OLEH :
1. FRANSISCA Z. C. DASILVA
2. DEVINTA MALELAK
3. MILTIADES NATALIA DAHUT
FAKULTAS KESEHATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkonstribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik dan rapi.
Saya berharap semoga makalah ini bsa menambah pengetahuan para pembaca. Namun,
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.
PENULIS
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 KESIMPULAN...............................................................................21
3.2 SARAN...........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
PHBS adalah praktik kebiasaan hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-
hari (Gustina, Abdussalam, & Saputra, 2019). Indikator PHBS pada anak di lingkungan
sekolah antara lain :
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun.
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat,
d. Olahraga yang teratur dan terukur,
e. Memberantas jentik nyamuk,
f. Tidak merokok di sekolah,
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, dan
membuang sampah pada tempatnya (Kurniawan, Putri, & Widiani, 2019).
Namun pada pelaksanaan di lapangan, program-program yang bertujuan untuk
mencegah kejadian obesitas masih belum dilakukan dengan maksimal
(Muhammad, 2019).
Memantau status gizi anak setiap bulan adalah hal yang penting untuk
dilakukan sebagai upaya perbaikan atau pemeliharaan status gizi. Indikator status
gizi yang digunakan untuk anak usia 5-18 tahun adalah body mass index (BMI)
menurut usia (Fikawati, Syafiq, & Veratamala, 2017). BMI merupakan alat atau
cara yang sederhana unutk memantau status gizi khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2013).
Perawat mempunyai peran yang penting dalam memberikan pemahaman
tentang pencegahan dan penanganan obesitas dengan memberikan edukasi
(Kristina & Huriah, 2020). Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku untuk membentuk perilaku kesehatan adalah dengan
memberikan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan kesehatan
adalah unsur program kesehatan yang didalamnya terkandung rencana untuk
mengubah perilaku seseorang dan masyarakat dengan tujuan membantu
tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan (Supariasa, 2012).
Informasi tentang ilmu gizi, khususnya yang harus dimakan dan apa yang
tidak boleh dimakan dapat diperoleh dari pendidikan gizi. Pendidikan gizi adalah
suatu proses yang berkesinambungan untuk menambah pengetahuan tentang gizi,
yang membentuk sikap dan perilaku hidup sehat dengan memerhatikan pola
makan sehari-hari dan faktor lain yang memengaruhi makanan serta membangun
komitmen untuk selalu meningkatkan derajat kesehatan dan gizi individu serta
masyarakat (Riswanti, 2016). Pendidikan gizi merupakan kegiatan yang
dilaksanakan melalui penyuluhan sebagai upaya yang menanamkan pengertian
gizi, pengenalan masalah makan, perencanaan makan dan perencanaan diet yang
disepakati (Simbolon, Tafrieani, & Dahrizal, 2018).
Pemberian pendidikan gizi pada anak dengan kelebihan berat badan dapat
menurunkan BMI melalui peningkatan pengetahuan tentang gizi. Peningkatan
pengetahuan gizi dapat mempengaruhi perubahan perilaku menjadi positif seperti
menurunkan tingkat kecukupan protein, presentase asupan lemak dan
meningkatkan asupan serat. Rata-rata asupan energi, karbohidrat, protein dan
lemak harian pada anak obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan anak non
obesitas (Loliana & Siti, 2015).
B. PENCEGAHAN/PENANGGULANGAN
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of
prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:
a) Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan
kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b) Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan,
sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup
telinga (ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
c) Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
d) Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya: memeriksa dan
mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna
dan pendidikan kesehatan.
e) Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kemali
para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan
keryawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah sebagai berikut:4
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya menggantikan bahan
kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pekerjaan, apapun jenis pekerjaan
selalu dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pekerjaan
berisiko rendah hingga berisiko tinggi.5 Disamping itu pemahaman dan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih kurang di perhatikan oleh pekerja formal
maupun informal. Pada hal faktor K3 sangat penting dan harus diperhatikan oleh pekerja
dan hal ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya kerja sama antara pemerintah,
perusahaan dan pekerja agar terhindar dari Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit
Akibat Kerja (PAK).Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan upaya perlindungan
tenaga kerja dari bahaya, penyakit dan kecelakaan akibat kerja maupun lingkungan kerja.
Anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah anak yang memasuki usia 6 hingga 12
tahun (Damayanti, Lutfiya, & Nilamsari, 2019). Berdasarkan World Health Organization
(WHO) anak usia sekolah adalah anak yang memasuki usia 7-15 tahun. Fase anak usia
sekolah merupakan fase dimana anak sangat membutuhkan asupan makanan yang bergizi
untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangan (Lestari, Ernalia, & Restaunti,
2016). Pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak, nutrisi memiliki peran yang
sangat penting (Jadgal, Sayedrajabizadeh, Sadeghi, & Moghaddam, 2020). Pemberian
nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar akan berdampak terhadap tumbuh
kembang anak yang optimal (Noviani, Afifah, & Astiti, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja. Presiden Republik Indonesia: Jakarta; 1993
Efendi, F. dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
Jeyaratnam J. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.
Salawati, Lisa.(2015). Penyakit Akibat Kerja Dan Pencegahan. JURNAL
KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015.