Anda di halaman 1dari 33

Laporan Praktikum

FITOKIMIA 1
KROMATOGRAVI CAIR VAKUM

OLEH :
KELAS A-S1 FARMASI 2018

ASISTEN :
ABDUL MUHAIMINUL AZIZ NURDIANSYAH HASANIA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM
2020
Lembar Pengesahan
FITOKIMIA 1
“KROMATOGRAVI CAIR VAKUM”
OLEH :
KELAS : A – S1 FARMASI 2018
1. Aldawaty I. Ahyar (821418032)
2. Ali Abdul Azis Alamri (821418097)
3. Annisya Isti Muslimah (821418024)
4. Devie Ariany Daud (821418002)
5. Dewa Gede Sujana (821418061)
6. Dwi Ayudita Nadjamudin (821418015)
7. Fitriani (821418013)
8. Hasrita Samudi (821418014)
9. I Made Hariadi Wijaya (821418036)
10. Karmila H. Toi (821418004)
11. Marwah Hulukati (821418027)
12. Meriska A. Ahmad (821418021)
13. Mimi Fauziah Tahir (821418026)
14. Nurfadillah Ainun Habibie (821418035)
15. Savira Hasmeilan Jaupan (821418003)
16. Shania N. Korin (821418028)
17. Sri Nurain Ibrahim (821418009)
18. Sri Nurhayati Botutihe (821418020)

Gorontalo, Maret 2020


NILAI
Mengetahui
Asisten

Abdul Muhaiminul Aziz Nurdiansyah Hasania


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarkatuh.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
fitokimia I Percobaan Kromtografi Cair Vakum ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Ucapan terimakasih kepada dosen penanggung jawab Bapak Moh. Adam
Mustapa, S.si., M.Sc kepada asisten penanggung jawab percobaan Kromatografi
Cair Vakum Kak Abdul Muhaminul Aziz Nurdiansyah Hasania serta kepada
seluruh asisten Praktikum fitokimia I yang telah membimbing kami sehingga
laporan ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari kakak asisten, agar
laporan ini dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1.. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan Praktikum...........................................................2
1.2.1 Maksud................................................................................................2
1.2.2 Tujuan.................................................................................................2
1.3. Prinsip Kerja.......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4
2.1. Dasar Teori..........................................................................................4
2.1.1 Kromatografi.......................................................................................4
2.1.2 Kromatografi Cair Vakum..................................................................5
2.2. Uraian Tanaman..................................................................................8
2.2.1 Pecut Kuda..........................................................................................8
2.3. Uraian Bahan......................................................................................10
2.3.1 Alkohol 70%.......................................................................................10
2.3.2 Aquadest..............................................................................................10
2.3.3 Metanol...............................................................................................11
2.3.4 N-Heksan............................................................................................11
BAB III METODE PRAKTIKUM................................................................13
3.1. Waktu dan Tempat..............................................................................13
3.2. Alat dan Bahan....................................................................................13
3.2.1 Alat......................................................................................................13
3.2.2 Bahan..................................................................................................13
3.3. Cara Kerja...........................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................15
4.1. Hasil....................................................................................................15
4.2. Pembahasan.........................................................................................15
BAB V PENUTUP..........................................................................................18
5.1. Kesimpulan.........................................................................................18

