Anda di halaman 1dari 68

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA S1

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN


PADA PEMBELAJARAN ONLINE DI MASA
PANDEMI COVID-19
Versi ke-1
SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Padjadjaran

BENNI SUTISNA

NPM 220110166156

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

BANDUNG

2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

JUDUL : GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA S1

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PADA PEMBELAJARAN ONLINE DI MASA PANDEMI COVID-

19

PENYUSUN : BENNI SUTISNA

NPM : 220110166156

Garut, Maret 2021

Mengetahui,

Pembimbing Utama,

Indra Maulana, S.Kep., Ners., M.M

NIP. 19760531 201001 1 003

Pembimbing Pendamping,

i
Nur Oktavia Hidayati, M.Kep

NIP. 19791006 200912 2 002

ABSTRAK

Pandemi Covid-19 menjadi salah satu krisis kesehatan utama bagi setiap
individu dari semua bangsa, benua, ras, dan kelompok sosial ekonomi. Tingginya
angka kejadian covid-19 sangat mempengaruhi kehidupan di seluruh dunia, salah
satunya bagi mahasiswa yang merasakan dampak pandemi covid-19 dimana
pembelajaran biasanya dilakukan secara tatap muka berubah menjadi pembelajaran
online. Perubahan ini dapat berdampak pada psikologis mahasiswa diantaranya
kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran tingkat
kecemasan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran pada
pembelajaran online di masa pandemi covid-19.

Metode penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi


dalam penelitian ini yakni mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran. Teknik sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dengan jumlah
91 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner baku
SRAS (Self-Rating Anxiety Scale) yang dimodifikasi dari Sari (2017). Data diolah
menggunakan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Kata kunci : Kecemasan, Mahasiswa, Pembelajaran Online, Pandemi Covid-19

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi kita yakni Nabi

Muhammad SAW yang senantiasa telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Gambaran

Tingkat Kecemasan Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Pada Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-19”.

Proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi syarat menempuh sidang

usulan proposal penelitian di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Dalam

penyusunan proposal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, namun berkat

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya proposal penelitian ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam usulan proposal

penelitian ini.Maka dari itu, penulis memerlukan penyempurnaan berupa kritik dan

saran untuk perbaikan kedepannya dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak yang membutuhkan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan.Selama penulisan usulan proposal penelitian ini, penulis banyak

iii
mendapatkan arahan, bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak.

Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Prof. Dr. Rina Indiastuti, M. SIE., selaku rektor Universitas Padjadjaran.

2. Bapak Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS., Ph. D selaku dekan Fakultas

Keperawatan.

3. Bapak Indra Maulana, S.Kep., Ners., M.M selaku dosen pembimbing utama yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memotivasi

serta memberi saran yang sangat berguna bagi penulis dalam penyusunan

proposal penenlitian.

4. Ibu Nur Oktavia Hidayati, M.Kep selaku dosen pembimbing pendamping yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memotivasi

serta memberi saran yang sangat berguna bagi penulis dalam penyusunan

proposal penenlitian.

5. Orang tua tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, do’a,

materi, maupun moril.

6. Rekan-rekan angkatan 2016 Fakultas Keperawatan yang selalu menemani dan

membantu saya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

Akhir kata dari saya, mohon maaf apabila ada kekurangan dalam isi maupun

tata tulis, saran dan masukan dari pembaca sangat penulis harapkan.

iv
Garut, Maret 2021

Penyusun

Benni Sutisna

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.......................................................................................... i

Abstrak.............................................................................................................. ii

Kata pengantar.................................................................................................. iii

Daftar Isi........................................................................................................... v

Daftar Skema.................................................................................................... vi

Daftar Tabel...................................................................................................... vii

Daftar Lampiran................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................. 9

1.3 Tujuan penelitian.............................................................. 9

v
1.4 Manfaat penelitian............................................................ 9

1.5 Kerangka Pemikiran......................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pandemi Covid-19 .............................................. 13

2.2 Konsep Pembelajaran Online........................................... 18

2.3 Konsep Dasar Kecemasan................................................ 24

2.4 Konsep Mahasiswa........................................................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rncangan Penelitian......................................................... 39

3.2 Variabel Penelitian............................................................ 39

3.3 Definisi Konseptual.......................................................... 39

3.4 Definisi Oprasional........................................................... 39

3.5 Populasi Dan Sampel........................................................ 40

3.6 Etika Penelitian................................................................. 42

3.7 Instrumen Penelitian......................................................... 43

3.8 Uji Coba Instrumen........................................................... 44

3.9 Prosedur Penelitian........................................................... 45

3.10 Tehnik Pengolahan Data................................................. 46

3.11 Analisis Data................................................................... 47

3.12 Lokasi Dan Waktu Penelitian......................................... 48

DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR SKEMA

1.1 Bagan Kerangka Pemikiran........................................................... 12

vii
DAFTAR TABEL

3.4 Definisi Oprasional........................................................................ 40

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Syrat Pernyataan Persetujuan

Lampiran 2 : Kuisioner Kecemasan Pada Pembelajaran Online

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi covid-19 menjadi salah satu krisis kesehatan utama bagi setiap

individu dari semua bangsa, benua, ras, dan kelompok sosial ekonomi. Kondisi

kesehatan masyarakat terkait penularan covid-19 dibagi menjadi enam kelompok

yaitu orang sehat (OS), orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan

(ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang yang positif covid-19. Covid-19

merupakan jenis penyakit baru dan sangat mudah menular. Virus baru ini

sebelumnya tidak dikenal sebelum menjangkit banyak penduduk Wuhan, Cina

dan menyebabkan wabah pada bulan Desember 2019. (Kemenkes RI, 2020).

Virus covid-19 merupakan sekelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit

pada hewan dan manusia. Beberapa jenis virus yang termasuk dalam golongan

ini antara lain SARS (Severe Acut Respiratory Syndrome), MERS (Middle East

Respiratory Syndrome), dan covid-19 (World Health Organization [WHO],

2020).

Virus corona atau dikenal dengan nama covid-19 sangat mempengaruhi

kehidupan di seluruh dunia. Isolasi pembatasan sosial yang memberlakukan

perubahan lengkap terhadap lingkungan psikososial di negara-negara yang

terkena dampak. Covid-19 telah mengancam dunia dengan kematian yang

semakin hari semakin bertambah (Hardiyati, 2020). Data 30 April 2020, covid-19

telah dikonfirmasi pada 3.096.686 orang dengan kasus baru 72.955 di seluruh

Dunia, sedangkan angka kematian sekitar 9.859, sehingga total kematian karena

1
2

covid-19 sebanyak 223.198 orang. Angka tersebut meningkat jauh jika

dibandingkan dengan data 28 April 2020 dimana jumlah penderita covid-19

2.957.350 orang dengan jumlah kematian 207.961 orang (WHO, 2020).

Data 15 Mei 2020 di Indonesia didapatkan 16.496 orang terkonfirmasi

covid-19 dengan kasus baru 490 orang, 11.617 orang dalam perawatan, 3.803

dinyatakan sembuh, 1.076 meninggal. Sedangkan orang dalam pemantauan

(ODP) sebanyak 262.919 dan pasien dalam pengawasan (PDP) sebesar 34.360

orang (Gugus Covid RI, 2020). Penularan covid-19 dari satu individu ke individu

yang lain telah ditunjukkan dengan gejala demam, sakit tenggorokan, batuk,

sesak nafas, dan ada beberapa individu yang positif terkena covid-19 tanpa gejala

(Kemenkes RI, 2020).

Penatalaksanaan covid-19 saat ini bersifat suportif, dan kegagalan

pernafasan menjadi penyebab utama mortalitas (Mehta, 2020). Tingginya angka

kejadian dan potensi kematian membuat banyak pihak berusaha memutuskan

rantai penularan covid-19 ini dengan berbagai cara, seperti penerapan PSBB,

perubahan sistem sekolah dan perkuliahan menggunakan metode daring dan

himbauan ke seluruh masyarakat untuk menggunakan masker apabila berpergian

ke luar rumah (Kemenkes RI, 2020).

Berdasarkan penetapan tersebut, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Surat Edaran dari Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17

Maret 2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam

rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease atau covid-19 (Niken,


3

2020). Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Kualitas pendidikan

menggambarkan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pendidikan dapat

dilakukan melalui peningkatan kualitas pembelajaran (Diana, 2020).

Pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah bagi para tenaga

pendidik merupakan perubahan yang harus dilakukan oleh dosen untuk tetap

mengajar mahasiswa. Pendidikan dengan jarak jauh memiliki tujuan agar mutu

pendidikan meningkatkan dan relevansi pendidikan serta meningkatkan

pemerataan akses dan perluasan pendidikan. Pendidikan jarak jauh yang

diselenggarakan dengan penjaminan kualitas yang baik dan sesuai dengan

kebutuhan pemangku kepentingan merupakan salah satu mekanisme perluasan

akses pendidikan tinggi (Wahyudin, 2020). Program Belajar Jarak Jauh (PBJJ)

merupakan alternatif yang digunakan saat ini oleh setiap universitas untuk

melaksanakan proses belajar mengajar walaupun tidak dengan tatap muka.

