Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KELUARGA BINAAN PADA NY,”N” USIA 28 TAHUN P1A0 KONSELING


DENGAN PERAWATAN LUKA POST SECTIO CAESAR
DI DESA BAMA KECAMATAN PAGELARAN
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH

NIA MAHDALENA

NPM 07210400323

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN KOMUNITAS

ASUHAN KELUARGA BINAAN PADA NY,”N” USIA 28 TAHUN P1A0


KONSELING DENGAN PERAWATAN LUKA POST SECTIO CAESAR
DI DESA BAMA KECAMATAN PAGELARAN
TAHUN 2022

DISUSUN OLEH
NIA MAHDALENA
NPM 07210400323

Telah Disetujui di Jakarta


Pada Tanggal, Agustus 2022

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Rizkiana Putri, S.Tr.Keb.M.Keb)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas Rahmat dan nikmatnya,

penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu Keluarga Binaan Komunitas Mahasiswa

Program Studi Kebidanan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil Ny “N” Usia 28 Tahun P1A0

Konseling Dengan Perawatan Luka Post Sectio Caesar Di Desa Bama Kecamatan Pagelaran

Tahun 2022 ini tepat pada waktunya. Laporan Individu Keluarga Binaan Komunitas

Mahasiswa Program Studi Kebidanan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Terapan Kebidanan di Universitas Indonesia Maju (UIMA).

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan

Komunitas Keluarga Binaan, Penyusunan Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Komunitas

tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

bermaksud untuk mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Indonesia Maju


2. Prof.Dr.Dr.dr.H.M.Hafizurrahman,MPH, selaku Pembina Yayasan Indonesia Maju.
3. Dr.Astrid Novita,SKM,MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia Maju.
4. Susaldi,S.ST.,M.Biomed Selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas
Indonesia Maju.
5. Dr.Rindu,SKM.,M.Kes Selaku Wakil Rektor II Bidang Non-Akademik Universitas
Indonesia Maju.
6. Hidayani,AmKeb,SKM,MKM Selaku Dekan Fakultas Vokasi Universitas Indonesia
Maju.
7. Hedy Hardiana,S.Kep.,M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas
Indonesia Maju.
8. Fanni Hanifa,S.ST.,M.Keb., Selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Universitas Indonesia Maju
9. Rizkiana Putri,STr.Keb.,M.Keb, selaku dosen pembimbing Asuhan Kebidanan
Komunitas
10. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program
Profesi Universitas Indonesia Maju (UIMA) yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti proses Pendidikan.
11. Keluarga Ny “N” yang telah bersedia menjadi keluarga binaan penulis
12. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan ini
13. Teman-teman seperjuangan yang selalu membantu dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan laporan ini
Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih, semoga
Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat dan hidayahnya atas bantuan yang telah di
berikan kepada penulis dalam penyusunan Laporan ini.
Jakarta, Agustus 2022

(Nia Mahdalena)
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………

1.1. Latar Belakang………………………………………………………


1.2. Tujuan ………………………………………………………………
1.2.1. Tujuan Umum…………………………………………….
1.2.2. Tujuan khusus……………………………………………
1.3. Manfaat………………………………………………………………
1.3.1. Manfaat Teoritis…………………………………………..
1.3.2. Manfaat Metodologis……………………………………….
1.3.3. Manfaat Praktis……………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………

2.1. Konsep Dasar Asauhan Kebidanan Komunitas…………………


2.1.1. Pengertian Kebidanan Komunitas…………………………
2.1.2. Definisi Asuhan Kebidanan dalam Kontek Keluarga…….
2.1.3. Tujuan asuhan Kebidanan di Komunitas..……………….
2.1.4. Metode Prioritas Masalah……….………………………..
2.2. Konsep Dasar Keluarga Binaan………………………………………
2.2.1. Definisi Keluarga…………………………………………
2.2.2. Struktur Keluarga…………………………………………
2.2.3. Ciri-ciri Keluarga…………………………………………
2.2.4. Bentuk-Bentuk Keluarga…………………………………
2.2.5. Peran dan Fungsi Keluarga……………………………….
2.2.6. Tugas Keluarga……………………………………………..
2.3. Konsep Dasar Nifas……………………………………………………
2.3.1. Pengertian Nifas…………………………………..
2.3.2. Tahapan Masa Nifas……………………………………..
2.3.3. Kebijakan Nasional………………………………………
2.3.4. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas…………………….
2.3.5. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas…………………….
2.3.6. Kebutuhan dasar Nifas……………………………………….
2.3.7. Komplikasi Pada Masa Nifas ………………………………..
2.4. Konsep Dasar Sektio Caesarea……………………………………………..
2.4.1. Pengertian Sektio Caesarea………………………………………..
2.4.2. Macam-Macam Operasi Sectio Caesar…………………………….
2.4.3. Indikasi………………………………………………………………
2.4.4. Komplikasi…………………………………………………………….
2.4.5. Penatalaksanaan Ibu Nifas Pos Sectio Caesar………………………...

BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………………………………

3.1. Kunjungan Ke I……………………………………………………………


3.2. Kunjungan Ke II…………………………………………………………
3,3, Kunjungan Ke III………………………………………………………

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………

4.1. Penjelasan……………………………………………………………….
4.2. Pembahasan………………………………………………………………….

BAB V PENUTUP……………………………………………………………………

5.1. Kesimpulan………………………………………………………………….
5.2. Saran………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka

Lampiran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Periode masa nifas adalah masa setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan seperti keadaan semula hamil, berlangsung selama kira- kira 6 minggu

menurut saleha (1).

Masa nifas adalah di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari) setelah itu atau masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pemulihan

kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra

hamil. Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan, atau dalam

periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan

atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya. Tetapi tidak disebabkan oleh

kecelakaan/cedera. Berdasarkan Target global MDGs (mellienium development goals) ke-

5 adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini,potensi untuk mencapai target MGDs ke-5

untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kesuguhan untuk

mencapainya.(2)

Sectio caesarea memiliki resiko yang mengancam nyawa, salah satunya resiko infeksi.

Catatan medis menunjukan 15% kematian ibu nifas akibat infeksi. Jadi, perawatan luka

yang salah dapat menyebabkan infeksi yang berujung pada kematian. Tujuan studi kasus

ini untuk menggambarkan penerapan manajemen perawatan luka post sectio caesarea

yang sesuai standar. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan studi

kasus yang dilakukan kepada tiga klien pot sectio caesarea selama 7 hari. Hasil: 2 dari 3

klien menunjukan penyembuhan luka yang baik pada hari ketujuh setelah diterapkan

perawatan luka yang sesuai standar. Kesimpulan: Manajemen perawatan luka yang sesuai
standar dan sikap positif klien dalam menunjang proses perawatan akan membantu proses

penyembuhan luka dan menurunkan intensitas nyeri sehingga meningkatkan kemampuan

mobilitas klien. Saran: perawat dapat meningkatkan perawatan luka dan penyuluhan

kesehatan, agar dapat tercipta sikap positif pada klien untuk menunjang perawatan luka.

Penyebab utama kematian ibu di Indonesia disebabkan perdarahan (25%), Infeksi

pada masa nifas (14%), Pre-eklamsia/eklamsia (13%), partus lama 7% dan abortus 13%.

(Depkes RI, 2018). Infeksi pada masa nifas adalah salah satu penyebab tingginya angka

kesakitan dan kematian ibu. Menurut penelitian yang dilakukan (Shamshad,dk,2017)

bahwa penyebab infeksi masa nifas adalah 61 (66,3%) Paritas yang rendah, 58 (63,0%)

sosial ekonomi rendah, 60 (65,20%) tidak berpendidikan, 72 (78,20%) persalinan rumah,

54 (58,60) Partus lama,68 (73,8%) Ketuban pecah dini, 57 (60,5%) oleh petugas pada saat

persalinan.

Berdasarkan Dinkes Provinsi Banten mengungkapkan bahwa komplikasi dalam

kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua

persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera

dideteksi dan ditangani. Kabupaten/kota dengan persentase penanganan komplikasi

tertinggi adalah Kabupaten Serang yaitu 105,9%. Berdasarkan data SIRS (Sistem

Informasi Rumah Sakit) di Dinas Kesehatan Provinsi Banten, dari total persalinan dengan

komplikasi di Banten sebanyak 21.965 pada pada tahun 2015, sekitar 58,5% dilakukan

lewat operasi sectio caesarea. Menurut data SIRS, selama tahun 2015, kasus kelahiran

melalui sectio caesarea terbanyak terjadi di kota Serang 4.915 kasus, disusul kemudian

kabupaten Serang sebanyak 2.567 kasus (3).

Dampak apabila ibu nifas mengalami infeksi luka Post Sectio Caesarea dan

tidak segera ditangani akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan

epidermis maupun dermis, gangguan pada sistem persyarafan, dan kerusakan jaringan

seluler menurut (4)


Peran bidan dalam asuhan masa nifas dengan perawatan luka post SC sangatlah

berperan penting Maka penulis merasa tertarik untuk membahas secara spesifik mengenai

Asuhan Kebidanan Pada Ny ”N” Usia 28 tahun P1A0 dengan perawatan luka post SC Di

RSUD BERKAH”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Kebidanan Pada Pada Ny ”N” usia 28 tahun P1A0 dengan

perawatan luka post SC”.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :

a. Melakuakan pengkajian data subjektif pada Ny.”N” usia 28 tahun P1A0 dengan
Perawatan luka Post SC

b. Melakukan pengkajian data objektif pada Ny.”N” usia 28 tahun P1A0 dengan
Perawatan luka Post SC

c. Merumuskan dan menegakan diagnosa kebidanan pada Ny.”N” usia 28 tahun P1A0
tentang konseling perawatan luka Post SC

d. Memberikan Tata laksana dan penyuluhan pada Ny.”N” usia 28 tahun P1A0
tentang perawatan luka post SC

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis, kegiatan ini di harapkan agar dapat bermanfaat untuk sumber

informasi bagi pembaca dalam permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses

pemeriksaan kebidanan terutama dalam pemeriksaan ibu nifas dan perawatan luka post

oprasi sectio caesar


1.3.2 Manfaat metodologis

Tujuan di adakannya kegiatan keluarga binaan ini adalah agar masyarakat di

harapkan memiliki kesadaran bermasyarakat yang mandiri dan berdaya saing di

berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas dalam segi pendidikan,

ekonomi, sosial, budaya, dan kesehatan.