ii
5.2. Saran...................................................................................................18
5.2.1 Saran Untuk Jurusan...........................................................................18
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium..................................................................18
5.2.3 Saran Untuk Asisten............................................................................18
5.2.4 Saran Untuk Praktikan........................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu sumber senyawa kimia yang penting
dalam pengobatan. Umumnya senyawa kimia ini berupa senyawa metabolit
sekunder berupa alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid, steroid dan lain-lain yang
memiliki aktivitas biologis yang beragam. Hal ini mendorong para ahli kimia
untuk mengisolasi zat aktif biologis yang terdapat dalam tanaman. Diharapkan
nantinya dapat menghasilkan berbagai zat kimia yang dapat digunakan sebagai
obat, baik untuk kesehatan manusia maupun organisme. Tanaman yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk membuat obat tradisonal adalah daun pecut kuda
(Stachytarphetajamaicensis).
Daun pecut kuda (Stachytarphetajamaicensis) adalah tanaman terna
tahunan yang memiliki kandungan kimia seperti glikosida, flavonoid, alkaloid,
dan terpenoid. Daun pecut kuda memiliki khasiat yang digunakan sebagai obat
infeksi dan batu saluran kencing, rematik, sakit tenggorokan, pembersih darah,
haid tidak teratur, keputihan dan hepatitis A.
Ada beberapa metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengambil
senyawa kimia dari daun pecut kuda (Stachytarphetajamaicensis) yang
merupakan komponen berkhasiat bagi organisme, diantaranya dengan melakukan
isolasi komponen kimia pada suatu sampel tanaman. Isolasi adalah pemisahan
komponen kimia yang terdapat dalam suatu ekstrak. Pemisahan ini didasarkan
pada sifat adsorbsi dan partisi dari senyawa yang dipisahkan terhadap adsorben
dan cairan pengelusi yang digunaakan. Proses isolasi biasanya dilakukan dengan
cara kromatografi.
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-
komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbngan diantara dua fase, fase
gerak yang membawa cuplikan dan fase diam yang menahan cuplikan secara
selektif. Bila fase gerak berupa gas, disebut kromatografi gas dan sebaliknya kalau
fase gerak berupa zat cair, disebut kromatografi cair.

1
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi
yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang lebih
sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fase diam dan
aliran fase geraknya dibantu dengan pompa vakum. Keuntungan dari kromatogarfi
cair vakum ini adalah prosesnya cepat dan senyawa tertarik secara sempurna.
Kerugiannya adalah pemisahannya tidak sempurna karena senyawa yang
ditampung bercampur dalam suatu penampungan tidak seperti pada kolom
konvesional yang dipisahkan berdasarkan warna,sehingga pemisahannya lebih
maksimal.
Kromatografi cair vakum dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau pada
tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan bantuan tekanan luar
misalnya gas nitogen untuk keberhasilan praktikkan dalam bekerja dengan
menggunakan kromatografi cair vakum. Oleh karena itu, syarat utama adalah
mengetahui gambaran pemisahan cuplikan pada kromatografi lapis tipis (KLT).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan mengenai Kromatografi
Cair Vakum (KCV) yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat
terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakum adalah alternatif untuk mempercepat aliran
fase gerak dari atas kebawah dengan menggunakan sampel maserasi yaitu pecut
kuda (Stachytarphetajamaicensis).
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengisolasi komponen
kimia dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Vakum (KCV) pada
ekstrak kental maserasi sampel daun pecut kuda (Stachytarphetajamaicensis).
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan partisi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis partisi
3. Untuk mengetahui prinsip kerja dari partisi

2
1.3 Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari Kromatografi Cair Vakum (KCV) yaitu adsorbsi atau
serapan, sedangkan pemisahannya didasarkan pada senyawa-senyawa yang akan
dipisahkan terdistribusi diantara fase diam dan fase gerak dalam perbandingan
yang berbeda-beda.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Kromatografi
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut
dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam (McKay P.
2010).
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan komponen-komponen zat
dari campurannya dengan cara melewatkan/mengalirkan campuran melalui system
dua fase. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu
fase gerak dan fase diam. Dimana komponen-komponen dari campuran akan
terbagi dalam fase gerak dan fase diam dengan perbandingan tertentu antara
senyawa satu dengan yang lain. Jadi pada dasarnya metode kromatografi adalah
metode analisa untuk memisahkan komponen-komponen zat dari campurannya
yang berdasarkan perbedaan migrasi dari masing-masing komponen itu sendiri
terhadap adsorbsi fase diam dibawah pengaruh fase geraknya. Oleh karena itu, di
dalam proses kromatografi dapat dibagi menjadi tiga dasar proses yang sesuai
(Muhammad Zainudin, 1976)
a. Fase gerak dan Fase diam
1) Gas-cair disebut kromatografi cairan gas (GLC)
2) Gas-padat disebut kromatografi padatan gas (GSC)
3) Cair-cair disebut kromatografi cairan cairan (LLC)
4) Cari-padat disebut kromatografi cari padatan (LSC)
b. Mekanisme terjadi pemisahan
1) Adsorbs
2) Partisi
3) Penukar ion
4) Filtrasi/permeasi
5) Elektroforesa

4
c. Teknik pelaksanaannya/operasionalnya
1) Kromatografi lapis tipis
2) Kromatografi kolom
3) Kromatografi kertas
4) Kromatografi gas
2.1.2 Kromatografi Cair Vakum
Kromatografi Suction Column atau vacuum liquid chromatography (VLC)
atau kromatografi cair vakum (KCV) adalah bentuk kromatografi kolom
khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak.
Kondisi vakum adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke
bawah. Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non
polar atau ekstrak semipolar (Raymond, 2005).
Kromatografi kolom cair dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau pada
tekanan lebih besar dari atmosfer dengan menggunakan bantuan tekanan luar
misalnya gas nitrogen. Untuk keberhasilan praktikan di dalam bekerja dengan
menggunakan kromatografi kolom vakum cair, oleh karena itu syarat utama
adalah mengetahui gambaran pemisahan cuplikan pada kromatografi lapis tipis
(Harris, 1982).
Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan senyawa
metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai absorben
dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat : metanol (elusi gradien)
dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan eluen (Helfman,
1983)
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi
yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang lebih
sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan
aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa vakum. Fasa diam yang digunakan
dapat berupa silika gel atau alumunium oksida (Ghisalberti, 2008).
Kromatografi vakum cair merupakan salah satu jenis dari kromatografi
kolom. Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan campuran
larutan dengan perbandingan pelarut dan kerapatan dengan menggunakan bahan

5
kolom. Kromatografi kolom lazim digunakan untuk pemisahan dan pemurnian
senyawa (Schill, 1978)
a. Cara Basah
Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan melarutkan fasa
diam dalam fase gerak yang akan digunakan. Campuran kemudian
dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak dibiarkan
mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian
aliran dihentikan
b. Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara
memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi.
Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan
digunakan.
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan sampel dalam
pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV. Larutan dimasukkan
dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel
ditutupi kembali dengan fasa diam yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan
dengan mencampurkan sampel dengan sebagian kecil fase diam yang akan
digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut diletakkan dalam kolom
yang telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam yang
sama (Sarker et al., 2006).
Prinsipnya yaitu adsorpsi dan partisi yang dipercepatbantuan pompa
vakum. Keuntungan dari metode ini adalah prosesnya cepat dan senyawa tertarik
secara sempurna. Kerugiannya adalah pemisahanya tidak sempurna karena
senyawa yang ditampungbercampur dalam suatu penampungan tidak seperti pada
kolom konvensional yang dipisahkan berdasarkan warna, sehingga pemisahannya
lebih maksimal. (Helfman, 1983).
Kromatografi cair vakum merupakan salah satu kromatografi vakum
khusus yang biasanya menggunakan silika gel sebagai adsorben. Kelebihan KCV
jika dibandingkan dengan kromatografi kolom biasa terletak pada
kecepatanproses (efisiensi waktu) karena proses pengelusian dipercepat dengan

6
memvakumkan kolom selain itu KCV juga dapat memisahkan sampel dalam
jumlah banyak. Pemilihan jenis silika gel yang tepat merupakan faktor yang
sangat penting untuk mendapatkan hasil pemisahan yang baik. Ukuran partikel
silika gel yang terlalu kecil akan menyebabkan proses elusi berjalan sangat lambat
(Septyaningsih, 2010).
Pemilihan sistem pelarut untuk kromatografi kolom vakum cair dapat
dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu penelusuran pustaka, mencoba menerapkan
data KLT pada pemisahan dengan kolom dan pemakaian elusi dari pelarut non
polar yang tidak menggerakkan zat terlarut sampai pelarut polar yang
menggerakkan zat terlarut. Sistem elusi dapat dilakukan dengan metode gradien
pelarut atau dengan sistem isokratik. Elusi gradient (variasi kepolaran pelarut)
dilakukan apabila campuran senyawa cukup komplek sedangkan elusi isokratik
dilakukan jika campuran senyawa yang akan dipisahkan sederhana. Sampel
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai atau sampel dibuat serbuk bersama adsorben
(impregnasi) dan dimasukkan ke bagian atas kolom kemudian dihisap perlahan-
lahan. Kolom dielusi dengan pelarut yang sesuai, dimulai dengan yang paling non
polar. Kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi.
Kromatografi cair vakum, fraksi-fraksi yang ditampung biasanya bervolume jauh
lebih besar dibandingkan dengan fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
biasa. Langkah pemisahan menggunakan kromatografi cair vakum biasanya
dilakukan pada tahap awal pemisahan (pemisahan terhadap ekstrak kasar yang
diperoleh langsung dari proses ekstraksi). Jenis pompa vakum yang paling banyak
dipakai sekarang yaitu pompa jenis reciprocating. Pompa ini terdiri dari ruangan
kecil tempat pelarut yang dipompa dengan cara gerakan piston maju-mundur yang
dijalankan oleh motor. Piston berupa batang gelas dan berkontak langsung dengan
larutan (Septyaningsih, 2010).
Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang
dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung fraksi. Walaupun
KCV memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak dari pada kromatografi lapis
tipis (KLT), KCV tetap ekonomis dalam sisi biaya. (Stahl,E.1985)