Perubahan proses belajar dari tatap muka menjadi PBJJ merupakan suatu

keputusan yang harus dilakukan oleh univeritas agar tujuan pendidikan dapat

dilaksanakan secara efektif dan efesien. Universitas merupakan sebuah organisasi

modern yang harus beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Universitas di

tengah pandemi covid-19 harus tetap menjalankan proses belajar mengajar.

dengan mengubahnya menjadi PBJJ. PBJJ ini menjadi tantangan bagi setiap

universitas untuk tetap mejalankan tujuan pendidikan (Sari, 2020).

Pembelajaran yang dilakukan secara daring memiliki beberapa kelebihan

dalam penerapannya. Pembelajaran daring membuat kegiatan belajar mengajar

menjadi dapat dijangkau dari berbagai waktu dan tempat (Shukla, 2020).
4

Penggunaan media daring juga memungkinkan siswa untuk mendapatkan

informasi yang lebih luas melalui internet (Hastini, 2020). Pemanfaatan teknologi

ini dianggap sangat membantu dalam melangsungkan pembelajaran selama

pembatasan sosial di masa pandemi covid-19 (Pakpahan, 2020).

Mahasiswa sebagai salah satu individu yang jumlahnya paling banyak di

institusi pendidikan tentunya sangat merasakan dampak pendemi covid-19,

dimana sistem pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka baik di

lingkungan kampus ataupun lahan praktek berubah menjadi daring. Perubahan

yang terjadi pada mahasiswa akibat covid-19 tentunya berdampak pada

psikologis mahasiswa (Livana, 2020). Diantara kondisi psikologis yang dialami

oleh mahasiswa adalah rasa anxiety atau kecemasan dalam proses pembelajaran

(Fitria, 2020).

Kecemasan dapat berupa perasaan khawatir, perasaan tidak enak, tidak

pasti atau merasa sangat takut sebagai akibat dari suatu ancaman atau perasaan

yang mengancam dimana sumber nyata dari kecemasan tersebut tidak diketahui

dengan pasti (Nasir, 2011). Kecemasan sudah menjadi masalah emosi yang

umum. Kecemasan merupakan salah satu gangguan psikologis yang univeral dan

dapat terjadi pada siapapun termasuk mahasiswa. Karena, kecemasan tidak

mengenal batas usia, jenis kelamin, kedudukan, dan suku. Faktor psikososial

yang mempengaruhi kecemasan meliputi peristiwa kehidupan dan stressor

lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif

dan dukungan sosial (Luqman, 2013).


5

Kecemasan merupakan sebuah perasaan yang waspada, seolah-olah ada

ancaman dan kejadian yang tidak diharapkan akan datang menimpanya sehingga

menimbulkan perasaan takut dan disertai dengan timbulnya keringat dingin,

tangan yang gemetaran, dan jantung yang berdebar-debar (Keliat, 2011).

Kecemasan dapat mengaktifkan syaraf otonom yang berakibat detak jantung

menjadi bertambah, tekanan darah naik, frekuensi nafas bertambah dan secara

umum mengurangi tingkat energi pada klien, sehingga dapat merugikan individu

(Purwaningsih, 2010).

Kecemasan yang dialami seseorang umumnya tidak bertahan lama dan

berangsur membaik (Rector, 2016). Bila seseorang mengalami kecemasan

berlebih, tidak terkendali, bertahan lebih dari 6 bulan tanpa diterapi, dan

memengaruhi aktivitasnya sehari-hari, orang itu mengalami gangguan kecemasan

(Marsh, 2015). Gangguan kecemasan dapat membuat seseorang sulit bekerja atau

belajar, mengerjakan aktivitas sehari-hari, bersosialisasi dengan orang lain, dan

mengalami ketegangan dan penderitaan pribadi yang mendalam (Rector, 2016).

Gangguan kecemasan mengarah pada sekelompok gangguan mental yang

ditandai dengan perasaan cemas dan ketakutan, termasuk gangguan kecemasan

umum, gangguan panik, fobia, gangguan kecemasan sosial, gangguan obsesif-

kompulsif dan gangguan stres pasca trauma (WHO, 2017). Oleh karena itu,

diperlukan strategi untuk mengurangi beban kesehatan mental ini (Holmes,

2020).

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat kecemasan

seseorang, antara lain usia, jenis kelamin, potensi stres, lingkungan, maturitas,
6

pendidikan, status sosial, status ekonomi, tipe kepribadian, dan aktivitas fisik

(McDowell, 2017). Perasaan cemas yang dialami oleh mahasiswa tidak selalu

dikaitkan dengan gangguan kejiwaan atau mental namun hal ini dapat

diakibatkan oleh bentuk adaptasi dengan adanya kondisi baru (Chodijah, 2020).

Kecemasan atau ansietas digambarkan dengan keadaan khawatir, gelisah,

takut, tidak tentram dan disertai dengan berbagai keluhan fisik (McKay, 2020).

Kecemasan dapat dikategorikan menjadi kecemasan ringan, kesemasan sedang

dan kecemasan berat hingga seringkali menimbulkan kepanikan dan akan

berdampak pada terganggunya aktivitas (Anggraeni, 2015). Kecemasan pada

mahasiswa dengan adanya pembelajaran jarak jauh terlebih lagi dengan adanya

pandemi covid-19, dapat menimbulkan kecemasan yang berkelanjutan dan

berdampak pada penurunan prestasi mahasiswa serta ketidakmampuan

mahasiswa untuk memenuhi peran dan kewajibannya, apabila tidak segera

dikontrol dan ditangani (Kristianto, 2013).

Kecemasan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, karena kecemasan

cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi. Distorsi tersebut

dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan

perhatian, menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan menghubungkan

satu hal dengan yang lain (Kaplan, 2005). Sumber kecemasan yang dialami

mahasiswa meliputi situasi yang monoton, kebisingan, tugas yang terlalu banyak,

harapan yang mengada-ngada, ketidakjelasan, kurang adanya kontrol, keadaan

bahaya dan kritis, tidak dihargai, diacuhkan, kehilangan kesempatan, aturan yang

membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan, dan deadline tugas


7

perkuliahan (Purwati, 2012). Upaya mengatasi kecemasan yang dialami, siswa

berusaha untuk belajar secara mandiri agar dapat memahami materi dengan baik.

Tugas-tugas yang diberikan juga segera dikerjakan sesuai kemampuan agar tidak

semakin menumpuk. Selain itu siswa juga melakukan diskusi dengan guru dan

temantemannya untuk mengerjakan tugas maupun mempelajari materi yang sulit.

Kemandirian siswa memang berperan dalam terciptanya keberhasilan

pembelajaran daring (Rusdiana, 2020).

Hasil penelitian Cao (2020) pada 7.143 mahasiswa menunjukkan bahwa

0,9% mahasiswa mengalami ansietas berat, 2,7% mengalami ansietas sedang,

dan 21,3% mengalami ansietas ringan. Hasil penelitian di Uni Emirat Arab

menunjukkan bahwa tingkat kecemasan mahasiswa non-kedakteran meningkat

dengan pembelajaran online (Saddik, Basema, 2020).

Dalam penelitian Artanty (2020) hasil yang didapat adalah mahasiswa

mengalami tingkat kecemasan sedang (56,7%) dan tingkat kecemasan ringan

(43,3%) saat menghadapi pandemi Covid-19. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Boenga (2020) didapatkan hasil bahwa mahasiswa kedokteran

mengalami tingkat kecemasan berat (88%). Pada keseluruhan respon baik respon

fisiologis, afektif, kognitif dan perilaku, persentase paling besar terdapat pada

tingkat kecemasan berat dibandingkan tingkat kecemasan sedang, ringan dan

tidak ada kecemasan. Namun ditinjau dari tingkat kecemasan berdasarkan respon

atau gejala kecemasan, maka respon perilaku memiliki nilai terbesar pada tingkat

kecemasan berat (72%) diikuti oleh respon kognitif (55%). Sedangkan pada
8

respon afektif, tingkat kecemasan ringan memiliki persentase paling besar (29%)

dibandingkan dengan respon perilaku (3%).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi (2020) hasil

penelitian menunjukkan bahwa pemicu kecemasan siswa selama pembelajaran

daring antara lain kesulitan memahami materi, kesulitan mengerjakan tugas-

tugas, ketersediaan dan kondisi jaringan internet, kendala teknis, dan

kekhawatiran akan tugas selanjutnya. Sedangkan dalam penelitian Indri (2020)

didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan

ringan sebanyak 34 orang (40,5%).

Studi pendahuluan dilakukan peneliti kepada 20 orang mahasiswa S1

angkatan 2017 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran dengan teknik

wawancara mengenai pembelajaran online di masa pandemi covid-19, bahwa 3

mahasiswa diantaranya mengungkapkan koneksi internet menjadi masalah yang

sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran online. 5 mahasiswa diantaranya

mengungkapkan bahwa mahasiswa tersebut merasa cemas jika kesulitan

mengikuti pembelajaran online ketika tidak mampu membeli kuota di karenakan

kondisi faktor ekonomi orang tua, 12 orang mahasiswa mengatakan kondisi

jaringan yang sering tidak stabil membuat perasaan cemas dan takut apabila

terjadi berbagai kendala teknis seperti tugas yang tidak terkirim, terlambat

mengikuti kelas, hingga kesulitan mendengarkan penjelasan materi dengan baik.

