Anda di halaman 1dari 34

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG VAKSINASI PADA PENGUNJUNG

CAFE DIKOTA PONTIANAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan


gelar sarjana strata satu (S1) pada program studi ners tahap akademik

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

ELLYA
NIM. SR18212088

KELAS REGULER B
PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG VAKSINASI PADA
PENGUNJUNG CAFE DIKOTA PONTIANAK

PROPOSAL

Oleh :

ELLYA
NIM : SR18212088

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2022
PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG VAKSINASI PADA


PENGUNJUNG CAFE DIKOTA PONTIANAK

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

ELLYA
NIM. SR18212088

Telah disetujui oleh dosen pembimbing

Pontianak, 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Wida Kuswida Bhakti, S.Kes.,M.Kes Ns. Tri Wahyuni, M.Kep


NIDN 9933000097
NIDN 0404126601

i
PERSETUJUAN UJIAN

PROPOSAL PENELITIAN

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG VAKSINASI PADA PENGNNG


CAFE DIKOTA PONTIANAK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Strata Satu (S1)
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

ELLYA
NIM. SR18212088

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Wida Kuswida Bhakti, S.Kes.,M.Kes Ns. Tri Wahyuni, M.Kep


NIDN 9933000097
NIDN 0404126601

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners

Ns. Gusti Jhoni Putra, M,Pd., M.Kep


NIDN 1116108503

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat dan
karunia-Nya yang tidak ternilai sehingga peneliti bisa menyusun dan
menyelesaikan proposal ini. Proposal yang berjudul “Persepsi Masyarakat
Tentang Vaksinasi pada Pengunjung Cafe di Kota Pontianak” ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian proposal skripsi strata
satu (S1) di Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah.
Selama proses penyusunan proposal ini, peneliti mendapat dukungan baik moral
maupun materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin
mengucapkan Terima Kasih kepada:
1. Ns. Haryanto, S.Kep, Ns., MSN., Ph.D. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
2. Ns. Gusti Jhoni Putra, M.Pd., M.Kep. Selaku Ketua Program Studi S1
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
3. Dr. Wida Kuswida Bhakti, S.Kep.,M.Kes. Selaku dosen Pembimbing 1
yang selalu meluangkan waktu, memberikan pembelajaran, masukan dan
semangat yang sangat bermanfaat dan menginspirasi bagi peneliti.
4. Ns. Tri Wahyuni, M.Kep. Selaku dosen Pembimbing 2 yang telah
membimbing, memberikan masukan dan pembelajaran yang bermanfaat,
serta membangkitkan semangat bagi peneliti.
5. Teruntuk kedua orang tua bapak (Halimin) mama (Hamisah) ilmu dunia
akhirat yang tidak pernah saya lupakan, terimakasih pengorbanan mu
selalu memberikan doa, semangat, dukungan moral serta kasih sayang,
sehingga peneliti terus belajar, berusaha, bersemangat sampai saat ini
sabar mendengar keluh kesah selama proses penyelesaian skripsi.
6. Dosen dan seluruh Civitas Akademika STIK Muhammadiyah Pontianak
yang telah banyak membantu baik dalam ilmu yang diberikan maupun hal
lain yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

iii
7. Terimakasih untuk Nanang Gusryanda yang selalu mendukung secara
personal selama peneliti dalam fase kemalasan yang melanda.
8. Terima kasih untuk Indra dan Gusti Rendra Setiawan yang telah
memberikan ide pikiran sehingga peneliti membuat judul yang sangat
luar biasa dalam penelitian ini.
9. Teman-teman satu pembimbing, teman sekelas dan satu angkatan Prodi S1
Reguler Angkatan 2018 STIK Muhammadiyah Pontianak yang selalu
bekerja sama dan saling memberikan motivasi dalam proses penyelesaian
skripsi.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan,
perhatian, motivasi dan kerja sama kepada peneliti.
Peneliti telah berusaha seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan
penyusunan proposal ini, namun masih saja jauh dari kata sempurna dan peneliti
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada proposal ini
baik dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu, peneliti memohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam proposal ini. Peneliti pun berharap pembaca proposal
ini dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
proposal ini agar di kemudian hari peneliti bisa membuat proposal yang lebih
sempurna lagi.
Akhir kata, semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,
aamiin. Billahi Fi Sabililhaq, Fastabiqul Khoirot. Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pontianak, Juni
2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… iii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………...v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...vii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Latar Belakang …………………………………………………. 1
B. Fokus Penelitian ………………………………………………... 4
C. Rumusan Masalah ……………………………………………… 4
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………..4
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………5
1. Manfaat Teoritis ……………………………………………. 5
2. Manfaat Praktis ……………………………………………...5
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………….. 7
A. Vaksinasi COVID-19 …………………………………………... 7
1. Pengertian Vaksin …………………………………………. 7
2. Tujuan Vaksinasi …………………………………………...8
3. Manfaat Vaksinasi ………………………………………….8
4. Jenis-jenis Vaksin …………………………………………..9
5. Pentahapan Kelompok Prioritas Penerimaan Vaksin ………10
B. Persepsi ………………………………………………………….12
1. Pengertian Persepsi ………………………………………... 12
2. Proses Terjadinya Persepsi …………………………………12
3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ……………………… 13
4. Jenis-jenis Persepsi …………………………………………15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………... 18
A. Desain Penelitian ……………………………….……………….18
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….. 19

v
C. Instrumen Penelitian …………………………………………….19
D. Sampel dan Sumber Data ………………………………………. 20
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………... 21
F. Fokus Penelitian ………………………………………………... 22
G. Analisis Data …………………………………………………… 22
H. Pengujian Keabsahan Data ……………………………………...23
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 24

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 3.1 Jadwal Rencana Penelitian ………………………………………19
Tabel 3.2 Kisi-kisi Panduan Wawancara ………………………………….. 20