7
Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi
dikemas kering (biasanya dengan penjerap mutu KLT 10-40 μm) dalam keadaan
vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut
yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan
lagi. Kolom dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai (Hostettman, 1986).
Keuntungan pada KCV yang utama dibandingkan kolom konvensional
yaitu (Sarker et al., 2006).:
a. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil di banding dengan
kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase
gerak lebih lambat (10-100μl/menit)
b. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih
ideal jika digabung dengan spectrometer massa
c. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampelterbatas
missal sampel klinis.
Kerugian KCV (Kromatogravi Vakum Cair) yaitu (Sarker et al., 2006).:
a. Membutuhkan waktu yang cukup lama
b. Sampel yang dapat digunakan terbatas.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Pecut Kuda
a. Klasifikasi (Steenis, 1992; Plantamor, 2012)
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Orde : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Stachytarpheta
Spesies : Stachytarpheta indica Vahl.
Daun Pecut Kuda
b. Morfologi
( Stachytarpheta
Pecut kuda merupakan terna tahunan, tumbuh
indica folium)
tegak, tinggi ± 50 cm, daun letak berhadapan, bentuk
bulat telur, tepi bergerigi, tidak berambut. Bunga duduk tanpa tangkai pada

8
bulir-bulir yang berbentuk pecut, panjang 4-20 cm. bunga mekar tidak
berbarengan, kecil-kecil warna ungu, putih (Dalimartha, 2000).
Stachytarpheta indica (L.) Vahl. adalah rumput-rumputan yang tegak,
tinggi 0,3-0,9 m. Memiliki daun berhadap-hadapan, bertangkai sangat panjang,
berbentuk elips memanjang atau bulat telur, dengan kaki yang menyempit demi
sedikit, di atas bagian kaki yang bertepi rata berigigi beringgit, berambut jarang
atau tidak yang ukurannya 4-9 cm dan 2,5-5 cm. Bulir bertangkai pendek,
panjang 15-30 cm. Daun pelindung menempel kuat pada kelopak, bertepi lebar
serupa selaput. Kelopak bergigi empat, panjang 0,5 cm. Tabung dasar bunga
berbentuk bantal. Buah berbentuk garis baji, panjang 0,5 cm, pecah dalam 2
kendaga. Terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di tempat
yang cerah atau sedikit, 1-1,250 m (Steenis, 1992).
c. Kandungan kimia
Menurut Dalimartha (2000), Pecut kuda mengandung glikosida flavonoid
dan alkaloid. Menurut Chowdhury (2003), Pecut Kuda mengandung senyawa
kimia berupa terpenoid, flavonoid, glikosida,dan flavonoid
Hasil skrining fitokimia pada fraksi heksan hanya mengandung senyawa
sterol dan triterpen; fraksi kloroform mengandung senyawa sterol, triterpen,
dan saponin; fraksi etil asetat mengandung senyawa sterol, triterpen, flavonoid,
tannin, dan saponin; dan fraksi metanol mengandung senyawa tannin, sterol,
triterpen, dan saponin. (Indrayani et al., 2006)
d. Manfaat
Herba pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl) digunakan
sebagai obat infeksi dan batu saluran kencing, rematik, sakit tenggorokan,
pembersih darah, haid tidak teratur, keputihan, hepatitis A. Bunga dan
tangkainya untuk pengobatan radang hati sedangkan akarnya untuk pengobatan
keputihan (Dalimartha, 2000).
Menurut Kumala et al., (2016), ektrak metanol dari daun pecut kuda
mempunyai aktifitas antioksidan yang cukup tinggi dengan nilai IC50 14,28 %.
Selain itu menurut Cahyaningrum (2003), ekstrak kasar daun tumbuhan ini

9
juga positif memiliki efek antibakteri yang kuat terhadap bakteri Eschericia
coli dan Bacillus subtilis masing-masing pada dosis 20 mg.
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Alkohol 70% (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alcohol, Ethyl hydroxide.
Nama Kimia : Etanol
Rumus struktur :   

CH3 OH

Rumus Molekul :  C2H5OH.


Berat Molekul :  46,07 g/mol.
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan 
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kelarutan :  Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Khasiat :  Sebagai antimikroba (membunuh mikrobakterium
desinfektan (membasmi kuman penyakit).
Kegunaan :  Pensteril alat laboratorium, pelarut, dan penstabil.
Peyimpanan               :  Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.3.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA.
Nama lain : Air suling.
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18.02 g/mol

10
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai


rasa, tidakberbau
Kelarutan : Larut dengan sebagian besar pelarut polar.
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.3.3 Metanol (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama resmi : METANOL.
Nama lain : Metanol.
Rumus Molekul : CH3OH/CH4O
Berat Molekul : 34 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, gliserin, bau khas


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk
cairanjernih tidak berwarna.
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.3.4 N-Heksan (Dirjen POM, 1995)
Nama Resmi : N-HEKSANA
Nama Lain : Heksana
Nama Kimia : Heksana
Rumus struktur :  

Rumus Molekul :  C6H14

11
Berat Molekul :  86,18 g/mol.
Pemerian : Cairan jernih, mudah menguap, berbau seperti
eter lemahatau bau petroleum
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
etanolmutlak dapatbercampur dengan eter, dengan
kloroform, dengan benzene dan dengan sebagian
besar minyak lemak dan minyak atsiri
Kegunaan :  Pelarut
Peyimpanan : Jauhkan dari nyala api dan simpan di tempat
sejuk, dalam wadah tertutup rapat

12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
PraktikumKromatografi Cair Vakum dilaksanakan pada. Pelaksanaan
praktikum bertempat di Laboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada praktikum kali ini, alat yang digunakan yakni terdiri dari Alat vakum,
Gelas minum kaca, Gelas kimia, Gelas ukur, Kertas Label, Kertas saring,
Lumpang dan Alu, Sendok Tanduk, Sudip, Aluminium foil, Botol vial
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Ekstrak kental
maserasi, Metanol, N-heksan, Silica gel, Tisu
3.3 Cara Kerja
a. Pembuatan Media Ekstrak
1) Ditimbang 1-2 gr ekstrak kemudian dimasukkan ke dalam lumpang
2) Ditambahkan silica gel serbuk sebanyak 2 gr
3) Digerus sampai homogen
b. Proses Kromatografi
1) Disiapkan alat vakum
2) Ditimbang silica gel sebanyak 5 gr
3) Dimasukkan ke dalam corong vakum dan dipadatkan dengan menggunakan
botol vial
4) Dialirkan silica gel menggunakan eluen heksan 10 ml sampai memadat dan
tanpa rongga udara
5) Diletakkan kertas saring berbentuk bulat rongga vakum dan diatur rapi.
6) Ditambahkan ekstrak yang homogen ke dalam corong vakum dan dipadatkan
menggunakan botol vial tanpa dialiri heksan.
7) Disiapkan eluen metanol: heksan dengan perbandingan:
 Metanol : Heksan 10 : 40

13
 Metanol : Heksan 20 : 30
 Metanol : Heksan 25 : 25
 Metanol : Heksan 30 : 20
 Metanol : Heksan 40 : 10
8) Dihidupkan alat vakum kemudian dituangkan eluen secara berurutan secara
perlahan-lahan
9) Diulangi dua kali setiap eluen
10) Dimasukkan hasil kromatografi dalam gelas kemudian disimpan pada
tempat yang terlindung dari cahaya matahari
11) Dievaporasi hasil kromatografi sampai mendapatkan ekstrak cair.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Fraksi Botol Warna


1 10 : 40 Hijau kekuningan
2 20 : 30 Kuning muda
3 25 : 25 Hijau tua
4 30 : 20 Hijau kehitaman
5 40 : 10 Hijau kecokelatan

