Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Cecilya Pebrianti (432051440117025)


Ckristo Hansen (432051440117002)
Devi Maudy (432051440117004)
Feni Meliana (432051440117007)
Krisnayanti Halawa (432051440117011)
Lisa Anggraini (432051440117012)
Nurmiati Lasmaria (432051440117015)
Rizma Mellyanti (432051440117016)
Tati Haryati (432051440117019)
Vani Siti (432051440117020)
Yukenti (432051440117024)

SEKOLAH TINNGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan Mengucap syukur kehadirat Allah SWT. yang hanya dengan rahmat serta petunjuk-
nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Ansietas, Gangguan Citra Tubuh, HDR situsional”  Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Keperawatan Jiwa
Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kapada yang
terhormat dosen Pembimbing yaitu ibu Ira Ocktavia,M.Kep.,Sp.Kep.J yang telah
memberikan tugas dan kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun makalah ini.
Serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat  hingga
tersusunnya makalah ini hingga akhir.
Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan dengan penyusunan
makalah ini akan penulis terima dengan senang hati untuk menyempurnakan penyusunan
makalah tersebut.
Semoga makalah keperawatan jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Ansietas,
Gangguan Citra Tubuh, HDR situsional” ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Bandung, 24 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian kecemasan.........................................................................................1
B. Rentang Respon Tingkat Kecemasan.................................................................4
C. Pengkajian...........................................................................................................5
D. Diagnosa ……………………………………………………………………….5
E. Rencana Intervensi .............................................................................................4
F. Evaluasi...............................................................................................................5

BAB II ISI

A. Pengertian Citra Tubuh.......................................................................................1


B. Pengkajian...........................................................................................................5
C. Diagnosa ............................................................................................................5
D. Rencana Intervensi .............................................................................................4
E. Evaluasi...............................................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian HargaDiri Rendah Situsional............................................................1