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Corona Virus Disease (COVID-19) masih menjadi masalah
kesehatan utama masyarakat di seluruh dunia yang menyebabkan lebih
dari lima juta kematian, sedangkan Indonesia lebih dari empat juta kasus
konfirmasi dengan jumlah seratus empat puluh tiga ribu kematian (Sety
dkk, 2022:21). Sejak akhir tahun 2019, COVID-19 telah menjadi
tantangan kesehatan masyarakat global. World Health Organization
(WHO) dan Center for Disease Control mendeklarasikan COVID-19
sebagai pandemi. Pada tanggal 14 November 2020, terdapat 53,16 juta
kasus terkonfirmasi dan 1,3 juta kematian terkonfirmasi di seluruh dunia
(WHO, 2020 dalam Nastiti dkk, 2020:107).
COVID-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
corona dan menimbulkan gejala utama berupa gangguan pernafasan
(Martaadisoebrata, 2021:94). Virus Corona atau COVID-19 ini dapat
menyerang siapa saja, dan akan lebih menginfeksi kelompok masyarakat
lanjut usia, ibu hamil, kelompok yang memiliki penyakit tertentu, perokok,
dan kelompok yang memiliki daya tahan tubuh lemah (Alodokter, 2020
dalam Setiawan dkk, 2020:148).
COVID-19 merupakan penyakit dengan tingkat transmisibilitas
yang tinggi dengan nilai Transmissibility (rerata R0) sekitar 2-5 %. Angka
ini bahkan paling tinggi dari jenis epidemic coronavirus yang lain, seperti
SARS-CoV (2-4%), pandemi influenza 1918 (2-0 %) dan pandemi
influenza 2009 (1-7%) (Petersen dkk, 2020 dalam Nastiti dkk, 2020:108).
Penyebaran virus COVID-19 di dunia berkembang dengan sangat cepat,
begitu pula Indonesia. Oleh karena itu, untuk memutus penyebaran virus
COVID-19 ini, diperlukan adanya tindakan pencegahan dan penanganan
khusus (Mita Viana Putri & Epa Paujiah, 2021).

1
2

Saat ini pemerintah Indonesia sedang menahan laju penularan


COVID-19 yaitu dengan memberikan vaksin kepada masyarakat
Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020
tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka
Penanggulangan pandemi COVID-19 (Malau dkk, 2022).
Indonesia menerima 1,2 juta vaksin Covid-19 Sinovac tahap
pertama, tiba di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu 6
Desember 2020. Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto
mengatakan 1,2 juta vaksin COVID-19 Sinovac tahap pertama yang telah
tiba itu, masih menunggu izin penggunaan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) (Hamson dkk, 2021:85). Namun saat sekarang, sinovac
sudah banyak beredar dan telah diberikan kepada masyarakat Indonesia.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat bahwa
capaian vaksinasi COVID-19 di kota Pontianak pada tanggal 17 april 2022
dengan pengguna vaksinasi 1 itu sudah mencapai 94,21%, vaksinasi 2
sudah mencapai 81,22%, sedangkan vaksinasi 3 hanya mencapai 15,12%.
Dengan ini terjadi kurangnya kesadaran dari dari masyarakat terfokus di
vaksinasi 3.
Satuan Tugas Penanganan COVID-19, 2021 (dalam Lebang dkk
2022:172) mengatahan bahwa Berdasarkan data vaksinasi COVID-19 per
tanggal 18 November 2021 dilaporkan bahwa jumlah penerima vaksinasi
dosis pertama Indonesia yaitu 132.299.278 dengan persentase pencapaian
sebesar 63,52% sedangkan vaksinasi dosis kedua ialah 86.508.226
penerima dengan persentase 41,54%. Pemberian vaksinasi booster sudah
mencapai angka 1.198.599 penerima.
Namun persepsi masyarakat yang beragam mengenai vaksin,
menyebabkan masyarakat banyak yang menolak vaksin. Survei yang
dilakukan pada bulan Januari-Februari 2021 terkait penerimaan vaksin
COVID-19 oleh masyarakat umum, mendapatkan hasil bahwa 46,2%
responden belum memutuskan dan menolak vaksin, dan 94,2% ingin
mendapatkan informasi mengenai vaksin tersebut. Permasalahan yang
3

terjadi, masyarakat merasa khawatir terhadap keamanan dan keefektifan


vaksin, menyatakan ketidakpercayaan terhadap vaksin, dan
mempersoalkan kehalalan vaksin. Banyak masyarakat yang
mempertanyakan proses uji klinis vaksin dan keamanannya sehingga
keraguan muncul saat menerima vaksinasi (Anggraheny & Lahdji, 2021).
Dalam bukunya, Rakhmat (2007) menyatakan mengenai persepsi
adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Dilanjutkan dengan pernyataan Suharman (2005) persepsi merupakan
suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh
melalui sistem alat indera manusia (Sudarsono & Suharsono, 2016:36).
Perbedaan persepsi terhadap suatu hal dapat menimbulkan adanya
pro dan kontra di masyarakat salah satunya mengenai program vaksinasi
COVID-19 (Lebang dkk, 2022:172). Adanya persepsi yang berbeda dari
masyarakat menimbulkan permasalahan baru mengenai vaksin COVID-
19. Masyarakat banyak yang khawatir dengan keamanan vaksin tersebut.
Padahal setelah ditelusuri dan diinvestigasi kasus kematian tak ada
hubungannya dengan keikutsertaan seseorang terhadap pemberianvaksin
COVID-19 (Kemenkes RI, 2021 dalam Lebang dkk, 2022:172).
Berdasarkan hasil survey yang peneliti lakukan di beberapa cafe
yang ada di pontianak. Dari hasil wawancara dari pelayan cafe atau
pemilik cafe tentang berapa besar pengunjung yang hadir di setiap harinya.
Hasil wawancara di cafe jalan revormasi salah satunya cafe alibaba
pengunjung kira-kira bisa mencapai sekitar 300 orang perhari di masa
pandemi. Sedangakan salah satu cafe di jalan Prof. M Yamin di cafe O
pengunjung perhari bisa sampai 200 orang di masa pandemi.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan mendapatkan hasil
beberapa pengunjung masih takut untuk melakukan vaksinasi, sedangkan
yang sudah vaksinasi dikarenakan tuntutan dari perusahanan tempat
mereka berkerja dan yang terakhir pengunjung yang sudah vaksin memang
dari kesadaran diri sendiri. Berdasarkan wawancara kebanyakan dari
4