1.3.3 Manfaat praktis

Secara praktis kegiatan ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman secara langsung tentang cara

meningkatkan kemampuan praktik pemeriksaan fisik pada ibu nifas dengan

perawatan luka post SC.

b. Bagi pendidik dan calon pendidik

Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang cara

pemeriksaan fisik pada ibu nifas dengan konseling perawatan luka post SC

c. Bagi pasien

Agar pasien mampu dan peka untuk mengetahui tanda bahaya pada masa nifas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

2.1.1 Pengertian Kebidanan Komunitas

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan
dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku.

Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu kommunis yang berarti kesamaan,
publik ataupun banyak. Istilah comunity dapat di terjemahkan sebagai masyarakat
setempat yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa.

Komunitas di gambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seseoprang


tinggal beserta aspek- aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individu dalam sebuah
komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu sistem
kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti kekuarga , konsep sehat , maupun
sakit. Keyakinan mereka ini akan di cerminkan daklam perilaku keluarga maupun
di kelompok tertentu.Hal ini merupakan dasar pemikiran mereka dalam
pemeliharaan kesehatan maupun perawatan ketika sakit.

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terbesar yang mempunyai


kebiasaaan , tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.

Kebidanan komunitas adalah upaya memberikan asuhan kebidanan pada


masyarakat baik individu, keluaraga, kelompok dan masyarakat yang terfokus
pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga berencana (KB),
Kesehatan Reproduksi termasuk usia wanita adi yuswa secara paripurna.
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas di dasarkan pada 4 konsep utama
dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia, masyarakat, lingkungan, kesehatan dan
pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan
paradigma sehat sehingga di harapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup
masyarakat.

2.1.2 Definisi asuhan kebidanan dalam kontek keluarga

Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu.


Kebidanan berasal dari kata “Bidan”. Kebidanan adalah mencankup pengetahuan
yang dimilikai dan kegiatan pelayanan untuk menyelamtkan ibu dan bayi,
kebidanan merupakan profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia.

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti program pendidikan kebidanan


yang diakui oleh negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar (registrasi) atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk
melakukan praktik kebidanan.
Komunitas adalah kelompok orang yang berada disuatu lokasi atau daerah
atau area tertentu. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga
dan masyarakat diwilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah konsep dasar
bidan dalam melayani keluarga dan masyarakat.

Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk


pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita didalam keluarga dan
masyarakat.

2.1.3 Tujuan asuhan kebidanan di komunitas

1. Tujuan umum

Mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan


perempuan diwilayah kerja bidan.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai tangguang


jawab bidan

b. Meningkatkan pelayanan mutu ibu hamil, pertolongan persalinan,


perawatan nifas, dan perinatal secara terpadu

c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan,


persalinan, nifas, dan perinatal

d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan


angka kematian ibu dan anak

e. Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat


setempat atau terkait.

2.1.4 Metode prioritas masalah

Masalah yang telah diidentifikasi perlu ditentukan menurut urutan atau


prioritas masalah, untuk itu digunakan beberapa metode. Metode yang dapat
digunakan dalam menetapkan urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi atas,
Teknik Skoring dan Teknik Non Skoring, sebagai berikut : Teknik scoring dapat
digunakan apabila tersedia data kuantitatif atau data yang dapat terukur dan dapat
dinyatakan dalam angka, yang cukup dan lengkap. Yang termasuk teknik scoring
dalam penetuan prioritas masalah, yakni:

1. Metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth)

2. Metode MCUA (Multi Criteria Utility Assesment)

3. Metode CARL (Capability, Accesability, Readiness & Leverage)

4. Metode Hanlon (nama penemu metode Hanlon)


2.2 KONSEP DASAR KELUARGA BINAAN

2.2.1 Definisi keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala
Keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah


adaptasi atau perkawinan. Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri atas 2
orang atau lebih adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu
rumah tangga dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga berinteraksi diantara
sesama anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing,
menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

Keluarga adalah satu kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih, yang
dipersatukan oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi atau pengakuan sebagai
anggota keluarga yang tinggal bersama, satu kesatuan atau unit yang membina
kerjasama yang bersumber dari kebudayaan umum. Di mana setiap anggotanya
belajar dan melakukan peranannya seperti yang diharapkan. Keluarga sebagai suatu
sistem sosial melakukan beberapa fungsi yang paling dasar seperti memberikan
keturunan, sosialisasi, psikologi, seleksi, proteksi dan sebagainya.

Binaan adalah binaan dan arahan,asuhan, bimbingan, ciptaan

2.2.2 Stuktur Keluarga

Struktur keluarga menurut effendi, terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah

1. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

2. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.

3. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

4. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.2.3 Ciri-ciri Keluarga

1. Diikat dalam suatu tali perkawinan.

2. Ada hubungan darah.

3. Ada ikatan batin.


4. Ada tanggung jawab masing-masing anggotnya.

5. Ada pengambilan keputusan .

6. Kerjasama diantara anggota keluarga.

7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga.

8. Tinggal dalam satu rumah.

9. Suami sebagai pengambil keputusan

10. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

11. Berbentuk monogram

12. Bertanggung jawab

13. Pengambil keputusan

14. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa

15. Ikatan kekeluargaan sangat erat

16. Mempunyai semangat gotong-royong

2.2.4 Bentuk-bentuk Keluarga

a. Tradisional :

1) The nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.

2) The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah

3) Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri

4) The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuK mendapatkan


anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar)

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll)

6) The single-parent family (keluarga duda/janda)

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)

7) Commuter family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)

8) Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal


bersama dalam satu rumah

9) Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)

10) Blended family

Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya

11) The single adult living alone / single-adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal
mati.

b. Non-tradisional :

1) The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah

2) The stepparent family

Keluarga dengan orangtua tiri


3) Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan


saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok/ membesarkan anak bersama

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui


pernikahan

5) Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana


pasangan suami-istri (marital partners)

6) Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena


beberapa alasan tertentu

7) Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga


bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya

8) Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan


satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

9) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara


dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya

10) Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang


permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental

11) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang


mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.2.5 Peran dan fungsi keluarga

a. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,


kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1) Peranan ayah :

Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2) Peranan ibu :

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3) Peranan anak :

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat


perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

b. Fungsi Keluarga

1) Fungsi biologis :

a) Meneruskan keturunan

b) Memelihara dan membesarkan anak

c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga

2) Fungsi Psikologis :

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga

c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d) Memberikan identitas keluarga


3) Fungsi sosialisasi :

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat


perkembangan anak

c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4) Fungsi ekonomi :

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan


keluarga.

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan


keluarga.

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang


akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).

5) Fungsi pendidikan :

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan


membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam


memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

6) Fungsi religious

Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota lain dalam kehidupan beragama dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan
ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

7) Fungsi rekreasi

keluarga dalam fungsi rekreasi ini adalah tidak selalu harus pergi ke tempat
rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat mencapai keseimbangan
kepribadian masing-masing.

8) Fungsi perlindungan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan
yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa
aman.
9) Fungsi perasaan

Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara intitusif merasakan
perasaan dan suasana anak dan anggota lain dalam berkomunikasi dan
interaksi antar semua anggota keluarga, sehingga saling pengertian satu sama
lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

2.2.6 Tugas keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya


masing-masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

2.3. NIFAS

2.3.1 Pengertian Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

kira-kira 6 minggu (5).

Seksio cesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana

irisan di lakukan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk

mengeluarkan bayi. Seksio cesarean umumnya dilakukan ketika proses persalinan

normal melalui vagina tidak memungkinkan kaena beresiko kepada komplikasi medis

lainnya (6)

Klasifikasi operasi Seksio Sesarea (SC). Ada beberapa jenis Seksio Sesarea (SC),

yaitu diantaranya :
1. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan

ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah sangat

jarang dilakukan saat ini karena sangat beresiko terhadap terjadinya komplikasi.

2. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada

masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya perdarahan dan cepat

penyembuhanya.

3. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengankatan rahim. Hal ini

dilakukan dalam kasus-kasus di mana pendarahan yang sulit tertangani atau ketika

plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.

4. Bentuk lain dari Seksio Sesarea (SC) seperti extraperitoneal CS atau Porro CS (6).

Indikasi Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan Seksio Sesarea (SC) ketika

proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang

ibu atau bayi. adapun hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan disaran nya bedah

caesar antar lain:

a. Indikasi yang berasal dari ibu yaitu pada plasenta previa terutama pada

primigravida, primi para tua disertai letak ada, disproporsi sefalo pelvic

(disproporsi janin/panggul, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat

kesempitan panggul, solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu

preeklamsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit

(jantung, DM, gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan

sebagainya).

b. Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress /gawat janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,

kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi. Ada Komplikasi Menurut

(18) komplikasi yang mungkin timbul dalam Post Seksio Sesarea (SC) :

c. Syok
Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari sistem sirkulasi dengan akibat

sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat makanan dan O2 dengan akibat terjadi

kematian nya. 40 Penyebab-penyebab syok adalah: hemoragi merupakan

penyebab terbanyak dan harus selalu dipikirkan bila terjadi pada 24 jam pertama

pascabedah, sepsis, neurogenik dan kardiogenik, atau kombinasi antara berbagai

sebab tersebut.

Gejala

1) Gejalanya ialah nadi dan pernafasan meningkat, tensi menurun, oliguri,

penderita gelisah, eksteremitas dan muka dingin, serta warna kulit keabu

2) Abuan. Dalam hal ini sangat penting untuk membuat diagnosis sedini mungkin

yang dikenal dengan sistem peringatan dini (early warning system), karena jika

terlambat, perubahanya sudah tidak dapat dipengaruhi lagi.

d. Gangguan Saluran Kemih

Pada operasi ada kemungkinan terjadi retensio urinae. Pengeluaran air seni perlu

diukur, jika air seni yang dikeluarkan jauh berkurang, ada kemungkinan oliguri

atau retensio urinae. Pemeriksaan abdomen seringkali dapat menentukan adanya

retensi. Apabila daya upaya supaya penderita dapat berkemih tidak berhasil, maka

terpaksa dilakukan kateterisasi.

e. Infeksi Saluran Kemih

Kemungkinan infeksi saluran kemih selalu ada, terutama pada penderita-penderita

yang untuk salah satu sebab dikateter. Penderita menderita panas dan seringkali

menderita nyeri pada saat berkemih, dan pemeriksaan air seni (yang dikeluarkan

dengan kateter atau sebagai midstream urine) mengandung leukosit dalam

kelompok. Hal ini dapat segera diketahui dengan meningkatnya leukosit esterase
f. Distensi Perut

Pada pasca laparatomi tidak jarang perut agak kembung akan tetapi,setelah flatus

keluar, keadaan perut menjadi normal. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa

distensi bertambah, terdapat timpani diatas perut pada periksa ketok, serta

penderita merasa mual dan muntah.

g. Infeksi

Puerperal Pada komplikasi ini biasanya bersifat ringan, seperti kenaikan suhu

selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti Tromboflebitis,

peritonitis, sepsis dan lainya.

h. Terbukanya Luka Operasi Eviseras

Sebab-sebab terbukanya luka operasi pasca pembedahan ialah luka tidak dijahit

dengan sempurna, distensi perut, batuk atau muntah keras, serta mengalami

infeksi.

5. Perawatan Post Seksio Sesarea (SC)

Perawatan Post Seksio Sesarea (SC) sangat diperlukan untuk mengembalikan kondisi

kebugaran tubuh seperti sedia kala. Adapun perawatan Post Seksio Sesaria (SC)

yang harus dilakukan oleh bidan yaitu diantaranya:

a. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, ukur jumlah urine yang

tertampung dikantong urine dan periksa/ukur jumlah perdarahan selama operasi.

b. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar

laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai apgar score dan kondisi bayi saat

lahir, lembar operasi ditanda tangani oleh operator.

c. Buat instruksi perawatan yang meliputi: jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah,

frekuensi nadi dan pernapasan, jadwal pengukuran jumlah produksi urine, berikan

instruksi dengan jelas, singkat dan terperinci yang mencangkup nama, obat, dosis,

cara pemberian, dan waktu atau jam pemberian.


6. Nasihat dan konseling Post Seksio Sesarea (SC)

1) Kepada keluarga pasien beritahu bahwa: operasi telah selesai dan sampaikan

jalannya operasi, kondisi ibu saat ini dan apa yang diharapkan, minimal

mencangkup 24 jam post operasi. Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat

badan dan keadaan operasi. Risiko fungsi reproduksi pasien dan

kehamilan/persalinan yang akan datang, alat kontrasepsi yang akan digunakan.

Jelaskan rencana perawatan dan perkiraan waktu pasien dapat dipulangkan,

sertakan keluarganya untuk ikut mengawasi pasien, khusus terhadap risikko

fungsi reproduksi berupa bekas Seksio Sesarea (SC).

2) Kepada pasien (setelah sadar/dapat berkomunikasi) beritahu mengenai

keadaannya saat ini. Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan dan

keadaan bayi. Risiko fungsi reproduksi, kehamilan dan persalinan yang akan

datang. Lakukan konseling dan rencanakan upaya-upaya pencegahan kehamilan

(bila tidak dilakukan tubektomi). Jelaskan hingga pasien memahami, menerima

dan dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai serta jelaskan kembali risiko

yang dihadapi oleh pasien, berikan cukup waktu untuk berdiskusi hingga diyakini

bahwa pasien telah cukup mengerti dan paham (7).

3) Ada kalanya dokter akan memantau kondisi terakhir pasiennya, dan apabila

dinyatakan sudah stabil, maka pihak medis tentunya akan memperbolehkan untuk

pulang. Pastikan pula untuk melakukan check up secara rutin untuk memeriksa

kondisi terkini si ibu (6)

2.3.2 Tahapan Masa Nifas

1. Puerperium dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.


3. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil

atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa

berminggu-minggu, bulana, atau tahunan. (8)

2.3.3 Kebijakan Nasional Masa Nifas

1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan

berlanjut

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga menegnai

bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi

g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi

yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan

bayinya dalam keadaan stabil.

2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan :

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidaak memperlihatkan taanda-tanda

penyulit
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tetap hangat, dan

merawat bayi sehari-hari

f. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Sama seperti kunjungan ke II

3. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan:

a. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ibu atau bayi alami

b. Memberikan konseling KB secara dini

2.3.4 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

1. Sistem Reproduksi

a. Perubahan Uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatau proses kembalinya uterus

ke keadaan sebelum hamil

Menurut (9) mengatakan Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna

setelah bayi keluar, yang diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan

volume intra uteri yang sangat besar, hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi

perlekatan plasenta sehingga perlekatan plasenta dan dinding uterus menjadi

nekrosis dan lepas. Upaya untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa

nifas biasanya disuntikan oksitosin secara IV atau IM diberikan segera setelah

plasenta lahir. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) dimana membiarkan bayi dipayudara

ibu segera setelah lahir, karena isapan bayi pada payudara dapat merangsang

pelepasan oksitosin
Indikator involusi uterus adalah penurunan tinggi fundus uteri.
Table 1

Involusio Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi fundus 1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

NO INVOLUSI TFU

1. 2 jam PPdan hari pertama. Setinggi pusat.

2. Hari ke-2 PP 2 jari bawah pusat

3. Hari ke-3 PP 3 jari bawah pusat

4. Hari ke-4 PP 4 jari bawah pusat

5. Hari ke-5 PP setengahpusat-syimfisis

6. Hari ke-6 PP 4 jari diatas syimfisis

7. Hari ke-7 PP 2 jari diatas syimfisis

8. Hari ke-8 PP 2 jari diatas syimfisis


9. Hari ke-9 PP 1 jari diatas syimfisis

10. Hari ke-10 PP Tidak ada

b. Lochea

Lochea adalah dara dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas.

Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Ada beberapa jenis lochea,

yakni:

1) Lochea rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks

kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.

2) Lochea sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochea serosa

Berwaarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca

persalinan.

4) Lochea alba

Cairan putih, setelah 2 minggu

5) Lochea purullenta

Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.

c. Serviks Uteri

Serviks akan menjadi lunak segera setelah melahirkan dalam waktu 20 jam

setelah persalinan, serviks memendek dengan konsistensi lebih padat dan kembali

ke bentuk semula. Muara serviks berdilatasi 10 cm saat melahirkan, menutup

bertahap:

1) Pada hari ke-4 sampai ke-6 setelah persalinan masih dapat dimasukkan 2 jari.

2) Akhir minggu ke-2 setelah persalinan, hanya tangkai kuret terkecil yang dapat

dimasukkan (9).
d. Vagina dan Perinium

Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami

beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah 1-2 hari

pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan

vagina tidak lagi edema. Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar

dari biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya

rugae vagina sekitar 3 minggu pascapartum akan tetapi, latihan pengencangan otot

perineum akan mengembalikan tonusnya, dan memungkinkan wanita secara

perlahan mengencangkan vaginanya. Pengencangan ini sempurna pada akhir

puerperium dengan latihan setiap hari (8).

e. Payudara

a. Terjadi penurunan kadar esterogen dan progesterone yang cepatdengan

peningkatan ekskresi prolaktin.

b. Colostrums sudah ada pada waktu persalinan

c. Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi karena laktasi

d. Didalam payudara prolaktin menstimulasi sel –sel alveola untuk menghasilkan

air susu (11).

e. Sistem Kardiovaskuler

Leukosit adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih yang sebanyaak

15.000 selama masa persalinan. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa

nai k lebih tinggi lagi hingga 25.000-30.000 tanpa adnya kondisi patologis jika

wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah Hemoglobin dan hema

tokrit serta eritrosit akan sangat bervareasi pada awal-awal masa nifas sebagai

akibat dari volume darah,volume plasma, dan volume sel darah yang berubah-

ubah.

b. Sistem Perkemihan
1) Komponen urine

Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang, laktosuria

positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. Blood Urea Nitrogen

(BUN) menigkat selama post partum ini terjadi akibat autolisis uterus yang

berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein didalam sel otot uterus juga

menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama 1-2 hari post partum. Hal ini

terjadi pada sekitar 50 % wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang

tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama

disertai dehidrasi.

2) Diuresis pasca partum

Dalam 12 jam post partum, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang

teretensi selama masa hamil telah diaforesis luas, terutama pada malam hari,

selama 1-2 hari post partum.Diuresis post partum disebabkam oleh :

a) Penurunan kadar estrogen

b) Hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah.

c) Hilangnya peningkatan tekanan darah akibat kehamilan

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah cairan urine

menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama pasca partum.

3) Uretra dan kandung kemih

Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses

melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih

dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai daerah-daerah

kecil hemoragi. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas

setelah kandung kemih setelah bayi lahir dan efek kondusi anastesi

menyebabkan keinginan untuk berkemih turun. Rasa nyeri pada panggul yang

timbul akibat dorongan saat mrlahirkan, laserasi vagina atau episiotomi


menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih seiring

diuresis pasca partum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi

kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat

menyebabkan perdarahan berlebihan karena keadaan ini bisa menghambat

uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa post partum tahap lanjut, distensi

yang berlebih dapat mnyebabkan kandung kemih peka terhadap infeksi

sehingga mengganggu proses berkemih normal. Apabila terjadi distensi

kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat

mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung

kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali

dalam 5-7 hari setelah bayi lahir.

a) Bila 8 jam post partum ibu belum dapat kencing atau sekali kencing tetapi

belum melebihi 100 cc maka dapat dilakukan kateterisasi akan tetapi kalau

ternyata kandung kencing penuh bila tidak perlu tidak perlu menunggu

sampai 8 jam

b) Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah

melahirkan karena enema persalinan, diit cairan, obat – obatan analgesic

selama persalinan dan perineum yang sakit memberikan asupan cairan yang

cukup, diet yang tinggi serat, serta ambulasi secara teratur dapat membantu

untuk mencapai regulasi BAB (12).

c. Sistem Pencernaan

Yang meliputi nafsu makan, motilitas dan dafekasi :

1) Nafsu makan

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh

mengkonsumsi makanan ringan setelah benar-benar pulih dari efek analgesia,

anastesia dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk
memperoleh makan 2 kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai camilan

yang sering ditemukan.

2) Motilitas

Secara khas penurunan tonus dan maotilitas otot tractus saluran cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesi dan

anastesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan

normal. (13)

d. Sistem Endokrin

Yang meliputi hormon placenta dan hormon hipofise dan hormon ovarium :

1) Hormon placenta

Pengeluaran placenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-

hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human

placenta lactogen (HPL), estrogen dan kortisol, serta placenta enzim

insulinasi membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula

darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Estrogen dan

progesteron sangat mencolok ketika placenta keliuar. Kadar terendahnya

kira-kira dicapai 1 minggu pasca partum. Penurunan kadar estrogen

berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraseluler

berlebih yang terakumulasi selama kehamilan pada wanita yang tidak

menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu ke-2 setelah

persalinan dan lebih tinggi dari pada wanita menyusui.

2) Hormon hipofise dan hormon ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dn menstruasi pada wanita yang menyusui

dan tisak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita

menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi karena kadar follikel

stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui,


ddisimpulkan bahwa ovarium tidak berespon terhaadap stimulasi FSH

ketika kadar prolaktn meningkat. Kadar prolaktin secara progresif

meningkat sepanjang masa hamil, dan tetap menigkat sampai minggu ke-6

post partum. Kadar prolaktin serum di engaruhi olek kekerapan menyusui,

lama setiap kali menyusui dan banyaknya makanan tanbahan yang

diberikan. Perbedaan individual dalam kekuatan menghisap kemungkinan

juga mempengaruhi kadar prolaktin.

Setelah melahirkan wanita tidak menyusui mengalami penurunan

kadar prolaktin mencapai rentan sebelum hamil dalam waktu 2 minggu. Dan

ovulasi terjadi dini yakni dalam 2 hari setelah melahirkan dengan waktu

rata-rata 70-75 hari, sedangkan pada wanita menyusui ovulasi terjadi sekitar

190 hari.

Pada wanita menyusui 80 % siklus menstruasi pertama tidak

mengandung ovum (anovulatory). Pada wanita tidak menyusui 50 % siklus

pertama tidak mengandung ovum.

Datangnya haid kembali ibu yang tidak menyusukan anaknya haidnya

datang lebih cepat daripada ibu yang menyusukan anaknya, pada ibu

golongan pertama biasanya datang bulan 8 minggu setelah persalinan, pada

ibu golongan kedua seringkali tidak datang haid lagi pada bulan ke-4.

Amenore waktu laktasi disebabkan karena terhalangnya ovulasi mungkin

karena hormone LTH.

Berdasarkan review yang diterbitkan dalam obstetric gynekologi

perempuan yang menyusui memang bisa mencegah kehamilan, tetapi bagi

perempuan yang tidak menyusui ia bisa mengalami ovulasi (masa subur)

beberapa minggu setelah melahirkan sejak 25-27 hari (9).

e. Perubahan Dinding Abdomen


Abdomen tampak menonjol keluar dari hari pertama sesudah melahirkan, 2

minggu pertama melahirkan dinding abdomen mengalami relaksasi dan kurang

dari 6 minggu keadaan abdomen akan kembali seperti sebelum hamil (9).

Diastasis rectus abdominalis, suatu pemisahan otot-otot dinding abdomen,

bisa terjadi selama kehamilan, terutama pada ibu dengan tonus otot abdomen yang

buruk. Diastasis ini dapat diatasi bila ibu melakukan latihan atau peregangan

senam dengan baik dan otot-otot abdomen dengan baik (9).

f. Tanda-Tanda Vital

Tanda- tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut:

1) Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat C,sesudah partus dapat

naik kurang lebih 0,5 derajat C dari keadaan normal,namun tidak akan

melebihi 380C. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu tubuh akan

kembali normal.

2) Nadi dan pernapasan

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi

bradikardi. Bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada

perdarahan berlebihan. Denyut nadi, yang meningkat selama persalinan akhir,

kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam

selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses

ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal

dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.

3) Pernafasan

Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama

pascapartum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi


adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma, dan

embolus paru

4) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya menetap atau terjadi sedikit perubahan, dapat terjadi

hipotensi dalam 48 jam pertama, ditunjukan dengan rasa pusing seperti mau

pingsan setelah berdiri (10).

g. Laktasi

Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaann dalam

kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan

kolostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Dibandingkan

dengan air susu, colostrum lebih banyak mengandung protein dan garam, gulanya

sama tetapi lemaknya kurang.

Pada kira-kira hari ke-3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan

nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mammae dipijat

keluarlah cairan putih dari putting susu. Banyaknya air susu sangat tergantung

pada banyaknya cairan yang diminum ibu. Air susu masih tetap merupakan

makanan bayi yang terbaik dan harus dianjurkan kalau tidak ada kontraindikasi

(14).

h. Berat Badan

Sumber kehilangan berat badan Jumlah kehilangan berat badan (Kg)

1. Janin dan plasenta, cairan ketuban 5,5-6,0 Kg

dan darah pada saat persalinan.

2. Persipasi (keringat) dan diversis


(urine) selama minggu pertama 2,5-4,0 Kg

persalinan.

3. Involusi uterus dan lochea

1 Kg

Jumlah total kehilangan berat badan 9,0 – 10,0 Kg

Sumber (9)

2.3.5 Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

a. Periode Taking-In

1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan

Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi

yang baik. Ibu menjadi sangat bergantung pada orang lain, mengharapkan segala

sesuatu kebutuhan dapat dipenuhi orang lain. Perhatiannya tertuju pada

kekhawatiran akan perubahan tubuhnya. Ibu mungkin akan bercerita tentang

pengalamannya ketika melahirkan secara berulang-ulang. Diperlukan lingkungan

yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan keadaan

tubuhnya seperti sediakala. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan

peningkatan nutrisi, kurangnya nafsu makan menandakan ketidak normalan

prosess pemulihan.

2) Tenaga kesehatan menggunakan pendekatan yang empatik.

b. Periode Taking-Hold

1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan

2) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidaknyamanannya dalam merawat bayi.

Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu

membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat.saat ini merupakan saat

yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai oenyuluhan dalam merawat diri dan

bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pada
periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya BAK

atau BAB, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta

belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.

c. Periode Letting Go

1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Secara umum fase ini terjaadi ketika ibu

kembali kerumah

2) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat bayi meningkat. Ada kalanya,

ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini disebut

baby blues (15).

2.3.6. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a. Nutrisi dan cairan (Gizi)

Pada ibu yang menyusui harus :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2) Makan dengan dieet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin

yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali

menyusui)

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari

pasca persalinan.

5) Minum kapsul Vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan Vitamin A kepada

bayi melalui ASI-nya (12).

b. Eliminasi : BAB/BAK

1) Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita

mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi M. Sfingter ani selama persalinan, bila kandung kemih penuh

dan wanita sulit kencing lakukan kateterisasi.

2) Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.Bila masih sulit Buang

Ait Besar dan terjadi obstipasi apabila bera keras dapat diberikan obat laksans per

oral.Jika masi belum bisa dilakukan klisma (12).

c. Kebersihan Diri/Puerperium

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

2) Sarankan untuk mengganti pembalut setidaknya 2 x sehari. Kain dapat digunakan

ulang jika telah dicuci dengan baik dan di keringkan di bawah matahari atau

disetrika.

3) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih

dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

Nasehati ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air besar atau

kecil.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

membersihkan daerah kelaminnya.

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menghindari menyentuh daerah luka (12).

d. Istirahat

1) Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-

lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, yaitu:


a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b) Mempercepat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya

sendiri (12).

e. Seksual

1) Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa

rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan,

aman untuk memulai melakukan hubungan suami-istri kapan saja ibu siap.

2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai

masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.

Keputusan tergantng pada pasangan yang bersangkutan (12)

f. Latihan/Senam Nifas

1) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali

normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan iini menyebabkan otot perutnya menjadi

kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

2) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu,

seperti :

Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi

menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hingga

lima. Rileks dan ulangi 10 kali. “Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan

otot-otot, pantat dan pinggul, tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi

latihan sebanyak 30 kali (12).

g. Tanda Bahaya dan Penyakit Pada Ibu Nifas

1) Perdarahan lewat jalan lahir.

2) Keluar cairan berbau dari jalan lahir.


3) Demam lebih dari 2 hari.

4) Bengkak di mata, tangan/kaki. Mungkin dengan sakit kepala dan kejang-kejang,

payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit.

5) Mengalami gangguan jiwa (12).

h. Cara menjaga Kesehatan Ibu Nifas

1) Makan-makanan yang bergizi 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil.

2) Istirahat cukup supaya ibu sehat, sehingga ASI keluar banyak.

3) Minum 1 kapsul Vitamin A dosis tinggi di hari pertama postpartum, 1 kapsul lagi

di hari kedua.

4) Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama nifas.

5) Jaga kebersihan alat kelamin, ganti pembalut jika telah basah (12).

i. Rawat Gabung

Rawat gabung adalah bayi bersama ibunya dirawat didalam 1 kamar satu ruangan

dan dapat diartikan bahwa membuat ibu dan anakanya bergabung dalam 1 ruangan /

tempat tidur sama dan dapat mencegah terjadinya infeksi serta akan meningkatkan

keberhasilan pemberian asi, terutama bila digabungkan dengan penyediaan pedoman:

pedoman pemberian ASI (12).

j. Payudara

Perawatan dimulai sejak hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, tidak kering

sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Sebelum menyusui, mammae harus

dibuat lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh. Setelah areola

mammae dan putting susu dibersihkan barulah bayi disusui (12).

k. Lamanya Perawatan Di Rumah Sakit

Lamanya perawatan di rumah sakit bagi ibu-ibu bersalin di indonesia

seringditentukan oleh keadaan sosial ekonomi dan kekurangnan tempat tidur. Maka

pada umumnya ibu-ibu dengan persalinan biasa tidak lama tinggal di rumah sakit,
kira-kira antara 3-5 hari. Hal ini disebabkan karena Early Ambulation dan

kemungkinan infeksi di rumah sakit,yang mendorong kita untuk secepat mungkin

memulangkan anak dan ibu yang sehat. Di Indonesia pemulangan secepat ini harus di

imbangi dengan pengawasan ibu dan anak di rumahnya, serta memberikan health

education (Pendidikan esehatan) pada ibu (12).

l. Keluarga Berencana

Masa postpartum merupakan saat yang paling baik untuk menawarkan kontrasepsi,

oleh karena itu pada saat ini motivasi paling tinggi. Oleh karena pil dapat

mempengaruhi sekresi air susu, biasanya ditawarkan IUD, injec table atau sterilisasi

(12).