B. Pengkajian...........................................................................................................5
C. Diagnosa ............................................................................................................5
D. Rencana Intervensi .............................................................................................4
E. Evaluasi...............................................................................................................5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Daftar Pustaka ....................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkaitan
dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang begitu tidak
begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas nilai ancaman yang wajar dapat dianggap memiliki
nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya begitu kuat dan bersifat negatif
justru akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis
individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan pun tergantung dari
faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia
kecemasan paling banyak terjadi setiap harinya.hal ini disebabkan semakin kongkretnya
masalah yang terjadi saat ini. Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan
menempati posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu sebagai seorang
perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus kecemasan yang terjadi.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata
terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan dunia
PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental
dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa
seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan ketergantungan
alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.
Kecemasan atau ansietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelassebabnya.
Pengaruh kecemasan terhadap pencapaian kedewasaan, merupakanmasalah penting dalam
perkembangan kepribadian. Kecemasan juga merupakanketakutan yang besar dalam
menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah laku normalmaupun tingkah laku yang
menyimpangan, yang terganggu, kefua-duanyamerupakan pernyataan, penampilan,
penjelmaan dari pertahanan terhadapkecemasan itu. Tidak sorang pun bebas dari kecemasan.
Semua orang pastimerasakan kecemasan dalam derajad tertentu. Bahkan kecemasan yang
ringandapat berguna yakni dalam memberikan rangsangan terhadap seseorang.Rangsangan
untuk mengatasi kecemasan dan membuang sumber kecemasan.Kecemasan yang dapat
membuat seseorang putus asa dan tidak berdaya sehinggamempengaruhi seluruh
kepribadiannya adalah kecemasan yang negative.Rasa takut yang ditimbulkan oleh adanya
ancaman, sehingga seseorangaakan menghindari diri dari sebagainya.
Kecemasan atau ansietas dapat ditimbulkanoleh bahaya dari luar, mungkin juga bahaya
dari dalam diri seseorang, dan padaumumnya ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam
ditimbulkan bila adasesuatu hal yang yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran,
perasaan,keinginan dan dorongan. Pada umumnya pada orang tua memakai
kecemasanberhubungan dengan penolakan dan tidak menyayangi anak untuk
mengajarkanbeberapa pola tingkah laku kepada anaknya. Penolakan terus menerus oleh
orang-orang yang berarti bagi seseorang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan yangberat
seumur hidup.Pada saat ini banyak sekali benyak sekali kecemasan yang timbulsehubungan
dengan moderisasi dan perkembangan teknologi yang mempersempitlangkah kerja. Hampir
setiap orang mengalami keraguan, ketidak pastian dalammenghadapi masa kini yang
kompleks. Walaupun kecemasan dapat bersifatkonstruktif dan destruktif namun demikian
kecemasan ini harus dipakai sebagai alatuntuk mencapai perbaikan dan kemajuan.
Ansietas adalah masalah penting pada pelayanan kesehatan baik primermaupun
spesialis, karena rata-rata prevalensi seumur hidup untuk gangguan inisekitar 25% dari semua
pasien gangguan medis umum. Stresor psikologis dan fisik dari gangguan medis sering
memicu ansietas, terutama pada individu yang rentan.Kecemasan (ansietas) itu sendiri
merupakan respon psikologik terhadapstres yang mengandung komponen fisiologik dan
psikologik. Reaksi fisiologisterhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama timbul pada
sistem saraf otonom,meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan
darah dansuhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab.
Manifestasi yang khas pada ansietas tergantung pada masing-masing individu dandapat
meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh, dan menangis.Kecemasan bersifat
kompleks dan abstrak seperti yang telah ditulis oleh Freudbertahun-tahun yang lalu. Ansietas
adalah keadaan suasana perasaan (mood) yangditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti
ketegangan fisik dan kekhawatirantentang masa depan (Barlow, 2002). Kecemasan (ansietas)
pasien pre operasidisebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah dari faktor pengetahuan
dan sikapperawat dalam mengaplikasikan pencegahan ansietas pada pasien pre operasielektif
di Ruang. Ansietas pasien ada yang berhubungan dengan menghadapipembiusan, nyeri,
keganasan, kematian dan ketidaktahuan tentang prosedur operasi,cara latihan napas dalam,
batuk dan relaksasi serta strategi kognitif, dan sebagainya.
Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaranpenting
tentang ansietas yag berlebihan, disertai respon perilaku, emosional danfisiologis. Individu
yang mengalami gangguan ansietas dapat memperlihatkanperilaku yang tidak lazim seperti
panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasanterhadap objek dan kondisi kehidupan,
melakukan tindakan berulang-ulang tanpadapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa
yang traumatic, atau rasakkhawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Pada
kesempatan yang jarang terjadi, banyak orang memperlihatkan salah satu dari perilaku yang
tidak lazim tersebut sebagai respon normal terhadap ansietas. Perbedaan antara
responansietas yang tidak lazim ini dengan gangguan ansietas ialah bahwa respon
ansietascukup berat sehingga bisa mengganggu kinerja individu, kehidupan keluarga,
danlingkungan sosial.Banyak individu yang mengalami gangguan ansietas merasa takut
mereka akan “menjadi gila” karena mereka yang tidak lazim atau mereka mengalami
serangan jantung karena respon fisiologis seperti palpitasi, berkeringat, dankesulitan
bernapas. Mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali atasrespon yang tidak lazim
tersebut dan sangat menginginkan respon itu berhenti.Individu yang mengalami gangguan
ansietas tidak psikotik pada kenyataannya,mereka melakukan fungsi dalam batas-batas
realitas dan menyadari penuh bahwaepisode aneh yang mereka alami itu tidak normal.
Sebaliknya, individu yangpsikoti, seperti skizofrenia, tidak menyadari bahwa perilaku mereka
yang tidak lazim itu berbeda dari perilaku yang normal.Ansietas adalah perasaan takut yang
tidak jelas dan tidak didukung olehsituasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak
nyaman atau takut ataumungkin memiliki firasan ditimpa malapetaka padahal ia tidak
mengerti mengapaemosi yang mengancan tersebut terjadi. Tidak ada objek yang
dapatdiidentifikasikan sebagai stimulus ansietas (comer, 1992). Ansietas merupakan
alatperingatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu.Takut sebenarnya
tidak dapat dibedakan dengan ansietas karena individuyang merasa takut atau ansietas
mengalami pola respons perilaku, gisiolagis danemosional dalam rentang yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS


1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu
sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang
dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Kejadian
dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat
membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh
dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas.
2. Rentang Respons Tingkat Kecemasan
a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah.
c. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror,
serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik
meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan berhubungan
dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.