pengunjung sudah melakukan vaksinasi 2, meraka belom membuhtukan


vaksin 3 kerna meraka belom membutuhkan vaksin 3 untuk pribadi
mereka. Sedangkan yang belom vaksinasi 2 dikernakan mereka sudah
meraca cukup hanya dengan vaksin 1. Untuk yang belom vaksin sama
sekali dikarenakan meraka takut dengan suntikan dan vaksinasi yang di
berikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dengan permasalahn
yang ada di latar belakang di atas, maka penulis tertarik ingin mengetahui
lebih jauh mengenai persepsi masyarakat tentang vaksin COVID-19 pada
saat sekarang ini, dengan judul penelitian “Persepsi Masyarakat Tentang
Vaksinasi pada Pengunjung Cafe di Kota Pontianak”.

B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dimaksudkan untuk memusatkan penelitian
kepada inti dari penelitian yang akan dilakukan, yaitu Persepsi Masyarakat
Tentang Vaksinasi COVID-19 pada Pengunjung Cafe di Kota Pontianak.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimanakah persepsi masyarakat tentang vaksinasi
pada pengunjung cafe di kota Pontianak?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
secara umum adalah untuk menganalisis persepsi masyarakat tentang
vaksinasi pada pengunjung cafe di kota Pontianak. Sedangkan tujuan
khusus dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui persepsi masyarakat
tentang vaksinasi pada pengunjung cafe di kota Pontianak.
5

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dan bahan kajian untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu
pendidikan, khususnya bidang kesehatan. Penelitian ini diharapkan
pula dapat menghasilkan suatu informasi yang bermanfaat dalam
bidang kesehatan. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai persepsi masyarakat tentang
vaksinasi pada pengunjung cafe di kota Pontianak.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
mengenai persepsi masyarakat tentang vaksinasi pada pengunjung
cafe di kota Pontianak.
b. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
informasi bagi masyarakat terkait persepsi masyarakat tentang
vaksinasi pada pengunjung cafe di kota Pontianak.
c. Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan
untuk memperkaya pustaka yang sudah ada sehingga dapat
dimanfaatkan serta berguna untuk peneliti berikutnya dan dapat
dijadikan sebagai bahan bacaan dan informasi mengenai persepsi
masyarakat tentang vaksinasi pada pengunjung cafe di kota
Pontianak.
d. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi
dan informasi terkait persepsi masyarakat tentang vaksinasi pada
pengunjung cafe di kota Pontianak.
6

e. Mahasiswa Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi
bahan informasi serta wawasan mengenai persepsi masyarakat
tentang vaksinasi pada pengunjung cafe di kota Pontianak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Vaksinasi COVID-19
1. Pengertian Vaksin
Vaksin adalah sebuah produk biologi yang berisi antigen yang
bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit tertentu. Vaksin akan membuat tubuh
seseorang mengenali bakteri/virus penyebab penyakit tertentu,
sehingga bila terpapar bakteri/virus tersebut akan menjadi lebih kebal
(Dinkes Jateng, 2021). Vaksin merupakan salah satu cara terpenting
dan tepat untuk menjaga kondisi tubuh dan mencegah penyakit
(Zimmermann dkk, 2020 dalam Ananda & Paujiah, 2021:58).
Vaksin merupakan bahan antigen yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Vaksin
mengandung agen menyerupai mikroorganisme penyebab penyakit dan
sering dibuat dari mikroorganisme. Virus atau bakteri yang sudah mati
atau dilemahkan dari toksin salah satu protein permukaannya
(Rizkiyanto & Sokhivah, 2021:2).
Vaksin juga sering disebut imunisasi, cara kerjanya yaitu
mengambil keuntungan dari fungsi unik yang dimiliki tubuh dalam
mempelajari dan melawan kuman-kuman penyebab penyakit (Ananda
& Paujiah, 2021:58). Pemberian vaksin merupakan salah satu upaya
yang dinilai paling efektif untuk mengatasi penyebaran dan penularan
COVID-19 yang masih terus berlangsung (Diskes Bali, 2021). Vaksin
tidak menimbulkan penyakit. Vaksin yang sudah dipakai di
masyarakat sudah dijamin keamanannya dan umumnya tidak
menimbulkan reaksi simpang yang berat. Vaksin bukanlah obat.
Vaksin mendorong pembentukan kekebalan spesifik pada penyakit
COVID-19 agar terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit
berat (Dinkes Jateng, 2021).

7
8

Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin melalui disuntikkan


maupun diteteskan ke dalam mulut untuk meningkatkan produksi
antibodi guna menangkal penyakit tertentu (Ananda & Paujiah,
2021:58). Vaksinasi COVID-19 dilakukan setelah dipastikan
keamanan dan keampuhannya. Vaksinasi COVID-19 merupakan
upaya untuk menurunkan kesakitan dan kematian serta mendorong
terbentuknya kekebalan kelompok (herd imunity). Kekebalan
kelompok (herd immunity) merupakan situasi dimana sebagian besar
masyarakat terlindung/kebal terhadap penyakit tertentu sehingga
menimbulkan dampak tidak langsung (indirect effect), yaitu turut
terlindunginya kelompok masyarakat yang rentan dan bukan
merupakan sasaran vaksinasi. Kondisi tersebut hanya dapat tercapai
dengan cakupan vaksinasi yang tinggi dan merata (Dinkes Jateng,
2021). Upaya vaksinasi yang dilakukan saat ini, tidak semata-mata
menjadi satu-satunya upaya melindungi masyarakat dari penularan
Covid-19. Vaksinasi tidak akan berhasil apabila tidak diimbangi
dengan protokol kesehatan (Diskes Bali, 2021).
2. Tujuan Vaksinasi
Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk melindungi dan
memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam lingkup kesehatan secara
menyeluruh, serta menjaga produktivitas dan mengurangi dampak
sosial dan ekonomi masyarakat (Diskes Bali, 2021).
3. Manfaat Vaksinasi
Vaksinasi COVID-19 bisa bermanfaat untuk melindungi tubuh
dengan menciptakan respons antibodi dalam tubuh tanpa harus sakit
karena virus corona. Vaksin COVID-19 mampu mencegah seorang
manusia terkena atau tertular virus corona. Bahkan apabila sudah
tertular COVID-19, vaksin dapat mencegah tubuh dari sakit parah atau
potensi hadirnya komplikasi-komplikasi penyakit serius lainnya
(Ananda & Paujiah, 2021:58).
9