4.2 Pembahasan
Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi
yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang lebih
sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fase diam dan
aliran fase geraknya dibantu dengan pompa vakum. Keuntungan dari kromatogarfi
cair vakum ini adalah prosesnya cepat dan senyawa tertarik secara sempurna.
Kerugiannya adalah pemisahannya tidak sempurna karena senyawa yang
ditampung bercampur dalam suatu penampungan tidak seperti pada kolom
konvesional yang dipisahkan berdasarkan warna,sehingga pemisahannya lebih
maksimal (Hendayana, 1994)
Tujuan dilakukannya praktikum kromatografi cair vakum ini adalah untuk
mengetahui prinsip kerja dari kromatografi cair vakum dan memahami cara-cara
pemisahan menggunakan kromatografi cair vakum serta mengidentifikasi suatu
senyawa dalam suatu zat dengan menggunakan kromatografi cair vakum. Dengan
mengetahui hal tersebut kita dapat mengetahui proses pelaksanaan metode
kromatografi cair vakum.
Pada praktikum kali ini, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat
dan bahan. Adapun alat yang digunakan yaitu alat vakum, cok rol, gelas minum
kaca, gelas kimia, gelas ukur, lumpang dan alu, sendok tanduk, sudip dan botol
vial. Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, ekstrak kental
perkolasi, kertas label, kertas saring, metanol, n-heksan, silica gel dan tisu.

15
Dilakukan pembersihan alat dengan menggunakan alkohol 70%, karena
menurut Sylvia (2008), tujuan menggunakan alkohol adalah sebagai antiseptik
dan desinfektan dalam membunuh mikroba. Selanjutnya pembuatan media ekstrak
yaitu dengan menimbang ekstrak kental sebanyak 1-2 gram kemudian
dimasukkan kedalam lumpang kemudian ditambahkan silica gel. Tujuan
ditambahkannya silica gel menurut Heftmann (1983) yaitu untuk melakukan
fraksinasi sebagai fase diam pada percobaan kromatografi cair vakum ini. Setelah
ditambahkan silica gel, digerus menggunakan alu hingga homogen.
Dilakukan proses kromatorafi, yaitu merangkai alat vakum yang sebelumnya
kolom telah dibersihkan menggunakan pelarut metanol karena menurut Harvey
(2000) agar meminimalkan kontaminasi kolom dari pelarut dan bahan-bahan lain
yang dapat mengganggu aktivitas dari pemisahan komponen kimia sampel.
Selanjutnya, menimbang kembali silica gel sebanyak 5 gram menggunakan neraca
analitik. Menurut Day (2002) neraca analitik adalah suatu alat yang sering
digunakan untuk menimbang bahan yang berbentuk padatan, namun tidak
menutup kemungkinan untuk menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan yang
memiliki hasil yang akurat dengan mempunyai kemampuan mendeteksi bobot
pada kisaran 100 gram sampai dengan kurang lebih 0,0001 gram. Kemudian silica
gel yang telah ditimbang dimasukkan kedalam corong vakum yang kemudian
akan dipadatkan dengan botol vial.
Dialiri silica gel menggunakan eluen n-heksan sebanyak 10 mL karena
menurut Khopkar (2002) agar fase diam atau silica gel memadat dan tanpa rongga
udara kemudian membentuk kertas saring berbentuk bulat dan diatur rapi
kemudian dimasukkan kedalam rongga vakum serta ditambahkan ekstrak yang
sudah digerus hingga homogen kedalam corong vakum dan dipadatkan kembali
menggunakan botol vial dengan catatan tanpa dialiri dengan n-heksan.
Disiapkan eluen metanol 100% dan n-heksan 100% dengan perbandingan
10:40, 20:30, 25:25, 30:20, 40:10 dengan pelarut polar yang lebih besar
dibandingkan nonpolar, karena menurut Harvey (2000) pelarut polar selain
mampu melarutkan senyawa yang bersifat polar juga mampu melarutkan senyawa
yang bersifat nonpolar. Ditambahkan eluen pertama dan dinyalakan alat vakum

16
hingga fraksi tertampung kedalam kolom kedua, selanjutnya fraksi ditampung
digelas kaca agar pelarut dapat menguap dengan sempurna dan menghasilkan
cairan kental berupa komponen kimia sampel. Dilanjutkan pengerjaan yang sama
untuk eluen selanjutnya, dituang eluen secara berurutan dengan cara perlahan-
lahan. Setiap eluen diulangi sebanyak 2 kali untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan, kemudian diamati pada eluen dengan kepolaran berapa dapat
menghasilkan pemisahan senyawa secara optimal.
Hasil kromatografi cair dimasukkan kedalam gelas kemudian disimpan pada
tempat yang terlindung dari cahaya matahari, agar tidak terkena cahaya matahari
secara langsung yang dapat mempengaruhi warna dari ekstrak yang telah didapat.
Selanjutnya, hasil kromatogarfi dievaporasi hingga mendapatkan ekstrak cair.

17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Partisi adalah metode corong pisah dimana jika suatu cairan ditambahkan
kedalam ekstrak yang telah dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat
bercampur dengan yang pertama, akan terbentuk dua lapisan.
Terdapat dua jenis partisi yaitu, ekstraksi padat-cair (partisi padat-cair)
adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dan
campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Sedangkan ekstraksi cair-cair (partisi cair-cair) adalah proses pemisahan zat
terlarut di dalam dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau
dengan kata lainperbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan
pelarut air.
Prinsip kerja dari partisi dilakukan dengan cara pemisahan komponen kimia
diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian komponen
larut pada fase pertama, dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua fase yang
mengandung zat terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan
sempurna dan terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan komponen kimia yang
terpisah.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Sebaiknya jurusan menyediakan anggaran demi kebutuhan laboratorium
agar praktikum berjalan dengan lancer.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya laboratorium menyediakan sarana dan prasarana terutama pada
ketersediaan alat dan bahan agar praktikum berjalan dengan lancer.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Sebaiknya agar aisten lebih memperhatikan penjelasannya yang lebih
simple kepada praktikannya.

18
5.2.4 Saran Untuk Praktikan
Sebaiknya agar praktikan lebih memperhatikan panjelasan asisten . sehingga
lebih menambah pengetahuan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Chang,Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ke Tiga Jilid I. Jakarta: Penerbit


Erlangga
Chisalberti Goeswin. 2008. Pengembangan Tentang Kromatografi. Edisi Revisi
Perluasan. Penerbit ITB: Bandung.
Dalimartha, Setiawan. 2010. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 2. Jakarta: Trubus
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Ghisalerti, E.L. 2008. Detection and Isolation of Bioactive Natural Products in
Bioactive Natural Product: Detection, Isolation and Structural
Determination 2nd Edition. New York: CRS Press.
Haris, et al. 1982. An Introduction To Chemical Analysis. Savders College
Publishing Philadelpia: Holt-Savders Japan
Heftman. E. 1983. Steroids Dalam Kromatografi. Fundamentals and Aplication:
Amsterdan.
Hostettmen, K, dkk. 1986. Cara Kromatografi Preparatif. ITB: Bandung
Indrayani, et al. 2016. Uji Aktifitas Antibakteri Fraksi N-Heksan Terhadap
Bakteri Staphylococus aureus. ATCC 25923, 1 (2); 61-64
Kumala. Shirly, dan Dian Indriani. 2016. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Cengkeh (Eugenia aromaticum L). Jurnal Farmasi Indonesia. 4(2); 82-86
McKay D., Chen O., et al. 2010. Hibiscus Sabdariffa L. Tea (Tisane) Lowers
Blood Pressure In Prechypertensive and Mulddly Hipertensive Aduls 4.
The Journal of Nutrition and Disease vol 140, p. 298-303.
Muhammad Zainudin. 1976. Kromatografi Cair Vakum. ITB. Bandung
Plantamor.2012. Informasi Spesies (Singkong Karet). Bogor: IPB Pres
Rowe, R. C. et Al . 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Sarker S. D., Latif Z., dan Gray A.L., 2006. Nat-ural Product Isolation. In :
Sarker SD Latif z & Gray Al, editors. Natural Product Isolation. 2nd ed.
Totowa (New Jersey). Human Press Inc. 18: 6-10
Schill, Goran. 1978. Separation Methotds. Swdish Phasma Centrical Press:
Stockholm
Setyaningsih, Dwi. Anton Apriyantono, dan Maya Puspita Sari. 2010. Analisis
Sensori Untuk Industri Pangan dan Argo. Bogor: IPB Pres
Stahl, E. 1995. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 317, ITB.
Bandung
Steenis, C.G.G.J.van. 1992. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Edisi 6. Jakarta
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama Bahan Gambar Fungsi

Sebagai alat untuk


1 Alat vakum Kromatografi Cari
vakum

Sebagai wadah
menyimpan ekstrak
2 Botol vial
dan sebagai alat untuk
memadatkan silika gel

Sebagai alat untuk


3 Cek roll menyambungkan arus
listrik ke alat vakum

Sebagai wadah untuk


4 Gelas kimia
eluen

Sebagai wadah untuk


5 Gelas minum kaca hasil akhir berupa
ekstrak cair

Untuk mengukur
6 Gelas ukur volume n-heksan dan
methanol
Sebagai alat untuk
7 Kertas label menandakan
konsentrasi eluen

Sebagai pembatas
antara silika gel dan
8 Kertas saring
ekstrak dalam corong
vakum
Wadah untuk
mencampurkan
9 Lumpang dan alu
ekstrak dengan silika
gel

Sebagai alat untuk


10 Sendok tanduk mengambil bahan
dalam bentuk padatan

Sebagai alat untuk


memindahkan
11 Sudip campuran ekstrak dan
silika gel dari
lumpang
2. Bahan
No
Nama Bahan Gambar Fungsi
.

Digunakan untuk
1 Aluminium foil menutupi wadah
ekstrak
Ekstrak kental Digunakan pada
2
maserasi sampel

Digunakan sebagai
3 Methanol
bahan eluen

Digunakan sebagai
4 N-heksan
bahan eluen

Digunakan dalam
5 Silika gel proses pembuatan
media ekstrak

Digunakan untuk
6 Tisu menyerap sisa cairan
pada alat
Lampiran 2 : Diagram Alir
1. Pembuatan Media Ekstrak
Ekstrak
maserasi

- Ditimbang 1-2 gram ekstrak


- Dimasukan kedalam lumpang
- Ditambahkan silika gel serbuk sebanyak 2 gram
- Digerus sampai homogen
Media
ekstrak

2. Proses Kromatografi
Ekstrak
maserasi

- Disiapkan alat vakum


- Ditimbang silika gel sebanyak 5 gram
- Dimasukan kedalam corong vakum padatkan dengan menggunakan
botol vial
- Dialiri silika gel menggunakan eluen heksan 10 ml sampai memadat
dan tanpa rongga udara
- Diletakan kertas saring berbentuk bulat rongga vakum, diatur rapi
- Ditambahkan ekstrak yang homogen kedalam corong vakum,
dipadatkan menggunakan botol vial
- Disiapkan eluen methanol
- Dihidupkan alat vakum, dituangkan eluen secara berurutan secara
perlahan-lahan
- Diulang 2 kali setiap eluen
- Dimasukan hasil kromatografi cair dalam gelas kemudian disimpan
pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari
- Dievaporasi hasil kromatografi sampai mendapatkan ekstrak cair
Ekstrak cair
Lampiran 3 : Skema Kerja
1. Pembuatan Media Ekstrak

Ditimbang 1-2 Dimasukan Ditambahkan


gram ekstrak kedalam silika gel serbuk
lumpang sebanyak 2 gram

Digerus sampai
homogen

2. Proses Kromatografi

Disiapkan alat Ditimbang silika Dimasukan


vakum gel sebanyak 5 kedalam corong
gram vakum padatkan
dengan
menggunakan
botol vial
Ditambahkan Diletakan kertas Dialiri silika gel
ekstrak yang saring berbentuk menggunakan
homogen bulat rongga eluen heksan 10
kedalam corong vakum, diatur ml sampai
vakum, rapi memadat dan
dipadatkan tanpa rongga
menggunakan udara
botol vial

Disiapkan eluen Dihidupkan alat Diulang 2 kali


methanol vakum, setiap eluen
dituangkan eluen
secara berurutan
secara perlahan-
lahan
Dievaporasi hasil Dimasukan hasil
kromatografi kromatografi cair
sampai dalam gelas
mendapatkan kemudian
ekstrak cair disimpan pada
tempat yang
terlindung dari
cahaya matahari

Anda mungkin juga menyukai