3. Pengkajian
Faktor Predisposisi Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang
dapat menjelaskan ansietas, di antaranya sebagai berikut.

a. Faktor biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan
endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

b. Faktor psikologis
1) Pandangan psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara dua elemen
kepribadian—id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas
adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

2) Pandangan interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat.

3) Pandangan perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu
yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan
selanjutnya.
4) Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh
terhadap terjadinya ansietas.

c. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.


1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

d. Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.

e. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
yaitu sebagai berikut.
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi
realitas, dan bersifat maladaptif.

4. Diagnosis
Kecemasan.

5. Rencana Intervensi
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1) Tujuan
a) Pasien mampu mengenal ansietas.
b) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
c) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas.

2) Tindakan keperawatan
a) Bina hubungan saling percaya.
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus
dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah sebagai
berikut.
 Mengucapkan salam terapeutik.
 Berjabat tangan.
 Menjelaskan tujuan interaksi.
 Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu
pasien.

b) Bantu pasien mengenal ansietas.


 Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
 Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
 Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
 Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas.

c) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa


percaya diri.
 Pengalihan situasi.
 Latihan relaksasi dengan tarik napas dalam, mengerutkan, dan
mengendurkan otot-otot.
 Hipnotis diri sendiri (latihan lima jari).

d) Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.


Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1) Tujuan:
a) Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.
b) Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.
d) Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas.
e) Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.

2) Tindakan keperawatan
a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b) Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.
c) Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas.
d) Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara
mengajarkan teknik relaksasi.
 Mengalihkan situasi.
 Latihan relaksasi dengan napas dalam, mengerutkan, dan
mengendurkan otot.
 Menghipnotis diri sendiri (latihan lima jari).
e) Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan
bagaimana merujuk pasien

6. Evaluasi
a. Menyebutkan penyebab ansietas.
b. Menyebutkan situasi yang menyertai ansietas.
c. Menyebutkan perilaku terkait ansietas.
d. Melakukan teknik pengalihan situasi, yaitu tarik napas dalam, relaksasi otot,
dan teknik lima jari.
e. Keluarga menyebutkan pengertian ansietas.
f. Keluarga menyebutkan tanda dan gejala ansietas.
g. Keluarga mengajarkan ke pasien teknik pengalihan situasi, tarik napas dalam,
relaksasi otot, dan teknik lima jari
A. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH
1. Pengertian Citra Tubuh
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak
terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran,
fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus-menerus (anting,
make up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya) baik masa lalu maupun sekarang.
Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri. Citra tubuh harus realistis
karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan lebih
bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat.
Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya
misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya.

2. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi Citra tubuh
1) Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
2) Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang
atau penyakit).
3) Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh. d.
Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.

b. Faktor Presipitasi
1) Trauma.
2) Ketegangan peran.
3) Transisi peran perkembangan.
4) Transisi peran situasi.
5) Transisi peran sehat-sakit.

c. Perilaku Citra tubuh


1) Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
2) Menolak bercermin.
3) Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
4) Menolak usaha rehabilitasi. e. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
5) Menyangkal cacat tubuh.

d. Mekanisme Koping
1) Pertahanan jangka pendek
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis,
seperti kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
seperti ikut kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c) Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik.
d) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti
penyalahgunaan obat.
e) Pertahanan jangka panjang
 Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi,
dan potensi diri individu.
 Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-
nilai harapan masyarakat.
f) Mekanisme pertahanan ego
 Fantasi
 Disosiasi
 Isolasi
 Proyeksi
 Displacement
 Marah/amuk pada diri sendiri

3. Diagnosis
a. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping keluarga
inefektif.
b. Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan perubahan
penampilan peran.

4. Rencana Intervensi
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosis yang ditemukan.
Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.

b. Tindakan keperawatan
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
a) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan
dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga,
dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau
kegiatan sehari-hari pasien.

4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.


a) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan
(yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
b) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien.
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
b) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktivitas.
d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan
keluarga.
e) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan.
f) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan
pasien.

Tindakan keperawatan pada keluarga


a. Tujuan
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki.
2) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
latihan yang dilakukan.
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
2) Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang
dimiliki.
3) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan
yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat.
4) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku
pasien.