Vaksinasi yang diberikan kepada seseorang akan meningkatkan


kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit
sehingga apabila terpapar maka hanya mengalami sakit ringan dan
tidak menjadi sumber penularan (Ananda & Paujiah, 2021:59).
4. Jenis-jenis Vaksin
Beberapa jenis vaksin yang popular digunakan di Indonesia
adalah vaksin Sinovac, AstraZeneca, dan Moderna (Ananda & Paujiah,
2021:58-59).
a. Vaksin Sinovac atau CoronaVac adalah vaksin yang dibuat dengan
metode inactivated virus atau virus corona yang sudah dimatikan
atau dilemahkan, sehingga vaksin ini tidak mengandung virus
hidup dan tidak bisa bereplikasi. Virus corona yang sudah mati
dicampur dengan senyawa berbasis aluminium yang disebut
adjuvan. Senyawa ini berfungsi merangsang sistem kekebalan dan
meningkatkan respons terhadap vaksin. Efikasi vaksin ini adalah
sebesar 65,3%. Cara kerja vaksin ini setelah disuntikkan akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang
dapat melawan virus Corona secara spesifik. Maka jika sewaktu-
waktu tubuh terserang virus Corona, sudah ada antibodi yang bisa
melawannya dan mencegah terjadinya penyakit. Efek samping
yang dominan pada penerima vaksin ini adalah sakit kepala dan
nyeri ditangan di area bekas suntikan.
b. Vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang dibuat dari hasil rekayasa
genetika (viral vector) dari virus flu biasa yang tidak berbahaya.
Efikasi yang dimiliki adalah sebesar 63–75%. Cara kerja vaksin ini
adalah dengan cara merangsang tubuh untuk membentuk antibodi
yang dapat melawan infeksi virus COVID-19. Sama seperti vaksin
COVID-19 lainnya, vaksin AstraZeneca juga dapat menimbulkan
efek samping diantaranya nyeri, memar atau bengkak dibagian
yang disuntik, demam atau badan panas, menggigil, kelelahan,
sakit kepala, mual, nyeri sendi dan otot (WHO, 2021).
10

c. Vaksin Moderna kini bisa juga digunakan untuk masyarakat


umum. Beberapa penelitian lainnya menerangkan bahwa Moderna
efektif mencegah ganasnya virus COVID-19 varian Alfa dan Beta.
Dengan bahan dasar pembuatannya nessenger RNA (mRNA)
efikasi dari vaksin ini mencapai 95%. Karena dibuat dengan
menggunakan mRNA (messenger RNA), maka cara kerja vaksin
Moderna berbeda dengan vaksin yang menggunakan virus yang
dilemahkan seperti yang digunakan pada vaksin Sinovac dan
Sinopharm. Vaksin jenis mRNA bekerja dengan cara mengajarkan
sel-sel tubuh kita menghasilkan protein tertentu untuk membentuk
respons imun. Setelah respons imun terbentuk, akan muncul
antibodi yang akan melindungi tubuh kita bila terinfeksi virus.
Sama halnya dengan sinovac dan astrazeneca, vaksin ini juga
memberikan efek samping sebagai bentuk respon tubuh terhadap
vaksin, namun beberapa masyarakat yang telah mendapatkan jenis
vaksin ini mengatakan bahwa efek samping yang didapatkan lebih
tinggi dibandingkan dengan vaksin lainnya (Pardi dkk, 2020).
5. Pentahapan Kelompok Prioritas Penerimaan Vaksin
Di tahapan awal, vaksinasi COVID-19 akan diperuntukkan
bagi garda terdepan dengan resiko tinggi, yaitu tenaga kesehatan dan
petugas pelayanan publik. Kemudian secara bertahap akan diperluas
seiring dengan ketersediaan vaksin dan izinnya, yaitu penerima
bantuan iuran BPJS dan kelompok masyarakat lainnya (Dinkes Jateng,
2021).
Kelompok prioritas penerima vaksin adalah penduduk yang
berdomisili di Indonesia yang berusia ≥ 18 tahun. Kelompok penduduk
berusia di bawah 18 tahun dapat diberikan vaksinasi apabila telah
tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan persetujuan
penggunaan pada masa darurat (emergency use autorization) atau
penerbitan Nomor Izin Edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (Dinkes Jateng, 2021).
11

Pentahapan dan waktu pelaksanaan Vaksinasi COVID-19


dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan sebagai berikut (Dinkes Jateng,
2021):
a. Tahap I, dilaksanakan mulai bulan Januari 2021 dengan sasaran
kelompok prioritas tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan
tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang menjalani
pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, yang berusia 18 tahun ke atas.
b. Tahan II, dilaksanakan mulai minggu ketiga Februari 2021 dengan
sasaran kelompok prioritas:
1) Kelompok usia lanjut (≥ 60 tahun).
2) Petugas pelayanan publik yaitu TNI/Kepolisisan Negara
Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan
publik lainnya yang meliputi petugas
bandara/pelabuhan/stasuin/terminal, perbankan, PLN dan
PDAM, serta petugas lain yang terlibat secara langsung
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
c. Tahap III, dengan sasaran kelompok prioritas masyarakat rentan
dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi, yang berusia 18 tahun
ke atas dan masyarakat lainnya selain kelompok prioritas yang
dilakukan vaksinasi pada Tahap I dan Tahap II, dilaksanakan mulai
bulan Juli 2021.
Pentahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin
dilakukan dengan memperhatikan Roadmap WHO Strategic Advisory
Group of Experts on Immunization (SAGE) serta kajian atau
rekomendasi dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional
(Indonesian Technical Advisory Group) (Dinkes Jateng, 2021).
12

B. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Menurut Asrosi (2009) dalam Dzulfahmi (2021:11) proses
dalam menginterpretasikan, mengorganisasikan, dan memberikan
makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan, yang berasal
dari proses belajar dan pengalaman. Rahmat (1990) dalam Dzulfahmi
(2021:11) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek
yang diterima atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Menurut Sugihartono dkk (2007) dalam Jayanti & Arista
(2018:207) persepsi merupakan sebuah kemampuan otak dalam
menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus
yang masuk ke dalam alat indera manusia. Bimo Walgito (2008) dalam
Jayanti & Arista (2018:207) mengungkapkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi
sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam
diri individu.
2. Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (1989) dalam Dzulfahmi (2021:12) ada 3
(tiga) syarat terjadinya persepsi, antara lain:
a. Adanya objek yang dipersepsi.
b. Adanya alat indra dan reseptor.
c. Adanya perhatian.
Sunaryo (2008) dalam Jayanti & Arista (2018:213) mengatakan
bahwa syarat-syarat terjadinya persepsi antara lain sebagai berikut:
a. Adanya objek yang dipersepsi.
b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus.
13

d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak,


yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Jalaludin Rakhmat dalam Dzulfahmi (2021:21),
perhatian yang terjadi dikonsentrasikan pada salah satu indra kita, dan
mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain.
Inilah faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perhatian kita.
a. Faktor Internal
1) Faktor biologis, misalnya dalam keadaan lapar, seluruh pikiran
akan didominasi oleh makanan. Sebagai contoh, orang yang
sedang lapar perhatiannya akan lebih tertarik pada makanan,
dan yang kenyang akan menaruh perhatiannya pada hal lain.
Anak muda yang baru saja menonton film porno akan lebih
mudah memperhatikan stimulus seksual di sekitarnya.
2) Pengalaman dan ingatan, berkaitan dengan ingatan, karena
individu dapat mengingat kejadian yang sudah lampau, maka
faktor ini termasuk pengaruh internal yang saling berkaitan.
Suasana hati seseorang berpengaruh terhadap keadaan
emosional dalam menerima atau memberi pesan, dan bereaksi
dalam berkomunikasi.
3) Sosiopsikologis, sebagai contoh, bila kita meneliti berapa
jumlah mahasiswa di kelas, kita tidak dapat menjawab berapa
orang diantara mereka yang berbaju merah.
4) Motif sosiogenesis, yaitu sikap, kebiasaan, dan kemauan,
mempengaruhi apa yang kita perhatikan. Dalam perjalanan
naik gunung, seorang geolog akan memperhatikan batuan. Ahli
botani akan memperhatikan bunga-bungaan, ahli zoologi akan
memperhatikan binatang, seniman akan memperhatikan warna
dan bentuk.
14

b. Faktor Eksternal
1) Gerakan, seperti organisme lain, manusia secara visual tertarik
pada objek yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf
dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang
diiklankan. Pada tempat dimana terdapat benda mati, kita
tertarik untuk memperhatikan semut yang sedang berjalan
mengelompok bahkan cicak yang sedang merayap di dinding.
2) Intensitas stimuli, yaitu dimana kita dapat memperhatikan
stimuli yang menonjol dibandingkan yang lain. Misalnya warna
merah diantara warna putih, tubuh gendut di antara tubuh
kurus.
3) Kebaruan (novelty), hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang
berbeda tentu akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen
membuktikan bahwa stimulus yang luar biasa lebih mudah
dipelajari dan diingat.
4) Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai
dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur
familiarity (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur
novelty (yang baru kita kenal).
Menurut Jayanti & Arista (2018:212) mengatakan bahwa faktor
psikologis lain juga penting dalam persepsi secara berturut-turut antara
lain:
a. Emosi, mempengarui seseorang dalam menerima dan mengolah
informasi pada suatu saat karena sebagian energi dan perhatiannya
(menjadi figure) adalah emosinya. Seseorang yang sedang tertekan
mungkin akan memersipkan lelucon temannya sebagai penghinaan.
b. Impresi, yaitu kesan, efek pada indra, atau efek atau pengaruh yang
dalam terhadap pikiran atau perasaan. Impresi adalah cara
seseorang merasakan sesuatu. Istilah impresi adalah cara sesuatu
terlihat atau tampak.
15

c. Stimulus yang salient (menonjol), akan lebih dahulu memengaruhi


persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suaru
yang kuat dengan pitch tertentu, akan lebih menarik seseorang
untuk memerhatikan dan enjadi fokus dari persepsinya. Seseorang
yang memperkenalkan diri dengan secara positif, dan persepsi ini
akan memengaruhi cara dipandang selanjutnya.
d. Konteks, dalam arti bisa secara sosial, budaya, atau lingkungan
fisik. Konteks memberikan ground yang sangat menentukan cara
figure dipandang. Fokus pada figure yang sama, tetapi dalam
ground yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang
berbeda.
4. Jenis-jenis Persepsi
Dzulfahmi (2021:17) mengatakan bahwa proses pemahaman
terhadap sebuah rangsangan atau stimulus yang diperoleh oleh indra
menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
a. Persepsi visual, yaitu sebuah persepsi yang didapatkan dari indra
penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi paling awal berkembang
pada bayi dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami
dunianya. Seorang bayi akan merekam apa yang sering dilihatnya,
dengan apa yang sering dilihat olehnya, kemudian akan tersimpan
di memory sebagai sebuah objek yang dikenalinya. Contoh lain,
ketika kita melihat air berwarna putih bening dalam sebuah gelas,
maka kita akan memberikan persepsi bahwa air itu adalah air putih
untuk diminum.
b. Persepsi auditoria atau pendengaran, yaitu sebuah persepsi yang
didapatkan dari indra pendengaran yaitu telinga. Seseorang dapat
mempersepsikan sesuatu dari apa yang didengarnya. Contohnya
ketika Anda sering mendengar suara mobil F1 di televisi, maka
Anda dapat mempersepsikan suara mobil F1 dan mengucapkannya
kembali dengan nada yang sama berdasarkan pengalaman yang
Anda dengar. Sama halnya ketika Anda mendengar suara mirip
16

