Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN
Mual didefinisikan sebagai kecenderungan untuk muntah atau sebagai
perasaan ditenggorokan atau daerah epigastrik yang mengingatkan seseorang
bahwa muntah akan segera terjadi. Sedangkan muntah adalah pengeluaran isi
lambung melalui mulut dan seringkali merupakan kejadian yang kuat. Sementara
itu, diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak organisme virus dan
bakteri, yang biasanya mengakibatkan ketidaknyamanan kecil, tidak mengancam
jiwa, dan biasanya sembuh sendiri (Dipiro, 2017).
Pada kasus kali ini, ada seorang wanita berinisial KW berusia 31 tahun
yang merupakan pengajar di tempat penitipan anak. Ia tidak merokok dan hanya
sesekali minum alkohol. Ia menggunakan kontrasepsi oral (etinil estradiol dan
norgetimate) dan sesekali ibuprofen untuk sakit kepala. Ia tidak alergi terhadap
obat apapun. Ia baru-baru ini mengalami mual dan muntah sekali saat berada di
perahu layar di Danau Toba pada suatu sore. Saat ini, ia datang dengan keluhan
mual, muntah, kram perut, dan sering buang air besar selama 2 hari terakhir. Ia
juga menunjukkan bahwa jantungnya telah berpacu/berdebar dan mulutnya sangat
kering. Namun, meskipun ia terlihat sakit, ia tidak demam. Dan ia akan berangkat
dengan pelayaran Pinisi tujuh hari dan ia khawatir akan mabuk perjalanan.
Berdasarkan keluhan pasien, dapat diketahui bahwa pasien mengalami
dehidrasi berat, karena telah banyak keluar cairan elektrolit dari dalam tubuh
akibat muntah dan diare selama 2 hari terakhir, yang ditandai dengan jantung
berdebar dan mulut sangat kering. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
Sukandar, dkk. (2013), bahwa dehidrasi berat ditandai dengan lesu, mata sangat
cekung, tidak ada airmata, mulut dan lidah sangat kering, dan kekenyalan kulit
kembali sangat lambat. Oleh karena itu, pertolongan pertama yang kami sarankan
adalah untuk mengonsumsi cairan oralit sebanyak 12 gelas pada 3 jam pertama,
dan 2 gelas tiap kali diare, sebelum atau sesudah makan. Caranya adalah
dilarutkan satu sachet oralit ke dalam satu gelas (200 ml) air putih, kemudian aduk
hingga larut.
Untuk mengatasi diare pasien, terapi yang kami sarankan adalah Bismuth
subsalicylate. Menurut Dipiro (2017), indikasi Bismuth subsalicylate adalah untuk
diare, gas, sakit / kram perut, gangguan pencernaan, mulas, dan mual. Dosisnya
adalah 2 tablet (262 mg/tab) PO setiap 30 menit – 1 jam PRN (bila perlu atau
sesuai kebutuhan) hingga 8 dosis/hari.
Untuk mengatasi mual muntah pasien, dan untuk mencegah mabuk
perjalanan ketika dia akan melakukan pelayaran Pinisi tujuh hari, terapi yang
kami sarankan adalah Dimenhydrinate (Dramamine). Menurut Dipiro (2017),
Dimenhydrinate adalah obat golonga Antihistamin-Antikolinergik. Indikasi
Dimenhydrinate adalah untuk mencegah dan menangani mual, muntah, dan
pusing akibat Motion sickness. Motion sickness terjadi ketika sensasi gerakan di
dalam telinga berbeda dengan sensasi gerakan yang dilihat orang tersebut. Hal ini
sering terjadi dalam perjalanan dengan mobil atau kapal laut, sehingga sering
disebut mabuk perjalanan. Dosisnya adalah 50-100 mg PO 4-6 jam PRN (bila
perlu atau sesuai kebutuhan), dan 30 menit sebelum melakukan perjalanan, dan
jangan melebihi 400 mg/hari.
Untuk memastikan diare yang diderita disebabkan oleh adanya infeksi
bakteri, kami menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan feses di
laboratorium terlebih dahulu. Karena kebersihan rumah maupun tempat kerja dari
pasien ini tidak dijelaskan dikasus ini, dan pekerjaannya adalah mengurus anak-
anak sehingga bisa jadi mikroorganisme datang dari anak-anak yang sering lupa
untuk menjaga kebersihan. Namun, belum bisa dipastikan juga diare pasien ini
disebabkan oleh infeksi bakteri, karena tubuh pasien tidak demam, sedangkan
biasanya demam adalah suatu respon tubuh ketika masuknya mikroorganisme
dalam tubuh.
Untuk pasien, kami menyarankan untuk bisa mengganti jenis kontrasepsi
yang ia gunakan. Misalnya menggantinya dengan jenis implant, spiral atau patch
(transdermal) untuk mengurangi efek samping jika digunakan secara oral. Dan
kami menyarankan pasien untuk mengganti obat yang diminumnya ketika sakit
kepala, dari Ibuprofen menjadi Paracetamol, untuk mengurangi efek samping
yang akan ditimbulkan. Dan untuk terapi non farmakologinya, disarankan kepada
pasien untuk memperbaiki pola hidupnya, misalnya lebih memperhatikan
kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
Kemungkinan terburuk dari pasien jika tidak langsung menangani
penyakit yang ia alami ini adalah dapat menyebabkan resiko dehidrasi berat, yang
diantaranya adalah kejang-kejang, kehilangan kesadaran, gangguan ginjal, dan
Syok hipovolemik.

Anda mungkin juga menyukai