Berdasarkan kajian literatur tentang penelitian “Tingkat Kecemasan

Mahasiswa pada Pembelajaran Online di Masa Pandemi Covid-19” yang

dilakukan oleh Hasanah (2020) dengan judul “Gambaran Psikologis Mahasiswa


9

Dalam Proses Pembelajaran Selama Pandemi Covid-19” penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan kuesioner DASS-21 berbeda dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan yakni dengan menggunakan kuesioner baku SRAS (Self-Rating

Anxiety Scale) yang dimodifikasi dari Sari (2017). Menurut data dan fenomena

diatas, peneliti terdorong untuk meneliti tentang “Gambaran Tingkat Kecemasan

Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Pada Pembelajaran Online Dimasa

Pandemi Covid-19”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yakni bagaimana gambaran tingkat

kecemasan pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

pada pembelajaran online dimasa pandemi covid-19.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini yakni untuk mengetahui gambaran tingkat

kecemasan pada mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

pada pembelajaran online dimasa pandemi covid-19.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian

selanjutnya terutama dibidang kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat ukur sebagai indikator

untuk mengontrol tingkat kecemasan di masa pandemi covid-19.


10

b. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan

interveni dalam memberikan asuhan keperawatan tentang tingkat

kecemasan di masa pandemi covid-19.

1.5 Kerangka Pemikiran

Virus corona atau dikenal dengan nama covid-19 sangat mempengaruhi

kehidupan di seluruh dunia. Isolasi, pembatasan sosial dan memberlakukan

perubahan lengkap terhadap lingkungan psikososial di negara-negara yang

terkena dampak. Covid-19 telah mengancam dunia dengan kematian yang

semakin hari semakin bertambah (Hardiyati, 2020). memutuskan rantai

penularan covid-19 ini dengan berbagai cara, seperti penerapan PSBB, perubahan

sistem sekolah dan perkuliahan menggunakan metode daring dan himbauan ke

seluruh masyarakat untuk menggunakan masker apabila berpergian ke luar

rumah (Kemenkes RI, 2020).

Pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah bagi para tenaga

pendidik merupakan perubahan yang harus dilakukan oleh dosen untuk tetap

mengajar mahasiswa (Wahyudin, 2020). Mahasiswa sebagai salah satu individu

yang jumlahnya paling banyak di institusi pendidikan tentunya sangat merasakan

dampak pendemi covid-19, dimana sistem pembelajaran yang biasanya dilakukan

secara tatap muka baik di lingkungan kampus ataupun lahan praktek berubah

menjadi daring. Perubahan yang terjadi pada mahasiswa akibat covid-19

tentunya berdampak pada psikologis mahasiswa (Livana, 2020).


11

Diantara kondisi psikologis yang dialami oleh mahasiswa adalah rasa

anxiety atau kecemasan dalam proses pembelajaran (Fitria, 2020). Kecemasan

merupakan sebuah perasaan yang waspada, seolah-olah ada ancaman dan

kejadian yang tidak diharapkan akan datang menimpanya sehingga menimbulkan

perasaan takut dan disertai dengan timbulnya keringat dingin, tangan yang

gemetaran, dan jantung yang berdebar-debar (Keliat, 2011). Kecemasan dapat

dikategorikan menjadi kecemasan ringan, kesemasan sedang dan kecemasan

berat hingga seringkali menimbulkan kepanikan dan akan berdampak pada

terganggunya aktivitas (Anggraeni, 2015).


12

1. 1 BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pandemi
Covid-19 Perubahan pembelajaran
online dilakukan oleh : Pembelajaran online
berdampak pada
- Tenaga pendidik psikologis
- Mahasiswa

Upaya memutuskan rantai Kondisi psikologis yang


covid-19 dialami oleh mahasiswa
- Penerapan PSBB diantaranya :
- Himbauan kepada Kecemasan
masyarakat untuk -
memakai masker
- Perubahan sistem
pembelajaran
menggunakan
Kecemasan Kecemasan Kecemasan
metode online
ringan sedang berat

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Sumber : Hardiyati (2020), Kemenkes RI (2020), Wahyudin (2020), Livana (2020), Fitria (2020), Keliat (2011), Anggraeni
(2015).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pandemi Covid-19

2.1.1 Pengantar Covid-19

Pada 31 Desember 2019, World Health Organization of China

Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui

etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7 Januari

2020, China mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya

tersebut sebagai jenis baru Coronavirus (Novel Coronavirus). Pada awal

tahun 2020 Novel Coronavirus mulai menjadi pendemi global dan menjadi

masalah kesehatan di beberapa negara di luar Republik Rakyat China

(Isbaniah, dkk, 2020)

Kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota

Wuhan telah menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Penyebaran

epidemi ini terus berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab

kluster pneumonia ini adalah Novel Coronavirus. Pandemi ini terus

berkembang hingga adanya laporan kematian dan kasuskasus baru di luar

China. Pada tanggal 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO)

menetapkan Covid-19 sebagai Public Health Emergency of International

Concern (PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan

Dunia (KKMMD). Pada tanggal 12 Februari 2020, World Health

Organization (WHO) resmi menetapkan penyakit Novel Coronavirus pada

manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (Covid-19) (Safrizal,

2020).
14

2.1.2 Definisi Pandemi Covid-19

Pandemi merupakan salah satu level penyakit yang berdasarkan

penyebarannya. Pada umumnya terdapat tiga level penyakit yang dikenal

dalam dunia epidemiologi, yakni endemi, epidemi, dan pandemi. Ketiga

level penyakit tersebut masing-masing defininya diberikan oleh Centre for

Disease Control and Prevention (CDC). Sedangkan endemi adalah

kehadiran konstan suatu penyakit menular pada suatu populasi dalam

cakupan wilayah tertentu. Epidemi adalah pertambahan angka kasus

penyakit, biasanya secara tiba-tiba, di atas batas normal yang diprediksi

pada opulasi di suatu area. Pademi adalah epidemi yang sudah menyebar ke

beberapa negara dan benua dengan jumlah penularan yang masif (Tahrus,

2020).

Coronavirus (Covid-19) adalah kumpulan virus yang bisa

menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus virus ini hanya

menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperti flu, namun virus ini juga

bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru

(pneumonia). Virus SARS-CoV-2 atau virus Corona adalah virus yang juga

termasuk dalam kelompok virus penyebab Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome

(MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu

Coronavirus, Covid-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan

MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala

(Safrizal, 2020).
15

2.1.3 Gejala Covid-19

Gejala awal infeksi virus Corona atau Covid-19 bisa menyerupai

gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan dan sakit

kepala. Setelah itu gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat.

Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk

berdahak hingga berdarah, sesak napas dan nyeri dada. Gejala-gejala

tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus corona (Kemenkes RI,

2020) Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan seseorang

terinfeksi virus Corona, yaitu demam (suhu tubuh di atas 38oC), batuk

kering dan sesak napas. Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul

pada infeksi virus Corona meskipun lebih jarang, yaitu diare, sakit kepala,

konjungtivitis, hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau dan

ruam di kulit. Gejala-gejala Covid-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2

hari sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona (Bender, dkk,

2020).

2.1.4 Cara Penularan Covid-19

Virus ini ditularkan melalui percikan air liur dari saluran napas

orang yang terinfeksi (yang keluar melalui batuk dan bersin), kontak

langsung dengan orang yang terinfeksi virus corona, menyentuh permukaan

yang terkontaminasi virus ini lalu menyentuh wajahnya (misalnya mata,

hidung, mulut), tinja atau feses (jarang terjadi) (Bender, dkk, 2020).

2.1.5 Diagnosis Covid-19

Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter

akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan apakah pasien baru saja
16

bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona

sebelum gejala muncul. Dokter juga akan menanyakan apakah pasien ada

kontak dengan orang yang menderita atau diduga menderita Covid-19. Guna

memastikan diagnosis Covid-19, dokter akan melakukan beberapa

pemeriksaan yaitu Rapid Test untuk mendeteksi antibodi (IgM dan IgG)

yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona, Swab test atau tes

PCR (polymerase chain reaction) untuk mendeteksi virus Corona di dalam

dahak dan CT-Scan atau rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan

di paru-paru (Safrizal, 2020).

2.1.6 Penatalaksanaan Covid-19

Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien

Covid-19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat

dilakukan adalah terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas

dapat dilakukan ventilasi mekanik. National Health Commission (NHC)

China telah meneliti beberapa obat yang berpotensi mengatasi infeksi

SARS-CoV-2, antara lain interferon alfa (IFN-α), lopinavir/ritonavir

(LPV/r), ribavirin (RBV), klorokuin fosfat (CLQ/CQ), remdesvir dan

umifenovir (arbidol) dan juga terdapat beberapa obat antivirus lainnya yang

sedang dalam uji coba di tempat lain (Susilo, et al, 2020).

2.1.7 Cara Pencegahan Covid-19

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus

Corona atau Covid-19, karena itu cara pencegahan yang terbaik adalah

dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan kita terinfeksi

virus ini, yaitu dengan menerapkan social distancing dan physical


17

distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan

dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak, menggunakan masker

saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat pergi

berbelanja bahan makanan, rutin mencuci tangan dengan air yang mengalir

dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 70%,

terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum, jangan

menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan, tingkatkan

daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan

bergizi, berolahraga secara rutin, beristirahat yang cukup dan mencegah

stres, tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian

buang tisu ke tempat sampah, jaga kebersihan benda yang sering disentuh

dan kebersihan lingkungan, termasuk kebersihan rumah, hindari kontak

dengan penderita Covid-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi virus

Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk atau pilek (Kemenkes

RI, 2020).

2.1.8 Komplikasi Covid-19

Komplikasi utama pada pasien Covid-19 adalah Acute Respiratory

Distress Syndrome (ARDS), tetapi tidak terbatas pada ARDS, melainkan

juga komplikasi lain seperti gangguan ginjal akut, jejas kardiak, disfungsi

hati, dan pneumotoraks. Komplikasi lain yang telah dilaporkan adalah syok

sepsis, koagulasi intravaskular diseminata (KID), rabdomiolisis, hingga

pneumomediastinum. Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa

menyebabkan kematian. (Susilo, et al, 2020).


18

2.2 Konsep Pembelajaran Online

2.2.1 Definisi Pembelajaran Online

Pembelajaran online atau E-learning menurut Numiek (2013)

adalah salah satu bentuk model pembelajaran yang difasilitasi dan didukung

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. E-learning mempunyai

karakteristik yaitu interaktivitas, kemandirian, aksesibilitas, dan pengayaan.

Menurut Rusman, (2011) pembelajaran online juga dapat didefinisikan

sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan dibidang

pendidikan dalam bentuk dunia maya. Pembelajaran online pada hakekatnya

merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi dalam menyalurkan kegiatan pembelajaran antara

guru dengan siswa. Penggunaan pembelajaran online bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas

pembelajaran.

Menurut Faridatun (2017) penerapan pembelajaran online

dilakukan melalui beberapa macam media online. Media tersebut digunakan

dengan tujuan agar materi dapat tersampaikan kepada siswa. Macam-macam

media pembelajaran online antara lain:

a. Pembelajaran berbasis E-learning

E-learning merupakan metode pembelajaran yang memanfaatkan

teknologi informasi (IT) berbasis web yang dapat diakses dari jarak jauh

sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak hanya terpaku dalam ruang

kelas dan dalam jam tertentu saja tetapi juga dapat dilakukan kapan saja

dan di mana saja. Pembelajaran ini merupakan inovasi baru dalam


19

pendidikan di mana memberi peran dan fungsi yang berpengaruh

terhadap dunia pendidikan. Istilah-istilah dalam mengungkapkan

pendapat tentang pembelajaran elektronik yaitu online learning,

internet-enable learning, virtual learning, atau web-based learning,

web based distance education, e-learning, dan web based teaching and

learning.

b. Video

Penggunaan video dalam menyampaikan materi kepada siswa

merupakan suatu inovasi guru dalam pembelajaran. Penerapan video

pembelajaran akan membantu guru dalam penyampaian bahan ajar, dan

efektif digunakan pada masa pandemi Covid-19 ini. Guru tidak harus

bertatap muka langsung dengan siswa dalam menyalurkan materi,

namun guru hanya membuat suatu interaksi dari pembuatan video untuk

ditujukan kepada siswa lalu akan mempelajarinya.

c. WhatsApp Group

Aplikasi WhatsApp merupakan salah satu media komunikasi yang

dalam penggunaannya harus melalui install terlebih dahulu pada

smartphone, berfungsi sebagai alat komunikasi berupa chat dengan

mengirimkan pesan baik itu pesan teks, gambar, video, maupun telpon.

Penggunaan WhatsApp membutuhkan paket data dalam kartu telpon

pemilik smartphone (Suryadi dkk, 2018:5). Menurut Hartanto

(2010:100) penjelasan tentang WhatsApp yang ditulis dalam penelitian

yang dilakukan oleh Suryadi dkk dengan judul Penggunaan Sosial

Media WhatsApp dan Pengaruhnya terhadap Disiplin Belajar Siswa


20

pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMK

Analisis Kimia YKPI Bogor) bahwa WhatsApp merupakan sebuah

aplikasi mengirim pesan untuk pengguna smartphone yang memiliki

basic mirip dengan Black Berry Messenger. Penggunaan WhatsApp

memungkinkan penggunanya untuk dapat bertukar pesan tanpa biaya

SMS karena WhatsApp Messenger menggunakan paket data internet

yang juga digunakan ketika memakai email ataupun browsing.

WhatsApp menggunakan koneksi 3G/4G maupun jaringan WiFi dalam

mengaplikasikannya. Penggunanya bisa berkomunikasi melalui obrolan

secara online, berbagi macam-macam file, mengirim foto atau video.

Sebenarnya fungsi dari WhatsApp sama dengan SMS yaitu

mengirimkan pesan atau berkomunikasi melalui telpon, namun

WhatsApp tidak menggunakan pulsa akan tetapi dengan data internet.

Menurut Wildan dan Prarasto (2019:54) aplikasi WhatsApp mempunyai

fitur yang dapat menyimpan dokumen baik dalam bentuk microsoft

word, pdf, excel, ataupun powerpoint. Pada kegiatan berbagi dokumen

menggunakan WhatsApp akan lebih mudah dengan format tersebut.

Aplikasi WhatsApp bisa digunakan untuk meneruskan pesan sehingga

memudahkan siswa jika ingin berbagi pesan dengan siswa yang lainnya.

Misalnya ada siswa yang catatan materi di sekolah kurang lengkap lalu

meminta bantuan kepada teman yang lain yang memiliki catatan materi

lebih lengkap maka ia bisa membagikannya dengan fitur forward. Fitur

ini bertujuan agar memudahkan siswa untuk mengirim maupun

melanjutkan ke teman yang lain tanpa harus membuka file manager di


21

smartphone/gawai. Salah satu manfaat dari penggunaan aplikasi

WhatsApp yakni dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan

menggunakan fitur voice note. Pada kegiatan ini siswa dan guru dapat

bergabung dalam satu grup tertentu dalam aplikasi WhatsApp,

pembelajaran jarak jauh dapat terjadi jika guru tidak bisa mengajar

secara langsung. Guru membagikan materi kepada siswa melalui fitur

Group tersebut atau hanya sekedar memberikan

pengumuman/pemberitahuan. Selain dengan voice note, guru juga dapat

membagikan materi berupa teks microsoft word atau pdf, foto, maupun

video. Media sosial WhatsApp juga bisa digunakan untuk berdiskusi,

baik guru dengan siswa maupun antar siswa dengan siswa lainnya.

Pembelajaran ini dapat dimulai ketika guru memberikan materi

pelajaran kepada siswa yang terdapat dalam grup, lalu guru memberi

arahan pada siswa untuk mengerjakan soal tersebut. Siswa juga bisa

memberikan pendapatnya yang disertai nama dan nomor absensi sebagai

identitas agar guru dapat memberi penilaian terhadap semua siswa yang

berpartisispasi di dalam grup tersebut. Pada pembelajaran jarak jauh ini

guru harus bisa membuat suatu inovasi baru dalam menyusun materi

supaya menarik yang kemudian akan dikirim kepada siswa. Jika materi

pembelajaran tidak diolah sedemikian rupa maka siswa akan merasa

bosan, didukung juga dengan tidak adanya pertemuan langsung atau

tatap muka antar siswa dan guru maka siswa akan merasa bingung

dalam memahami materi tersebut (Wildan dan Prarasto, 2019:54).


22

d. Google Classroom

Teknologi Google Classroom merupakan sarana yang digunakan

untuk mempermudah dan memperlancar pada kegiatan komunikasi jarak

jauh antara guru dan siswa, terutama pada kelas pengelolaan konten

digital (Swita, 2019). Google Classroom dapat digunakan pada beberapa

perangkat seperti smartphone dan laptop yang disampungkan dengan

koneksi internet.

e. Google Form

Teknologi Google form merupakan sebuah aplikasi berupa

template formulir atau lembar kerja yang bisa digunakan secara mandiri

maupun bersama-sama yang bertujuan untuk memperoleh informasi.

Aplikasi tersebut bekerja pada penyimpanan umum pada Google Drive

yang diikuti aplikasi lainnya seperti Google Sheet, Google Docs, dan

pengayaan lainnya. Penggunaan template pada Google form sangat

mudah, terdapat banyak pilihan bahasa yang dapat digunakan sehinga

memudahkan penggunanya. Pemakaian aplikasi Google form harus

memiliki akun Google sebagai syarat dalam pembuatan form tersebut.

Adapun tahapan dari pembuatan soal evaluasi dengan lembar kerja

Google form, antara lain:

a) Membuka lembar kerja

b) Mapping Out lembar kerja

c) Pengisian lembar kerja

d) Kolaborasi

e) Uji coba kuesioner


23

2.2.2 Manfaat Pembelajaran Online

Menurut Tria (2017) pembelajaran online memberi manfaat baik

bagi guru maupun siswa, manfaat yang diperoleh antara lain:

a. Siswa dapat mengakses bahan pembelajaran setiap.

b. Siswa bisa berkomunikasi dengan guru kapanpun.

c. Guru menjadi lebih mudah memperbarui bahan pembelajaran

d. Sebagai sarana untuk mengembangkan diri bagi guru

e. Supaya guru dapat mengatur kegiatan belajar siswa.

f. Guru bisa memantau siswa kegiatan siswa.

g. Guru dapat memeriksa jawaban siswa kemudian memberitahukan

hasilnya kepada siswa.