2.3.7 Komplikasi pada masa nifas

1. Komplikasi fisik pada masa nifas, antara lain :

a. Perdarahan pasca partum

Adalah perdarahan yang melebihi 500cc dalam 24 jam pertama setelah anak lahir

perdarahan sesudah 24 jam setelah anak lahir disebut perdarahan post partum

yang lambat dan biasanya disebabkan oleh jaringan placenta yang tertinggal (16).

b. Sub involusi

Adalah tertundanya uterus yang membesar kembali keukuran dan fungsi normal

disebabkan akibatbagian placenta dan membrane yang tertinggal (16).

c. Infeksi puerpularis

Adalah infeksi jalan lahir post partum biasanya terjadi dari endometritis bekas

insersi placenta morbiditas nifas ditandai oleh suhu 38°c atau lebih yang terjadi

selama 2 hari berturut – turut kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam post

partum dalam 10 hari pertama masa nifas (16).

d. Mastitis
Adalah inflamasi jaringan payudara yang biasanya disebabkan karena infeksi atau

statis ASI dalam duktus secara umum dapat dicegah dengan tindakan – tindakan

profilaksis seperti hygine payudara yang baik (16).

e. Trombo phlebitis

Penjalaran infeksi mulai dari vena sering terjadi dan menyebabkan kematian. Dua

golongan vena yang mempunyai peranan yaitu :

(a)Vena – vena dinding rahim (trombophlebitis pelvic)

(b)Vena – vena tungkai ( Trombophlebitis Femoralis)

Akibat parametritis, Trombo phlebitis pada vena femoralis mungkin terjadi

karena aliran darah lambat didaerah lipat paha karena vena tertekan ligament

ingumale, Trombophelebitis femoralis terjado odem tungkai yang dimulai pada

jari kaki dan naik kekaki, betis dan paha, biasanya hanya hanya kaki 1 yang

bengkak tetapi kadang keduanya penyakit ini dikenal dengan nama plegmasia

alba dolens (radang yang putih dan nyeri) (16).

f. Komplikasi psikis

Post partum blues

Keadaan yang terjadi pada ibu post partum berupa halusinasi perubahan suasana

hati yang cepat bingung dan kesedihan tanpa beralasan insiden depresi pasca

partum berkisar 30 sampai 200 per 1000 kelahiran hidup insiden gangguan

psikologi ringan bersamaan dengan awitan pasca partum adalah sekitar 1 setiap

1000 kelahiran hidup (16).

2.4 Konsep Dasar Sectio Caesare

2.4.1 Pengertian Sectio Caesare

Seksio cesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana

irisan di lakukan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk

mengeluarkan bayi. Seksio cesarean umumnya dilakukan ketika proses persalinan


normal melalui vagina tidak memungkinkan kaena beresiko kepada komplikasi

medis lainnya (6).

Klasifikasi operasi Seksio Sesarea (SC). Ada beberapa jenis Seksio Cesarea (SC),

yaitu diantaranya :

1. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan

ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah

sangat jarang dilakukan saat ini karena sangat beresiko terhadap terjadinya

komplikasi.

Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan

pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya perdarahan

dan cepat penyembuhanya.

2. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengankatan rahim. Hal

ini dilakukan dalam kasus-kasus di mana pendarahan yang sulit tertangani atau

ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.

3. Bentuk lain dari Seksio Sesarea (SC) seperti extraperitoneal CS atau Porro CS

(6). Indikasi Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan Seksio Sesarea (SC)

ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko

kepada sang ibu atau bayi. adapun hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan

disaran nya bedah caesar antar lain:

a. Indikasi yang berasal dari ibu yaitu pada plasenta previa terutama pada

primigravida, primi para tua disertai letak ada, disproporsi sefalo pelvic

(disproporsi janin/panggul, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,

terdapat kesempitan panggul, solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi

kehamilan yaitu preeklamsia-eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang

disertai penyakit (jantung, DM, gangguan perjalanan persalinan (kista

ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).


b. Indikasi yang berasal dari janin

Fetal distress /gawat janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,

kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi (17). Ada Komplikasi

Menurut (18) komplikasi yang mungkin timbul dalam Post Seksio Sesarea

(SC) :

c. Syok

Peristiwa ini terjadi karena insufisiensi akut dari sistem sirkulasi dengan

akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat makanan dan O2 dengan

akibat terjadi kematian nya. 40 Penyebab-penyebab syok adalah: hemoragi

merupakan penyebab terbanyak dan harus selalu dipikirkan bila terjadi pada

24 jam pertama pascabedah, sepsis, neurogenik dan kardiogenik, atau

kombinasi antara berbagai sebab tersebut.

Gejala :

1) Gejalanya ialah nadi dan pernafasan meningkat, tensi menurun, oliguri,

penderita gelisah, eksteremitas dan muka dingin, serta warna kulit

keabu

2) Abuan. Dalam hal ini sangat penting untuk membuat diagnosis sedini

mungkin yang dikenal dengan sistem peringatan dini (early warning

system), karena jika terlambat, perubahanya sudah tidak dapat

dipengaruhi lagi.

d. Gangguan Saluran Kemih

Pada operasi ada kemungkinan terjadi retensio urinae. Pengeluaran air seni

perlu diukur, jika air seni yang dikeluarkan jauh berkurang, ada

kemungkinan oliguri atau retensio urinae. Pemeriksaan abdomen seringkali

dapat menentukan adanya retensi. Apabila daya upaya supaya penderita

dapat berkemih tidak berhasil, maka terpaksa dilakukan kateterisasi.


e. Infeksi Saluran Kemih

Kemungkinan infeksi saluran kemih selalu ada, terutama pada penderita-

penderita yang untuk salah satu sebab dikateter. Penderita menderita panas

dan seringkali menderita nyeri pada saat berkemih, dan pemeriksaan air seni

(yang dikeluarkan dengan kateter atau sebagai midstream urine)

mengandung leukosit dalam kelompok. Hal ini dapat segera diketahui

dengan meningkatnya leukosit esterase.

f. Distensi Perut

Pada pasca laparatomi tidak jarang perut agak kembung akan tetapi,setelah

flatus keluar, keadaan perut menjadi normal. Akan tetapi, ada kemungkinan

bahwa distensi bertambah, terdapat timpani diatas perut pada periksa ketok,

serta penderita merasa mual dan muntah.

g. Infeksi

Puerperal Pada komplikasi ini biasanya bersifat ringan, seperti kenaikan

suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti

Tromboflebitis, peritonitis, sepsis dan lainya.

h. Terbukanya Luka Operasi Eviseras

Sebab-sebab terbukanya luka operasi pasca pembedahan ialah luka tidak

dijahit dengan sempurna, distensi perut, batuk atau muntah keras, serta

mengalami infeksi.

4. Perawatan Post Seksio Sesarea (SC)

Perawatan Post Seksio Sesarea (SC) sangat diperlukan untuk

mengembalikan kondisi kebugaran tubuh seperti sedia kala. Adapun perawatan

Post Seksio Sesaria (SC) yang harus dilakukan oleh bidan yaitu diantaranya:
a. Periksa tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan, ukur jumlah urine yang

tertampung dikantong urine dan periksa/ukur jumlah perdarahan selama

operasi.

b. Buat laporan operasi dan cantumkan hasil pemeriksaan diatas pada lembar

laporan. Catat lama operasi, jenis kelamin, nilai apgar score dan kondisi bayi

saat lahir, lembar operasi ditanda tangani oleh operator.

c. Buat instruksi perawatan yang meliputi: jadwal pemeriksaan ulang tekanan

darah, frekuensi nadi dan pernapasan, jadwal pengukuran jumlah produksi

urine, berikan instruksi dengan jelas, singkat dan terperinci yang mencangkup

nama, obat, dosis, cara pemberian, dan waktu atau jam pemberian.

5. Nasihat dan konseling Post Seksio Sesarea (SC)

1) Kepada keluarga pasien beritahu bahwa: operasi telah selesai dan sampaikan

jalannya operasi, kondisi ibu saat ini dan apa yang diharapkan, minimal

mencangkup 24 jam post operasi. Waktu lahir, jenis kelamin, panjang

badan, berat badan dan keadaan operasi. Risiko fungsi reproduksi pasien

dan kehamilan/persalinan yang akan datang, alat kontrasepsi yang akan

digunakan. Jelaskan rencana perawatan dan perkiraan waktu pasien dapat

dipulangkan, sertakan keluarganya untuk ikut mengawasi pasien, khusus

terhadap risikko fungsi reproduksi berupa bekasSeksio Sesarea (SC).

2) Kepada pasien (setelah sadar/dapat berkomunikasi) beritahu mengenai

keadaannya saat ini. Waktu lahir, jenis kelamin, panjang badan, berat badan

dan keadaan bayi. Risiko fungsi repsroduksi, kehamilan dan persalinan yang

akan datang. Lakukan konseling dan rencanakan upaya-upaya pencegahan

kehamilan (bila tidak dilakukan tubektomi). Jelaskan hingga pasien

memahami, menerima dan dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai

serta jelaskan kembali risiko yang dihadapi oleh pasien, berikan cukup
waktu untuk berdiskusi hingga diyakini bahwa pasien telah cukup mengerti

dan paham.

3) Ada kalanya dokter akan memantau kondisi terakhir pasiennya, dan apabila

dinyatakan sudah stabil, maka pihak medis tentunya akan memperbolehkan

untuk pulang. Pastikan pula untuk melakukan check up secara rutin untuk

memeriksa kondisi terkini si ibu (16).

2.4.2 Macam-macam operasi Sectio Caesarea

1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

Sectio caesarea transperitonealis:

1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri).

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10

cm.

Kelebihan:

Mengeluarkan janin dengan cepat.

a) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

b) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.

Kekurangan:

a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak

adareperitonealis yang baik.

b) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptureuteri spontan.

2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah

rahim).

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah

rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan:

a) Penjahitan luka lebih mudah.


b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran

isi uterus ke rongga peritoneum.

d) Perdarahan tidak begitu banyak.

e) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

Kekurangan

a) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan

uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak.

b) Keluhan pada kandung kemih post oprasi tinggi

3) Sectio Caesarea ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis

dengandemikian tidak membuka cavum abdominal.

2. Vagina (sectio caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea

dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Sayatan memanjang (longitudinal).

2) Sayatan melintang (transversal).

3) Sayatan huruf T (T insicion).