mobil F1 di televisi, maka kemungkinan besar persepsi Anda akan


mengarah pada suara mobil F1.
c. Persepsi perabaan, yaitu sebuah persepsi yang didapatkan dari
indra taktil yaitiu kulit. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu
dari apa yang disentuhnya atau akibat persentuhan persentuhan
sesuatu dengan kulitnya. Contohnya ketika Anda meraba sebuah
meja kasar, maka Anda akan memiliki persepsi bahwa jika Anda
menulis di meja tersebut akan mempengaruhi tulisan Anda menjadi
jelek. Tapi hal tersebut belum tentu berpengaruh bagi orang lain
bahwa menulis di meja kasar dapat membuat jeleknya tulisan. Hal
ini ditentukan juga oleh faktor pengalaman dan karakter individu
masing-masing.
d. Persepsi penciuman atau olfaktori, yaitu sebuah persepsi yang
didapatkan dari indra penciuman yaitu hidung. Sebagai contoh, Ani
baru pertama kali mencium bau buah durian yang menyengat, dan
bau tersebut mempersepsikan bahwa buah durian itu tidak enak.
Namun berbeda dengan Budi, yang sering mencium bau buah
durian yang menyengat sebagai bau yang khas dan
mempersepsikan buah durian yang enak dan manis. Hal tersebut
dipengaruhi oleh pengalalman dan karakter individu.
e. Persepsi pengecapan, yaitu persepsi yang didapatkan dari indra
pengecap yaitu lidah. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu
dari apa yang dikecap atau dirasakan. Reseptor-reseptor
pengecapan ditemukan di atas lidah dan berbagai bagian rongga
mulut. Contoh pada persepsi penciuman sama halnya dengan
contoh pada persepsi pengecapan, karena ketika manusia makan,
pengecapan dan penciuman bekerja serempak. Molekul-molekul
makanan membangkitkan reseptor-reseptor penciuman dan
pengecapan yang menghasilkan kesan sensori terintegrasi yang
disebut flavor (rasa).
17

Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam Dzulfahmi (2021:20)


terdapat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi
interpersonal, antara lain:
a. Pada persepsi objek, stimulus ditangkap oleh alat indra melalui
benda fisik: gelombang, cahaya, gelombang suara, temperatur, dan
sebagainya. Sedangkan pada persepsi interpersonal, stimulus
diterima oleh indra dalam bentuk lambang-lambang verbal atau
grafis yang disampaikan pihak ketiga.
b. Bila kita menanggapi objek, kita menanggapi sifat batiniah objek-
objek tertentu. Sedangkan pada persepsi interpersonal, kita
mencoba menganalisis apa yang tidak tampak pada indra kita.
c. Saat kita mempersepsikan objek, namun objek tidak bereaksi
terhadap kita, maka kita juga tidak akan memberikan reaksi
emosional kepadanya. Sebagai contoh, perasaan Anda dingin
ketika melihat mobil, apakah hal yang sama Anda rasakan saat
Anda melihat seorang wanita cantik di hadapan Anda? Apakah
wanita tersebut akan diam saja saat Anda tidak mengalihkan
pandangan dan terus mengamatinya? Terdapat berbagai faktor
yang menyebabkan komunikasi interpersonal sering keliru atau
salah pengertian.
d. Objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Mobil yang
Anda lihat tidak berbeda jika Anda melihatnya lagi di hari
selanjutnya. Mungkin posisi mobil tersebut sudah berubah karena
dipindahkan, namun secara keseluruhan mobil tersebut tidak
berubah. Kemarin Anda melihat seorang wanita cantik yang
sedang tersenyum bahagia karena perasaan gembira, akan tetapi
hari ini Anda melihat wajah muram dan sedih dari wanita tersebut
karena disebabkan ada sesuatu yang membuatnya sedih. Maka
perubahan ini akan menimbulkan persepsi yang salah tentang
orang lain. Persepsi interpersonal mudah salah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian survei bisa
dikatakan sebagai sebuah metode yang digunakan dalam mengumpulkan
data di lapangan. Metode survei dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yang dimana pendekatan kualitatif adalah suatu
pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan secara langsung situasi
yang terjadi dilapangan. Pendekatan kualitatif analisisnya cenderung
bersifat deskriptif, yang artinya kebermaknaan data atau hasil penelitian
digambarkan secara faktual berdasarkan informasi yang peneliti temukan
di lapangan.
Sugiyono (2014:9) mengatakan bahwa “pendekatan kualiltatif
digunakan untuk meneliti suatu kondisi obyek secara alamiah”. Hasil
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif lebih menekankan
kepada makna daripada generalisasi, yang artinya penelitian kualitatif
hanya mencari makna dari permasalahan yang terjadi di lapangan, dan
bukan mencari hubungan atau pengaruh dari variabel penelitian. Dengan
pendekatan kualitatif, pengumpulan datanya akan dilakukan secara
alamiah sesuai kondisi dan informasi dari responden atau narasumber,
kemudian memaparkan semua informasi yang ditemukan secara deskriptif.
Survei yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi mengenai persepsi masyarakat tentang vaksinasi
pada pengunjung cafe di Kota Pontianak. Dengan pendekatan kualitatif,
peneliti ingin mengamati secara langsung situasi di lapangan,
mendapatkan data atau informasi mengenai persepsi masyarakat tentang
vaksinasi, kemudian memaparkan hasil penelitian dengan dan
menganalisisnya secara deskriptif.

18
19

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian tentang persepsi masyarakat tentang vaksinasi ini
dilaksanakan di beberapa cafe yang ada di Kota Pontianak. Kegiatan
penelitian ini direncanakan mulai dari pengajuan proposal ini dalam kurun
waktu kurang lebih selama 6 bulan lamanya. Adapun jadwal penelitian
yang direncanakan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jadwal Rencana Penelitian
Tahun 2022
No. Kegiatan Ap
Mar Mei Jun Jul Agu
r
1. Tahap persiapan
penelitian
a. Penyusunan dan
pengajuan judul
b. Pengajuan
proposal
c. Perijinan penelitian
2. Tahap pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Analisis data
3 Tahap penyusunan
laporan
Sumber: Data Olahan, 2022

C. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2014:222) mengatakan bahwa “Dalam penelitian
kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri”. Artinya dalam penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif, yang menjadi instrumen kunci adalah peneliti itu sendiri.
Instrumen penelitian merupakan suatu alat pengumpulan data yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
20

Dalam pendekatan kualitatif selain peneliti bertindak sebagai instumen


kunci, peneliti juga harus mempersiapkan instrumen penelitian agar data
yang dibutuhkan dapat tertata dengan baik.
Dalam penelitian ini, instrumen penelitian atau alat pengumpulan
data yang digunakan adalah panduan wawancara. Panduan wawancara
berguna untuk memandu peneliti dalam mewawancarai responden atau
narasumber. Adapun kisi-kisi panduan wawancara dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Panduan Wawancara
Variabel Sub Variabel Indikator Variabel
Persepsi masyarakat Persepsi terhadap 1. Perhatian
vaksinasi 2. Pemahaman
Sumber: Data Olahan, 2022

D. Sampel dan Sumber Data


Sampel adalah sebagian dari populasi (Sugiyono, 2014:215).
Selanjutnya Sugiyono (2014) juga menjelaskan bahwa “Dalam penelitian
kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial dalam penelitian ini adalah para
pengunjung cafe di kota Pontianak, dan segala aktivitasnya terkait
protokol kesehatan. Maka dari itu, sampel dalam penelitian ini adalah para
pengunjung cafe di kota Pontianak.
Sugiyono (2014:2019) mengatakan bahwa “Penentuan sampel
dalam penelitian kualitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan
sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif)”. Penentuan sampel
dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan penghitungan statistik
seperti penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian kualitatif dipilih
berdasarkan fungsinya yakni siapa saja yang bisa memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian (Sugiyono, 2014:219).
21

Penelitian kualitatif adalah penelitian naturalistik. Lincoln dan


Guba dalam Sugiyono (2014:219) mengatakan bahwa “Dalam penelitian
naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya”. Maka
dalam menentukan sampel dalam penelitian ini, peneliti memasuki
lapangan selama penelitian berlangsung, kemudian peneliti memilih
orang-orang tertentu yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi atau
narasumber yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian, selanjutnya setelah memperoleh data dan informasi dari
narasumber sebelumnya, peneliti menetapkan sampel lainnya lagi yang
dipertimbangkan dapat memberikan data yang lebih lengkap (Sugiyono,
2014:219). Teknik tersebut dinamakan teknik “snowbal sampling
technique” (Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono, 2014:219).
Dalam prosesnya, teknik snowbal sampling bersifat continue atau
berkelanjutan. Ibarat bola salju yang terus menggelinding, semakin lama
akan semakin membesar. Begitulah teknik snowbal sampling. Dari sampel
yang tadinya dalam jumlah kecil atau sedikit, semakin lama akan semakin
membesar atau semakin banyak jumlahnya. Jika informasi yang
didapatkan dirasa sudah cukup, maka proses penelitian akan dihentikan.
Sampel akan dicukupkan jika data yang dibutuhkan dirasakan
cukup oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini diambil dari beberapa
pengunjung cafe-cafe yang ada di kota Pontianak, yang dirasa cocok
menjadi sumber data penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2014:224) “Teknik pengumpulan data
merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah untuk mendapatkan data”. Oleh karena itu, penting
bagi peneliti mengetahui teknik pengumpulan data yang tepat digunakan
sesuai dengan data yang dibutuhkan.
Dalam proses mengumpulkan data di penelitian ini peneliti
menggunakan teknik wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan
22

maksud ingin mendapatkan informasi mengenai persepsi masyarakat


mengenai vaksinasi pada pengunjung cafe di kota Pontianak.

F. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui atau
mendapatkan gambaran persepsi masyarakat pengunjung cafe di kota
Pontianak tentang vaksinasi, terkait perhatian dan pemahaman masyarakat
mengenai vaksinasi sebagai anjuran pemerintah dalam rangka memutus
rantai penyebaran COVID-19.

G. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014:245) “Analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan,
dan setelah selesai dilapangan”. Dalam penelitian ini, proses analilsis data
akan dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain:
1. Tahap Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif untuk pengumpulan datanya dapat
dilakukan dengan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, serta
triangulasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara wawancara.
2. Tahap Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
mentah yang muncul dari catatan-catatan yang ditemukan di lapangan.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci semakin lama peneliti
dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak dan kompleks.
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
3. Penyajian Data
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisir,
tersusun rapi sehingga mudah dipahami. Dengan penyajian data, dapat
23

dimudahkan untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau


bagian-bagian tertentu dalam data penelitian. Pada langkah ini, peneliti
berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi
yang dapat disimpulkan.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan data dilakukan secara terus menerus
selama proses penelitian dilakukan, selama proses pengumpulan data,
peneliti berusaha untuk menyimpulkan dan menganalisis data yang
telah ada. Kesimpulan awal tersebut dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

H. Pengujian Keabsahan Data


Dalam penelitian ini pengujian keabsahan data penelitian dilakukan
dengan cara perpanjangan pengamatan. Menurut Sugiyono (2018:122)
“Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
di temui maupun yang baru”. Perpanjangan pengamatan dilakukan apabila
peneliti merasa informasi yang dibutuhkan masih kurang cukup, sehingga
peneliti harus kembali lagi ke lapangan, bertemu dengan narasumber
sebelumnya untuk dilakukan wawancara lagi, demi pemenuhan kebutuhan
informasi yang dibutuhkan untuk penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Chaula Putri & Epa Paujiah. (2021). Sosialisasi Vaksinasi Covid-19
Melalui Media Cetak untuk Meningkatkan Pemahaman Masyarakat
Mengenai Pentingnya Vaksinasi Covid-19. Jurnal Proceedings UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Vol 1 (32).

Anggraheny, Hema Dewi & Aisyah Lahdji. (2021). Seminar Awam Implementasi
Vaksin Covid-19 untuk Masyarakat Jawa Tengah sebagai Sarana Edukasi
Penerimaan Vaksin. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS. Vol 4.

Dinkes Jateng. (2021). Buku Saku Tanya Jawab Seputar Vaksinasi COVID-19.
Tersedia: https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2021/07/BUKU-
SAKU-VAKSINASI-COVID-19_28MEI2021-.pdf. Diakses pada: 23 April
2022.

Diskes Bali. (2021). Yuk, Kenali Lebih Jauh Vaksinasi COVID-19. Tersedia:
https://diskes.baliprov.go.id/yuk-kenali-lebih-jauh-vaksinasi-covid-19/.
Diakses pada: 23 April 2022.

Dzulfahmi. (2021). Persepsi. Tersedia: https://books.google.co.id/books?


id=1HRHEAAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_atb#v=on
epage&q&f=false. Diakses pada: 24 April 2022.

Hamson, Zulkarnain dkk. (2021). Keberhasilan Vaksin Covid-19: Persfektip


Komunikasi Pendekatan Teori Coordinated Management of Meaning.
Journal of Communication Sciences. Vol 3 (2).

Jayanti, Fitri & Nanda Tika Arista. (2018). Persepsi Mahasiswa Terhadap
Pelayanan Perpustakaan Universitas Trunojoyo Madura. Jurnal
Kompetensi. Vol 12 (2).

Lebang, Sri Susanti Sakkung dkk. (2022). Persepsi Masyarakat Tentang


Vaksinasi Coronavirus Disease 2019. Jurnal KESMAS. Vol 11 (2).

Malau, Melinda dkk. (2022). Manajemen Sosialisasi Vaksinasi COVID-19


Sebagai Upaya Menghentikan Pandemi. Jurnal IKRAITH-ABDIMAS. Vol
5 (1).

Martaadisoebrata, Djamhoer. (2021). Cara Vaksin Covid-19 Melindungi Ibu


Hamil, Termasuk Pelaksanaan Etikanya. Indonesian Journal of Obstetrics &
Gynecology Science. Vol 4 (2).

Nastiti, Anindrya dkk. (2020). Persepsi Risiko dan Bias Kognitif dalam
Pencegahan Penularan Covid-19 di Jawa Barat, Indonesia. Jurnal CR. Vol
6 (2).

24
25

Pardi, dkk. (2020). mRNA Vaccines – a New Era in Vaccinology. Jurnal Nature
Reviews Drug Discovery. Vol 17 (4).

Pemerintah Kota Pontianak. (2022). Pantauan COVID-19. Tersedia:


https://covid19.pontianakkota.go.id/

Putri, Mita Viana & Epa Paujiah. (2021). Pendataan Sasaran dan Sosialisasi
Vaksinasi Covid-19 Sebagai Upaya Menanggulangi Penyebaran Covid-19
di RW 07 Kelurahan Antapani Wetan. Jurnal Proceedings UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Vol 1 (9).

Rizkiyanto, Mokh. Riza & Sokhivah. (2021). Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) Vaksinasi dan Pencegahan Penyebaran COVID-19 di Desa Titisan,
Kabupaten Sukabumi. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pengabdian
Masyarakat LPPM UMJ. E-ISSN: 2714-6286.

Setiawan, Joe Harrianto dkk. (2020). Komparasi Berita Negatif dan Positif
Mengenai Covid-19 di Situs Detik dan Kompas. Jurnal Ilmu Komunikasi.
Vol 3 (2).

Sety, La Ode Muhamad dkk. (2022). Edukasi Pentingnya Vaksin Covid-19 di


Masa Pandemi pada Masyarakat di Kelurahan Baruga dan Watubangga
Kota Kendari. Jurnal Idea Pengabdian Masyarakat. Vol 2 (1).

Steven. (2021). Analisis Perilaku Masyarakat Kota Pontianak dalam Menghadapi


Pandemi Virus Corona (Covid-19). Jurnal LPPM STIE Indonesia
Pontianak. Vol 11 (1).

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

________. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sudarsono, Andi & Yudi Suharsono. (2016). Hubungan Persepsi Terhadap


Kesehatan dengan Kesadaran (Mindfulness) Menyetor Sampah Anggota
Klinik Asuransi Sampah di Indonesia Medika. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. Vol 4 (1).

WHO. (2022). Vaksin COVID-19 Oxford/AstraZeneca (Vaksin ChAdOx1-S


[rekombinan]) COVID-19: Apa yang Perlu Anda ketahui. Tersedia:
https://www.who.int/news-room/feature-stories/detail/the-oxford-
astrazeneca-covid-19-vaccine-what-you-need-to-know?
gclid=Cj0KCQjw4eaJBhDMARIsANhrQABMmy6_XnunPH0RvHp8hxieV
P2VAIpD. Diakses pada: 23 April 2022.

Anda mungkin juga menyukai