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Online

Menurut Swita (2019) terdapat beberapa kelebihan pembelajaran

online antara lain:

a. Tersedianya fasilitas e-moderating antara pendidik dan siswa yang dapat

berkomuniasi dengan mudah melalui internet kapan saja dan tida

dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

b. Pendidik dan siswa dapat menggunakan bahan ajar yang terstruktur dan

terjadwal melalui internet.

c. Dapat mengulas bahan ajar setiap saat apabila diperlukan dan bahan ajar

dapat di simpan pada komputer atau alat elektronik lain.


24

Sedangkan kekurangan pada pembelajaran online diantaranya :

a. Kurangnya interaksi langsung antara pendidik dengan siswa maupun

antar siswa yang dapat memperlambat terbentuknya nilai moral dalam

proses belajar mengajar.

b. Cenderung mengabaikan aspek sosial dan mendorong tumbuhnya aspek

komersial.

c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.

d. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.

e. Guru dituntut menguasai teknik pembelajaran ICT

f. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan mempuanyai keterampilan

dalam menguasai internet.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pembelajaran Online

Menurut Slameto (2010) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar yakni sebagai berikut:

a) Faktor internal, terdiri dari dua aspek yaitu faktor fisiologis dan faktor

psikologis.

b) Faktor eksternal, terdiri dari dua aspek yaitu sosial dan non sosial.

Aspek sosial meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan

pendidikan formal, dan faktor masyarakat. Sedangkan aspek non sosial

yakni keadaan alam, tempat belajar, dan alat-alat belajar.

2.3 Konsep Dasar Kecemasan

2.3.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan atau dalam bahasa inggrisnya “anxyety” berasal dari

bahasa latin “angustus” yang memiliki arti kaku dan “angoana” yang berarti
25

mencekik. Kecemasan adalah kondisi emosioal yang tidak menyenangkan

yang ditandai oleh perasaan ketegangan, ketakutan dan kekhawatiran,

disertai juga dengan pengaktifan sistem saraf pusat (Hartono, 2012).

Kecemasan adalah suatu sinyal terhadap ego bahwa terdapat suatu dorongan

yang menekan untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai

suatu sinyal, kecemasan mengambil ego untuk mengambil tindakan defensif

terhadap adanya tekanan dari dalam (Hartono, 2012).

Kecemasan merupakan bentuk perasaan khawatir, gelisah dan

perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Kecemasan sering

muncul pada individu manakala berhadapan dengan situasi yang tidak

menyenangkan. Pada tingkat kecemasan yang sedang, persepsi individu

lebih memfokuskan hal yang penting saat itu saja dan mengesampingkan hal

yang lainnya. Pada tingkat kecemasan yang berat/tinggi, persepsi individu

menjadi turun, hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan yang

lainnya, sehingga individu tidak dapat berfikir dengan tenang (Hurlock,

2010).

2.3.2 Jenis-Jenis Kecemasan

Sigmund Freud dalam (Feist & Feist, 2010), membagi kecemasan

menjadi tiga jenis, yaitu :

a) Kecemasan Neurosis (neurotic anxiety)

Merupakan perasaan cemas akiba bahaya yang tidak diketahui. Perasaan

itu sendiri berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id.
26

b) Kecemasan Realistis (realistic anxiety)

Kecemasan ini didefinisikan sebagai persaaan yang tidak menyenangkan

dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.

c) Kecemasan Moral (moral anxiety)

Kecemasan ini bermula dari konflik antara ego dan superego. Ketika

anak membangun superego biasanya di usia lima atau enam tahun

mereka mengalami kecemasan yang tumbuh dari konflik antara

kebutuhan realistis dan perintah superego.

Mengacu dari beberapa teori terkait kecemasan, gangguan

kecemasan dengan beberapa indikator menurut Muyasaroh, et al (2020),

yaitu:

a. Kecemasan umum, gemetar dan berkeringat dingin, otot tegang,

pusing, mudah marah, sering buang air kecil, sulit tidur, dada

berdebar-debar, mules. Mudah lelah, nafsu makan menurun, dan

susah berkonsentras

b. Kecemasan gangguan panik, gejalanya berupa jantung berdebar,

berkeringat, nyeri dada, ketakutan, gemetar seperti tersendak atau

seperti berasa diujung tanduk, detak jantung cepat, wajah pucat.

c. Kecemasaan sosial, rasa takut atau cemas yang luar biasa terhadap

situasi sosial atau berinteraksi dengan orang lain, baik sebelum,

sesudah maupun sebelum dalam situasi tersebut.

d. Kecemasan obsessive, ditandai dengan pikiran negatif sehingga

membuat gelisah, takut dan khawatir.


27

2.3.3 Tingkat Kecemasan

Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu,

Peplau dalam (Muyasaroh, 2020), mengidentifikasi 4 tingkatan kecemasan

yaitu:

a) Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kecemasan

dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas.

Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian meningkat,

waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi

masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan

fisiologi ditandai dengan gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara,

tanda vital dan pupil normal.

b) Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu

yang lebih terarah. Respon fisiologi : sering nafas pendek, nadi dan

tekanan darah naik, mulut kering, gelisah dan konstipasi, sedangkan

respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak

mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiaannya.

c) Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik,

serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan
28

untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan berat

yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang

perhatian sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan

masalah, serta tidak dapat belajar secara efektif. Pada tingkatan ini

individu mengalami sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia,

palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar,

dan diare. Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh

perhatian terfokus pada dirinya.

d) Panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,

ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu

yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak

sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi

kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat

panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.

2.3.4 Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan

sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.

Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya

serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah dalam (Muyasaroh, 2020),

ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, yaitu:


29

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan

karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu

dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga

individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan

keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama

jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang

sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya

kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit.

Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan

lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

Zakiah Daradjat dalam Muyasaroh (2020), mengemukakan

beberapa penyebab dari kecemasan yaitu:

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang

mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut,

karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan

halhal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.


30

Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental,

yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.

c. Kecemasan yang berupa penyakit dapat terlihat dalam beberapa

bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan

tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan

perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian

penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang

berlebihan, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang

menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun

penyebabnya.

Taylor, et al (2015), menyebutkan faktor yang mempengaruhi

adanya kecemasan yaitu:

a. Lingkungan keluarga

Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran

atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian

orangtua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan

ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam

rumah.

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan

yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku

yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian


31

buruk dimata masyarakat, sehingga dapat menyebabkan munculnya

kecemasan.

Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya

yang tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta

adanya penolakan dari masyarakat menyebabkan kecemasan berada

di lingkungan yang baru dihadapi. Sedangkan Page dalam Muyasaroh

(2020), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah :

a. Faktor fisik

Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu

sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.

b. Trauma atau konflik

Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi

individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional

atau konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan

timbulnya gejala-gejala kecemasan.

c. Lingkungan awal yang tidak baik.

Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat

mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang

baik maka akan menghalangi pembentukan kepribadian sehingga

muncul gejala-gejala kecemasan.

2.3.5 Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Saat Pandemi Covid-19

Kecemasan itu akibat ketidaktahuan dalam menghadapi sesuatu

yang baru (dalam hal ini: virus Corona). Covid-19 menimbulkan berbagai
32

macam reaksi bersamaan dengan kemunculannya, karena banyak hal baru

yang sebenarnya tidak pernah terpikirkan dan itu menimbulkan kecemasan

tersendiri. Masalah tersebut muncul karena terjadinya perubahan sistem

secara tiba-tiba akibat merebaknya virus Corona sehingga seseorang harus

menyesuaikan secara mendadak terhadap perubahan pola, yakni dari kondisi

normal menjadi kecemasan. Djiemi (2020), mengatakan kecemasan tersebut

merupakan akibat dari:

a) Isolasi

Jika emosi tersebut mengambil alih pikiran, perasaan dan perilaku

hingga merasakan penderitaan dan ketidakmampuan melakukan fungsi

keseharian, maka mungkin itu bisa menjadi tanda terjadi gangguan

mental dan perlu mendapatkan bantuan

b) Faktor psikologi

Seperti pola stresor yang berubah, cara menghadapi stresor, gaya

berpikir seseorang, dan kemampuannya dalam beradaptasi, serta faktor

sosial seperti sistem pendukung orang-orang dekat yang berada di

sekitar.

2.3.6 Aspek-Aspek Kecemasan

Gail W. Stuart dalam Muyasaroh (2020), mengelompokkan

kecemasan (anxiety) dalam respon perilaku, kognitif, dan afektif, antara

lain:

a. Perilaku

Perilaku, diantaranya: gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut,

bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik


33

diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah,

menghindar, hiperventilasi, dan sangat waspada.

b. Kognitif

Kognitif, diantaranya: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa,

salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir,

lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, bingung, sangat

waspada, keasadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan

kendali, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian, kilas

balik, dan mimpi buruk.

c. Afektif

Afektif, diantaranya: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,

gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati

rasa, rasa bersalah, dan malu.