2.4.3 Indikasi

Menurut (19), Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin

akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal

yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan

normal (Dystosia):

a. Fetal distress.

b. His lemah/melemah.

c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang.

d. Bayi besar (BBL > 4,2 kg).

e. Plasenta previa.
f. Kelainan letak.

g. Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul).

h. Rupture uteri mengancam.

i. Hydrocephalus.

j. Primi muda atau tua.

k. Partus dengan komplikasi.

l. Panggul sempit.

m. Problema plasenta

Kelemahan Umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung, Placenta

Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta previa marginalis. Pintu vagina lemah,

tumor vagina tumor cervic. Kehamilan Serotinus (lebih dari 42 minggu) Distocia

karena kekurangan his Prolapsus Foniculli.

2.4.4 Komplikasi

Menurut (19), Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara

lain:

a. Infeksi puerperal (Nifas):

1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit

kembung.

3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.

b. Perdarahan:

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

2) Perdarahan pada plasenta bed.

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi.

d. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya.


2.4.5 Penatalaksanaan ibu nifas post sectio caesarea

Penatalaksanaan ibu nifas post sectio caesarea meliputi:

a. Manajemen post operatif

1) Pasien dibaringkan di dalam kamar pulih (kamar isolasi) dengan pemantauan

ketat tensi, nadi, nafas tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit

dalam 1 jam berikut dan selanjutnya.

2) Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya agak tengadah

agar jalan nafas bebas.

3) Letakkan tangan yang diinfus di samping badan agar cairan infus dapat

mengalir dengan lancar.

b. Mobilisasi/aktifitas

Pasien boleh menggerakkan kaki dan tangan serta tubuhnya sedikit 8 – 12

jam kemudian duduk, bila mampuh pada 24 jam setelah sectio caesarea pasien

jalan, bahkan mandi sendiri pada hari kedua.

c. Perawatan luka

Perawatan luka pada ibu nifas post sectio caesarea adalah merawat luka

dengan cara mengganti balutan atau penutup yang sudah kotor atau lama dengan

penutup luka atau pembalut luka yang baru. Tujuannya adalah untuk mencegah

terjadinya luka infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien.

Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain: bak instrumen, kassa,

gunting, plester, lidi waten, antiseptik (betadine), pinset anatomis dan chiurgis,

bengkok, perlak pengalas, sarung tangan steril, larutan NaCl untuk membersihkan

luka, salep antiseptik, tempat sampah, larutan klorin 0,5%. Langkah-langkah

perawatan luka post sectio caesarea adalah:

1) Kapas perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila basah dan berdarah

harus diganti. Umumnya kassa perut dapat diganti hari ke 3 – 4 sebelum pulang
dan seterusnya, pasien mengganti setiap hari luka dapat diberikan betadine

sedikit.

2) Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 hari pasien bedah (20)

d. Kateter/eliminasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada

penderita, menghalangi involasi uterus dan menyebabkan pendarahan oleh karena

itu dianjurkan pemasangan kateter seperti dower cateter/balon kateter yang

terpasang selama 24 sampai 48 jam, kecuali penderita dapat kencing sendiri.

Kateter dibuka 12 – 24 jam pasca pembedahan.Bila terdapat hematuria maka

pengangkatan dapat ditunda (20).


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDAN PADA NY”N”USIA 28 TAHUN P1A0


DENGAN KONSELING LUKA POST SC DI DESA BAMA
KECAMATAN PAGELARAN TAHUN 2022

1. Kunjungan ke 1

No. Registrasi :-

Tanggal Pengkajian : 26 Juli 2022

Waktu Pengkajian : Pukul 09.30 wib

Tempat Pengkajian : Rumah Pasien

Pengkaji : Nia Mahdalena

A. Data Subjektif
Nama Ibu : Ny”N” Nama Suami : Tn”A”

Umur : 28 Tahun Umur : 29 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : sunda/ indonesia Suku : sunda/ Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : wiraswasta

Alamat : Kp. Bama Desa Bama

1. Alasan datang : -
2. Keluhan utama :
- Ibu mengatakan terasa sakit di bagian luka operasi
- Ibu mengatakan demam, lemes dan tidak mau makan karena merasakan sakit
3. Riwayat obstetri
a. Riwayat menstruasi:
Ibu mengatahakan haid terakhr tanggal 18 Oktober 2021, dan taksiran
persalinan menurut bidan 25 juli 2022, dari sejak sebelum menikah siklus haid
selalu teratur dan haid setiap bulan lancar, biasanya pada saat haid mengganti
pembalut 3x dalam 1 hari.

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Penyulit
pkehamilan,
No Tahun Tempat UK Jenis Penolong persalinan, JK Bb P
lahir Bersalin persalinan nifas B

- - - - - - -- - - -

4. Riwayat ginekologi : P1A0

5. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga :


Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti jantung, asma dan hipertensi,
serta tidak memiliki penyakit menular seperti TBC.

6. Riwayat psikososial :
Ibu mengatakan menikah sudah 2 tahun, dan 1 x menikah
Ibu dan keluarga sangat senang atas kelahiran anak nya, karna proses tindakan dokter
yang sangat tepat dimana kondisi dan keadaan kehamilan dengan PEB

7. Riwayat KB :
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi dari awal pernikahan

8. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat :
ibu tidur 5-6 jam/hari, tidur malam 6 jam dan tidur siang 1 jam(kadang- kadang
tidak tidur siang)

b) Pola aktivitas:
Ibu mengatakan belum bisa mengerjakan aktifitas apa-apa seperti pekerjaan rumah,
karna badan masih meriang serta sakit pada bagian luka SC
c) Pola eliminasi :
BAK biasanya 5-6 x sehari dengan warna kuning jernih, pola eliminasi BAB
biasanya 1-2x sehari, dengan konsistensi lunak/berbentuk, warna coklat kehitaman
dan berbau yang khas dan setelah BAK/BAB ibu selalu membersihkan alat
genetalnya dengan air bersih dari depan kebelakang setelah itu di keringkan dengan
tisyu.

d) Pola nutrisi :
ibu mengatakan jarang mengkonsumsi syur-syuran serta buah2an

e) Pola personal hygiene :


Ibu mengatakan tidak setiap hari mengganti perban luka SC, karena takut

f) Pola hubungan seksual :


Ibu mengatakan pada saat hamil jarang sekali melakukan hubungan seksual, karena
takut terjadi apa2 dengan kandungannya

B. Data Objektif
- Badan ibu terasa panas
- Ibu Nampak meringis menahan kesakitan luka sektio cesare

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Denyut nadi : 80 kali/menit

Frekuensi nafas : 20kali/menit

Suhu tubuh : 380C

3. Pemeriksaan Antropometri
Berat badan sekarang : 56 kg

Berat badan saat hamil : 60 kg

Penurunan berat badan : 4 kg

Tinggi badan : 150cm

IMT : 16 kg/m2

LILA : 24 cm

4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih,tidak ada ketombe dan rambut rontok
Wajah : Nampak lesu dan lemas, tidak ada oedema
Mata : Conjungtiva normal, sclera putih
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Hidung : Bersih,tidak ada polit dan secret
Mulut : Bersih, tidak ada caries dan gigi berlubang
Leher : Normal, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.
Payudara : Simtris, sedikit bengkak dan putting susu menonjol
Abdomen : Nampak luka di tutup perban, dan terasa sakit jika di tekan serta
keluar cairan nanah
Genetalia : masih keluar darah nifas agak berbau sedikit ( lochia
sanguinolenta)

Anogenitalia : keadaan bersih tidak ada oedem

5. Pemeriksaan Penunjang : ganti perban 1x dua dalam 2 hari

C. Analisis Data

 Ny “N” usia 28 tahun PIA0 dengan perawatan luka post SC 6 hari

D. Penatalaksanaan
 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
 Menjelaskan penyebab nyeri yaitu karena terputusnya kontinuitas jaringan otot,
dan serabut akibat dari rangsangan otot abdomen yang berlebihan saat operasi
dengan adanya luka ini maka dapat merangsang ujung-ujung saraf sehingga
timbulnya nyeri.
 Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
 Memberitahu ibu untuk makan-makanan yang bergizi seperti sayuran yang
mengandung protein dan karbohidrat
 Memberitahu ibu 3 hari yang akan datang, akan ada kunjungan yang ke 2 ke
rumah ibu

Pndeglang, 26 Juli 2022

Pengkaji,

(Nia Mahdalena)
ASUHAN KEBIDAN PADA NY”N”
DENGAN KONSELING LUKA POST SC DI DESA BAMA
KECAMATAN PAGELARAN TAHUN 2022

2. Kunjungan ke 1I

No. Registrasi :-

Tanggal Pengkajian : 29 Juli 2022

Waktu Pengkajian : Pukul 10.00 wib

Tempat Pengkajian : Rumah Pasien

Pengkaji : Nia Mahdalena

A. Data Subjektif
- Ibu merasa agak membaik
- Ibu merasa Luka jahitan sudah tidak begitu sakit, sudah bisa bangun dari tempat
tidur
- Ibu sudah mau makan normal karena badan sudah tidak panas dingin

B. Data Objektif
 Keadaan ibu Nampak membaik
 Wajah ibu sudah Nampak cerah
 Membuka perban dan membersihkan luka
 Tidak ada nyeri saat di tekan pada bagian luka operasi
 Luka operasi sudah kering

1. Tanda- Tanda Vital


Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ℃
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih,tidak ada ketombe dan rambut rontok
Wajah : Nampak lesu dan lemas, tidak ada oedema
Mata : Conjungtiva normal, sclera putih
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Hidung : Bersih,tidak ada polit dan secret
Mulut : Bersih, tidak ada caries dan gigi berlubang
Leher : Normal, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.
Payudara : Simtris, sedikit bengkak dan putting susu menonjol
Abdomen : Nampak luka di tutup perban, dan terasa sakit jika di tekan serta
keluar cairan nanah
Genetalia : terdapat darah berwarna kuning ( lochia serosa)

Anogenitalia : keadaan bersih tidak ada oedem

3. Pemeriksaan Penunjang : ganti perban 1x dua dalam 2 hari


C. Analisis Data

 Ny “N” usia 28 tahun PIA0 dengan perawatan luka post SC 9 hari

D. Penatalaksanaan
 Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan
 Memberikan penjelasan tentang pentingnya mobilisasi dini dalam proses
penyembuhan luka oprasi
 Memberitahukan kepada ibu agar selalu menjaga dan merawat luka nya setiap
hari/ mengganti perban setiap hari
 Menganjurkan ibu istirahat yang cukup
 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
 Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan badan serta personal hygiene
 Menganjurkan ibu untuk tetap cukup asupan makanan bergizi, protein,
karbohidrat serta vitamin
 Memberitahu ibu akan ada kunjungan yang ke 3, 5 hari yang akan datang

