Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

TENTANG
APLIKASI KEPERAWATAN PASIEN KECEMASAN

DISUSUN OLEH
MUSA
NIM : PO5303203191081
MARIANCE RAMBU ELLEN KABORANG
NIM : PO5303203191077
TINGKAT : II A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

           Puji syukur kehadirat Allah Yang Mahakuasa dengan limpahan karunia-Nya sehingga
tugas ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Makalah ini disusun berdasarkan apa yang diperoleh dari berbagai sumber. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna dan untuk menjadi
sempurna,Untuk itu diharapkan kepada bapak Dosen untuk memberikan masukan dan kritik
demi kesempurnaan makalah ini.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kita harapkan. Untuk itu, diharapkan adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga tugas Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama saya sendiri, selain
itu tentunya terdapat kekurangan yang dalam penyusunan Makalah ini, harap diberikan suatu
kritik dan saran yang bermanfaat bagi penyusun.

Waingapu 27, maret 2021


Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................


DAFTAR ISI .......................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................................


1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................
2.1 Rumusan masalah ................................................................................................
3.1 Tujuan ..................................................................................................................

BAB II. TINJAUAN TEORIS ..............................................................................................


1. Menjelaskan definisi ansietas ...................................................................................
2. Menjelaskan tanda-tanda ansietas ............................................................................
3. Menjelaskan tingkatan ansietas .................................................................................
4. Menjelaskan factor predisposisi ansietas .................................................................
5. Menjelaskan factor yang memperberat ansietas .....................................................
6. Menjelaskan perbedaan pada tingkat usia ..............................................................
7. Menjelaskan mekanisme koping menghadapi ansietas ...........................................
8. Menjelaskan penatalaksanaan ansietas ...................................................................
9. Menjelaskan asuhan keperawatan dengan ansietas ................................................

BAB III. PENUTUP ...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................


3.2 Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala
sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau
penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999). Kecemasan (ansietas) adalah respon
psikologik terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi
fisiologis terhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom,
meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi
otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab.

Tingkatan ansietas dibagi menjadi empat yaitu : ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas
berat dan panic. Jika panic berlangsung lama dan terus menerus dapat menimbulkan kelelahan
yang sangat dan bahkan kematian. Ansietas dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain :
konflik emosional, perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal,  keluarga dan biologis. Mekanisme koping yang dapat dilakukan untuk mengatasi
ansietas antara lain : reaksi yang berorientasi pada tugas,  dan mekanisme pertahanan ego.
Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan dalam mengatasi
ansietas agar tidak menjadi terus menerus yang dapat berdampak pada psikologis maupun
fisiologis.

2.1   Rumusan Masalah

1. Menjelaskan definisi ansietas


2. Menjelaskan tanda-tanda ansietas
3. Menjelaskan tingkatan ansietas
4. Menjelaskan factor predisposisi ansietas
5. Menjelaskan factor yang memperberat ansietas
6. Menjelaskan perbedaan pada tingkat usia
7. Menjelaskan mekanisme koping menghadapi ansietas
8. Menjelaskan penatalaksanaan ansietas
9. Menjelaskan asuhan keperawatan dengan ansietas
3.1 Tujuan

1. Mengetahui definisi ansietas


2. Mengetahui tanda-tanda ansietas
3. Mengetahui tingkatan ansietas
4. Mengetahui factor predisposisi ansietas
5. Mengetahui factor yang memperberat ansietas
6. Mengetahui perbedaan pada tingkat usia
7. Mengetahui mekanisme koping menghadapi ansietas
8. Mengetahui penatalaksanaan ansietas
9. Mengetahui Asuhan keperawatan dengan ansietas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Ansietas

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi
(Videbeck, 2008). Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai
berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).

Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan
dalam hubungan interpersonal terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut.(Stuart, 1998).