5. Evaluasi
a. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
1) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
2) Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
3) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
b. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.
1) Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
2) Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya
melakukan aktivitas.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HDR SITUASIONAL
1. Pengertian Harga Diri Rendah Situsional
Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih
rendah dibandingkan orang lain yang berpikir tentang hal negatif diri sendiri
sebagai individu yang gagal, tidak mampu dan tidak berprestasi (Keliat, 2010).

Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon terhadap suatu kejadian. Apabila dari harga diri rendah situasional tidak
ditangani segera, maka lama kelamaan dapat menjadi harga diri rendah kronik.

2. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
1) Penolakan.
2) Kurang penghargaan.
3) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu
dituntut.
4) Persaingan antara keluarga.
5) Kesalahan dan kegagalan berulang.
6) Tidak mampu mencapai standar.

b. Faktor Presipitasi
1) Trauma.
2) Ketegangan peran.
3) Transisi peran perkembangan.
4) Transisi peran situasi.
5) Transisi peran sehat-sakit.

c. Perilaku HDR
1) Mengkritik diri sendiri/orang lain.
2) Produktivitas menurun.
3) Gangguan berhubungan.
4) Merasa diri paling penting.
5) Destruktif pada orang lain.
6) Merasa tidak mampu.
7) Merasa bersalah dan khawatir.
8) Mudah tersinggung/marah.
9) Perasaan negatif terhadap tubuh.
10) Ketegangan peran.
11) Pesimis menghadapi hidup.
12) Keluhan fisik.
13) Penolakan kemampuan diri.
14) Pandangan hidup bertentangan.
15) Destruktif terhadap diri.
16) Menarik diri secara sosial.
17) Penyalahgunaan zat.
18) Menarik diri dari realitas

d. Mekanisme Koping
1) Pertahanan jangka pendek
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis,
seperti kerja keras, nonton, dan lain-lain.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
seperti ikut kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c) Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik.
d) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah
identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti
penyalahgunaan obat.

2) Pertahanan jangka panjang


a) Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting
bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri
individu.
b) Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai
harapan masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego
a) Fantasi
b) Disosiasi
c) Isolasi
d) Proyeksi
e) Displacement
f) Marah/amuk pada diri sendiri

3. Diagnosis
a. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
b. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

4. Rencana Intervensi
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosis yang ditemukan.
Pada rencana intervensi berikut memberikan gambaran pada gangguan konsep
diri, yaitu harga diri rendah.

Tindakan keperawatan pada pasien


a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.

b. Tindakan Keperawatan
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien.
a) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan
dan aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya
keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
c) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
a) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga,
dan aktivitas yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau
kegiatan sehari-hari pasien.
4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
a) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan
(yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
b) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien.
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien.
5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.
a) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
b) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktivitas.
d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan
keluarga.
e) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan.
f) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan
pasien.

Tindakan Keperawatan pada Keluarga


a. Tujuan
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki.
2) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan.
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
latihan yang dilakukan.
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien.
2) Anjurkan memotivasi pasien agar menunjukkan kemampuan yang
dimiliki.
3) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan
yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat.
4) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku
pasien.

5. Evaluasi
a. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
1) Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
2) Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
3) Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
b. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.
1) Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
2) Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya
melakukan aktivitas.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena


ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Sedangkan Citra tubuh adalah
kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak terhadap tubuhnya,
termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, fungsi, keterbatasan,
makna, dan objek yang kontak secara terus-menerus (anting, make up, pakaian,
kursi roda, dan sebagainya) baik masa lalu maupun sekarang. Harga diri rendah
situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri
positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap suatu
kejadian. Apabila dari harga diri rendah situasional tidak ditangani segera, maka
lama kelamaan dapat menjadi harga diri rendah kronik.
DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/41401/2/BAB%201.pdf diakses pada tanggal 23 Maret 2020 jam


15.36 WIB

Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Courese). Jakarta: EGC.

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.

Keliat, B.A., Helena, N.C.D., dan Farida, P. 2007. Manajemen Keperawatan Psikosisial dan

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing. 8th Edition. St. Louis:
Mosby.

Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi Jakarta: EGC.

Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St. Louis: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai