DISUSUN OLEH:
Oleh :
Penyusun Mengetahui,
i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................................................... 4
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................... 12
ii
iii
BAB IV ................................................................................................................................................. 17
PENDAHULUAN
Varikokel terjadi pada 15-20% pria yang merupakan salah satu penyebab penyebab
infertilitas infertilitas pria. Insidensi varikokel tertinggi pada pria remaja dan dewasa
sedangkan pada anak jarang ditemukan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sekitar
21-41% pria yang infertil menderita varikokel Akan tetapi tidak semua pasien varikokel
mengalami infertilitas, diperkirakan sekitar 20-50% hanya mengalami gangguan kualitas
semen dan perubahan histologi jaringan testis yang secara klinis berupa penurunan volume
1
2
testis. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa varikokel kiri lebih sering dibandingkan
varikokel kanan (Purnomo, 2012).
Pembahasan varikokel mendapat perhatian karena potensinya sebagai penyebab
terjadinya disfungsi testis dan infertilitas pada pria. Infertilitas pria akibat varikokel dapat
terjadi karena peningkatan suhu skrotal yang menyebabkan disfungsi gonadal bilateral,
refluks renal, metabolit adrenal dari menyebabkan disfungsi gonadal bilateral, refluks
renal, metabolit adrenal dari vena renalis, hipoksia, dan vena renalis, hipoksia, dan
akumulasi gonadotoksin (Schneck,2007).
Penelitian Zorgniotti dan MacLeod menyebutkan bahwa pria oligosperma memiliki
suhu intraskrotal 0.6°C lebih tinggi dibandingkan pada pasien dengan oligosperma tanpa
varikokel. Trauma hipertermi konsisten dengan penurunan jumlah spermatogonal akibat
adanya apoptosis yang ditemukan dari biopsi sampel pasien dengan varikokel. Teori lain
yaitu berdasarkan berdasarkan penelitian penelitian MacLeod MacLeod menyebutkan
menyebutkan bahwa derivat –– derivat dari derivat dari ginjal atau adrenal dapat menuju
ke vena gonadal. Jika metabolit ini bersifat vasoaktif (mis: prostaglandin), maka dapat
menjadi berbahaya testis (Tanagho, 2008).
Berdasarkan uraian diatas sangat penting bagi mahasiswa keperawatan untuk
mengetahui konsep dasar penyakit hidrokel dan varikokel beserta konsep asuhan
keperawatan hidrokel dan varikokel konsep penyakit dalam asuhan keperawatan tersebut
nantinya dapat digunakan sebagai referensi pada saat melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan hidrokel dan varikokel.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
a. Memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah Presentasi Hidrokel dan Varikokel
b. Menambah wawasan mengenai Hidrokel dan Varikokel
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.3 Epidemiologi
Infertilitas dianggap sebagai salah satu masalah utama kesehatan masyarakat,
karena mempengaruhi sekitar 15% dari pasangan di usia reproduksi mereka. Faktor
yang terjadi pada pria sekitar 40% -50% kasus infertilitas. Jenis yang paling umum
dari infertilitas pada pria adalah infertilitas idiopatik, yang ditandai dengan adanya
satu atau lebih parameter sperma yang abnormal dan tidak dapat diidentifikasi penyebabnya.
Penyebab umum lainnya dari infertilitas pada pria adalah varikokel.
Insiden varikokel 4,4% -22,6% pada populasi umum, 15-20% pada pria dengan
infertilitas primer dan 75% -81% dengan infertilitas sekunder. (Reddy, etal., 2015;
4
5
Hamada, et al., 2016). Varikokel memiliki sifat progresif dan jarang terjadi pada
kelompok usia pra-remaja dan prevalensi meningkat secara progresif dengan
bertambahnya umur
Pada bayi laki-laki, hidrokel dapat muncul sebelum lahir dan biasanya terjadi pada bayi
laki laki yang lahir prematur. Normalnya, buah zakar (testis) akan turun dari rongga perut ke
dalam skrotum.Buah zakar biasanya disertai dengan kantong yang melapisinya sehingga
memungkinkan sedikit cairan mengelilingi buah zakar. Biasanya kantong yang melapisi buah
zakar akan menutup dan cairan di sekitarnya akan diserap.Namun terkadang cairan tersebut
tidak diserap bahkan setelah kantong yang melapisi buah zakar menutup. Hal inilah yang
menyebabkan hidrokel non-komunikans.Ada juga kasus di mana skrotum tidak menutup
sempurna, sehingga cairan tidak dapat diserap dan menyebabkan hidrokel
komunikans.Hidrokel komunikans menyebabkan skrotum dapat berubah ukuran atau cairan
berlebihan bisa mengalir kembali ke rongga perutapabila skrotum ditekan. Hidrokel ini sering
dikaitkan dengan terjadinya hernia inguinal pada bayi laki-laki.
Pada pria dewasa, hidrokel dapat juga terjadi sebagai akibat dari cedera atau peradangan
dalam buah zakar. Peradangan dapat terjadi akibat infeksi pada buah zakar atau pada saluran
buah zakar (epididimis). Pada negara tropis, hidrokel pada orang dewasa dapat juga
disebabkan oleh penyakit filariasis.
varikokel kiri lebih sering daripada kanan yaitu sekitar 70-93%. Hal ini disebabkan karena
beberapa alasan berikut ini: vena testikular kiri lebih panjang, vena testikular sinistra memasuki
vena renal sinistra pada suatu right angle, arteri testikular sinistra pada beberapa pria
melengkung diatas vena renal sinistra, dan menekan vena renal sinistra, dan distensi colon
descendens karena feses dapat mengkompresi vena testikular sinistra (Schneck, 2007).
Berbagai penyebab dapat menjadi etiologi dari varikokel, diantaranya adalah:
1. Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya struktur penunjang/atrofi
otot kremaster.
2. Kelemahan kongenital dan proses degeneratif pleksus pampiniformis.
3. Hipertensi vena renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava inferior.
4. Turbulensi dari vena supra renalis ke dalam juxta vena renalis internus kiri berlawanan
dengan kedalam vena spermatika interna kiri.
5. Tekanan segment iliaka (oleh feses) pada pangkal vena spermatika yang mengakibatkan
peningkatan tekanan intraabdomen.
6. Tekanan vena spermatika interna meningkat letak sudut turun vena renalis 90 derajat.
7. Sekunder : tumor retro, trombus vena renalis, hidronefrosis.
b. Pentalaksanaan medis
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan
setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih
8
tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Tindakan untuk
mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadang
kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Beberapa indikasi untuk melakukan operasi
pada hidrokel adalah :
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai
dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi.
Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan
marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai
cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel
tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap, biasanya
menghilang sebelum umur 2 tahun.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pasien dalam posisi berdiri di ruangan yang hangat.
Metode pemeriksaan untuk mendiagnosisi varikokel dengan cara ini
memiliki sensitivitas dan spesifisitas sekitar 70% dibandingkan dengan alatdiagnostik lainnya.
(Trum, et al., 1996). Pemeriksaaan varikokel klinis mengacu pada deteksi yang baik secara
visual atau inspeksi atau palpasi.
9
Pemeriksaan awal dilakukan dalam posisi berdiri, tanpa dan dengan manuver
valsava. Pemeriksaan berikutnya diulang pada posisi terlentang untuk
mengevaluasi dekompresi vena melebar. Selain palpasi pada plexus pampiniformis
yang mengalami dilatasi, ukuran testis dan konsistensi juga harus dicatat. Derajat
varikokel dinilai berdasarkan kriteria World Health Organization (WHO) tahun
2000. (Rowe, etal., 2000).
b. Pemeriksaan Radiologi
• Venografi
Pemeriksaan dengan venografi spermatika retrograde mampu
mendiagnosis varikokel dan menggambarkan mekanisme gangguan katup
yang tidak kompeten. Akses melalui vena femoralis kanan atau vena jugularis
interna yang kanan dan menuju vena spermatika. (Masson & Brannigan, 2014)
Venografi umumnya dianggap sebagai tes yang paling sensitif karena hampir
100% dari individu dengan varikokel yang teraba menunjukkan refluks vena
spermatika.
• Thermografi dan Scintigrafi
Pada awalnya termografi skrotum dan skintigrafi dikembangkan sebagai
alternatif non-invasif untuk venografi. Termografi adalah teknik menggunakan
film fleksibel yang mengandung kristal cair yang panas yang mendeteksi
perubahan suhu pada skrotum. Identifikasi varikokel didasarkan pada temuan
hipertermia atas pada pleksus pampiniformis atau testis. Sebuah studi
menyatakan pada pria dengan varikokel terdapat suhu pleksus pampiniformis
>34°C atau perbedaan suhu >0.5°C antara plexus pampiniformis kiri dan
kanan. Namun adanya lesi intratestikular seperti kanker testis atau infeksi
dapat juga mengakibatkan hipertermia ipsilateral sehingga mengurangi
diagnostik spesifisitas untuk mengidentifikasi varikokel (Kulis, etal., 2012)
• Ultrasound (USG)
USG skrotum saat ini yang paling banyak digunakan sebagai modalitas
untuk penelitian mengenai varikokel. Dengan penggunaan frekuensi tinggi probe USG dan
munculnya teknologi Doppler menjadikan USG skrotum menjadi semakin mudah untuk
10
dikerjakan. Hal ini dapat memberikan gambar dengan resolusi yang tinggi dan aliran pembuluh
darah dalam testis serta struktur yang berdekatan. Mengingat sensitivitas tinggi dan spesifisitas
(97% dan 94% jika dibandingkan dengan venografi), non-invasif dan mudah
dikerjakan, USG skrotum dengan pemeriksaan Doppler telah menjadi pilihan
dalam mengevaluasi skrotum dan testis. Gambaran pada USG pada pasien
dengan varikokel adalah adanya gambaran beberapa anechoic, serpiginous,
struktur tubular di dekat sisi superior dan lateral testis (Sommers & Winter,
2014)
• Computerized Tomography (CT)
Evaluasi varikokel dengan menggunakan CT tidak praktis karena ekspos
radiasi yang tinggi. (Karcaaltincaba, 2011) Meskipun protokol CT dengan
ekspos radiasi dosis rendah dipertimbangkan sebagai protokol konvensional
tetapi dengan adanya ketersediaan USG yang masih menjadi pilihan sebagai
modalitas pencitraan awal. Pada saat ini peran pencitraan dengan CT untuk
mendiagnosis varikokel masih sedikit dan digunakan bila ada kecurigaan
adanya suatu kelainan retroperitoneal atau keganasan yang mendasari
terjadinya varikokel.
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Meskipun tidak umum dalam kepustakaan, ada beberapa diterbitkan
dalam penelitian yang menggunakan MRI untuk diagnosis dan pencitraan
varikokel. Keunggulan MRI dibandingkan dengan modalitas pencitraan lainyaitu
berkurangnya ketergantungan operator dan mendapatkan gambaran
yang terperinci dari anatomi retroperitoneal. Ketika penyebab varikokel
dicurigai adanya gangguan retroperitoneal, MRI mungkin memberikan peran
dalam mengkonfirmasikan dan selanjutnya mengevaluasi penyebab tersebut.
Secara khusus, MR angiografi juga digunakan untuk mempelajari tejadinya
varikokel akibat nutcracker syndrome. (Gulleroglu, et al., 2014)
c. Varikokelektomi
kolateral yang sulit terlihat saat operasi. Modalitas intervensi radiologi adalah
retrograde embolization atau scleroterapi dan antegrade scleroterapi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal darimproses keperawatan. Tujuan pengkajian
adalah memberikan suatu gambaran yang terus menerus mengenai kesehata klien. Tahap
pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisasi yang
meliputi tiga aktivitas atas dasar yaitu : pertama, mengumpulkan data secara sistematis; kedua,
memilah dan mengatur data yang dikumpulkan; dan ketiga, mendokumentasikan data dalam
format yang dapat dibuka kembali (Asmadi, 2008).
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan dan identitas orang tua.
b. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama
• Riwayat Psikososial
• Riwayat Hospitalisasi
• Riwayat Aktifitas
c. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan tidak
nyeritekan. Hidrokel dapat dibedakan dengan hernia melalui beberapa cara :
• Pada saat pemeriksaan fisik dengan Transiluminasi/diaponaskopi hidrokel berwarna
merahterang, dan hernia berwarna gelap.
• Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di scrotum, dan
hernia di lipatan paha.
• Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus, tetapi pada hernia terdapat
suara bising usus.
• Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperti kistik, tetapi pada hernia terasa kenyal.
• Hidrokel tidak dapat didorong, hernia biasanya dapat didorong.
• Bila dilakukan transiluminasi pada hidrokel terlihat transulen, pada hernia tidak.
d. Kaji sistem perkemihan
e. Kaji setelah pembedahan : infeksi, perdarahan, disuria, dan drainase
12
13
f. Lakukan transluminasi test : ambil senter, pegang skrotum, sorot dari bawah ; bila sinar
merata pada bagian skrotum maka berarti isinya cairan ( bila warnanya redup)
kurang keterampilan tentang selama 1x24 jam masalah berkurang • Spesifikasikan harapan yang berhubungan dengan perilaku
alternatif respons terhadap transisi Kriteria hasil: seksual
terkait kesehatan, perubahan Role performance • Diskusikan dengan klien konsekuensi dari penolakan sosial
struktur atau fungsi tubuh, penyakit, • Klien mendeskripsikan perubahan terhadap perilaku seksual
atau terapi medis peran dengan penyakit atau kecacatan • Diskusikan dampak negatif terhadap penolakan sosial terhadap
• Klien melaporkan strategi untuk perilaku seksual
perubahan peran • Tetapkan klien pada ruangan private jika pada pengkajian berisiko
tinggi untuk penolakan sosial terhadap perilaku seksual
• Batasi mobilitas fisik klien
• Diskusikan dengan klien mengapa perilaku seksual tidak diterima
• Fasilitasi pelajaran mengenai seks
• Diskusikan dengan klien penerimaan untuk menunjang kebutuhan
seksual secara pribadi
• Fasilitasi konseling jika dibutuhkan
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis
yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Sekitar 10% bayi baru
lahir itu mengalami hidrokel dan umumnya akan hilang sendiri dalam tahun pertama
kehidupannya biasanya tidak terasa nyeri dan jarang membahayakan. Varikokel
merupakan dilatasi abnormal dari pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran balik
vena spermatika interna. Varikokel terjadi pada 15-20% pria yang merupakan salah
satu penyebab penyebab infertilitas infertilitas pria.
4.2 Saran
Penyakit hiddrokel dan varikokel ini dapat menganggu kualitas kehidupan
penderitanya karena itu kita sebagai perawat harus bias menerapkan pola hidup sehat
agar kesehatan kita tetap terjaga. Selain itu makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kami sebagai kelompok mengharapkan kiritikan dan saran dari dosen
pembimbing dan teman-teman sesama mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. (2008). Keperawatan Medika Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
18