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut yaitu adanya obyek dan
dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Kecemasan adalah respon emosi tanpa
obyek yang spesifik dialami, di komunikasi secara interpersonal. Kecemasan adalah
kebingungan, kekhawatiran yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan di
hubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Kaplan dan sadock, 1997).

2.2 Tanda-tanda Ansietas (Kecemasan)

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari,
2008), antara lain sebagai berikut :

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya. 
3.2 Tingkatan Ansietas
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :

 Respons fisik
 Ketegangan otot ringan
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
 Respon kognitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Mempertimbangkan informasi
 Tingkat pembelajaran optimal
 Respons emosional
 Perilaku otomatis
 Sedikit tidak sadar
 Aktivitas menyendiri
 Terstimulasi
 Tenang
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :

 Respon fisik :
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukul tangan
 Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
 Respons kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
 Respons emosional
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sabar
 Gembira
3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :

 Respons fisik
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, mengertakan gigi
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, gemetar

 Respons kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berpikir terpecah-pecah
 Sulit berpikir
 Penyelesaian masalah buruk
 Tidak mampu mempertimbangkan informasi
 Hanya memerhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri
 Egosentris

 Respons emosional
 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
 Penyangkalan
 Ingin bebas

4. Tingkat panic dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror.
Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang
mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panic, terjadi peningkatan aktiviitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas in tidak sejalan
dengan kehidupan, dan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian.

Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :

 Respons fisik
 Flight, fight, atau freeze
 Ketegangan otot sangat berat
 Agitasi motorik kasar
 Pupil dilatasi
 Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
 Tidak dapat tidur
 Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
 Wajah menyeringai, mulut ternganga

 Respons kognitif
 Persepsi sangat sempit
 Pikiran tidak logis, terganggu
 Kepribadian kacau
 Tidak dapat menyelesaikan masalah
 Fokus pada pikiran sendiri
 Tidak rasional
 Sulit memahami stimulus eksternal
 Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

 Respon emosional
 Merasa terbebani
 Merasa tidak mampu, tidak berdaya
 Lepas kendali
 Mengamuk, putus asa
 Marah, sangat takut
 Mengharapkan hasil yang buruk
 Kaget, takut
 Lelah

4.2 Faktor Predisposisi


1. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian-id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya.
2. Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak
adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
3. Menurut pandangan perilaku ansietas  merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga.
5. Kajian biologis  menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambat asam
aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya dengan
endorphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai
akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas (Stuart, 1998).

 Respon fisiologis terhadap ansietas

Sistem Tubuh Respons


Kardiovaskuler Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Rasa mau pingsan*
Pingsan*
Tekanan darah menurun*
Denyut nadi menurun

Pernapasan Napas cepat


Napas pendek
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorok
Sensasi tercekik
Terengah-engah

Neuromuskular Refleks meningkat


Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan


Menolak makan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Mual
Rasa terbakar pada jantung
Diare

Traktur urinarius Tidak dapat menahan kencing


Sering berkemih

Kulit Wajah kemerahan


Berkeringat setempat (telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh
 Respons parasimpatis

Respons perilaku,kognitif, dan afektif terhadap ansietas

Sistem Respons
Perilaku Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Kognitif Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi

Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Afektif Bidang persepsi menurun
Kreativitas menurun
Produktivitas menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan control
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Ketakutan
Alarm
Teror
Gugup
Gelisah

5.2 Faktor – faktor yang memperberat ansietas

 Ancaman terhadap integritas fisik.

Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :


a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu
tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

 Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.


a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja,   penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga
dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
6.2 Perbedaan pada tingkat usia
a. Bayi/anak
 Berhubungan dengan perpisahan
 Berhubungan dengan lingkungan atau orang asing
 Berhubungan dengan perubahan hubungan sebaya
b. Remaja
 Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
 Perkembangan seksual
  Perubahan hubungan dengan teman sebaya
c. Dewasa
 Berhubungan dengan konsep diri :
 Kehamilan
 Menjadi orang tua
 Perubahan karir
 Efek penuaan
d. Lansia
 Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
 Kehilangan sensori
 Kehilangan motoric
 Masalah finansial
 Perubahan pension

7.2 Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor


utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami
kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya
digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga,
mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak
energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan
tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,
mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses
dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan
makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-
hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap
disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

8.2 Penatalaksanaan Ansietas

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian
berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.

2. Terapi psikofarmaka. 

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi somatic

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu
dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

4. Psikoterapi
a. Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor
psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga
tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
5. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan
daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

9.2 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ansietas


1. Pengkajian

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Menurut Stuart dan Sundeen (1995),
data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikut :

a. Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku yang
secara tidak langunsg melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk
melawan ansietas.

b. Faktor predisposisi
c. Faktor presipitasi
d. Sumber koping
e. Mekanisme koping

2. Diagnosa Keperawatan

Ansietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang berhubungan :

a. Terpapar racun
b. Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup.
c. Berhubungan dengan keturunan atau hereditas.
d. Kebutuhan tidak terpenuhi
e. Transmisi interpersonal
f. Krisis situasional atau maturasional
g. Ancaman kematian
h. Ancaman terhadap konsep diri
i. Stress
j. Substance abuse
k. Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi.
l. Fungsi peran
m. Lingkungan status ekonomi

Sedangkan menurut Suliswati (2005), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan ansietas adalah :

a. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil
keputusan.
Kecemasan berat berhubung dengan konflik perkawinan.
b. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan finansial.
c. Ketidakefektifan koping individu berhubung dengan kematian saudara.

3. Intervensi
Untuk menetukan intervensi keperawatan, maka terlebih dahulu disusun NOC (Nursing
Outcome Classification) dan NIC (Nursing Intervensi Classification), adapun NOC dan NIC
untuk ansietas, adalah sebagai berikut:

 NOC (Nursing Outcome Classification)

Nursing Outcome Classification (NOC) pada ansietas terdiri dari ansietas kontrol dan
mekanisme koping, yaitu sebagai berikut :

Ansietas kontrol, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten),
dengan indikator :

 Monitor intensitas kecemasan


 Menyikirkan tanda kecemasan
 Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan
 Merencanakan strategi koping
 Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
 Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas
 Melaporkan tidak adanya manifestasi fisik dan kecemasan
 Tidak adaa manifestasi perilaku kecemasan
 Koping, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten),
dengan indikator :
a. Menunjukkan fleksibilitas peran
b. Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya
c. Melibatkan angoota keluarga dalam membuat keputusan
d. Mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional
e. Menunjukkan strategi penurunan stress

 NIC (Nursing Intervensi Classification)

Nursing Intervensi Classification (NIC) pada klien yang mengalami ansietas, terdiri dari
penurunan kecemasan dan peningkatan koping, seperti pada uraian berikut :
 Penurunan kecemasan
a. Tenangkan klien
b. Berusaha memahami keadaan klien
c. Berikan informasi tentang diagnosa prognosis dan tindakan
d. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.
e. Gunakan pendekatan dan sentuhan
f. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan penurunan rasa takut
g. Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan
h. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas
i. Dukung penggunaan mekanisme defensive dengan cara yang tepat
j. Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusan
k. Intruksikan kemampuan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
l. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

 Peningkatan koping
a. Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
b. Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
d. Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan dan prognosis
e. Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini
f. Dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat
g. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
h. Bantu pasien untuk mengidentifikasi startegi postif untuk mengatasi keterbatasan dan
mengelola gaya hidup atau perubahan peran
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ansietas adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang
tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan
bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

Penyebab ansietas:

 Peristiwa traumatik
 Konflik emosional
 Konsep diri terganggu
 Frustasi
 Gangguan fisik

Tanda – tanda ansietas

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya. 

Faktor – faktor yang memperberat ansietas

1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik


2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

2.1 Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Diagnosa Keperawatan NANDA NIC-NOC (terjemahan)


Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Suliswati, dkk., 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai