TENTANG
APLIKASI KEPERAWATAN PASIEN KECEMASAN
DISUSUN OLEH
MUSA
NIM : PO5303203191081
MARIANCE RAMBU ELLEN KABORANG
NIM : PO5303203191077
TINGKAT : II A
Puji syukur kehadirat Allah Yang Mahakuasa dengan limpahan karunia-Nya sehingga
tugas ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya.
Makalah ini disusun berdasarkan apa yang diperoleh dari berbagai sumber. Saya
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna dan untuk menjadi
sempurna,Untuk itu diharapkan kepada bapak Dosen untuk memberikan masukan dan kritik
demi kesempurnaan makalah ini.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kita harapkan. Untuk itu, diharapkan adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga tugas Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama saya sendiri, selain
itu tentunya terdapat kekurangan yang dalam penyusunan Makalah ini, harap diberikan suatu
kritik dan saran yang bermanfaat bagi penyusun.
PENDAHULUAN
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala
sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau
penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999). Kecemasan (ansietas) adalah respon
psikologik terhadap stres yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi
fisiologis terhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom,
meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi
otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab.
Tingkatan ansietas dibagi menjadi empat yaitu : ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas
berat dan panic. Jika panic berlangsung lama dan terus menerus dapat menimbulkan kelelahan
yang sangat dan bahkan kematian. Ansietas dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain :
konflik emosional, perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal, keluarga dan biologis. Mekanisme koping yang dapat dilakukan untuk mengatasi
ansietas antara lain : reaksi yang berorientasi pada tugas, dan mekanisme pertahanan ego.
Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan dalam mengatasi
ansietas agar tidak menjadi terus menerus yang dapat berdampak pada psikologis maupun
fisiologis.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi
(Videbeck, 2008). Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai
berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan
dalam hubungan interpersonal terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut.(Stuart, 1998).
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut yaitu adanya obyek dan
dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Kecemasan adalah respon emosi tanpa
obyek yang spesifik dialami, di komunikasi secara interpersonal. Kecemasan adalah
kebingungan, kekhawatiran yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan di
hubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Kaplan dan sadock, 1997).
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas (Hawari,
2008), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
3.2 Tingkatan Ansietas
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
Respons fisik
Ketegangan otot ringan
Sadar akan lingkungan
Rileks atau sedikit gelisah
Penuh perhatian
Rajin
Respon kognitif
Lapang persepsi luas
Terlihat tenang, percaya diri
Perasaan gagal sedikit
Waspada dan memperhatikan banyak hal
Mempertimbangkan informasi
Tingkat pembelajaran optimal
Respons emosional
Perilaku otomatis
Sedikit tidak sadar
Aktivitas menyendiri
Terstimulasi
Tenang
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
Respon fisik :
Ketegangan otot sedang
Tanda-tanda vital meningkat
Pupil dilatasi, mulai berkeringat
Sering mondar-mandir, memukul tangan
Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
Respons kognitif
Lapang persepsi menurun
Tidak perhatian secara selektif
Fokus terhadap stimulus meningkat
Rentang perhatian menurun
Penyelesaian masalah menurun
Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
Respons emosional
Tidak nyaman
Mudah tersinggung
Kepercayaan diri goyah
Tidak sabar
Gembira
3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
Respons fisik
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
Rahang menegang, mengertakan gigi
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, gemetar
Respons kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berpikir terpecah-pecah
Sulit berpikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memerhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
Respons emosional
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
Ingin bebas
4. Tingkat panic dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror.
Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang
mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panic, terjadi peningkatan aktiviitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas in tidak sejalan
dengan kehidupan, dan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi
kelelahan yang sangat bahkan kematian.
Respons fisik
Flight, fight, atau freeze
Ketegangan otot sangat berat
Agitasi motorik kasar
Pupil dilatasi
Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
Tidak dapat tidur
Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
Wajah menyeringai, mulut ternganga
Respons kognitif
Persepsi sangat sempit
Pikiran tidak logis, terganggu
Kepribadian kacau
Tidak dapat menyelesaikan masalah
Fokus pada pikiran sendiri
Tidak rasional
Sulit memahami stimulus eksternal
Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
Respon emosional
Merasa terbebani
Merasa tidak mampu, tidak berdaya
Lepas kendali
Mengamuk, putus asa
Marah, sangat takut
Mengharapkan hasil yang buruk
Kaget, takut
Lelah
Sistem Respons
Perilaku Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Kognitif Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi
Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Afektif Bidang persepsi menurun
Kreativitas menurun
Produktivitas menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan control
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Ketakutan
Alarm
Teror
Gugup
Gelisah
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak
energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan
tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan
kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,
mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses
dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan
makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-
hal berikut :
a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.
b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap
disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian
berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang
berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari
kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu
dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
a. Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor
psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga
tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan
daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Menurut Stuart dan Sundeen (1995),
data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikut :
a. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku yang
secara tidak langunsg melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk
melawan ansietas.
b. Faktor predisposisi
c. Faktor presipitasi
d. Sumber koping
e. Mekanisme koping
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang berhubungan :
a. Terpapar racun
b. Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup.
c. Berhubungan dengan keturunan atau hereditas.
d. Kebutuhan tidak terpenuhi
e. Transmisi interpersonal
f. Krisis situasional atau maturasional
g. Ancaman kematian
h. Ancaman terhadap konsep diri
i. Stress
j. Substance abuse
k. Perubahan dalam : status peran, status kesehatan, pola interaksi.
l. Fungsi peran
m. Lingkungan status ekonomi
Sedangkan menurut Suliswati (2005), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan ansietas adalah :
a. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil
keputusan.
Kecemasan berat berhubung dengan konflik perkawinan.
b. Kecemasan sedang berhubungan dengan tekanan finansial.
c. Ketidakefektifan koping individu berhubung dengan kematian saudara.
3. Intervensi
Untuk menetukan intervensi keperawatan, maka terlebih dahulu disusun NOC (Nursing
Outcome Classification) dan NIC (Nursing Intervensi Classification), adapun NOC dan NIC
untuk ansietas, adalah sebagai berikut:
Nursing Outcome Classification (NOC) pada ansietas terdiri dari ansietas kontrol dan
mekanisme koping, yaitu sebagai berikut :
Ansietas kontrol, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten),
dengan indikator :
Nursing Intervensi Classification (NIC) pada klien yang mengalami ansietas, terdiri dari
penurunan kecemasan dan peningkatan koping, seperti pada uraian berikut :
Penurunan kecemasan
a. Tenangkan klien
b. Berusaha memahami keadaan klien
c. Berikan informasi tentang diagnosa prognosis dan tindakan
d. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.
e. Gunakan pendekatan dan sentuhan
f. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan penurunan rasa takut
g. Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan
h. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas
i. Dukung penggunaan mekanisme defensive dengan cara yang tepat
j. Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusan
k. Intruksikan kemampuan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
l. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
Peningkatan koping
a. Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
b. Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
d. Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan dan prognosis
e. Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini
f. Dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat
g. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
h. Bantu pasien untuk mengidentifikasi startegi postif untuk mengatasi keterbatasan dan
mengelola gaya hidup atau perubahan peran
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ansietas adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang
tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan
bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.
Penyebab ansietas:
Peristiwa traumatik
Konflik emosional
Konsep diri terganggu
Frustasi
Gangguan fisik
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
2.1 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat
berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA