Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANSIETAS

Disusun Oleh :

MHD. AZLAND FIKRY


1811142010049

STIKes YARSI SUMATERA BARAT

BUKITTINGGI

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah " Asuhan Keperawatan
Jiwa dengan Ansietas " ini dapat dipergunakan sebagai acuan dan pedoman
maupun petunjuk bagi pembaca dalam proses belajar mengajar..

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


serta pengalaman bagi kami dan pembaca, sehingga makalah ini dapat diperbaiki
dan dikembangkan bentuk maupun isinya agar kedepannya menjadi lebih baik.

Makalah yang sederhana ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karena
pengalaman kami yang masih sangat minim. Oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi,24 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................5
1.3 Tujuan Umum....................................................................................5
1.4 Tujuan Khusus...................................................................................5
BAB II KONSEP DASAR.......................................................................................6
2.1 Definisi..............................................................................................6
2.2 Etiologi..............................................................................................7
2.3 Tanda Dan Gejala..............................................................................3
2.4 Rentang Respon.................................................................................5
2.5 Pengkajian...........................................................................................5
BAB III ASKEP JIWA PADA PASIEN ANSIETAS ............................................7
3.1 Pengkajian.........................................................................................7
3.2 Analisis data....................................................................................10
BAB V PENUTUP.................................................................................................14
5.1 Kesimpulan......................................................................................14
5.2 Saran................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai ilmu pengetahuan dan
teknologi kelompok dan individu semakin ketat, damak dari perubahan
tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang
tidak bisa bertahan dengan perubahan yang terjagdi. Hal tersebut akan
dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang tidak
efektif menjadikan sesorang mengalami gangguan secara psikologis.
Masalah gangguan jiwa sangat mempengaruhi produktifitas dari kualitas
kesehatan perseorangan maupun masyarakat. Gangguan jiwa walaupun
tidak menyebabkan kematian, namun akan menimbulkan penderitaan yang
mendalam bagi individu dan beban berat bagi keluarga, baik mental maupun
materi karena penderita menjadi kronis dan tidak produktif.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 (Rikerdas) menunjukkan bahwa
gangguan mental emosional (depresi dan kecemasan) dialami sekitar 11,6%
populasi usia di atas 15 tahun (sekitar 24.708.000 orang). Sedangkan sekitar
0,48% populasi (1.065.000 orang) mengalami gangguan jiwa berat
(Depkes,2012).
Kecemasan atau ansietas masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa
yang masih banyak terjadi kasus baik di Negara-negara maju maupun
berkembang. Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi (Videbeck, 2008) dimana suatu respon dari
pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah,
khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi
seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan.
Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi negative, baik bersifat
rasional maupun irasional. Ini merupakan persoalan tersendiri bagi yang
mengalaminya.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ansietas ?


2. Apa saja yang dapat menjadi penyebab ansietas ?
3. Bagaimana PNP ansietas pada pasien jiwa?
4. Bagaimana asuhan keperawatan jiwa dengan ansietas ?

1.3 TUJUAN

1.  Tujuan umum
Dapat memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Ansietas
2. Tujuan khusus

a) Mengerti tentang konsep ansietas.


b) Mengetahui dan memahami Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa
dengan Ansietas

5
BAB II
KONSEP DASAR

2.1. Definisi
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi (Videbeck, 2008).
Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik
yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal
(Suliswati, 2005).
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai
berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam
fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien
(Mansjoer, 1999).
Ansietas adalah perasaan gelisah yang samar-samar dari ketidaknyamanan
atau ketakutan yang mengiringi respons autonom (alasannya sering kali tidak
spesifikatau tidak diketahui oleh penderita); rasa ketakutan yang disebabkan
oleh karena mengantisipasi keadaan yang berbahaya. Ini merupakan tanda
yang memperingatkan akan bahaya yang akan terjadi yang mana
memungkinkan penderita untuk mengukur dan mengatasi ancama tersebut
(NANDA, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah


respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang
tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang
jelas bagi pasien.

2.2. Etiologi
Penyebab timbulnya kecemasan dapat ditinjau dari 2 faktor yaitu:
a. faktor internal yaitu tidak memiliki keyakinan akan kemampuan diri;

6
b. faktor eksternal dari lingkungan seperti ketidaknyamanan akan kemampuan
diri, threat (ancaman), conflik (pertentangan), fear (ketakutan), unfuled
need (kebutuhan yang tidak terpenuhi). (Videbeck, 2008)

Kemungkinan etiologi:
1. Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai yang pokok dan tujuan
hidup.
2. Krisis situasional dan maturasional
3. Mengancam konsep diri
4. Mengancam kematian
5. Kebutuhan yang tidak terpenuhi
6. Pengalaman traumatis (Townsend. 1998)

2.3. Tanda Dan Gejala


       Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas
(Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya. 

Tanda dan gejala cemas secara garis besar di bagi menjadi cemas secara
psikologis dan cemas secara fisiologis.
a. Psikologis: terwujud dalam gejala-gejala kejiwaan seperti tegang,
bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan
sebagainya.

7
b. Fisiologis: terwujud dalam gejala-gejala fisik terutama pada sistem
saraf misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut
mual-muntah, diare, nafas sesak disertai tremor pada otot. (Videbeck,
2008)
Menurut Carpenito (2007), tanda mayor ansietas dibagi menjadi tiga kategori:
fisiologis, emosional, dan kognitif. Gejala berfariasi tergantung tingkat
ansietas.
a. Fisiologis: gelisah, insomnia, peningkatan TD, diare, kegelisahan,
sering berkemih, diaphoresis, gemetar, peningkatan RR, dilatasi pupil,
suara tremor, pucat atau kemerahan, mual muntah, ruam panas dingin,
anoreksia, mau pingsan.
b. Emosional
Individu menyatakan bahwa ia merasakan: ketakutan, gugup, ketidak
berdayaan, kurang percaya diri, kehilangan kontrol, tidak dapat rileks.
Individu memperlihatkan: menangis, tidak sabaran, marah berlebih,
cenderung menyalahkan orang lain, kontak mata buruk, kritisme pada
diri sendiri,menarik diri,kurang inisiatif, reaksi kaku.
c. Kognitif: tidak dapat berkonsentrasi, kurang kesadaran
terhadapsekitar, mudah lupa,blok pikiran, penurunan kemampuan
belajar, konfusi, orientasi pada sama lalu dari pada masa kini atau
masa depan

2.4. Rentang Respon


Gangguan ansietas merupakan masalah psikiatri yang paling sering terjadi.
Rentang respon ansietas

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

8
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari; ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya. Annsietas ini dapat memotivasi belajar
dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
2. Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit
lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika
diarahkan untuk melakukannya.
3. Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak
berfikir tentanng hal lain. Semua prilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahanuntuk berfokus
pada area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan,
dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami
kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
mmenurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika berlangsung terus dalam
waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian. (Stuart. 2006)
2.5. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :

1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan


dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

9
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.

3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir


secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan


yang berdampak terhadap ego.

5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman


terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons


individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang


mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik


yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan


tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

10
3. Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan


faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu
sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau
meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan
ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur,
makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata
dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang
dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk
mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan


pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal
seseorang. 
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

Baiklah sesuai dengan sesume makalah yang terkait mengenai asuhan


keperawatan ansietas pada kali ini dapat kita berikan bukti kuat dari analisis jurnal
saya yang berjudul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
TINGKAT ANSIETAS KLIEN HIPERTENSI” (Jurnal Kesehatan Metro Sai
Wawai Volume VII No. 1 Edisi Juni 2014 ISSN:19779-469X)

11
Dimana Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 972 juta jiwa atau 31,7%.
Provinsi Lampung pada tahun 2009 sebanyak 49.960 jiwa dan dipuskesmas
Bernung sebanyak 1365 jiwa.Klien hipertensi rentan mengalami ansietas,yaitu saat
klien didiagnosis hipertensi serta mengetahui prognosis penyakitnya. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan
terhadap tingkat ansietas klien hipertensi di Puskesmas Bernung kabupaten
Pesawaran Lampung.
Metode:Metode penelitian ini adalah quasi experiment, desain pre-post test
design with control group. Sampel penelitian secara purposive sampling berjumlah
64 responden, terdiri 32 responden kelompok intervensi dan 32 responden
kelompok kontrol. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS).
Hasil:Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan yang bermakna
tingkat ansietas sesudah intervensi (p value < 0,005). Kelompok intervensi lebih
tinggi penurunan tingkat ansietas dibanding kelompok kontrol yang tidak mendapat
terapi yaitu selisih 2,44 poin.
Simpulan: Pendidikan kesehatandapat menurunkan tingkat ansietas klien
dengan hipertensi. Pentingnya menjadikan pendidikan kesehatan sebagaistandar
intervensi klien hipertensi pada program pengobatan dan kesehatan jiwamasyarakat
di Puskesmas.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ANSIETAS
3.1 Pengkajian
1. Identitas
2. Alasan masuk
3. Riwayat penyakit sekarang dan faktor presipitasi
4. Faktor predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas,
a. Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id
mewakili dorongan insting
5. Penilaian stresor
6. Sumber koping
7. Mekanisme koping

2. Pemeriksaan sistem
a. Breath ( B1): Pola nafas efektif, ekspansi dada normal, tidak ada suara
nafas tambahan.
b. Blood (B2): Anemis, pucat, perdarahan pervaginam,tekanan darah
bisa naik atau turun, bradikardi atau takikardia, CRT kurang atau lebih
dari 2 detik.
c. Brain (B3): Kaji adanya penurunan kesadaran menurun (GCS).
d. Bladder (B4):
Penekanan vesika urinari oleh massa tumor.
Retensi urine, disuria/ polakisuria, overflow inkontinesia.
Nyeri tekan pada vesika urinaria.
Hematuria.
e. Bowel (B5):
Palpasi abdomen : Tumor teraba seperti benjolan padat dan kenyal
pada perut bagian bawah.
Konstipasi

13
Auskultasi : peristaltik menurun
f. Bone (B6): Kelemahan ekstremitas karena gangguan sirkulasi ke
ekstremitas bawah..
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. USG abdominal dan transvaginal
b. Laparaskopi
c. Hitung darah lengkap dan Hapusan darah
Leukositosis dapat disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau
degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit
menunjukkan adanya kehilangan darah yang kronik. (Supriyadi, 1994)

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mioma uteri merupakan salah satu tumor jinak uterus yang berasal
dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri
dikenal juga dengan istilah fibromioma, leiomioma, atau fibroid. (Pertiwi.
2012)
Menurut letaknya, mioma di bagi menjadi:
A. mioma submukosum: berada di bawah endometirium dan menonjol
B. mioma intramural:mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut
myometrium
C. mioma subserosum:apabila tumbuh keluar di dinding uterus sehingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa (Prawirohardjo,
2008)
4.2 Saran
Kami menyadari dalam penulisan dan pembahasan makalah ini
banyak ditemui kesalahan dan kekurangan baik dari penulisan dan
pembahasan dikarenakan kami masih dalam proses pembelajaran, kami
menerima dengan lapang dada  saran dan tanggapan dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini,dan kami juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis nantinya

15
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E.2001.Rencana Keperawatan Maternal/bayi. Jakarta : EGC.


Ganong F William. 1999. Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Pertiwi,Kirana dkk. 2007. Hubungan Usia Menarche Dan Paritas Dengan
Kejadian Mioma Uteri Di Rsud Wates Kulonprogo Tahun 2007-2010.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unpad Bandung.1984.Obstetri
Patologi.Bandung : CV. Lubk Agung.
Bobak, Irene M.2005.Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E.Rencana Asuhan Keperawatan.2000.Jakarta : EGC.
Dorland.1998.Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Volume 3.Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta :
EGC.
Wiknjosastro, Hanifa.2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3 Cetakan 7.Jakarta Pusat :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

16

Anda mungkin juga menyukai