Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

MASALAH PSIKOSOSIAL ANSIETAS

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH : PSIK 5C/C1

NURHAYANI NUR’AINI KHOIRUN NISA’

(1810201132) (1810201139)

LAILI MIFTAKHUL JANNAH WIDYANINGRUM

(1810201133) (1810201140)

RIFKA ANISA NUARIYANTI ADAM INDRA PRAMANA

(1810201134) (1810201141)

MITA EVELIN HARAHAP ERWIN ANDRIANSYAH

(1810201135) (1810201142)

SHAFRISA DEWI ALFINA SAIFUL RAHMAN WAHID

(1810201136) (1810201143)

DEVI NUR WIDAYANTI FAHIM NASRULLAH

(1810201137) (1810201144)

LINAFSIH AMALIYAH ANDHIKA WAHYU PRATAMA

(1810201138) (1810201145)

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah berjudul “MASALAH PSIKOSOSIAL ANSIETAS” ini bisa
selesai pada waktunya.
Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga laporan ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pemb
aca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari ka
ta sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat me
mbangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 20 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 2

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 4

A. DEFINISI ........................................................................................................................ 4

B. ETIOLOGI ...................................................................................................................... 4

C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI............................................................ 5

D. TANDA DAN GEJALA ................................................................................................. 7

E. RENTANG RESPON ..................................................................................................... 8

F. PSIKOPATOLOGI ....................................................................................................... 10

G. PENATALAKSANAAN .............................................................................................. 11

H. POHON MASALAH .................................................................................................... 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................ 14

A. PENGKAJIAN .............................................................................................................. 14

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................................. 15

C. ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................... 15

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 18

A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 18

B. SARAN ......................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kecemasan suatu jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan
prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria
(Centers for Disease Control and Prevention [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan
Dasar (2013), prevalensi gangguan mental emosional (gejala-gejala depresi dan
ansietas) di Indonesia sebesar 6% (lebih dari 14 juta jiwa) untuk usia 15 tahun ke atas,
dan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dengan prevalensi
gangguan mental emosional tertinggi. Kecemasan adalah kondisi kejiwaan penuh
kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan
permasalahan yang terbatas maupun hal-hal aneh (Az-Zahrani, 2005). Kecemasan
memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek membahayakan, tergantung pada
tingkatannya (ringan, sedang, berat dan panik) (Videbeck, 2015). Kecemasan akan
meningkatkan neurotransmitter seperti norepinefrin, serotonin, dan gama aminobuyric
acid (GABA) sehingga peningkatannya akan mengakibatkan terjadinya gangguan: a)
fisiologis, antara lain perubahan denyut jantung, suhu tubuh, pernafasan, mual,
muntah, diare, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun ekstrim,
kelelahan yang luar biasa; b) gejala gangguan tingkah laku, antara lain aktivitas
psikomotorik 3 bertambah atau berkurang, sikap menolak, berbicara kasar, sukar tidur,
gerakan yang aneh-aneh; c) gejala gangguan mental, antara lain kurang konsentrasi,
pikiran meloncat -loncat, kehilangan kemampuan persepsi, kehilangan ingatan,
phobia, ilusi dan halusinasi (Hawari, 2014). Kecemasan sangat mengganggu
homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai
macam cara penyesuaian (Maramis, 2017).
Gangguan ansietas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang paling sering
ditemukan. National comorbidity study melaporkan bahwa satu di antara empat orang
memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan ansietas (Kaplan, 2007). Ansietas
dapat terjadi pada semua umur dengan stresor yang berbeda-beda. Gangguan ansietas
merupakan gangguan diagnosis klinis yang paling umum dialami oleh remaja
(Degnan, 2010). Gangguan ansietas mempengaruhi 6% sampai 20% anak-anak dan
remaja di negara maju (Dabkowska, 2011). Anxietas hal yang sangat umum dan

1
dialami oleh hampir semua individu. Anxietas merupakan reaksi normal dari stres dan
bisa menjadi menguntungkan di beberapa situasi. Namun stres bukanlah satu-satunya
penyebab dari ansietas. Terdapat berbagai faktor lain yang berkontribusi mencetuskan
gejala-gejala ansietas seperti adanya kerentanan biopsikososial, perbedaan gender,
faktor genetik, beberapa kondisi medis tertentu, dan penggunaan zat-zat tertentu
seperti kafein dan alkohol dan ditandai dengan munculnya rasa takut, kegelisahan, dan
perasaan tidak menyenangkan yang bersifat samar-samar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan ansietas?
2. Bagaimana etiologi pada ansietas?
3. Bagaimana faktor predisposisi dan presipitasi pada ansietas?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari ansietas?
5. Bagaimana rentang respons pada ansietas?
6. Bagaimana psikopatologi pada ansietas?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada ansietas?
8. Bagaimana pohon masalah dari ansietas?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum :

Mahasiswa dapat memahami tentang anxietas dan mahasiswa dapat melakukan


tindakan asuhan keperawatan dengan tepat pada klien dengan klien gangguan anxietas.

Tujuan Khusus :

1. mahasiswa mampu memahami tentang pengertian ansietas.


2. Mahasiswa mampu memahami etiologi ansietas.
3. Mahasiswa mampu memahami faktor predisposisi dan presipitasi dari ansietas.
4. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala ansietas.
5. Mahasiswa mampu memahami rentang respon ansietas
6. Mahasiswa mampu memahami Psikopatologi ansietas.

2
7. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari ansietas.
8. Mahasiswa mampu memahami pohon masalah dari ansietas.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Ansietas adalah kondisi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. (SDKI, 2016)
Ansietas merupakan kebingungan atau kekhawatiran pada sesuatu yang terjadi
dengan penyebab tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan
ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu obyek (Stuart, 2013).
Ansietas merupakan keadaan emosi yang dirasakan secara subyektif dengan obyek
tidak jelas dan terlihat dalam hubungan interpersonal (Asmadi, 2008). Ansietas adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya sehingga dapat mengancam keamanan individu
tersebut.Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

B. ETIOLOGI
1. Krisis situasional.
2. Kebutuhhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9. Faktor keturunan (tempramen mudah teragitasi sejak lahir).
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya ingkungan (misalnya toksin, polutan, dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.

(SDKI, 2016)

Faktor etiologi yang dapat menimbulkan kecemasan adalah :


a. Biologi :

4
a) Reaksi otonom yang berlebih dengan naiknya tonus simpatis.
b) Naiknya pelepasan katekolamin.
c) Naiknya metabolit norepinefrin
d) Turunnya masa laten tidur rapid eye movement (REM) dan stadium 4.
e) Turunnya gamma amino butyric acid (GABA) menyebabkan hiperaktivitas
susunan saraf pusat (GABA menghambat aktivitas susunan saraf pusat).
f) Serotonin menyebabkan kecemasan, naiknya aktivitas dopaminergik berkaitan
dengan kecemasan.
g) Pusat hiperaktif di korteks serebral bagian temporal.
h) Lokus seruleus, pusat neuron norandrenergik, hiperaktif pada keadaan
kecemasan
b. Psikoanalitik :
a) Impuls tak sadar (misalnya seksual, agresivitas) mengancam muncul ke dalam
alam sadar dan menimbulkan kecemasan.
b) Mekanisme pertahanan dipakai untuk mengatasi kecemasan.
c) Displacement dapat menimbulkan fobia.
d) Conversion, undoing, diplacement, dapat menimbulkan obsesif konvulsif.
e) Menghilangnya depresi dapat menimbulkan gejala panic atau gangguan
kecemasan menyeluruh.
f) Agrofobia berkaitan dengan hubungan bergantung bermusuhan (hostile)
dengan teman serta takut impuls.
g) Agresif/seksual dari diri ke orang lain atau sebaliknya.

C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang yang
dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati,2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

5
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan yang
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasan.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat


mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :

1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam integritas


fisik yang meliputi :
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal

6
a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya . (Eko Prabowo, 2014)

D. TANDA DAN GEJALA


a. Tanda dan Gejala Mayor
Subjektif
1. Merasa bingung.
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi.
3. Sulit berkonsentrasi.

Objektif

1. Tampak gelisah.
2. Tampak tegang.
3. Sulit tidur.

b. Tanda dan Gejala Minor


Subjektif
1. Mengeluh pusing.
2. Anoreksia.
3. Palpitasi.
4. Merasa tidak berdaya.

Objektif

1. Frekuensi napas meningkat.


2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Tekanan darah meningkat.
4. Diaforesis.
5. Tremor.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.

7
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.

(SDKI, 2016)

E. RENTANG RESPON

Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif dan
maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi dimana individu
siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang
yang paling maladaptive adalah panik, dimana individu sudah tidak mampu lagi
berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisisk, perilaku
maupun kognitif.
Respons adaptif Antisipasi - Ringan - Sedang – Berat – Panik.
Tingkatan Ansietas
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-
hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan waspada.
Orang yang mengalami ansietas ringan akan terdorong untuk menghasilkan
kreativitas. Respons-respons fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan
adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka
berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung. Respons kognitif
orang yang mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi yang melebar, dapat
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat
menjelaskan masalah secara efektif. Adapun respons perilaku dan emosi dari orang

8
yang mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada
tangan, suara kadang-kadang meninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal
lain. Respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah sering
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik mulut kering, anoreksia, diare,
konstipasi dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi
yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada apa yang menjadi
perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-
sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman .
c. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit berpikir
realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada
area lain.
Respons-respons fisiologis ansietas berat adalah napas pendek, nadi dan
tekanan darah darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur,
dan mengalami ketegangan.
Respon kognitif pada orang yang mengalami ansietas berat adalah lapang
persepsi sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah. Adapun
respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang
cepat, dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit
melakukan apapun walaupun dia sudah diberikan pengarahan. Respons-respons
fisiologis panik adalah napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi dan
koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara respons-respons kognitif
penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan tidak mampu
berpikir logis.

9
Adapun respons perilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk dan marah-
marah, ketakutan dan berteriak-teriak, blocking, kehilangan kontrol diri dan
memiliki persepsi yang kacau. (Herry Zan Pieter, 2011)

F. PSIKOPATOLOGI
Sistem syaraf pusat menerima suatu persepsi ancaman.Persepsi ini timbul
akibat adanya rangsangan dari luar dan dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan
faktor genetik. Kemudian rangsangan dipersepsi oleh panca indra, diteruskan dan
direspon oleh sistem syaraf pusat melibatkan jalur cortex cerebri – limbic system –
reticular activating system – hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar
hipofise untuk mensekresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar
adrenal yang kemudian memicu syaraf otonom melalui mediatorm hormonal yang lain
(Owen, 2016).
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas
menimbulkanaktivitas involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme
pertahanan diri. Serabut saraf simpatis “mengaktifkan” tanda-tanda vital pada setiap
tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan tubuh. Kelenjar adrenal melepas
adrenalin (epinefrin), yang menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak oksigen,
medilatasi pupil, dan meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil
membuat konstriksi pembuluh darah perifer dan memirau darah dari sistem
gastrointestinal dan reproduksi serta meningkatkan glikogenolisis menjadi glukosa
bebas guna menyokong jantung, otot, dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah
berakhir, serabut saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke
kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respons
simpatis. Ansietas menyebabkan respons kognitif, psikomotor, dan fisiologis yang
tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktivitas motorik,agitasi,
dan peningkatan tanda-tanda vital. Untuk mengurangi perasaan tidak nyaman, individu
mencoba mengurangi tingkat ketidaknyaman tersebut dengan melakukan perilaku
adaptif yang baru atau mekanisme pertahanan. Perilaku adaptif dapat menjadi hal yang
positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar, misalnya : menggunakan
teknik imajinasi untuk memfokuskan kembali perhatian pada pemandangan yang
indah, relaksasi tubuh secara berurutan darikepala sampai jari kaki, dan pernafasan

10
yang lambat dan teratur untuk mengurangiketegangan otot dan tanda-tanda vital.
Respons negatif terhadap ansietas dapat menimbulkan perilaku maladaptif, seperti
sakit kepala akibat ketegangan, sindromnyeri, dan respons terkait stress yang
menimbulkan efisiensi imun (Videbeck,2008).

G. PENATALAKSANAAN

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan


terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup
fisik ( somatik ), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut :

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :


1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
2) Olahraga yang cukup.
3) Tidak merokok.
4) Tidak meminum minuman keras.

b. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolitic),
yaitu diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspironeHCl, meprobamate
dan alprazolam.

c. Terapi somatik
Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik ( fisik ) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

d. Psikoterapi
e. Napas Dalam
Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas pernapasan
abdominal (diafragma)

Prosedur :

1) Atur posisi yang nyaman.

11
2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen.
3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga.
4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung sampai 3
selama inspirasi.
5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup secara perlahan – lahan
(Asmadi,2008).

12
H. POHON MASALAH

Resiko Bunuh Diri

Harga Diri Rendah

Ansietas

Koping Idividu kurang efektif

Kurang pengetahuan Stessor psikologis, fisik, sosial,


dan sosial budaya

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian Fokus
1. Data Yang Perlu Dikaji
a. Perilaku
Produktivitas menurun, gerakan ekstra, melihat sepintas, tampak
waspada,agitasi, insomnia, kontak mata yang buruk, gelisah, perilaku
mengintai, dan khawatir tentang perubahan dalam peristiwa hidup.
b. Afektif
Kesedihan yang mendalam, gelisah, distres, ketakutan, perasaan tidak adekuat,
putus asa, sangat khawatir, peka, gugup, senang berlebihan,
menggemerutukkan gigi, menyesal, berfokus pada diri sendiri, dan ragu.
c. Fisiologis
Wajah tegang, tremor tangan, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan,
gemetar, tremor, dan suara bergetar
d. Kognitif
Gangguan perhatian, gangguan konsentrasi, menyadari gejala fisiologis,
bloking pikiran, konfusi, penurunan lapang persepsi, penurunan kemampuan
untuk belajar, penurunan
kemampuan untuk memecahkan masalah, lupa, preokupasi, kelamin, dan
cenderunh menyalahkan orang lain.
e. Faktor yang berhubungan
Konflik tentang tujuan hidup, hubungan interpersonal, penularan interpersonal,
stressor, penyalahgunaan zat, ancaman kematian, ancaman pada status terkini,
kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan konflik nilai.

14
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas
C. ASUHAN KEPERAWATAN

No. Perencanaan
Diagnosa Kriteria evaluasi Intervensi
keperawatan

1. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Reduksi ansietas (I.09314)


keperawatan ansietas klien • Monitor tanda tanda
dapat teratasi dengan kriteria ansietas (verbal) dan (non
hasil :
verbal)
• Temani pasien untuk
Tingkat ansietas (L.09093) :
mengurangi kecemasan
• Verbalisasi khawatir
,jika memungkinkan
akibat kondisi yang
dihadapi dapat • Pahami situasi yang
menurun dari skala 1 membuat ansietas
(meningkat) menjadi • Dengarkan dengan penuh
skala 4 (cukup perhatian
menurun) • Gunakan pendekatan yang
• Perilaku gelisah pada tenang dan meyakinkan
klien dapat menurun
• Motivasi mengidentifikasi
dari skala 1 ke skala 4
situasi yang memicu
• Perilaku tegang pada
kecemasan
pasien dapat menurun
dari skala 2 menjadi
• Latih teknik relaksasi

skala 5 • Kolaborasi pemberian


• Frekuensi nadi pada obat ansietas,jika perlu
pasien dapat menurun
dari skala 1 ke skala 4
• Konsentrasi pasien Terapi relaksasi (I.09326)
dapat membaik dari • Identifikasi penurunan

15
skala 1 ke skala 4 tingkat energi,
• Pola tidur pasien dapat ketidakmampuan
membaik dari skala 1 berkonsentrasi,atau gejala
ke skala 4 lain yang menggangu
kemampuan kognitif
• Identifikasi
kesedian,kemampuan, dan
penggunan teknik
sebelumnya
• Periksa ketegangan
otot,frekuensi
nada,tekanan darah,dan
suhu sebelum dan sesudah
latihan
• Monitor respon terhadap
terapi relaksasi
• Anjurkan releks dan
merasakan sensasi
relaksasi
• Demontrasikan dan latih
teknik relaksasi

Terapi hipnosis (I.09320)


• Identifikasi riwayat
masalah yang dialami
• Identifikasi tujuan teknik
hipnosis
• Berikan lingkungan yang
nyaman,tenang dan bebas
gangguan
• Gunakan bahasa yang
mudah dipahami

16
• Berikan saran dengan cara
asertif
• Fasilitasi mengidentifikasi
teknik hipnosis yang tepat
• Hindari menebak apa yang
dipikirkan
• Berikan umpan balik
positif setelah setiap sesi
• Anjurkan menarik nafas
dalam untuk
mengintensifkan relaksasi

17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

• Kecemasan adalah kondisi kejiwaan penuh kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang
mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal
aneh (Az-Zahrani, 2005)
• Ansietas adalah kondisi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman. (SDKI, 2016)
• Tanda dan Gejala Mayor
Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak
gelisah, tampak tegang.
• Tanda dan Gejala Minor
Mengeluh pusing, anoreksia, frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat.
• Ada bebrapa tingkat ansietas mulai dari ringan, sedang, berat,dan panik.
• Beberapa upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang bergizi dan seimbang.
b. Olahraga yang cukup.
c. Tidak merokok.
d. Tidak meminum minuman keras.

B. SARAN
• Berpikir positif agar terhindar dari perasaan cemas.
• Kenali faktor pemicu timbulnya kecemasan
• Pahami tahap pencegahan maupun terapi penghilang kecemasan

18
DAFTAR PUSTAKA

PH, Livina. Ann Keliat, Budi. Eka Putri, Yossi. 2016. Penurunan Respon Ansietas
Dengan Terapi Generalis Ansietas. Jurnal Keperawatan Jiwa.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisis 1. Jakarta: DPP PPNI.

PH, L, Keliat B. A., & Putri, Y. S. E. (2016). PENURUNAN RESPONS ANSIETAS


KLIEN PENYAKIT FISIK DENGAN TERAPI GENERALIS ANSIETAS DI
RUMAH SAKIT UMUM BOGOR. Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 4, No. 1, Mei
2016; 13-20

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=18945

Pieter Herri Zan, dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

19

Anda mungkin juga menyukai