Kemudian Shah dalam Muyasaroh (2020), membagi kecemasan

menjadi tiga aspek, yaitu:

a) Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan

keringat, menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi,

dan lain-lain.

b) Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.

c) Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian

dan memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan

bingung.
34

2.3.7 Dampak Kecemasan

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun

situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini

tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi

ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai

dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat

menimbulkan penyakit-penyakit fisik. Semium (2014), membagi beberapa

dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya

hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang

tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan

dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.

b. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada

individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin

terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real

yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara

efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

c. Simtom motoric

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang,

gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari

kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi

secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan


35

kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk

melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam

Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada

tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa. Ramaiah (2015) mengatakan

kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua akibat, yaitu :

a) Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara

normal atau menyesuaikan diri pada situasi.

b) Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil

tindakan pencegahan yang mencukupi.

2.3.8 Instrumen Penelitian

Peneliti akan menggunakan kuesioner Zung Self-Rating Anxiety

Scale (SRAS) yang dirancang oleh William W. K. Zung. Kuesioner ini

merupakan penilaian kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir,

dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and

statistical manual of mental disorders (DSM-II). Peneliti akan menggunakan

kuesioner SRAS ini yang pada mulanya sudah dimodifikasi oleh Sari (2017)

instrumen ini terdiri dari 20 pertanyaan tingkat kecemasan. Setiap

pertanyaan dinilai 1-4 pilihan sesuai dengan kondisi yang dirasakan

diantaranya “tidak pernah”, “kadang-kadang”, “sebagian waktu”, dan

“hampir setengah waktu”. Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan

kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan. Rentang

penilaian 20-80 dengan pengelompokan antara lain :

a. Skor 20-44 : kecemasan ringan

b. Skor 45-59 : kecemasan sedang


36

c. Skor 60-74 : kecemasan berat

d. Skor 75-80 : kecemasan panik

2.4 Konsep Mahasiswa

2.4.1 Definisi Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba

ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah

satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah

tinggi, institut dan universitas (Numaini, 2014). Dalam Kamus Bahasa

Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di

Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia Online, kbbi.web.id).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah

seorang peserta didik yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di

perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan

universitas.

2.4.2 Karakteristik Perkembangan Mahasiswa

Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah

menengah pertama yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres,

begitu pula masa transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas.

Dalam banyak hal, terdapat perubahan yang sama dalam dua transisi itu.

Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih

besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya

dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi dan

penilaiannya. Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual

dan pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap


37

kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti

terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai,

terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya, dan

terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan perguruan

tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang menggebu atau awal

dari karir masa depan (Nurnaini, 2014).

Apabila telah selesai masa remaja ini, masa selanjutnya ialah

jenjang kedewasaan. Sebagai fase perkembangan, seseorang yang telah

memiliki corak dan bentuk kepribadian tersendiri. Langeveld (Nurnaini,

2014) mengemukakan ciri-ciri kedewasaan seseorang antara lain;

a. Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta

pertolongan orang lain dan jika ada bantuan orang lain tetap ada pada

tanggung jawabnya dalam menyelesaikan tugas-tugas hidup.

b. Dapat bertanggung jawab dalam arti sebenarnya terutama moral

c. Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana ia

berada

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mengalami

transisi dari masa sekolah menengah atas menuju perguruan tinggi, dan

mengalami perubahan lingkungan. Seperti saat ini mahasiswa juga

mengalami perubahan dari belajar di kampus menjadi belajar dari rumah

atau yang di kenal kuliah daring (online) akibat pandemi Covid-19 yang

sedang terjadi. Karakteristik mahasiswa ialah mulai memiliki intelektualitas

yang tinggi dan kecerdasan berpikir yang matang untuk masa depannya,

memiliki kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan


38

kepribadiannya. Mahasiswa juga ingin memiliki tanggung jawab dan

kemandirian dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah, serta mulai

memikirkan nilai dan norma-norma di lingkungan kampus maupun di

lingkungan masyarakat dimana dia berada.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan yakni deskriptif kuantitatif.

Penelitian deskriptif kuantitatif yakni penelitian yang menggambarkan

fenomena pada suatu populasi (Notoatmodjo, 2012). Tujuan dari Penelitian ini

yakni untuk menggambarkan tentang tingkat kecemasan pada mahasiswa S1

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran pada pembelajaran online

dimasa pandemi covid-19.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yakni yang ditentukan oleh peneliti atau objek

penelitian untuk dipahami sehingga mendapatkan kesimpulan dari apa yang

sudah dipelajari (Sugiyono, 2014). Variabel penelitian ini adalah tingkat

kecemasan pada mahasiswa.

3.3 Definisi Konseptual

Kecemasan merupakan bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-

perasaan lain yang kurang menyenangkan. Pada tingkat kecemasan yang

sedang, persepsi individu lebih memfokuskan hal yang penting saat itu saja dan

mengesampingkan hal yang lainnya (Hurlock, 2010).

3.4 Definisi Operasional


40

Notoatmodjo (2012) memaparkan definisi operasional yakni penjelasan

tentang batasan variabel-variabel yang berkaitan satu sama lain guna untuk

memudahkan penelitian. Pada penelitian ini definisi operasional disajikan

dalam bentuk table dibawah ini:


41

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional dan Cara
Ukur
Kecemasan bentuk perasaan Kuesioner 1. Skor 20- Skala
khawatir, gelisah Zung Self- 44 = tidak Ordinal
dan perasaan- Rating Anxiety cemas
perasaan lain yang Scale (SRAS) 2. Skor 45-
kurang yang telah 59 =
menyenangkan. dimodifikasi kecemasa
Pada tingkat oleh Sari n ringan
kecemasan yang (2017), bagian 3. Skor 60-
sedang, persepsi kecemasan 74 =
individu lebih terdiri dari 20 kecemasa
memfokuskan hal pertanyaan n sedang
yang penting saat dengan opsi 4. Skor 75-
itu saja dan jawaban 80 =
mengesampingkan yaitu : kecemasa
hal yang lainnya. 1. Tidak n berat
Pernah
2. Kadang-
kadang
3. Sebagian
waktu
4. Hampir
setiap
waktu
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Sugiyono (2010) mengungkapkan bahwa, populasi yakni individu yang

berada di daerah yang mempunyai karakter dan standar yang telah ditentukan

guna dipahami serta diambil kesimpulannya. Data mahasiswa S1 Fakultas


42

Keperawatan Unversitas Padjadjaran yakni sebanyak 1.008 mahasiswa yang aktif

di semester genap tahun 2020-2021.

3.5.2 Sampel

Sampel ialah perwakilan populasi dan merupakan salah satu dari total dan

ciri khas dari populasi. Cara penarikan sampel dari penelitian ini yakni

menggunakan teknik purposive sampling yang dimana teknik penarikan sampel

berdasarkan pada kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti, menurut

sifat-sifat atau ciri populasi yang telah diketahui sebelumnya (Sugiyono, 2010).

Cara penarikan sampel yakni dengan membagikan link kuesioner kepada

mahasiswa serta bersedia menjadi responden. Jumlah mahasiswa S1 Fakultas

Keperawatan Unversitas Padjadjaran yakni sebanyak 1.008 orang. Jumlah sampel

yang akan diteliti dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus slovin :

N 1008 1008
n= sehingga, = = 90,97
1+ N ¿ ¿ 1+ 1008¿ ¿ 11,08

sampel yang akan diteliti di bulatkan yaitu sebanyak 91 orang

n = Ukuran sampel

N= Populasi

e= Batas toleransi penyimpangan terhadap populsi ; 10% = 0,1

Kriteria inklusi dalam penelitian ini diantaranya :

a. Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan yang aktif di semester genap angkatan

2016-2020

b. Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini diantaranya :


43

a. Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan yang sedang cuti akademik

b. Pengisian kuesioner tidak lengkap

3.6 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui link G-Form. Sebelum penelitian dilakukan

peneliti melakukan informed consent guna menghormati harkat dan martabat

responden. Polit (2010) mengungkapkan yakni etik penelitian harus

memperhatiakan beberapa hal yakni sebagai berikut :

3.6.1 Benefience (Manfaat)

Penelitiakan memberikan manfaat bagi responden yang minim

pengetahuan. Keuntungan dari penelitian ini yakni untuk menambah

pengetahuan mengenai tingkat kecemasan dalam pembelajaran online.

3.6.2 Non Maleficience (Tidak membahayakan)

Penelitian ini akan dilakukan dengan tindakan atau perlakuan yang

menekankan bahwa peneliti tidak akan melakukan tindakan yang

dapatmengancam atau membahayakan responden. Sebelum melakukan

penelitian ini peneliti akanmelakukan inform consent terlebih dahulu kepada

responden.

3.6.3 Autonomy

Pirinsip dalam penelitian ini membebaskan reponden untuk

menentukan keputusan sendiri, tidak ada unsur penekanan atau paksaan

apapun kepada responden. Dalam penerapan prinsip ini peneliti

akanmemberikan lembar persetujuan menjadi responden untuk ditandangani

jika bersedia menjadi responden.

3.6.4 Anonimiaty
44

Peneliti menjamin kerahasiaan responden dengan mengganti nama

responden dengan inisial pada lembar kuesioner dan peneliti akan menjamin

kerahasiaan identitas serta informasi responden.

3.6.5 Veracity

Peneliti akan memberi tahu kepada responden mengenai penelitian

yang akan dilakukan baik tujuan, manfaat serta prosedur penelitian tentang

tingkat kecemasan. Dalam proses penyampaian peneliti akan berkata

sejujurnya tanpa ada yang disembunyikan.