Pandeglang, 29 Juli 2022

Pengkaji,

(Nia Mahdalena)
ASUHAN KEBIDAN PADA NY”N”
DENGAN KONSELING LUKA POST SC DI DESA BAMA
KECAMATAN PAGELARAN TAHUN 2022

3. Kunjungan ke III

No. Registrasi :-

Tanggal Pengkajian : 03 Agustus 2022

Waktu Pengkajian : Pukul 09.25 wib

Tempat Pengkajian : Rumah Pasien

Pengkaji : Nia Mahdalena

A. Data Subjektif
E. Ibu sudah tidak merasa sakit di bagian luka jahitan
F. Ibu mengatakan sudah nyaman dengan kondisi sekarang
G. Sudah melakukan aktifitas rumah sedikit demi sedikit

B. Data Objektif
 Keadaan ibu Nampak membaik
 Wajah ibu sudah Nampak cerah
 Membuka perban dan membersihkan luka
 Tidak ada nyeri saat di tekan pada bagian luka operasi
 Luka operasi sudah kering
1. Tanda- Tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ℃
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih,tidak ada ketombe dan rambut rontok
Wajah : Normal, cerah, tidak ada oedema
Mata : Conjungtiva normal, sclera putih
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Hidung : Bersih,tidak ada polit dan secret
Mulut : Bersih, tidak ada caries dan gigi berlubang
Leher : Normal, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.
Payudara : Simtris, sedikit bengkak dan putting susu menonjol
Abdomen : Nampak luka di tutup perban, dan terasa sakit jika di tekan serta
keluar cairan nanah
Genetalia : terdapat darah berwarna kuning ( lochia serosa)

Anogenitalia : keadaan bersih tidak ada oedem

3. Pemeriksaan Penunjang :
Luka Post SC sudah tidak di tutup perban, karna sudah bagus dan kering

C. Analisis Data

 Ny “N” usia 28 tahun PIA0 dengan perawatan luka post SC 14 hari

D. Penatalaksanaan
 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien
 Menanyakan kepada ibu apakah sudah beraktifitas di dalam rumah
(ibu mengatakan baru mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan-ringan saja)
 Menanyakan kepada ibu apakah masih menggunakan perban pada luka operasi
(ibu mengatakan sudah tidak menggunakan perban karna luka operasi sudah
kering dan tidak terasa nyeri lagi)
 Menanyakan kepada ibu apakah sudah menjaga personal hygiene agar tidak
terjadi infeksi
(ibu mengatakan sudah bisa mandi pagi dan sore, serta selalu menganti
pembalut 3x sehari)
 Menanyakan kepada ibu apakah sudah makan-makan bergizi serta buah dan
sayur
(ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,
karbohidrat serta buah dan sayur)
 Menanyakan kepada ibu tentang rencana menggunakan alat kontrasepsi apa
setelah 40 hari
(ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi Suntik 3 bln)
Pandeglang, 03 Agustus 2022

Pengkaji,

(Nia Mahdalena)

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penjelasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara konsep dan teori
dasar dengan penerapan asuhan kebidanan pada Ny “N” konseling dengan perawatan
luka post Sectio Caesar. Sesuai dengan menurut (19) Perawatan luka pada ibu nifas post
sectio caesar adalah merawat luka dengan cara mengganti balutan atau penutup yang
sudah kotor atau lama dengan penutup luka atau pembalut luka yang baru. Tujuannya
adalah untuk mencegah terjadinya luka infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman
pada pasien. Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain: bak instrumen, kassa,
gunting, plester, antiseptik (betadine), pinset anatomis dan chirurgis, bengkok, perlak
pengalas, sarung tangan steril, larutan NaCl untuk membersihkan luka, salep antiseptik,
tempat sampah, larutan klorin 0,5%. Langkah-langkah perawatan luka post Sectio Caesar.
Untuk memudahkan dalam menguraikan kesenjangan antara teori dan studi kasus,
maka penulis menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang di susun
secara soap,

4.2 Pembahasan
Menurut (18), Operasi Sectio Caesarea Dilakukan Jika Kelahiran Pervaginal
Mungkin Akan Menyebabkan Resiko Pada Ibu Ataupun Pada Janin, Dengan
Pertimbangan Hal-Hal Yang Perlu Tindakan SC Proses Persalinan Normal
Lama/Kegagalan Proses Persalinan Normal (Dystosia), Sedangkan pada kasus Ny “N”
telah dilakukan oprasi Sectio caesarea karna mengalami Preeklamsia Berat, sehingga
dokter obgyn harus cepat mengambil tindakan untuk melahirkan bayi Ny “N” dengan
cara Sectio Caesar
Pada langkah ini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi identitas
pasien, data biologis berupa keluhan utama dan riwayat keluhan utama, riwayat kesehatan
yang lalu, riwayat reproduksi, riwayat kehamilan. Informasi yang diperoleh mengenai
data-data tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung dari klien
serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik yang dimulai dari wajah sampai ke kaki
yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
Berdasarkan data obyektif dan subyektif yang penulis temukan pada kasus Ny“N”
umur 28 tahun, GI P0 A0 yang mengalami operasi sectio caesar pada saat melahirkan
pada tanggal 20 Juli 2022 di RSUD Berkah , ibu mengatakan terasa sakit pada bagian
luka operasi, demam serta lemas. Ibu tidak pernah mengalami trauma selama hamil, tidak
memiliki riwayat penyakit hipertensi selama hamil, riwayat pernikahan Cuma 1x, pada
kunjungan rumah ini telah di lakuakan kunjungan selama 3 hari masa binaan pada Ny
“N” dan di lakukan konseling tentang makanan, mobilisasi serta aktifitas setelah post
Sectio Cesar,
Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi adanya
masalah potensial yaitu mengantisipasi segala sesuatu yang mungkin terjadi. Sesuai
dengan tinjauan pustaka bahwa keadaan nyeri luka operasi kemungkinan dapat terjadi
infeksi apabila tidak ditangani dengan baik. Tindakan Segera/Kolaborasi Beberapa data
yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dimana harus menyelamatkan jiwa
klien, dalam bahaya. Dengan demikian ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan
manajemen Asuhan Keluaarga binaan berarti tidak ada kesenjangan. Rencana Tindakan
Asuhan Pada manajemen Asuhan Keluarga binaan suatu rencana tindakan yang
komprehensif dilakukan termasuk atas indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi
klien, rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan yang diambil harus
berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenaranya. Asuhan Keluarga Binaan
pada Ny”N” dengan Post Sectio Caesar (SC) hari ke 6, penulis merencanakan Asuhan
Keluarga Binaan dengan konseling berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah
potensial yaitu observasi tanda-tanda vital, anjurkan ibu istirahat yang cukup, anjurkan
ibu makan-maksan yang bergizi, anjurkan ibu untuk mobilisasi dini, berikan penjelasan
tentang personal hygiene yaitu mengganti pembalut dan pakaian bila basah/kotor,
jelaskan penyebab nyeri, anjurkan ibu untuk sering menyusui bayinya, lakukan perawatan
payudara, observasi keadaan luka, dan penatalaksanaan pemberian antibiotik, analgetik
dan vitamin. Dari rencana asuhan kebidanan yang telah diberikan, pada kasus ini ada
kesesuaian antara teori dengan kasus yang ada pada Ny”N”. Implementasi Asuhan
Keluarga Binaan berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa
melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman pada klien.
Implementasi 97 dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian
dilaksanakan ibu serta kerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan
yang telah direncanakan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Keluarga Binaan di Desa Bama didapatkan

kesimpulan bahwa penulis telah mengumpulkan data objektif dan subjektif terhadap

Ny”N” dengan Melakukan Konseling kemudian dilanjutkan dengan perawatan luka post

SC di desa Bama kecamatan pagelaran pada tanggal 26 juli 2022, telah di terapkan

Asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan yang di

dapati kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian data subjektif pada Ny”N” konseling dengan perawatan luka post SC,

sesuai dengan hasil pengkajian secara objektif ibu mengalami sakit bagian luka pos

SC dan terasa panas dingin serta lemas

2. Pengkajian data objektif pada Ny”N” konseling dan perawatan luka post SC yaitu

sesuai dengan hasil pemeriksaan maka dengan demikian di tegakan dengan diagnosa

Ny”N” usia 28 Tahun P1A0 dengan konseling dan perawatan Post Luka SC

3. Di dapat hasil analisa data pada Ny”N” yaitu Ny”N” usia 28 tahun P1A0 dengan
konseling dan perawatan luka \post SC

4. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny”N” berjalan sesuai dengan rencana yang di

tetapkan yang di lakukan secara efektif dan ama bagi keluarga pasien serta bagi

peneliti.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Lahan Praktek

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dengan


konseling, informasi dan edukasi terutama tentang perawatan luka pos SC,
tentang gizi yang diperlukan untuk pemulihan masa nifas dan luka SC

5.2.2 Bagi Penulis

Diharapkan lebih memperdalam ilmu dan teori tentang Perawatan luka


pos SC sehingga dapat mengambil tindakan secara lebih cepat dan tepat. Selain
itu mahasiswa diharapkan dapat mengkaji setiap informasi yang dapat
menunjang analisa dengan rinci sehingga pendokumentasian dapat dilakukan
sesuai dengan managemen langkah varney.

5.2.3 Bagi pasien

Banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi contohnya,sayur-


sayuran,buah-buahan dan makanan yang bergizi lainnya.
Daftar Pustaka

Pitri R, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogjakarta : Buku kesesehatan (1)


WHO, infordatinmother day diakses, 23-02-2019, Jakarta, https://dinkes.bantenprov.go.id (2)
DINKES BANTEN, 2017, Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan, Banten,
https://erenggar.kemkes.go.id (3)
Hasanah, wardayanti, 2015. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id(4)
Susilo r,Widyasih, Dkk,2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba medika (5)
Purwoastuti, W. 2015. Asuhan Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta : Nuha Medika (6)
Siti Nunung, 2013, https://perpus.unigo.ac.id/index.php?p=show_detail&id4887&keywords (7)
Sumarah. 2013. Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea.
(http://ejounal.stikesmukla.ac.id/) (8)
Hartati, S. Maryunani, A. 2015. Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Seksio
Sesarea. Jakarta : CV. Trans Info Media (9)
Vaning,. https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/517/6/6.%20BAB%20II 2013 (10)
varney, dkk,2008, Asuhan Kebidanan pada Masa nifas. Jakarta, Artikel Jurnal program S1
Keperawatan UMJ (11)
Damayanti, 2013, Kebutuhan dasar ibu nifas, https://www.academia.edu/28562230/
KEBUTUHAN_DASAR_IBU_NIFAS (12)
Suherni,2008. http://repository.ub.ac.id/id/bab I ( 13)
Herawati 2019. Baby blus , (14)
Dewi Martalia 2016. Mmastitis. Jakarta (15)
Ralph Benson 2017, persalinan vakum/ vorcep. (16)
Sarwono 2015, Komplikasi pada Kehamilan dengan Riwayat Caesarian Section.jurnal
lampung (17)
Winkjoksastro, http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3594/4/Chapter2.doc.pdf, jurnal (18)
Saifudin 2015. Jurnal. Rizka Heriansyah, Lola Pebrianthy Fakultas Kesehatan Universitas
Aufa Royhan (19).

