muntah
3. Anjurkankeluargaklienmemberik
- BAB klienkembali
anklienmakanmakananselagihan
normal
gat
- BB dalamrentang
4. Anjurkankeluargaklienmemberik
normal
lienmakananlunak
5. Timbangdancatatberatbadanpasi
en
6. Pantauasupandanhaluaranpasien

Kolaborasi:

1. Kolaborasidengantimahligizi
4. 4. Setelah dilakukan tindakan Mandiri:
keperawatan keluarga 1. Berikan penilaian tentang
mengerti tentang kondisi penyakit pengetahuan pasien
pasien dengan KH : tentang proses penyakit yang
- Keluarga spesifik
menyatakan 2. Jelaskan patofisiologi dari
pemahaman tentang penyakit dan bagaimana hal ini
penyakit kondisi berhubungan dengan anatomi
prognosis dan fisiologi dengan cara yang tepat
program 3. Gambarkan tanda dan gejala
pengobatan yang biasa muncul pada
- Keluarga mampu penyakit, dengan cara yang tepat
melaksanakan 4. Identifikasikan kemungkinan
prosedur yang dengan cara yang tepat
dijelaskan secara
benar
- Keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/
tim kesehatan
lainya

8. Implementasi
Tanggal No Implementasi Paraf
/ Dx
waktu
1. 1. Memonitor suhutubuh tiap 2 jam
2. Merencanakan monitor suhu secara continue
3. Memonitor tanda –tanda vital
4. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi
5. Memonitor nadi dan RR
6. Melakukankompreshangat

2. 1. Mengkaji perubahan tanda-tanda vital


2. Mengkaji turgor kelembapan membrane mukosa
3. Mencatat laporan mual atau muntah
4. Memantau masukan dan haluaran
5. Menganjurkankeluargaklienuntukmemberiklienmin
um
6. Mengobservasitanda-tandadehidrasi
3. 1. Menganjurkankeluargaklienuntukmemberiklienmak
ansedikittapisering
2. Menganjurkanibuklienuntukmemberiklien ASI
3. Menganjurkankeluargaklienmemberikanklienmakan
makananselagihangat
4. Menganjurkankeluargaklienmemberiklienmakananl
unak
5. Menimbangdanmencatatberatbadanpasien
6. Memantauasupandanhaluaranpasien
4. 1. Memberikan penilaian tentang penyakit
pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
fisiologi dengan cara yang tepat
3. Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4. Mengidentifikasi kemungkinan dengan cara yang
tepat

DAFTAR PUSTAKA

Adha, Nur K. 2015. Laporan Pendahuluan Pada Anak Dengan Febris Stase Keperawatan
Anak Dibangsal Tulip Rsud Dr. Tjitrowardojo Purworejo. Dalam
https://docplayer.info/72889986-Laporan-pendahuluan-pada-anak-dengan-febris-stase-
keperawatan-anak-dibangsal-tulip-rsud-dr-tjitrowardojo-purworejo.html diakses pada
Rabu, 26 Juni 2019, pukul : 13.00 WIB

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC

http://eprints.ung.ac.id/7071/5/2013-2-48401-821310023-bab2-10012014083435.pdf

Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. Dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses pada Rabu,
26 Juni 2019, pukul : 13.00 WIB

NANDA NIC-NOC. 2018-2020. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA.


Yogyakarta: Media Hardy

Anda mungkin juga menyukai