3.6.6 Justice (Adil)

Peneliti akan memperlakukan semua responden secara adil, tidak

ada pembedaan ras, suku, status social, kekayaan, jenis kelamin, pendidikan,

keadaan fisik atau sebagainya.

3.7 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang akan digunakan berupa kuesioner

dengan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh responden dan hal ini untuk

mempermudah peneliti dalam pengumpulan data untuk hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yakni

dengan memodifikasi kuesioner baku Zung Self-Rating Anxiety Scale (SRAS) dari

peneliti Sari (2017). Kuesioner ini berisi tentang tingkat kecemasan. Pilihan dalam

kuesioner menggunakan skala ordinal. Skala ordinal merupakan skala pengukuran

yang digunakan dalam penelitian yang mengandung unsur peringkat, derajat atau

tingkatan melalui penilaian tertentu dengan pilihan TIDAK PERNAH

SEKALI=1, KADANG-KADANG=2, SEBAGIAN WAKTU=3 dan HAMPIR

SETIAP WAKTU=4.
45

Pertanyaan dalam kuesioner ini berisi tentang data demografi responden

berupa nama, umur, jenis kelamin dan angkatan. Kuesioner ini berisi 20

pertanyaan tingkat kecemasan. Responden akan diminta menjawab pertanyaan

pada kuesioner,

3.6.1 Kisi-kisi Instrumen

NO Kecemasan Jumlah

A. Peningkatan 15

kecemasan
B. Penurunan 5

kecemasan
Jumlah 20 Pertanyaan

3.8 Uji Coba Instrumen

3.8.1 Uji Validitas

Validitas ialah indikator yang menunjukan kevalidan kelayakan suatu

instrumen (Arikunto, 2009). Validitas kuesioner TSRQ (Treatment Self-

regulation Questionnaire) tidak perlu dilakukan karena sudah baku dan sudah

dilakukan validitas oleh Sari (2017) dan telah dinyatakan valid. Hal ini

menunjukan semua pertanyaan layak dan dapat diandalkan untuk penelitian.

3.8.2 Uji Reabilitas Data


46

Reliabilitas ialah instrument yang terbukti dapat dipakai sebagai alat

pengumpulan data (Arikunto, 2009). Nilai realibilitas data dari kuesioner ini

sudah dilakukan oleh Sari (2017) dan sudah dinyatakan realibel.

3.9 Prosedur Penelitian

3.9.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti menentukan topik yang akan diteliti serta

melihat fenomena yang ada dilingkungan. Setelah menentukan topik penelitian,

kemudian peneliti melakukan studi pendahuluan tentang tingkat kecemasan

terhadap 20 orang mahasiswa. Setelah itu peneliti menyusun proposal penelitian

kemudian melakukan ujian sidang proposal.

3.9.2 Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti malakukan perijinan penelitian untuk uji etik

penelitian ke Komite Etik FK-Unpad, kemudian permohonan izin penelitian ke

Bakesbangpol Kabupaten Garut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

kuesioner yang dimodifikasi dari Sari (2017). Selain itu, peneliti juga mengurus

surat perizinan untuk penelitian yaitu kepada Direktur Universitas Padjadjaran.

Setelah perizinan selesai kemudian peneliti melakukan penelitian dengan

menggunakan G-From. Sebelum membagikan kuesioner peneliti akan

menghubungi ketua angkatan terlebih dahulu untuk meminta bantuan, serta

peneliti akan menjelaskan prosedur pengisian kuesioner kemudian membagikan

kuesioner kepada mahasiswa sesuai dengan kriteria inklusi yang telah peneliti

tentukan sebelumnya. Setelah mengumpulkan data kemudian peneliti melakukan

pengumpulan data, analisa data, dan melakukan pembahasan pada penelitian yang

sudah dilakukan.
47

3.9.3 Tahap Akhir

Tahap akhir dari penelitian ini yakni penyusunan laporan akhir dalam

bentuk skripsi. Kemudian peneliti melakukan ujian sidang skripsi keperawatan

hasil dari penelitian tersebut. Peneliti harus bisa mempertanggung jawabkan hasil

penelitian yang telah dilakukan.

3.10 Teknik Pengolahan Data

3.10.1 Editing Data

Editing ialah aktivitas guna memeriksa kembali dan memperbaiki isi lembar

kuesioner yang telah diisi (Notoatmodjo, 2012). Pada tahap ini peneliti akan

melakukan peninjauan ulang terhadap kelengkapan kuesioner yang dijadikan

bahan untuk penelitian dengan memperhatikan isi dari kuesioner dengan secara

rinci, konsisten dan relevan.

3.10.2 Coding data

Coding yakni pengubahan data terhadap huruf atau kalimat yang akan

diubah data bilangan atau angka (Notoatmodjo, 2010). Tahap Selanjutnya setelah

data kuesioner ini dikelola lalu dilakukan coding dengan tujuan membuat data

dalam kalimat atau huruf menjadi data bilangan atau angka.

Pada tahap ini peneliti melakukan pengkodean yaitu:Jenis kelamin yang

memakai kode 1 (laki-laki) dan kode 2 (perempuan). Kecemasan ringan (A),

kecemasan sedang (B), kecemasan berat (C). Untuk skoring pada setiap item

kuesioner yakni untuk skala ordinal dengan bobot TIDAK PERNAH=1,


48

KADANG-KADANG=2, SEBAGIAN WAKTU=3 dan HAMPIR SETIAP

WAKTU=4.

3.10.3 Entry data

Entry data ialah proses data yang dilakukan dengan teknik meng-entry data

dari kuesioner ke perangkat komputer (Notoatmodjo, 2012). Setelah proses

coding maka langkah selanjutnya adalah entry data.

3.10.4 Cleaning Data

Cleaning data ialah kegiatan penggecekan ulang terhadap jawaban dari

kuesioner untuk melihat adanya kesalahan kode, atau adanya data yang terlewat,

atau ketidak lengkapan data, dan lain-lain. Ketika terjadi kesalahan maka

dilakukan koreksi agar data yang dihasilkan dapat berkualitas (Notoatmodjo,

2012). Dalam proses ini peneliti melakukan pengecekkan ulang guna

mendapatkan data yang berkualitas.

3.11 Analisis Data

Data dianalisa dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk data

dengan numerik digunakan nilai rata-rata atau mean. Nilai mean didapat dari hasil

uji normalitas yang akan dilakukan setelah pengumpulan data, ketika data tersebut

terdistribusi dengan normal maka penliti akan menggunakan nilai mean, jika data

tersebut tidak terdistribusi dengan normal maka peneliti akan memakai nilai

median. Uji normalitas dilakukan dengan software SPSS dengan nilai P ≥

0,05(data terdistribusi normal) dan nilai P < 0,05 (data tidak terdistribusi dengan

normal) (Sugiyono, 2014).

Alat ukur yang digunakan yakni kuesioner yang berjumlah 20

pertanyaan. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni agar
49

mendapatkan gambaran tingkat kecemasan mahasiswa pada pembelajaran online.

Dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dengan disertai nilai

frekuensi yang sesuai.

3.12 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan cara menggunakan G-From dan

membagikannya kepada mahasiswa. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni

2021.
50
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Anggraeni, N. (2015). Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Tingkat


Tiga Prodi D3 Keperawatan Dalam Menghadapi Uji Kompetensi Di
Universitas Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Keperawatan, 1 (2),
131-139.

Bender, dkk. (2020). Pesan dan Kegiatan Utama Pencegahan dan Pengendalian
Covid-19 di Sekolah. Education Unicef NYHQ

Boenga, Nurcita. Susantiningsih, Tiwuk. 2020. Dampak Pembelajaran Jarak Jauh


Dan Physical Distancing Pada Tingkat Kecemasan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional. Journal Of borneo Holistic
Health. Volume 3 No. 1.

Cao, W. Fang, Z. Hou, G. Han, M. Xu, X. Dong, J. Zheng, J. 2020. The


Psychological Impact Of The Covid-19 Epidemic on College Students in
China. Psychiatry Research.

Chodijah, M., Nurjannah, D, S. A., Yuliyanti, Y. & Kamba, M, N, S. (2020).


SEFT sebagai terapi mengatasi kecemasan menghadapi covid-19. Tasawuf
Psikoterapi, Universitas Gunung Djati Bandung.

Covid-19. 2020. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Djiemi. (2020). Cemas Akibat Covid-19? Kata Dokter itu Adaptasi Normal.

Dwi, Hardani Oktawirawan. 2020. Faktor Pemicu Kecemasan Siswa Dalam


Melakukan Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 20(2).

Diana Novita ARH. Plus Minus Penggunaan Aplikasi-Aplikasi Pembelajaran


Daring Selama Pandemi COVID-19. Unimed Medan.

Feist, J. & Gregory J. Feist.(2010). Teori Kepribadian (Edisi ketujuh). Jakarta:


Penerbit Salemba Humanika

Fitria, L. (2020). Cognitive Behavior Therapy Counseling Untuk Mengatasi


Anxiety Dalam Masa Pandemi Covid-19. AL-IRSYAD, 10(1).

Hanum, Numiek Sulistyo. 2013. Keefektifan E-learning Sebagai Media


Pembelajaran (Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-learning SMK Telkom
Sandhy Putra Purwokerto). Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3, Nomor 1.
Hapsari, Swita Amalia 2019. Pemanfaatan Google Classroom Sebagai Media
Pembelajaran Online di Universitas Dian Nuswantoro. WACANA Jurnal
Ilmiah Komunikasi.

Hardiyati. Widianti, Efri. Hernawaty, Taty. 2020. Studi Literatur: Kecemasan Saat
Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Manarang. Volume 6.

Hartanto, Aat. 2010. Panduan Aplikasi Smartphone. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Hartono, D. R. (2012). Pengaruh Self-efficacy (efikasi diri) terhadap tingkat


kecemasan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Mare

Hastini, L. Y., Fahmi, R., & Lukito, H. (2020). Apakah pembelajaran


menggunakan teknologi dapat meningkatkan literasi manusia pada generasi Z
di Indonesia ? Jurnal Manajemen Informatika (JAMIKA), 10(1), 12–28.

Holmes, E. A., O'Connor, R. C., Perry, V. H., Tracey, I., Wessely, S., Arseneault,
L & Ford, T. (2020). Multidisciplinary research priorities for the COVID19
pandemic: a call for action for mental health science. The Lancet Psychiatry.

Hurlock, E. B. (2010). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang.


Rentang Kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayanti, dkk). Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga

Indri, Wahyuni. Sutarno. Andika, Rully. 2020. Hubungan Tingkat Religiusitas


Dengan Tingkat Kecemasan Mahasiswa Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Kesehatan Al-Irsyad. Vol XIII, No. 2.

Isbaniah. dkk. (2020). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel


Coronavirus (2019-Ncov). Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2020. Info Corona Virus 2020. Jakarta: Kemenkes RI.

Keliat. Budu Ana. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Kristianto, H., Wihastuti, T. A. & Almaris, R. (2013). Perbedaan tingkat


kecemasan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dengan pembagian
kelompok berdasarkan metode friendship group dan random group di
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Jurnal ilmu keperawatan, 1(2),
113- 118.

Kaplan, H. I. Saddock, B. J. 2005. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik.


Jakarta: EGC.
Livana, PH. Mubin, Fatkhul Mohammad. Basthomi, Yazid. 2020. Tugas
Pembelajaran Penyebab Stres Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19. Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa. Volume 3 No. 2.

Luqman, Hakim. 2013. Hubungan Kecemasan Dengan Motivasi Berprestasi Pada


Mahasiswa Pendidikan Dokter Semester III. Skripsi: Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Marsh, L. (2015). What is anxiety: Understanding anxiety and panic attacks (Vol.
219830)

Mardiana, Tria, & Arif Miyat Purnanto. 2017. Google Form Sebagai Alternatif
Pembuatan Latihan Soal Evaluasi. Journal.ummgl.ac.id.McDowell, C. P.,
MacDonncha, C., & Herring, M. P. (2017). Brief report: Associations of
physical activity with anxiety and depression symptoms and status among
adolescents. Journal of adolescence, 55, 1-4.

McKay, D., Yang, H., Elhai, J. & Asmundson, G. J. G. (2020). Anxiety regarding
contracting COVID-19 related to interoceptive anxiety sensations: The
moderating role of disgust propensity and sensitivity. Journal of Anxiety
Disorders, 73, 1-6.

Mehta, Puja. McAuley, F Daniel. Brown, Michael. Sanchez, Emilie. Tattersal, S


Rachel. Manson, J Jessica. 2020. Covid-19: Consider Cytokine Storm
Syndromes and Immunosuppression. The Lancet, 395(10229), 1033-1034.

Muyasaroh. et al. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam


Menghadapi Pandemi Covid-19. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LP2M) Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali (Unugha)
Cilacap

Nadziroh, Faridatun. 2017. Analisa Efektifitas Sistem Pembelajaran Berbasis E-


Learning. Jurnal Ilmu Komputer dan Desain Komunikasi Visual 2.

Nasir, Abdul Muhith. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogjakarta :


Mulia Medika.

Niken, Bayu Argaheni. 2020. Sistematik Review: Dampak Perkuliahan Daring


Saat Pandemi Covid-19 Terhadap Mahasiswa Indonesia. Jurnal Ilmiah
Kesehatan dan Aplikasinya. Vol 8, No 2.

Nurnaini, K. (2014). Motivasi Berprestasi Mahasiswa Penyandang Tunadaksa


(Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Keshatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Pakpahan, R., & Fitriani, Y. (2020). Analisa pemanfaatan teknologi informasi
dalam pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi virus corona covid-19.
JISAMAR: Journal of Information System, Applied, Management,
Accounting and Research, 4(2), 30–36.

Purwaningsih. Wahyu. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Purwati. Susi. 2012. Tingkat Stres Akademik Pada Mahasiswa Reguler Angkatan
2010. Skripsi: Universitas Indonesia.

Polit, Denise F. (2010). Essentials of Nursing research : appraising evidence for


nursing practice. Includes bibliographical reference and index.

Ramaiah. (2015). Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:


Pustaka Populer Obor

Rector, N. A., Laposa, J. M., Kitchen, K., Bourdeau, D., & Joseph-Massiah, L.
(2016). Anxiety disorders: An information guide. camh, Centre for Addiction
and Mental Health.

Rusdiana, E., & Nugroho, A. (2020). Respon pada Pembelajaran Daring bagi
Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia. 31(1), 1–12.

Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,


Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sahidillah, M. Wildan, & Prarasto Miftahurrisqi. 2019. WhatsApp Sebagai Media


Literasi Digital Siswa. Journals.ums.ac.id.

Sari. Dwi Tirta, Rania. 2017. Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Mahasiswi
Keperawatan Dan Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Dalam Menyelesaikan
Tugas Akhir. Skripsi: Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Saepurrohman A. Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh : Kajian Dasar Hukum


dan Respon Mahasiswa. Digit Libr UIN Sunan Gunung Jati

Safrizal. dkk. (2020). Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-19. Tim


Kerja Kementerian dalam Negeri.

Sari, M. K. 2020. Tingkat Stres Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat 19 And


Online Lecture At Karya Husada Health Institute. 31–5.

Semium. (2014). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.


Shukla, T., Dosaya, D., Nirban, V. S., & Vavilala, M. P. (2020). Factors
extraction of effective teachinglearning in online and conventional
classrooms. International Journal of Information and Education Technology,
10(6), 422–427.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryadi, E., Ginanjar, M. H., & Priyatna, M. 2018. Penggunaan Sosial Media
WhatsApp dan Pengaruhnya terhadap Disiplin Belajar Peserta Didik pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Edukasi Islami Jurnal
Pendidikan Islam, 07(1), 1-22.

Susilo. et al. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia. Vol. 7

Tahrus, Zainun N.H. 2020. Dunia dalam Ancaman Pandemi: Kajian Transisi
Kesehatan Mortalitas Akibat Covid19.

Taylor. dkk. (2015). Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group

World Health Organization (WHO). 2020. Naming Thr Corona Virus Disease
(covid-19) and the virus that causes it.

World Health Organization (WHO). (2017). Depression and Other Common


Mental Disorders. WHO Press: Switzerland.
Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

INFORMED CONSENT

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari,


mengerti, dan memahami tentang tujuan manfaat, dan resiko yang mungkin
timbul dalam penelitian in. Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan
telah dijawab dengan sangat jelas. Maka saya setuju/tidak setuju ikut dalam
penelitian yang berjudul :

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA S1 FAKULTAS


KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PADA
PEMBELAJARAN ONLINE DI MASA PANDEMI COVID-19

Garut, April 2021

Peneliti Responden

(Benni Sutisna) (.........................................)


Lampiran 2
No Responden:
A. Formulir Identitas Responden

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Angkatan :

B. Kuesioner Kecemasan Pada Pembelajaran Online

No Pertanyaan Tidak Kadang- Sebagian Hampir


Pernah Kadang Waktu Setiap
Waktu
1 Saya merasa lebih gugup
dan cemas menghadapi
pembelajaran online
2 Saya merasa takut tanpa
alasan ketika pembelajaran
online akan dimulai
3 Saya mudah marah dan
panik pada saat
pembelajaran online
berlangsung
4 Dengan adanya
pembelajaran online
membuat saya merasa
hancur
5 Saya merasa semuanya
baik-baik saja ketika
mengikuti pembelajaran
online
6 Pada saat pembelajaran
online dimulai, kedua kaki
dan lengan saya gemetaran
7 Setelah pembelajaran online
membuat saya sering
terganggu oleh sakit kepala,
nyeri leher atau nyeri otot
8 Saya merasa badan saya
lemah dan mudah lelah
9 Saya tidak dapat istirahat
atau duduk dengan tenang
10 Saya merasa jantung saya
berdebar-debar pada saat
pembelajaran online
berlangsung
11 Pembelajaran online
membuat saya merasa
pusing dengan tugas yang
menumpuk
12 Pembelajaran online
membuat saya pingsan
13 Saya mudah sesak napas
tersegal-segal jika terlalu
padat waktu untuk
pembelajaran online
14 Saya merasa kaku dan
kesemutan pada jari-jari
15 Saya merasa sakit perut atau
gangguan pencernaan
16 Saya sering kencing dari
pada biasanya
17 Saya merasa tangan saya
dingin dan sering basah oleh
keringat
18 Wajah saya terasa panas dan
kemarahan apabila terlalu
lama menatap layar
handphone atau komputer
19 Saya sulit tidur dan tidak
dapat istirahat
20 Saya mengalami mimpi-
mimpi buruk

Anda mungkin juga menyukai