SATUAN ACARA KEGIATAN

KELUARGA BINAAN

Praktik Komunitas

DISUSUN OLEH

NIA MAHDALENA

NPM 07210400323
PROGAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022

SATUAN ACARA KEGIATAN

KONSELING DENGAN PERAWATAN LUKA POST SECTIO CAESAR


DI DESA BAMA KECAMATAN PAGELARAN

TEMA : PERAWATAN LUKA POST SC


SASARAN : NY”N”
MATERI POKOK : KONSELING LUKA POST SC
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
TEMPAT : RUMAH PASIEN
PELAKSANA : NIA MAHDALENA

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah di lakukan konseling keluarga Ny”N’, Ny”N” dapat mengetahui perawatan
luka post SC
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah di berikan konseling ibu d harapkan mampu:
a. Keluarga dapat mengetahui pengertian luka SC .
b. Keluarga dapat mengetahui penyebab luka SC Kurang Baik
c. Keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala luka SC
d. Keluarga dapat mengetahui cara memantau perawatan luka SC
e. Keluarga dapat mengetahui pelaksanaan perawatan luka SC
B. Pelaksanaan
 Tempat
Rumah pasien
 Waktu
Selasa, 26 Juli 2022
C. Metode dan Media
 Metode : konseling dan tanya jawab langsung kepada Ny”N” dan keluarga Ny”N”
 Media : -

D. Langkah Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan konseling Kegiatan
Kegiatan Peserta
1 Orientasi 5 menit 1. Mengucapkan salam  Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri  Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
kegiatan yang akan  Brain storming mengenai
dilakukan Gizi Kurang
2 Kegiatan 10 menit 1. Menjelaskan pengertian  Mendengarkan
Nifas Dengan Sectio
Caesar
 Memperhatikan.
2. Menjelaskan penyebab
Luka kurang bagus/baik
3. Menjelaskan tanda dan  menyimak
gejala setelah oprasi
Sectio Caesar
4. Menjelaskan Memantau
perawatan luka Sectio
Caesar
5. Menjelasakan
Penatalaksanaan
perawatan luka Secti
Caesar
3 Terminasi 15 menit 1. Memberi kesempatan  Mendengarkan.
pada keluarga untuk
bertanya.  Memperhatikan.
2. Beri pujian
 Menjawab salam
3. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
4. Mengucapkan salam.

E. Evaluasi
a. keluarga mampu menjelaskan cara perawatan luka Secto Caesar
b. keluarga mampu menyebutkan penyebab luka Sc menjadi kurang bagus/ baik
c. keluarga mampu menyebutkan memantau perawatan luka SC
d. keluarga mampu menyebutkan Penatalaksanaan perawatan lika SC

F. Materi :
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

kira-kira 6 minggu (5).

2. Definisi Sektio Caesar


Seksio cesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana

irisan di lakukan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk

mengeluarkan bayi. Seksio cesarean umumnya dilakukan ketika proses persalinan

normal melalui vagina tidak memungkinkan kaena beresiko kepada komplikasi medis

lainnya (6)

3. Penyebab Dilakukan SC (Indikasi)


Menurut (18), Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin

akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal

yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan


normal (Dystosia):

n. Fetal distress.

o. His lemah/melemah.

p. Janin dalam posisi sungsang atau melintang.

q. Bayi besar (BBL > 4,2 kg).

r. Plasenta previa.

s. Kelainan letak.

t. Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul).

u. Rupture uteri mengancam.

v. Hydrocephalus.

w. Primi muda atau tua.

x. Partus dengan komplikasi.

y. Panggul sempit.

z. Problema plasenta

Kelemahan Umum, partus tidak maju/partus lama, penyakit Jantung, Placenta

Previa dengan perdarahan hebat atau Placenta previa marginalis. Pintu vagina lemah,

tumor vagina tumor cervic. Kehamilan Serotinus (lebih dari 42 minggu) Distocia

karena kekurangan his Prolapsus Foniculli.

4. Penatalaksanaan dan perawatan luka SC


Perawatan luka pada ibu nifas post sectio caesarea adalah merawat luka dengan

cara mengganti balutan atau penutup yang sudah kotor atau lama dengan penutup luka

atau pembalut luka yang baru. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya luka

infeksi serta memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien. Persiapan alat dan

bahan yang dibutuhkan antara lain: bak instrumen, kassa, gunting, plester, lidi waten,

antiseptik (betadine), pinset anatomis dan chiurgis, bengkok, perlak pengalas, sarung

tangan steril, larutan NaCl untuk membersihkan luka, salep antiseptik, tempat sampah,
larutan klorin 0,5%. Langkah-langkah perawatan luka post sectio caesarea adalah:

3) Kapas perut harus dilihat pada 1 hari pasca bedah, bila basah dan berdarah harus

diganti. Umumnya kassa perut dapat diganti hari ke 3 – 4 sebelum pulang dan

seterusnya, pasien mengganti setiap hari luka dapat diberikan betadine sedikit.

4) Jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan pada 5 hari pasien bedah (19).

G. Daftar Pustaka/Referensi
Susilo r,Widyasih, Dkk,2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
medika (5)
Purwoastuti, W. 2015. Asuhan Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta : Nuha Medika (6)
Winkjoksastro, http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3594/4/Chapter2.doc.pdf, jurnal (18)
Saifudin 2015. Jurnal. Rizka Heriansyah, Lola Pebrianthy Fakultas Kesehatan
Universitas Aufa Royhan (19).
JOB SHEET

TEMA : PERAWATAN LUKA POST SC


SASARAN : Ny”N”
MATERI POKOK : KONSELING PERAWATAN LUKA POST SC
WAKTU/ PERTEMUAN : 30 MENIT
TEMPAT : Rumah Pasien
PELAKSANA. : Nia Mahdalena
PROGRAM STUDI : Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan

A. OBJEKTIF PERILAKU MAHASISWA


Mahasiswa mampu menjelaskan konseling tentang luka post
B. DASAR TEORI SINGKAT
Perawatan luka post SC

C. PETUNJUK
1. Memberikan informasi dengan baik dan benar
2. Melakukan pendokumentasian
3. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
4. ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
5. Bekerja secara hati-hati dan teliti.
D. KESELAMATAN KERJA
 Patuhi prosuder pekerjaan
 Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
 Berikan informasi dengan baik dan benar.

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
Periksa dan pastikan semua alat, perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan
sudah tersedia sesuai dengan job sheet.

PROSEDUR TINDAKAN
No Langkah dan Key point Ilustrasi gambar
1 Sapa klien dengan ramah dan
perkenalkan diri anda dan
tanyakan kedatanggannya
Key point:

● Mempersilahkan ibu

duduk dengan nyaman


dan membina hubungan
baik.

2 Melakukan pengkajian
Key point:

● Menanyakan informasi

3 Menyiapkan alat dan bahan


secara baik dan benar
Key point:

● Dekatkan alat dan bahan


4 ● Memberikan pelaksanaan

konseling

● Menjelaskan pengertian

luka pos SC

● Menjelaskan tentang

perawatan luka post SC

● Menjelaskan tentang

penatalaksanaan
perawatan luka post SC

5 Melakukan Evaluasi hasil


konseling yang sudah di
sampaikan

6 Dokumentasikan dan beritahukan


hasil kepada ibu

F. Daftar Pustaka/Referensi
Susilo r,Widyasih, Dkk,2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
medika (5)
Purwoastuti, W. 2015. Asuhan Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta : Nuha Medika (6)
Winkjoksastro, http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3594/4/Chapter2.doc.pdf, jurnal (18)
Saifudin 2015. Jurnal. Rizka Heriansyah, Lola Pebrianthy Fakultas Kesehatan
Universitas Aufa Royhan (19).

DAFTAR TILIK

PENILAIAN

0 Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan


1 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan belum sempurna
2 Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan sempurna

Beri tanda ceklist () pada kolom penilaian

No. Langkah Kegiatan Penilaian

0 1 2

PERSIAPAN TEMPAT

1 Menyediakan tempat yang nyaman untuk melakukan


konseling

PERSIAPAN ALAT

2 Alat bantu untuk melakukan konseling

PERSIAPAN PASIEN

3 Sambut pasien dengan ramah

4 Perkenalkan diri

5 Persilahkan pasien duduk dan ciptakan suasana


nyaman
6 Jelaskan maksud dan tujuan kunjungan

PELAKSANAAN KONSELING

7 Menjelaskan pengetian luka post SC

8 Menjelaskan penyebab luka post Sc kurang


Bagus/kurang baik

9 Menjelaskan tanda dan gejala luka post SC kurang


baik

10 Menjelaskan dan memantau perawatan luka post SC

11 Menjelaskan Penatalaksanaan perawatan post SC

EVALUASI

12 Evaluasi hasil konseling yang sudah d sampaikan

13 Menyampaikan pada pasien apakah sudah mengerti


dengan penjelasan yang sudah d sampaikan

14 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk


bertanya

15 Meminta ibu untuk mengulangi inti dari penjelasan


yang di sampaikan

TOTAL SKOR

NILAI = TOTAL SKOR X100=NILAI AKHIR

17
Liflet perawatan luka post Sectio Caesar

NIA
MAHDALENA

Program Studi Kebidanan

Universitas UIMA 2022


LAMPIRAN DOKUMENTASI

Kunjungan ke I Tanggal, 26 Juli 2022

Kunjunga ke II Tanggal 29 Juli 2022


Kunjungan Ke III, Tanggal 03 Agustus 2022

Anda mungkin juga menyukai